• Posted by : Yuuki Selasa, 01 Desember 2015


    Kingitsune
    (Rubah Emas)
    †††
    By : Ayuni Yuukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,

    Bayang-bayang cahaya menyilaukan ditengah kegelapan, lantunan lagu pengantar tidur dan sapuan lembut di surai pirangnya memenuhi pandangan Naruto tapi tiba-tiba semuanya berubah menjadi kegelapan dingin dengan teriakan yang mengerikan. Bau darah yang menyebar dan rasa sakit di kepala tak tertahankan membangkitkannya dalam tidur lelapnya.
    Yang pertama kali Naruto lihat adalah ruangan serba putih dengan bau obat-obatan, ia juga dapat mendengar suara gaduh para penonton di arena ujian chunin. Tampaknya pertarungan sedang berlangsung.
    Merasa tubuhya sudah membaik, Naruto keluar dari ruang perawatan tersebut dan berjalan menuju kursi penonton, hendak menonton siapa yang sedang bertanding. Menyusuri deretan kursi penonton sembari melihat jalan pertarungan yang dilakukan oleh Sasuke dan Gaara. Naruto hanya berdecak kagum saat pasir milik Gaara bergerak dengan cepat untuk melindungi tuannya.
    “ITACHI! UCHIHA ITACHI! DIMANA KAU!!!” teriakan Menma tak jauh didepannya membuat Naruto heran. Buat apa Menma mencari Itachi-nii?
    “Ada apa Menma?” sang sensei bermasker menghentikan teriakan Menma.
    “Sensei, apa kau tahu dimana Uchiha Itachi berada?”
    “Untuk apa kau mencarinya?”
    “Sasuke harus dihentikan. Dia takkan bisa mengalahkan monster Suna itu. Hanya Uchiah Itachi yang bisa menolong Sasuke!”
    Pffff~ Naruto ingin tertawa rasanya. Menma itu selama ini anak kesayangan Hokage kan? Kenapa dia malah tidak mengetahui kejadian yang dialami Sasuke dan Itachi? Ah~ tentu saja. Menma tak tertarik dengan hal-hal yang tak penting. Baginya pembantaian Uchiha bukan hal penting untuk ia ingat dan ketahui.
    Sebenarnya Naruto ingin menyela kelakuan memalukan Menma namun tak jadi karena dia merasakan cakra besar dari arah arena pertarungan. Dibawah sana dapat dia lihat sebuah tangan dari pasir tiba-tiba menyerang Sasuke. Tangan pasir yang besar itu keluar dari sebuah bola pasir yang sepertinya terdapat Gaara didepannya.
    ‘Hati-hati Gaki. Shukaku kemungkinan akan mengamuk.’ Suara Kyuubi menggema di kepala Naruto.
    DEG
    Tiba-tiba helai-helai bulu putih berjatuhan dari atas langit. Satu-persatu para penonton dan para ninja mulai jatuh tertidur. Dia dapat melihat Menma yang jatuh tertidur kelantai. ‘Ilusi!?’
    KAI
    Dengan segera Naruto melepaskan ilusi yang sepertinya mempengaruhi seluruh penonton di arena ini. Tak berselang lama puluhan ninja dengan ikat kepala Suna dan Oto mulai bermunculan dan menyerang para ninja Konoha.
    .
    Seorang ninja Oto tiba-tiba menyerang Naruto dengan kunainya tapi berhasil Naruto tangkis dengan cepat menggunakan pedang kesayangannya. Lonceng emas yang tergantung digagang pedang berdenting riang.
    Satu tusukan Naruto berikan pada ninja Oto tersebut tepat di perut, setelah tertusuk dalam, dengan cepat dia memotong perut ninja itu dari dalam. Darah tercecer diatas lantai dan beberapa ada yang mengotori wajah Naruto. Tapi pemuda pirang itu tak perduli. Dia dengan cepat bergerak menuju ninja-ninja musuh lainnya.
    Tiga orang ninja Suna mengepung Naruto saat hendak menuju tempat Menma tertidur. Ketiga ninja itu menggenggam kunai di kedua tangannya. ‘Kenjutsu : Mikadzuki no Odori’ Batin Naruto menggunakan tehniknya. Tubuhnya berputar dengan cepat, ditangan kanan menggenggam pedang sedangkan di tangan kiri menggenggam sarung pedangnya. Dalam hitungan detik ketiga ninja Suna itu telah terkapar di lantai dengan perut yang mengeluarkan darah.
    Kakashi yang kebetulan ada didekata Naruto dan hendak menolong hanya bisa tertegun melihat kecepatan Naruto dan niat membunuh tanpa ada keragu-raguannya. “Sensei! Dimana Sasuke!?” pertanyaan dari Naruto menyadarkan Kakashi dari keterkejutannya. Ninja dengan surai abu-abu itu melirik arena pertarungan yang kosong. Menghela nafas lelah.
    “Sepertinya Sasuke mengejar Sabaku itu. Naruto kau harus tau keadaan desa saat ini sed-”
    “Aku tahu. Orochimaru menyerang dengan berkerja sama dengan Suna. Sabaku yang dikejar Sasuke adalah Jinchuriki Ichibi dan kedua Hokage diatas sana tengah bertarung dengan Sannin ular itu.” Potong Naruto.
    “Bagaimana kau bisa tahu?”
    “Rahasia!” dengan cepat Naruto berlari meninggalkan sang Sensei tanpa sempat memberikan penjelasan lebih rinci. Dengan sensor nya dia mencari keberadaan Sasuke. Dia dapat merasakan berbagai emosi yang bertebaran seluruh penjuru desa. Panic. Takut. Sedih. Marah. Dendam. Semua emosi negative itu meracuni kepala Naruto membuatnya sedikit pusing. Beruntung Kurama dalam tubuhnya dapat membantunya mengontrol diri.
    Tak berapa lama Naruto dapat merasakan keberadaan Sasuke. Cukup jauh, dia juga merasakan keberadaan Menma, Sakura dan Shikamaru yang mengejarnya dari belakang, tak lupa Pakun si penunjuk arah milik Kakashi.
    Meningkatkan kecepatannya, tak berapa lama akhirnya Naruto bisa mengimbangi laju sang Uchiha terakhir. “Sasuke, hentikan pengejaran ini. Kau yang sekarang takkan bisa menghentikan Gaara bila ia telah mengamuk!”
    “heh! Kau kira aku selemah kau Dobe! Jangan samakan aku denganmu. Lebih baik kau pergi dari pada hanya mengganggu!”
    “Sasuke mengertilah. Desa sedang diinvasi oleh Suna dan Oto. Lebih baik kita membantu para ninja senior untuk mempertahankan desa daripada mengejar Gaara. Kita tak tahu apakah Gaara lari seorang diri atau tidak.”
    “Aku tak perduli! Yang jelas aku akan membunuhnya! Jika aku bisa membunuhnya maka aku cukup kuat untuk membunuh Orang itu.”
    Lagi-lagi Naruto merasakan kegelapan diri sasuke meningkat. Semakin lama memakan semua kehangatan yang ada pada diri pemuda itu. Sasuke adalah orang yang keras kepala. Naruto tahu itu, oleh karena itu ia tak dapat memaksa Sasuke untuk kembali ke desa. Ia hanya bisa mengikuti dari belakang.
    Tak berapa lama rombongan Menma telah tiba. Mereka ternyata ditugaskan Hatake Kakashi untuk membantu Sasuke menghentikan Gaara, bila perlu membunuhnya. Hal itu membuat Sasuke bertambah semangat untuk mengalahkan pemuda asal Suna tersebut.
    Menyusuri hutan, Naruto dapat merasakan seseorang tengah menanti mereka didepan sana. Dia adalah pemuda Suna dengan wajah penuh coretan yang bertarung menggunakan Kugutsu, kalau tak salah namanya Kankuro. “Berhenti.” Seru Naruto, rombongan ninja muda itu berhenti beberapa meter didepan Naruto. “Ada apa Naruto?” Tanya Shikamaru, sementara tiga orang lainnya hanya memandang Naruto dengan aneh.
    “Heh! Kau takut ya? Dasar lemah.” Kata-kata kasar mulai keluar dari mulut Menma dan di perpanas dengan perkataan Sakura yang menghina.
    “Tck. Cepat katakana dobe. Kau membuat jarak kita dengan pemuda itu semakin jauh.”
    “Ada satu ninja Suna yang menanti kita 20 meter didepan sana. Dia adalah ninja mengguna Kugutsu yang di kalahkan Shikamaru saat ujian penyisihan.”
    “Kalau begitu salah satu diantara kita harus melawannya jika perjalanan kita tak ingin di ganggu. Dia pengguna serangan jarak jauh. Naruto jelas-jelas penyerang jarak dekat. Sasuke dan Menma jarak menengah. Kau bagaimana Sakura?”
    .
    .
    Perjalanan Tim Pengejar itu berlanjut setelah meninggalkan Shikamaru untuk menghadapi Kankuro. Lagi pula Shikamaru adalah satu-satunya ninja yang tahu bagaimana cara menghadapi ninja Suna itu mengingat dialah yang menghadapi Kankuro saat ujian penyisihan.
    Naruto berada dibarisan paling belakang. Pemuda bersurai pirang itu menajamkan pendengaran dan sensorenya. Berjaga-jaga akan keberadaan ninja yang mungkin saja sudah menanti mereka didepan sana.
    Sebuah kunai tiba-tiba melesat dari arah kiri dan kanan kelompok Naruto. Dengan segera keempat ninja muda itu menghindar. Berdiri diatas pohon dengan siaga. “Aku tak merasakan keberadaan satupun ninja didekat kita. Kurasa itu hanya jebakan yang langsung aktif ketika kita menyentuh pemicunya.” Ujar Naruto sambil melihat kesekeliling.
    “Kau yakin Dobe?”
    “Ya. Tapi sepertinya mereka sebentar lagi akan kemari. Kalian pergilah lebih dahulu. Aku akan menghadang mereka. Bila dalam lima belas menit mereka tak kunjung datang maka aku akan menyusul kalian.” Lanjut Naruto sambil turun dari dahan pohon. menginjak lantai hutan yang penuh akan dedauan kering.
    “Hn” jawab Sasuke dan pergi melanjutkan perjalanan diikuti Menma dan Sakura. Pemuda sulung Namikaze itu tak banyak bicara. Dia hanya mengikuti Sasuke guna menemukan si Jinchuriki Ichibi. Dia sangat ingin mengalahkan Jinchuriki tersebut. Menurutnya siapa yang lebih kuat antara Jinchuriki Ichibi atau Kyuubi?
    Sementara Sakura hanya tak tahu apa yang harus dia perbuat. Dia tidak sekuat anggota timnya yang lain. Bahkan dia sadar bahwa dia lebih lemah dari Naruto. Dia juga tak bisa menghetikan niat Sasuke untuk mengejar ninja Suna itu. Dia hanya bisa mengikuti dan membantu sebisanya.
    .
    Lima menit setelah berpisah dengan Sasuke, para ninja yang dinanti Naruto akhirnya tiba. Ada delapan orang ninja dari Oto. Pakaian mereka mirip sekali dengan pemimpin mereka, di tambah dengan masker yang menutup seluruh wajah kecuali dibagian mata.
    Naruto dapat melihat mata penuh kebencian meilik sedelapan ninja itu. Kedua tangan mereka menggenggam kuniai berselimut darah dari ninja dan warga Konoha. Tanpa membuang waktu kedelapan ninja itu menyerang Naruto bersamaan.
    Kedua tangan Naruto menggengga pedangnya erat. Dia menangkis setiap serangan yang datang dengan baik. Walau tak seua dapat dihindari setidaknya serangan mereka tak mengenai bagian yang fital dan mengakibatkan luka fatal. Hanya luka gores yang mengeluarkan darah disekitar lengan, bahu dan pinggang
    Dalam kesempatan yang sempit Naruto mengambil gagang pedang yang masih tergantung di pinggangnya. Dengan gagag di tangan kiri dan pedang di tangan kanan Naruto membalas setiap serangan yang datang. Memukul perut, menendang dan tak ragu pula Naruto memotong tangan ninja yang ada didekatnya. Dalam waktu delapan menit seluruh ninja oto itu berhasil dia tumbangkan. Beberapa ada yang hanya kehilangan tangan dan kaki, beberapa ada yang pingsan, dan sisanya mati.
    Setelah memastikan kedelapan ninja Oto tersebut tak dapat melakukan perlawanan lagi, Naruto melanjutkan mengejar Sasuke yang tampaknya sudah mulai bertarung melawan Gaara.
    .
    Ketika tiba di sana Naruto dapat melihat Sakura yang sudah tak sadarkan diri tengah ditahan oleh tangan pasir milik Gaara, sedangkan Sasuke tengah menahan sakit yang diakibatkan oleh tanda kutukan di bahunya.
    Menghampiri Sasuke yang tengah kesakitan, Naruto meletakkan tangannya di bahu kiri sang Uchiha terakhir. Dapat ia rasakan sebuah energy yang memaksa masuk dan mengalir di tubuh Sasuke. Naruto tahu energy ini. Ini adalah energi alam yang sering dia rasakan saat sedang bermeditasi.
    Dengan memusatkan konsentrasinya, Naruto mulai membantu Sasuke menyeimbangkan energy alam yang memaksa masuk ketubuh si raven. Energy yang memaksa masuk itu menyakiti tubuh Naruto saat pemuda Uzumaki-Namikaze itu berusaha menyeimbangkannya dengan menyalurkan energy alam dari luar yang ia dapat.
    Tak berapa lama bercak hitam yang memenuhi tubuh Sasuke mulai menarik diri ke tempata lambang kutukan berada. Ia dapat melihat segel pengekang yang di pasang Kakashi sama sekali tak membantu Sasuke. Yang ada malah segel itu menyusahkan Sasuke dalam menahan segel kutukan.
    Suara gemuruh pertarungan Menma dan Gaara dapat ia dengar. Di depan sana Menma tengah menunggangi Kyuubi sedang menahan serangan dari Shukaku. Seingat Naruto tadi Menma tengah bertarung bersama seekor katak besar, tapi kenapa sekarang malah berubah menjaadi Kyuubi?
    Belum pertanyaan Naruto terjawab, kyuubi yang di tunggangi menma beruah menjadi katak dan menma sendiri tengah melompat ke tempat Gaara berada. Pemuda penyandang marga Namikaze itu dengan kekuatan terkahirnya berhasil memukul Gaara hingga tersadar.
    BOFF
    Gumpalan pasir berbentuk Shukaku itu mulai hancur bersamaan dengan hilangnya katak tunggangan Menma. Kedua Junchuriki itu melayang jatuh dari ketinggian.
    Dengan sigap Naruto membantu Sasuke menghindar dari ombak pasir yang datang akibat pertarungan. Setelah membawa Sasuke ketempat yang aman dia menolong sakura yang masih tak sadarkan diri.
    .
    .
    Didepannya Menma dapat melihat Jinshuriki Ichibi tengah tak sadarkan diri. Jaraknya begitu dekat. Sedikit lagi dia dapat membunuh Jinchuriki itu. “Heh! Ternyata kau lemah. Kyuubi lebih kuat dari pada Ichibi milikmu.” Ujar Menma sombong.
    Gaara tak membalas perkataan Menma. Ia tengah menenangkan dirinya dari gejolak emosi yang masih berkecambuk pasca pengambil alihan tubuh yang dilakukan oleh Shukaku. “Dasar monster lemah. Setelah ini kau pasti akan dibuang oleh des-”
    “Hetikan Menma!” itu Naruto. Dia baru saja tiba dengan Sasuke. Pemuda Uchiha itu memaksa ikut saat Naruto mengatakan akan menemui Menma dan Gaara.
    “Bunuh dia!” seru Menma saat Naruto berjalan mendekati Gaara. Naruto meninggalkan Sasuke di samping Menma. Terlalu berbahaya membawa Sasuke kedekat Gaara.
    “Apa kau datang untuk membunuhku?” Tanya Gaara lemah. Matanya memadang Naruto yang mendekat dengan tatapan benci bercampur sedih. Pasirnya melayang-layang diudara tapi tak dapat menyerang. Gaara terlalu banyak menggunakan cakra.
    “Kalau aku membunuhmu. Kurama-nii pasti akan balik membenciku.” Balas Naruto dengan senyum lembut di wajahnya. Dia membantu Gaara mendudukkan diri.
    “Kurama-nii?” Tanya Gaara penasaran. “YANG DIA MAKSUD ADALAH KYUUBI.” ia dapat mendengar Shukaku membalasa pertanyaannya. “Kau Jinshuriki Kyuubi? Lalu bagaimana dengan anak Namikaze itu?”
    “yah. Kami berdua adalah Jinchiriki Kyuubi.” Balas Naruto ringan saat membantu mengobati luka Gaara dengan salep yang ia bawa.
    “Pasti hidupmu bahagia. Ada orang yang mengerti penderitaanmu.”
    “Tidak juga. Hidupku tak sebahagia Namikaze di sana itu. Aku adalah Jinchuriki yang di benci oleh seluruh penduduk.” Mata Naruto menerawang jauh. Tangan yang memberikan pengobatan itu terhenti sesaat.
    “Kau anak yang di buang oleh Yondaime itu!?”
    “Bahkan beritanya sampai ke Suna ya~” canda Naruto. Tapi Gaara tahu wajah itu tak sedikitpun menunjukkan kebahagiaan. “Aku Namikaze-Uzumaki Naruto. Namamu siapa? Maukahku berteman denganku?” tangan kanan Naruto terulur, mata birunya menatap Gaara lembut.
    Ah~ Gaara dapat merasakan kehangatan yang terpancar dari seluruh tubuh anak didepannya ini. Sangat berbeda dengan Menma, anak ini membuatnya merasa tentram dan dapat melupakan semua kesedihannya.
    Dengan perlahan tangan dengan perban putih itu membalas jabat tangan Naruto. Setitik kebahagiaan terlukis di wajah yang dingin itu. “Sabaku Gaara.”
    Dan dalam pertarungan ini, akhirnya Naruto mendapat teman pertama yang mengerti akan penderitaannya.
    .
    .
    Konoha di rundung duka. Invasi yang dilakukan Oto dan Suna membuat keadaan Konoha melemah. Ditambah dengan gugurnya sang Hokage ketiga di tangan muridnya sendiri Orochimaru. Sementara Hokage keempat tengah mengalami keadaan kritis karena racun yang disuntikkan ular Orochimaru saat bertarung melawan Shodaime dan Nindaime.
    Shodaime? Nindaime?
    Ya, Hokage Pertama dan Kedua juga muncul dalam pertarungan itu. Kedua Hokage pendahulu itu dipanggil paksa dari alam kubur oleh Orochimaru menggunakan jurus terlarang Edotensei. Walau pertarungan berjalan dengan tak seimbang, tapi Hokage ketiga berhasil menyegel jiwa para Kage pendahulu dalam tubuh Shinigami menggunakan Fuinjutsu : Shikifujin namun sayang dia harus kehilangan nyawa karena penyegelan tersebut.
    Sementara itu Hokage keempat sendiri menghadapi Orochimaru dengan kewalahan. Walaupun dia seorang Kage tapi ia tak tahu tehnik bertarung Orochimaru, itu menjadi kelemahannya. Namun ia telah berhasil memotong kedua tangan Orochimaru setelah megurangi jarang menggunakan Hiraishinnya. Mengambil jarak mendekat dengan Orochimaru sangat berbahaya apalagi saat itu sang Sannin tengah membawa seekor ular berbisa. Alhasil, walau Yondaime berhasil memotong tangan Orochimaru tetapi ia sendri mendapat gigitan dari ular berbisa Orochimaru.
    .
    Naruto dapat merasakan seluruh kesedihan dan dendam yang menguar dari semua tubuh warga Konoha yang menghadiri pemakaman. Dirinya sendiri tentu merasa sedih atas kehilangan Sandaime Hokage. Bagaimanapun beliau adalah sosok kakek yang sangat di sayangai Naruto, beiau telah melindingi Naruto dari berbagai macam ancaman yang datang baik dari dalam Konoha ataupun dari luar Konoha.
    Flashback
    “Naruto-kun, perkenalkan. Dia mulai hari ini akan menjagamu.” Sosok kakek berjubah Hokage itu menunjuka seorang pemuda bertopeng Anbu yang ada di sampingnya.
    “Eh? Apa tidak apa-apa Jiji? Nalu kan tidak dalam bahaya.” Suara cadel anak bersurai pirang yang tengah terduduk dipinggir tenpat tidurnya menatap sang Sandaime dengan tatapan polos.
    “Maa~ Nsruto-kun juga perlu guru untuk berlatih kan!? Selain menjagamu, dia juga akan membantumu dalam beratih.”
    “Benalkah Nii-chan?” mata biru itu menatap sang Anbu muda dengan penuh harap.
    “Benar Naruto-kun.” Balas Anbu itu singkat. Naruto tak dapat melihat seperti apa ekspresinya tapi Naruto merasa bahwa pemuda didepannya ini tidak berbohong.
    “Baiklah. Nama nii-chan siapa?” turun dari tempatnya duduk,  tangan berkulit tan itu terulur.
    “Itachi. Namaku Uchiha Itachi.” Tangan kanan Anbu itu membalas jabat tangan Naruto sedangkan tangan kirinya membuka topeng Anbu yang ia kenakan. Memperlihatkan wajah datar tanpa ekspresi dengan dua garis halis melintang diwajahnya.
    End Flashback

    Sejak saat itu Itachi Uchiha selalu menemani dimanapun anak itu berada. Menjganya secara sembunyi-sembunyi namun ketika Naruto hanya sendiri ia akan muncul dan melatih Naruto. Mengajarinya Taijutsu, Kenjutsu juga melepaskan diri dari Genjutsu. Namun hari-hari menyenangkan itu tak bertahan lama. Saat Naruto menginjam usia delapan tahun Itachi-nii-channya harus pergi. Setelah memberikan sebuah pedang berlonceng emas yang kata Itachi ai dapatkan si sebuah reruntuhan kuil kepada Naruto ia menghilang.
    Naruto tahu apa yang terjadi pada Itachi. Pembantaian yang dilakukan Itachi tak sepenuhnya salahnya. Karena Itach sendiri tak pernah menginginkan pembantaian itu. Satu-satuya hal yang dapat memaksa Itachi membantai seluruh keluaga yang sangat disayanginya adalah karena Misi. Ada seseorang yang memberinya misi untuk melakukan pembantaian. Sandaime Hokage tentu bukan orangnya. Kakek itu terlalu baik untuk melakukan hal sekeji itu. Yondaime Hokage? Tidak. Sebenci apapun Naruto pada ayahnya ia takkan pernah meragukan sang ayah. Apalagi ketua klan Uchiha adalah sahabat ayahnya sendiri.
    Satu-satunya yang memungkinkan untuk memberikan misi itu pastiah para tetua Konoha. Salah satu dari ketiga tetua yang sering menyulitkan Sandaime Hokage. Atau malah ketiganya?
    Entahlah. Naruto tak dapat melakukan apapun walaupun ia mengetahui kebenarannya.
    .
    .
    Lima hari telah berlalu. Keadaan konoha masih dalam masa pemulihan. Yondaime Hokage pun masih belum pulih walau sebelumnya sudah sempat sadarkan diri. Tim medis Konoha tak dapat membantu banyak, hanya bisa memperlambat efek racun sampai mereka berhasil menemukan penawarnya.
    Oleh karena itu kali ini Jiraiya mengajak Menma untuk mencari Tsunade. Berharap cucu dari Shodaime itu dapat membantu penyembuhan Minato. Dengan persetujuan dari para tetua, siang itu Jiraiya membawa Menma ke Tanzakuzai. Sebuah desa pemandian air panas yang penuh dengan tempat berjudi. Yah, berjudi adalah hobi Tsunade walau dia tak pernah menang samasekali.
    Sementara Jiraiya membawa Menma, Naruto sendiri tengah menyusuri lorong rumah sakit. Dia baru saja dari ruangan tempat Lee di rawat. Kini dia tengah menuju ruangan Sasuke. Sejak kepergian Menma bersama Jiraiya, tak ada yang menjenguk Sasuke, Sakura sendiri tengah menjalani perawatan karena serangan dari Gaara.
    Ruangan tempat Sasuke dirawat ada di lantai tiga paling pojok. Dari ruangan itu Naruto dapat melihat seluruh desa didepannya.
    Sasuke walau sudah sadar tapi tetap sedikit bicara. Dia hanya menatap Naruto sebentar lalu memilih membelakangi Naruto. Naruto tahu ada sesuatu yang sedang dipikirkan oleh bungsu Uchiha itu. Tapi Naruto tak dapat menebak.
    “Dulu ketika aku sakit. Itachi-nii pernah menjengukku.” Ucap Naruto bernostalgia. Mata birunya menatap langit biru tanpa awan di luar sana. Ia dapat merasakan tubuh Uchiha itu menegang. “Dia membawakan aku jeruk yang sangat kusuka. Dia juga menceritakan tentang adik kesayangannya.” Lanjut Naruto, tak memperdulikan Sasuke yang kini sudah mengubah posisi dengan berbaring menghadapanya.
    Mata kelam Sasuke memandang setiap inci wajah Naruto. Wajah berkulit tan yang selalu tampak ceria itu kini terlihat sedikit murung.
    “Kadang aku selalu berharap memiliki Kakak seperti Itachi-nii. Perhatian, lembut, kuat dan selalu ada untuk mu.” Mata biru itu kini menatap Sasuke nanar, langit itu diselimut mendung. “Walau aku tak pernah memiliki kakak, setidaknya saat Itachi-nii ada bersamaku, itu sudah cukup.”
    Sasuke POV
    Dia tau sejak awal tak pernah menyukai anak pirang didepannya ini. Dulu dia sering melihat Itachi melatih Naruto taijutsu. Ia iri. Kenapa kakaknya tak mau melatihnya, kenapa kakaknya malah melatih anak pirang yang bukan siapa-siapa ini?
    Tapi seiring berjalannya waktu Sasuke sadar. Kakaknya itu hanya menjalankan misi. Ia juga sadar anak pirang ini tak seberuntung dirinya. Hidup di keluarga yang dipeuhi oleh kasih sayang ibu dan kakaknya juga ayahnya yang selalu membimbingnya dengan tegas.
    Ia tak dapat membantah ketika ibu dan ayahnya meminta untuk berteman dengan Naruto, tapi itu tak semudah yang dia kira. Menma selalu menempel padanya, membuatnya sulit untuk mendekati si anak pirang.
    Ketika ia selalu medengar penghinaan dan olokan yang di tujukan pada Naruto, dia selalu bertanya-tanya.
    Apa benar Naruto itu monster?
    Apa benar Naruto pembawa sial?
    Apa benar Naruto dibuang?
    Ketika bertanya pada ibunya, ibunya menjawab bahwa itu tidak benar.
    ‘Naruto bukan Monster, dia adalah pahlawan sepertihalnya Menma.’
    ‘Naruto bukan pembawa sial, dia adalah cahaya keberuntungan yang diberikan tuhan kepada Konoha.’
    ‘Naruto tidak dibuang, orang-orang hanya tak menyadari bahwa inilah cara orang tua Naruto untuk menjaganya.’
    Tapi, menjaga Naruto dari apa? Siapa yang ingin membahayakan anak itu? Jadi ini alasan kenapa Itachi selalu berada didekat Naruto. Karena nyawa Naruto selalu berada dalam bahaya. Bukan hanya oleh ninja luar desa, tapi juga oleh orang-orang disesa itu sendiri.
    Sasuke masih ingat saat ia melihat dengan mata kepala sendiri beberapa warga mengejar Naruto yang tengah terluka. Diantara warga itu juga ada beberapa ninja chunin yang turut serta. Mereka mengatai Naruto dengan berbagai macam cacian, meludahinya, menendangnya bahkan tak segan-segan menyerangnya dengan kunai dan shuriken. Saat itu untuk pertama kalinya Sasuke merasa beruntung Itachi segera datang dan menolong anak bersurai pirang itu.
    Sasuke adalah seorang Uchiha, seorang Uchiah sudah ditakdirkan untuk menjadi sosok yang arogan, sombong dan berharga diri tinggi. Oleh karena itu ia tak dapat menunjukkan dengan jelas rasa perhatiannya. Ia senang ketika diberi kesempatan setim dengan Naruto. Ia senang Naruto memiliki kekuatan untuk melindungi dirinya sendiri, ia juga senang ketika mengetahui bahwa ia lebih kuat dari Naruto sehingga ia bisa membanggakan diri dan bisa melindungi pemuda pirang itu.
    Tapi Sasuke sadar dirinya tak bisa selamanya terjebak dalam ilusi kebahagiaan semu yang mudah sirna. Ia akan bertambah kuat. Sangat kuat hingga ia berhasil membunuh Itachi. Sangat kuat hingga ia bisa melindungi Naruto dari segala macam bahaya yang mungkin saja akan muncul. Dia akna mendapatkan kekuatan itu bagaimanapun caranya. Termasuk mengikuti sosok ular itu.
    Sasuke POV End

    TBC
    AN:
    Mungkin alurnya kecepetan. Selain itu aku hanya menjelaskan di sisi naruto saja. Oleh karena itu pertemua Jiraiya-Menma dengan Tsunade tak di jelaskan. Begitu pula dengan pertarungan Menma dengan Gaara. Yah, bisa dibilang perjalanan Menma sedikit nya sama dengan perjalnan Naruto di Canon minus Sasuke yang mengejar Itacih.

    Omake
    Disebuah ruangan yang gelap tampak seorang lelaki bersurai hitam panjang tengaha amerintih kesakitan. Tubuhnya yang terbaring bergetar hebat menahan sakit dari kedua tangannya yang terpotong. Ia harus mendapatkan jalan keluar dari rasa sakit ini. “Kabuto! Perintahkan Tim 4 Bunyi untuk segera menjemput Uchiha Sasuke. Aku membutuhkan tubuh itu sesegera mungkin.”
    “Baik Orochimaru-sama.” Pemuda bersurai putih dengan kacamata bulat itu keluar ruangan, meninggalkan sosok yang di sebut Orochimaru itu dalam gelapnya ruangan, menahan sakit yang dideritanya.

    “Uchiha Sasuke. Kau akan menjadi milikku.”

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan