- Home>
- KINGITSUNE 11.5A
Posted by : Yuuki
Rabu, 30 Desember 2015
Kingitsune
(Rubah Emas)
†††
By : Ayuni Yuukinojo
†††
Naruto © Masashi Kishimoto
†††
Pair :
?/Naruto
Warning :
Typo, OOC, EYD berantakan, Shonen-ai, YAOI.
Chap 11.5a :
Konoha
Dua tahun telah berlalu sejak kepergian Naruto. Keadaan
Konoha bisa dibilang sedikit berubah. Bukan karena bahaya dari desa luar, tapi
karena keadaan Konoha sangat panas walau tak sepanas Suna. Sudah hampir setahun
lebih hujan tidak turun di Konoha. Pohon-pohon mulai layu, sungai mulai mengering.
Banyak hewan yang mulai meninggalkan wilayah Konoha dan pergi menuju hutan
lebat milik Uzugakure.
Wabah penyakit juga menyebar dengan mudah. Bukan penyakit
yang parah tapi bila tak di tanggulangi dengan cepat dan baik maka akan
berakibat fatal.
Perkebunan dan peternakan Konoha juga mengalami penurunan.
Buah-buah dan sayuran mulai sulit untuk berbuah dan tumbuh dengan tidak sehat.
Sedangkan hewan-hewan ternak mengalami kesulitan dalam menghasilkan susu dan
telur.
Para orang tua yang tinggal dibalik Bukit Hokage berkata
bahwa para Dewa sedang menghukum desa Konoha. Warga Konoha sudah tak pernah
lagi melakukan persembahan kepada kuil-kuil tua yang ada di desa Konoha sejak
Nidaime Hokage menjabat.
Ketika Hokage yang mendengar pendapat itu, ia merasa tak ada
salahnya mencoba. Suatu hari ia mengadakan pertemuan dengan seluruh kepala
klan. Tak lupa ia mengundang seorang nenek dari desa di balik bukit yang
kebetulan mengetahui bayak hal mengenai upacara yang sudah lama ditinggalkan.
Nenek itu berkata, dulu ketika Konoha sudah tidak mendapat
hujan barang tiga bulan saja, para klan Seju dan Uchiha akan langsung
mengadakan upacara Permohonan Hujan kepada Dewa di Kuil Inari di desa
Uzugakure.
Kedua klan ternama itu akan mengundang putri atau putra
penerus klan Uzumaki untuk melakukan tarian ritual yang dilakukan di hadapan
Kuil Inari saat bulan purnama terang. Orang-orang Konoha dan Uzushio akan
berkumpul dan membuka stand dagang. Upacara itu akan menjadi semacam festival
yang dipenuhi tawa dan kebahagiaan.
Nenek itu sempat bercerita tentang festival terakhir yang ia
ikuti saat berusia 10th. Saat itu langit sedang cerah tanpa awan, bintang
bertaburan di mana-mana. Hutan Uzushio yang selalu gelap dan seram menjadi
sangat hangat dan nyaman dipenuhi lentera dengan tiga lambang klan menerangi
jalan setapak.
Di festival itu ia melihat para anggota tiga klan tampak
sangat akrab. Tak ada pertengkaran dan perselirihan. Dia malah melihat Madara
Uchiha, Shodaime-sama dan Uzumaki Mito-sama berlomba menangkap ikan koi tanpa
menggunakan cakra. Sayang saat itu Madara menggunakan sharingan untuk
menghipnotis para ikan agar mau loncar ke mangkuk di tangannya. Alhasil dua
temannya menjitak kepala lelaki kuat klan Uchiha itu.
Nenek tua itu menitikkan air mata ketika menceritakan festival
terakhir yang ia ikuti. Karena sebulan kemudian Madara Uchiha meninggalkan
Konoha. Pasti saat tu adalah saat terakhir ketiga orang sahabat itu bisa
benar-benar tertawa tanpa mengingat masalah klan.
Nenek itu juga mengingatkan bahwa sejauh yang ia tahu, festival
itu selalu di pimpin oleh putra atau putri penerus klan Uzumaki. Hanya mereka
yang tahu apa-apa saja hal penting yang dibutuhkan dalam festival itu.
.
Minato berpikir. Mencari kuil Inari di Uzushio bukanlah hal
yang sulit. Tapi mencari orang yang mengetahui dan bisa memimpin upacaralah
yang sulit. Upacara dilakukan terakhir kali saat Madara dan Shodaime-sama masih
ada. Bahkan Mito-sama juga. Tapi Uzushio telah hancur saat masa jabatan Hokage
kedua. Anggota klannya menyebar keseluruh penjuru dunia. Satu-satunya Uzumaki
yang dimiliki Konoha adalah Kushina dan ia adalah putri dari Uzukage Ketiga.
Setelah itu penerus klan Uzumaki menghilang.
Tak mungkin dia meminta Menma untuk melakukannya. Senju pun
yang tersisa hanya tinggal Tsunade sementara Uchiha telah meninggalkan Konoha.
Malam itu Minato memasuki gudang penyimpanan para Hokage.
Membaca gulungan berisis hal-hal yang dilakukan para Hokage semasa menjabat.
Selama semalaman penuh dia hanya menemukan bahwa Uzumaki satu-satunya yang bisa
memimpin Upacara itu.
Tapi sebuah gulungan berwarna merah dengan lambang Uzumaki
beratas namakan Sarutobi Hiruzen membuat Minato penasaran :
‘Uzumaki-Namikaze
Naruto, ninja muda dengan darah Uzumaki yang kental. Aku sempat memerintahkan
Uchiha Itachi untuk menjaga dan melatih anak itu. Dari laporannya Itachi-kun
berkata Naru-chan sering atau senang sekali menari. Ketika Itachi-kun bertanya
tarian apa yang ia tarikan, anak itu hanya menggeleng. Naru-chan bercerita.
Setiap bulan purnama dia selalu bermimpi mendatangi sebuah festival. Disana dia
melihat seorang lelaki kadang perepuan mengenakan kimono indah sedang menari
sambil bernyanyi-nyanyi. Naru-chan tak tahu bahasa apa yang di gunakan untuk
bernyanyi, tapi ia selalu mengerti arti nyanyian itu.
Dibawah bulan purnama kami para
keturunanmu memohon
Sampaikan pesan dan doa kami
kepada dewa di atas sana
Limpahkan hujan untuk tanah kami
yang kekeringan
Berkahi kebahagiaan dan
keberuntungan kepada warga mereka yang ada disini
Jauhkan mereka dari perselisihan
antar Klan
Lindungi mereka dari serangan
desa lain
Kami Uzumaki, Uchiha dan Senju
Mengadakan upacara permohonan
berkah
Memohon kepada sang pembawa
kebahagiaan dan keberuntungan
Sang rubah emas yang melindungi
dunia
Wahai Kingitsune-sama
Dengarkanlah doa dan harapan kami
Naru-chan berkata di
setiap mimpi ia selalu datang dengan wujud yang berbeda-beda. Kadang ia muncul
sebagai seekor anak kucing yang meminta makanan kepada penari Uzumaki, kadang
dalam wujud burung biru kecil yang bertengger di bahu si penari saat sedang
menari, kadang seekor rubah kecil yang ikut menari bersama si penari, kadang
seorang anak kecil bersurai pirang yang lengsung diajak menari saat para
Uzumaki-Uchiha-Senju itu melihatnya.
Naru-chan berkata ia
tak melihat klan lain selain ketiga klan itu. Walau begitu Naru-chan merasa
sangat senang bisa mendapat mimpi itu. Oleh karena itu ia selalu menarikan
tarian yang ia ingat dan melantunkan nyanyian yang ia dengar walau hanya berupa
gumaman.
Tertanda, Hiruzen Sarutobi‘
.
Menma
Dua tahun sudah putra Yondaime itu meninggalkan Konoha.
Setelah keadaan ayahnya pulih, Jiraiya mengajaknya untuk berlatih di luar
Konoha. Tentu Minato mengijinkan walau merasa sangat berat. Maklum dia baru
saja kehilangan putra bungsunya.
Selama dua tahun ini dia sudah berkembang banyak. Ia sudah
bisa menggunakan elemen anginnya dengan ahli, begitu pula dengan taijutsunya.
Walau ia sudah berkembang. Tapi ia tetap merasa kesulitan
dalam mengendalikan cakra Kyuubi. Sejak mulai meninggalkan Konoha, monster
rubah itu mulai aktif mengganggu konsentrasi Menma. Monster itu juga selalu
mencari kesempatan untuk menyusupkan racun ke dalam cakra Menma saat Menma
menggunakan cakra Kyyubi. Itu membuat pemuda Namikaze itu mengalami demam
selama satu hari satu malam.
Tapi setiap Menma bertanya apa alasannya. Rubah itu selalu
bungkam. Hanya menatap Menma tanpa berkedip, lalu mendengus dan membuang muka.
Menma sangat rindu Konoha. Sudah lama rasanya ia tidak
mellihat kampung halamannya. Tapi bila ia mengingat Konoha, ia akan teringat
dengan Naruto.
Akhir-akhir ini ia selalu teringat dengan saudara kembarnya
itu. Pemuda pirang itu selalu muncul dalam setiap mimpinya, bukan mimpi buruk
sih. Hanya memandang dirinya dengan mata biru teduh yang selalu membuatnya iri.
Tersenyum dengan lembut seolah tanpa beban.
Ia akui ia iri akan Naruto. Naruto selalu berhasil tersenyum
walau di siksa seperti apapun. Ia juga selalu berhasil bertahan walalu sudah di
hajar oleh para warga. Ia mengira bahwa anak itu akan tetap hidup karena tak
pernah mengalami penyerangan yang melibatkan desa luar. Ia percaya anak itu
akan selalu ada untuk mengingatkan Menma bahwa bukan hanya Menma Jinchuriki di
Konoha.
Tapi ia tak menyangka bahwa saat kembali ke Konoha setelah
menjemput Tsunade, kabar pertama yang ia terima adalah kabar kematian Naruto.
Dulu ia menyangkal memiliki saudara lemah seperti anak itu.
Namun saat anak itu sudah pergi untuk selamanya, barulah ia merasakan yang
namanya kesepian.
Ada sebuah rongga yang kosong di lubuk hatinya. rongga yang
selalu meniupkan angin dingin kepada dirinya. Membuat Kyuubi selalu dengan
mudah mempengaruhi dirinya.
‘Apakah karena dirinya Naruto meninggal?’
‘Mereka sama-sama Jinchuriki. Apa selama ini Naruto menerima
penderitaan yang seharusnya ia yang terima?’
Menma tahu ayahnya berbuat tidak adil pada dirinya dan
Naruto. Tapi ia tak peduli. Dulu ia merasa itu wajar karena Naruto tidak
memiliki cakra dan membuat Ayahnya kecewa. Oleh karena itu ia juga ikut
menghukum Naruto.
.
..
Itachi
Akhir-akhir ini Itachi selalu mengunjungi sebuah kuil Inari
tua di hutan Uzushio. Entah kenapa kakinya selalu melangkah kesana jika berada
di wilayah dekat Uzushio.
Hutan itu terasa sangat sejuk berbeda dengan Konoha yang
terasa panas akhir-akhir ini. Ia juga melihat banyak hewan disini. Anehnya
mewan-hewan itu tidak saling memakan. Dan populasi hewan disini kebanyakan
Rubah.
.
Itachi tak tahu sejak kapan ini di mulai. Tapi ia terkadang
akan melihat sebuah kilasan masa lalu tentang sebuah hutan dengan pohon raksasa
beserta penghuninya yang semuanya rubah. Terkadang ia melihat sambil
berjalan-jalan di atara rubah-rubah beraneka jenis dan ukuran itu yang anehnya
sangat ramah. Kadang ia juga seperti melihat dari atas, terbang diantara
pepohonan.
Saat ia melihat dari atas, ia melihat bahwa bayak sekali
rubah raksasa dengan ekor yang beragam di sana. Ia sempat berpikir bahwa semua
rubah besar itu adalah Kyuubi.
Yang paling diingatnya adalah ia sering menemui seorang
pemuda berambut pirang panjang yang tertidur dibawah pohon sakura. Ekor pirang
pemuda itu menyelimuti tubuh tuannya dari dingin, disamping pemuda pirang
dengan rambut panjang itu terdapat seekor rubah oranye kecil dengan sembilan
ekor yang bergerak pelan. Mata crimson rubah itu menata Itachi dalam diam.
Itachi tak tahu ingatan siapa itu, yang jelas bukan dirinya
karena ia seperti merasa bukan dirinya yang ditatap rubah itu, tetapi orang
lain yang berada tepat didekatnya. Entahlah. Hanya saja sejak saat itu ia tak
bisa berhenti memikirkan Naruto.
Ah~ Naruto. Itachi sangat terpukul begitu mengetahui bahwa
pemuda pirang sahabat adiknya itu telah tiada. Sasuke pasti akan sangat
memebenci Konoha bila tahu bahwa Danzo lah yang memerintahkan hal itu. Atau ia
sudah tahu? Entahlah.
Itachi tak bisa memaksa Sasuke untuk melindungi Konoha bila
Konoha sendiri tak bisa melindungi warganya sendiri.
Kembali pada Kuil ini. Kuil ini walau berada di wilayah
Uzuhio tapi terdapat bayak sekali lambang Uchiha dan Senju disini. Entah kenapa
seperti tempat ini adalah tempat pertemuan netral ketiga klan itu. Itachi
seperti merasa ada dirumah bila ada di kuil ini.
Kematian Naruto tidak membuat Akatsuki mengalami kendala
mengingat masih ada Menma yang menjadi Jinchuriki Kyuubi. Pein telah memberikan
kebebasan kepada Itachi untuk memilih Jinchuriki Kyuubi mana yang akan ia
tangkap.
Itachi mengerti bahwa untuk mecapai perdamaian pastinya ada
pengorbaan, hanya saja Itachi tidak mau lagi mengorbankan orang yang berharga
bagi dirinya dan juga adiknya. Oleh karena itu, ia akan tetap berusaha
menangkap Menma. Setidaknya sampai Sasuke datang untuk membunuhnya.
.
.
Sasuke
Pemuda Uchiha itu memandang Karin dalam diam. Dia berpikir.
Wanita itu memiliki nama keluarga yang sama dengan Naruto tapi kenapa sikap
mereka sangat berbeda.
Naruto itu sering tersenyum tapi Karin itu sangat judes.
Naruto itu cerewet tapi Karin lebih cerewet. Saking cerewetnya ia sangat ingin
merobek mulut gadis itu.
Sasuke tak banyak berubah. Ia tetap pemuda Uchiha yang
dingin, arogan dan pendiam. Dia menatap rekannya dengan tatapan merendahkan
seolah-olah mereka yang membutuhkannya, bukan sebaliknya.
Sampai saat ini dia telah berhasil membunuh Orochimaru.
Sannin ular itu benar-benar menjijikkan. Melihat wajahnya saja bisa membuat
Sasuke merinding, bukan karena takut. Tapi sumpah Orochimaru itu semerti
paman-paman pedo maho yang mengoleksi para ninjau kuat untuk memenuhi asrat
terpendamnya. Sasuke merasa beruntung di belum pernah di apa-apakan(?)
Walau begitu ia merasa bersyukur. Ia berhasil mengendalikan
mata saringannya. Bahkan ia mendapatkan donor mata gratis yang ternyata mata
itu Orochimaru dapatkan dari Danzo.
Sial! Mengingatnya membuat Sasuke semakin membenci Konoha.
Sasuke juga tak jarang bertemu dengan ninja Konoha yang
sedang menjalankan misi. Biasanya ninja Konoha itu yang paling pertama mencari
masalah. Berhungbung Sasuke sangat benci Konoha, jadi dia melampiaskan
kebenciannya dengan menyiksa ninja-ninja itu lalu mencincangnya. Lalu dia bakar
dengan Amaterasu.
Mengingat ninja Konoha membuat Sasuke teringat dengan
Naruto. Apa sekarang anak itu bahagia? Apa anak itu sekarag masih mau menunggunya?
Apa dia kelak akan bisa bertemu dengan anak itu?
Jujur saja, akhir-akhir ini Sasuke sering memimpikan ia
bertemu dengan seorang pemuda beryukata berambut pirang panjang dengan sembilan
ekor yang meliuk dibelakang tubuhnya. Mereka bertemu di bawah pohon sakura yang
besar ditepi danau. Setidaknya dia yang di bawah pohon sedangkan pemuda itu
duduk manis di dahan pohon itu. Mata pemuda itu biru yang sangat indah,
wajahnya sangat mirip dengan Naruto jika saja pemuda Uzumaki itu masih hidup
dan beranjak dewasa.
Dalam mimpi itu Sasuke disapa dengan nama Shinjirou. Ia
menggunakan sebuah hakama hitam, dengan armor merah seperti milik Uchiha
Madara. Ia dapat melihat pantulan wajahnya di air danau. Ia menggunakan sebuah
topeng gagak merah tua, rambutnya yang panjang ia ikat longgar di belakang.
Sayap hitam besarnya berada di punggung.
Suara sosok pirang itu sangat lembut. Ia berkata ‘Sebentar lagi akan bertemu.’ Atau ‘Bersabarlah’
Sasuke tak tahu apa maksud dari mimpi itu, tapi ia yakin hal
itu merupakan hal yang sangat ia nantikan karena setiap ia terbangun dari mimpi
itu jantungnya selalu berdebar-debar dan seperti ada ribuan kupu-kupu yang
terbang di perutnya.
.
TBC