- Home>
- Angel Tears Wasted 15
Posted by : Yuuki
Selasa, 09 Desember 2014
H-3
Alois
Ranch Phantomhive atau yang lebih dikenal seagai Alois Trancy. Seorang malaikat
yang ditugaskan oleh Malaikat Tinggi dari Timur, Tanaka turun kedunia untuk
membasmi kaum iblis yang mengacau akibat lenyapnya pemimpin mereka Raja Utara
saat perang perebutan kekusaan di Under World beberapa
tahun silam. Saat pertama kali turun kedunia manusia ia sama
sekali tidak tahu apa-apa.
Flashback.
Hari
itu bulan purnama
dan ia mendarat disebuah gereja kecil di desa dekat ibu kota Negara. Dirinya
yang baru pertama kali turun kedunia
tidak tau apapun mengenai kehidupan orang-orang disana. Namun berkat darah
turunan ayahnya Vincent, ia dapat menyesuaikan dirinya dengan cepat.
Pada
malam-malam berikutnya Alois mulai berburu, memburu para kaum underworld yang
berkeliaran di dunia manusia. Masih ia ingat saat ia membunuh kaum-kaum bawah
itu. salah satu yang paling dia ingat adalah saat membunuh-membasmi- sekeluarga
vampire pure blood yang tak sengaja ia temukan saat tengah berkeliaran di
sebuah desa. Memang tak mudah, sangat tak mudah malah. Vampire pure blood itu
sangat lihai dan pandai, mereka memiliki kemampuan untuk berfikir dan memiliki
akal untk mengelabui. Sangat berbeda dengan vampire kelas bawah yang hanya
mengandalkan insting dan nafsunya akan darah.
Keluarga
vampire yang ia bantai saat itu terdiri dari sepasag suami istri beserta
seorang putrinya yang dari postur tubuh berusia 10 tahun, namun Alois sangat
yakin bahwa usia sesungguhnya anak itu tak sampai satu tahun.
Yang
pertamakali ia lawan adalah kepala keluarga vampire itu. dengan kekuatannya
yang besar vampire itu menghalangi Alois untuk menyentuh keluarganya. Sedangkan
sang istri bersiap tak jauh dari sang suami sembari melindungi putrinya.
Alois
sendiri cukup kepayahan melawan sepasang vampire itu, namun semua berjalan
lancar walau ia mengalami luka yang cukup parah di seluruh tubuhnya, apalagi saat ia bisa membunuh putri dari
vampire itu. Ia sangat menikmati perannya untuk menyikasa vampire muda yang
belum memiliki kemampuan bertarung dan bahkan untuk konsumsi darah pun ia masih
meminta darah ibunya.
Semenjak
Alois berhadapan dengan vampire pure blood itulah Aois menjadi lebih
berhati-hati saat berhadapan dengan vampire terutama pure blood karena ia
sadar, tubuh malaikatnya sangat lemah terhadap racun yang berada di kuku dan
taring vampire. Butuh waktu lebih dari seminggu untuk Alois memulihkan tubuhnya
dari luka-luka serta efek samping dari pertarungannya dengan keluarga vampire
tersebut.
Jelang
masa pemulihan itulah Alois bertemu dengan Claude. Saat itu bulan bersinar
redup ditambah lagi awan hitam yang menggantung. Kala itu ia tengah melakukan
pengintaian di ibu kota dekat istana kerajaan. Ia dengan waspada serta
hati-hati menyusuri gang-gang sempit diantara deretan bangunan tinggai di ibu
kota. Memastikan tak ada satupun mahluk under word yang lolos dari
pengamatannya. Hingga akhirnya ia mencium bau darah segar di sebuah
gang gelap di semping sebuah bar yang lengkap dengan wanita pelacurnya.
Saat Alois memeriksa bau darah itu disana ia melihat
seorang pemuda beriris emas tengah kewalahan melawan seorang
wanita yang sedang menyerangnya, kuku jari tangan wanita itu memanjang dan
menyambar-nyambar tubuh si pemuda, mulutnya terbuka meneteskan saliva dengan
taring panjang yang menanti intuk mencabik seonggok daging, pupil matanya
mengecil penuh dengan urat-urat mata yang timbuk karena ketegangan sedangkan
suaranya serak dan mengerikan desahan nafasnya terdengar serak bagai tak minum
sekama beberapa minggu.
Hanya dengan sekali lihat Alois tahu
bahwa sosok wanita yang menyerang pemuda beriris emas itu bukanlah manusia.
Dengan perlahan ia mengambil sebuah tongkat besi yang tak sengaja ia temukan
tergeletak didekatnya, dengan menambahkan sedikit sihir putih ia menyerang
sosok wanita itu tepat dibagian jantung lalu dikepala dengan keras hingga wanita
itu jatuh tersungkur dilantai gang dan berubah menjadi debu.
‘Vampire Outcast yang haus darah rupanya’ batin Alois saat melihat bagaimana wanita itu
musnah dengan mudahnya tanpa adanya perlawanan. Sedangkan pemuda didepannya
hanya tempak terkejut sekaligus syok saat melihat sosok wanita itu musnah.
“Terima kasih.” Ujar pemuda
itu setelah sadar dari terkejutnya dan dapat berdiri kembali.
“Hn” ujar Alois tanpa memandang pemuda itu. Sikapnya
dingin dan memancarkan aura ketidak sukaan pada sosok didepannya. Hahh~ Alois
benar-benar membenci manusia eh?
“Namaku Claude, Claude Michaelis. Siapa namamu?” sosok
pemuda yang bernama Claude itu dengan senyum agak sedikit ramah mengukurkan
tangannya hendak berkenalan dengan Alois.
“Bukan urusanmu.” Dan berlalulah Alois tanpa
memperdulikan tangan milik pemuda itu yang masih dalam posisi menggantung.
Cukup lama Claude tertegun akan aksi Alois. Ini pertama
kalinya ia diacuhkan seperti ini, padahal selama ini banyak sekali orang-orang
yang ingin mendekatinya. Menginginkan kenaikan derajat karena bisa bergaul
dengan seorang pengeran seperti dirinya ini.
“Hei! Tunggu!” dengan cepat Claude menyongsong sosok
Alois yang tenyata sudah berada didepan mulut gang.
“Apa maumu!” tanya Alois kesal melihat kelakuan pemuda
dibelakngnya ini. Ia benci keramaian, ia benci berisik dan ia benci manusia. Ia
kesal, sangat kesal karena kini ia tengah diikuti oleh seorang manusia yang
tanpa sengaja telah ia tolong dari mahluk underworld.
“Tentu saja ingin berkenalan denganmu.” Ujar Claude yang
kini mengekor dibelakang Alois dengan santainya sambil sesekali menebarkan
senyum mempesona kearah seluruh penduduk kota-tepatnya para wanita-.
“Aku tidak perduli dan tidak mau perduli siapa kau dan
apa maumu. Sekarang berhenti mengikutiku dan enyahkah.” Bentak Alois kesal dan
jengah. Dia sangat kerepotan dengan sosok pemuda seenaknya yang terus menerus
mengikutinya ini. Bila terus seperti ini ia akan kesulitan untuk berburu karena
tak mungkin ia menunjukkan kekuatannya dan keberadaan para mahluk underworld yang
berkeliaran.
“Sayang sekali kau tak bisa memerintahku. Dan aku takkan
pernah pergi sampai kau memperkenalkan siapa dirimu yang sebenaranya.” Ujar Claude dengan seringai licik terpatri
diwajahnya.
Merasa kesal akan perkataan dan sikap pemuda edan yang mengikutinya
Alois pun mengambil langkah seribu dan meninggalkan Claude, namun sial pemuda
yang menurut Alois itu edan, kurang kerjaan dan menyebalkan itu tetap saja
mengikutinya.
End
Flashback.
Alois masih
ingat sejak saat itulah sosok Claude terus menerus mengikutinya dan membuat ia
kesulitan dalam menjalankan perburuannya. Namun semua kekesalannya berubah saat
Claude yang telah ia ketahui sebagai seorang pangeran itu menolongnya dari
serangan seekor Werewolf yang sedang diburunya. Sejak saat itu ia mulai menerima
keberadaan Claude di sisinya dan tanpa sadar ia lah yang telah membuat Alois
melalui masa kedewasaannya.
---...---
Saat ini
Alois tengah terang di angkasa. Mengepakkan sayap putihnya yang indah
menunggangi udara. Dibawahnya terbentang deretan rumah penduduk yang berjejer
dengan jaraj yang konstan. Dijalanan yang terbuat dari tanah, terlihat beberapa
kereta kuda penuh penuh dengan jerami tengah berjalan perlahan dan sesekali
berhenti untuk menyapa kenalan yang kebetulan berpapasan dengan mereka.
Dari atas
udara Alois dapat melihat bentangan sungai yang mengalir tenang. Sungai itu
akan bermuara di laut dekat kerajaan Leviath sedangkan hulunya tepat berada
dibalik hutan yang ada jauh didepan Alois kini. Setelah beberapa menit terbang
pemandangan dibawah Alois mulai berubah, rumah-rumah penduduk mulai berkurang
digantikan dengan jajaran peohon-pohon yang lebat. Beberapa kilometer
didepannya tampak hutan-hutan telah tertutup ditutupi salju juga dapat
dirasakan oleh Alois suhu uadara yang muali turun.
Saat tengah
mengamati keadaan hutan yang ada dibawahnya Alois tiba-tiba merasakan tekanan
udara yang meningkat diikuti dengan hembusan angin kencang, tajam dan cepat
bagai pedang, dengan sedikit oleng Alois berhasil mengindar dan mendarat
disebuah tanah lapang ditengah hutan yang tertutup tebalnya salju. Begitu
mendarat Alois segera mengeluarkan pedangnya dan bersiap dalam posisi siaga.
“Tunjukkan
dirimu pengecut!” seru Alois dengan penuh amarah.
Perlahan-lahan
dari balik kegelapan hutan yang ada didepannya muncul sosok entah itu lelaki
atau perempuan yang mengenakan pakaian serba merah. Rambut panjang semerah
darahnya berkibar tertiup angin dingin dari pegunungan. Seringai lebar
terpampang diwajahnya memperlihatkan deretan gigi-gigi tajamnya yang
menyermakan, mata hijau kekuningnnya yang terbingaki bulumata yang lentik
tampak memandang tajam sosok Alois dari balik kacamata bergagang merahnya.
Tangan kirinya tampak masuk kedalam kantong celana panjang kemerahannya
sedangkan tangan kanannya tengah menenteng sebuah alat pemotong kayu berwarna
merah yang belum dinyalakan.
“khukhukhukhu....
Malaikat tlah tersesat~ tersesat~ tersesat~ Malaikat tlah tersesat~ My dear
Master~ “ nyanyian lembut yang harusnya terdengar indah itu kini terdengar mengerikan
ditelinga Alois, apalagi yang menyanyikannya adalah sosok tak jelas gender yang
dengan senangnya memampang seringai kejam di wajahnya yang terus berjalan
semakin mendekati dirinya.
“khukhukhukhukhu.....
Grell mendapat mangsanya~ mangsanya~ mangsanya~ Grell mendapat mangsanya~ My
dear Ciel~ hiiiaaaahhhhhh!” tepat seusai nyanian itu sosok merah yang diketahui
sebagai Grell Sutcliff mulai menyeran Alois dengan pemotong kayunya yang
berputar menimbulkan suara bising.
“Kau!
Antek-antek Raja Utara! Jangan menghalangiku!” seru Alois kesal dengan tangan
kanan yang sudah bersiaga.
“O..o..o~
memangnya kau mau kemana malaikat manis? Tempat ini wilayah kekuasaan Raja
Utara kau tak boleh sembarangan memasuki wilayah ini bila tak ingin kehilangan
nyawamu.” Ujar Grell sing a song.
“Huh!
Aku tak perduli dengan mahluk rendahan macam kalian. Aku datang kemari untuk
membunuh Raja Utara. Lalu apa maksudmu dengan menyebutkan nama Ciel! Kau
mengetahui sesuatu tentangnya ya! Cepat jelaskan padaku!” Tuntut Alois dengan
pandangan matanya yang enakutkan.
“Uhh~
kau sombong sekali yaaa~ tak taukah kau bahwa kami bisa membunuhmu dengan
sangat mudah! Lagipula memangnya kenapa bila aku memberi tahu hubunganku dengan
my dear Ciel? Apa yang ingin kau lakukan padanya?”
*smirk*
”Tentusaja
aku akan membuatnya menderita! Itulah tujuanku datang kedunia ini.
Hahaahhaahahahaha~” tawa jahat Alois terdengar kencang membuat Grell cukup
kesal.
“Mahluk
lemah sepertimu ingin membunuh my dear Ciel tanpa tahu siapa sebenarnya Ciel?
Bodoh. Seribu tahunpun kau lalui untuk berlatih tetap takkan bisa membunuh
Ciel. Karena my dear Ciel adalah Raja Utara yang memiliki kekuatan jiwa abadi
yang akan tetap hidup walau jantungnya terlusuk pasak perak seklipun. Dan kau
akan mati ditangaku hari ini. Ditangan Grell si Dewa Kematian merah yang cantik
ini. DEATH!”
.
.
Sementara
itu di Ibu Kota Kerajaan.
Sesosok
pemuda bersurai kelabu tengah berjalan ditengah keramaian kota. Wajahnya tampak
tanpa ekspresi namun matanya tampak jeli memperhatikan keadaan kota bahkan
sampai kesudut terkecilnya. Penampilannya yang tampak mencolok tampak tidak
membuat orang-orang terpengaruh, bahkan seolah-olah orang-orang yang berlalu
lalang dikota itu seperti tidak melihat sosok itu.
Sekelebat
bayangan hitam yang melaju kencang di sebuah gang kecil yang gelap walau saat
itu tengah sore hari berhasil menarik perhatian pemuda bersurai kelabu itu.
dilangkahkannya kaki mungilnya menuju gang kecil tempat bayangan hitam tadi
terlihat. Perlahan mata pemuda yang awalnya berwarna sapphire itu berubah warna
menjadi merah menyala dengan pupil verticalnya .
‘Antek-antek anak bulan sudah bergerak, eh?
Kalau begitu aku harus lebih waspada.’ Batin sosok bersurai kelabu yang
kita kenal sebagai Ciel tersebut.
Setelah
merasa cukup puas dengan informasi yang didapatnya dari gang kecil itu ia mulai
kembali berjalan ke jalan untama dan melanjutkan perjalanannya menyusuri
keramaian.
Keadaan
kota itu tidaklah banyak berubah bagi Ciel, tetap seramai dan sesibuk yang ia
lihat saat pertama kali menjejaki wilayah itu. penuh akan manusia yang berlalu
lalang dengan tujuan masing-masing dan tak begitu memperhatikan keadaan
disekitar. Yang berubah hanyalah ada nuansa warna hitam berupa bendera setengah
tiang yang terdapat disetiap pintu masuk toko maupun rumah, hal itu mungkin
disebabkan karena kematian Ratu kerajaan itu yang hingga kini pelakunya belum
diketahui dan ditemukan.
Saat
Ciel tengah lewat disekitar kawasan penginapan sederhana, hidung sensitive nya
mencium aroma yang tak asing. Dengan perlahan Ciel mengikuti aroma itu melawati
jalan-jalan yang akhirnya membawanya kehadapan sebuah bar kecil disekitar
pemukiman agak kumuh.
Tanpa
ragu pemuda mungil itu memasuki bar kecil nan tua itu. Saat ia berjalan
menyusuri deretan meja-meja, pandangan para penghuni bar baik para tamu maupun
para pekerja tampak terarah padanya. Memunculkan banyak pertanyaan pada benak
para manusia itu. ‘Mau apa seorang anak
dibawah umur datang ketempat seperti ini?’ atau ‘Siapa
anak bangsawan yang tersesat itu?’ dan banyak pertanyaan sejenis lainnya
yang penuh dengan sarat kebingungan dan keingintahuan.
Tak
salah memang. Walau usai Ciel telah mencapai lebih dari lima ribu tahun tapi
sosoknya terlihat seperti seorang anak manusia yang berusia 13 tahun. Seorang
bocah dengan pakaian bangsawan terbuat dari sutra indah berwarna biru dongker
lengkap dengan aksesorisnya mengmbalut tubuh mungil berkulit porselinnya.
Mata
deep blue sapphire Ciel menyapu seluruh ruangan mencari sosok dengan aroma yang
ia ikuti selama ini. Setelah sekitar beberapa detik mencari akhirnya Ciel
menemukan sesosok pemuda berpakaian serba hitam dengan topi hitam menutupi
surai hitamnya yang merupakan sumber dari aroma yang diikutinya sedari tadi.
Dengan
perlahan dan langkah yang anggun sekaligus tegas Ciel mendakati sosok itu
mengacuhkan bisikan dan pandangan penasaran para manusia yang ada diruangan
itu. “Selamat Sore. Bisa berbicara sebentar.” Ujar Ciel sopan meminta perhatian
dari sosok serba hitam tersebut.
Jeda
beberapa lama barulah sosok hitam itu bereaksi. Ditolehkannya kepala dengan
surai raven nya itu kearah Ciel dengan seringai kecil terukir diwajahnya. Mata
rubynya memandang Ciel dengan intens. “Ya. Tuan Muda. Ada yang bisa saya
bantu?” Tanya sosok itu.
“Bisa
ikut saya sejenak. Ada hal yang ingin saya bicarakan.” Ujar Ciel tampak sedikit
kesal.
“Hm~ Bila
hal yang ingin anda bicarakan sangatlah penting, bagaimana bila kita bicara di
penginapan yang saya sewa saja?” tawan sosok itu sambil membayar minuman yang
dibelinya namu pandangannya masih terarah kepada Ciel dengan alis kiri yang
sedikit terangkat.
“Baikalah.”
Jawab Ciel lalu menggikuti sosok itu dari belakang menuju tempat lelaki itu
menginap.
Saat
keluar dari bar itu Ciel tak menyangka bahwa langit sudah menggelap. Memang
akhir-akhir ini malam terasa cepat sekali tiba dan siang terasa sangatlah pendek.
Keanehan itu mungkin tidak begitu diperhatikan oleh para manusia yang sibuk
akan urusan mereka itu tanpa menyadari bahwa perbedaan itu adalah awal dari
kehancuran yang akan tiba beberapa hari lagi.
Perjalanan
menuju penginapan lelaki itu terasa sangat sunyi. Lelaki didepan Ciel tampak
berjalan tenang tapa memperhatiakn apapun yang ada disekitarnya kemungkinan ia
sedang memikirkan sesuatu, sedangkan Ciel sesekali tampak mengedarkan
pandangannya kesekeliling memperhatikan aktifitas mahluk-mahluk bukan manusia
yang berlalu-lalang didalam kegelapan gang kecil.
Setelah
lama berjalan akhirnya Ciel tiba disebuah penginapan yang cukup mewah
bertingkat tiga. Ia kemudian dibawa memasuki lorng-lorong penginapan sampai
akhirnya dipersilakan untuk masuk kedalam sebuah kamar bernomer 12.
Dengan
santai Ciel memasuki ruangan itu diikuti lelaki itu stelah terlebih dahulu
mengunci pintu masuk. “Nah, Tuan Muda. Apa yang ingin anda bicarakan dengan
saya?” Tanya sosok itu berjalan mendekati Ciel sambil melepas topi juga jubahnya
dan membuangnya kesembarang arah.
“Cukup
main-mainnya Sebastian. Ada beberapa hal penting yang ingin kubicarakan
padamu.” Ujar Ciel saat tubuh mungilnya dipeluk dari belakang oleh lelaki yang
ternyata adalah Sebastian tersebut.
“Kau
jahat sekali padaku Ciel. Kau membuatku terjebak di kastil dingin itu dan
menyebarkan isu bahwa aku telah mati sementara kau sedang bersenang-senang
dengan lelaki codet peliharaanmu itu.” ujar Sebastian menyandarkan kepalanya
dikepala Ciel, menghirup wangi khas milik Ciel yang sudah lama ia rindukan.
“Ini
semua untuk melindungimu Sebastian. Kau tahu sendiri lawanmu kali ini bukan
hanya manusia.” Ujar Ciel tenang, ia putar tubuhnya menghadap Sebastian lalu
melingkarkan tangan mungilnya dipinggang Sebastian.
“Aku
tahu itu.” senyum kecil terukir diwajah Sebastian bersamaan dengan pelukan
mereka yang semakin erat.
**Flashback**
(Beberapa menit setelah Sebastian dibunuh oleh seorang tukang kayu. Chap 12)
“Jadi
ini maksud dari kalimat ‘Kau akan tahu nanti’ yang di katakana Yang Mulia~”ujar
sosok tubuh yang –harusnya- tak bernyawa itu. Perlahan ia bangkit dari
terlentangnya.”Memang sih tidak ber-efek. Tapi kan tetap sakit.”ujarnya lagi
saat masih dapat merasakan rasa kesemutan dari luka yang ada di tubuhnya karena
ulah seorang Tukang Kayu gadungan yang haus akan uang.
“Yang
Mulia memang kejam padaku ya~”sosok itu kini telah berdiri tegap, tak terlihat
bahwa dia telah terluka. Perlahan-lahan rambut hitam sosok itu- Sebastian-
mulai memanjang dan berubah warna menjadi merah. Mata ruby nya yang indah
perlahan berubah menjadi hijau kekuningan dengan bulu mata yang lentik serta suaranya
yang berat berubah menjadi sedikit ‘nyaring’.
“Yah~
tak apalah. Sekali-kali Grell yang cantik ini berubah menjadi manusia. Apalagi
manusianya cakep hihihi~ sayang efek ramuannya sudah hilang~”ujar sosok itu
yang kini perlahan-lahan tubuhnya menghilang dan meninggalkan beberapa helai
bulu hitam yang hilang di terbangkan angin kencang.
Flashback On.
(Bertepatan
dengan malam Alois memerintahkan Hannah untuk mencari keberadaan Sebastian
*setelah lemon* chap 12.)
Salju
turun perlahan menyelimuti bumi utara. Di kastil megah yang tertutup tumpukan
salju putih itu, tampak seorang pemuda bersurai kelabu dan mata sapphire-nya
tengah terduduk di depan meja kerjanya sambil mebaca sebuah kertas berwarna
kekuningan di tangannya.
“Salam
Hormat
My
Highness, hamba mengirimkan pesan bahwa hamba telah mengetahui keberadaan
Sebastian Michael Michaelis. Kini pemuda itu tengah berada di kastil putih
milik Ratu Aquilonis. Dia mengalami radang dingin yang parah sehingga
membuatnya belum sadarkan diri sampai waktu di mana saya mengirimkan surat ini.
Demikian
laporan hamba Yang Mulia, kini hamba sedang dalam perjalanan menuju sarang
Gorgon Bersaudara. Hamba akan kembali segera setelah mengetahui jawaban dari
dua bersaudara itu.
Dengan
Hormat.
William.
S”
“Ronald.”
ujar Ciel-pemuda bersurai biru itu- memanggil pelayannya. Tak selang beberapa
detik pintu ruangan itu telah diketuk pelan.”Masuk.” ujar Ciel pelan lalu
tampak pintu ruangan terbuka pelan dan masuklah pemuda bersurai pirang dengan
aksen hitam dibawahnya.
“Hamba
menghadap, Your Highness.” ujarnya membungkuk hormat tepat begitu sampai di
hadapan Ciel.
“Bawa
Grell kemari segera.” ungkapnya yang kini tengah mengambil sebuah tabung kaca
kecil berisi cairan berwarna merah terang yang bercahaya dalam kegelapan dari
laci mejanya.
“Yes,
Your Highness.” ujar Ronald yang langsung menghilang dari hadapan Ciel.
Setelah
Ronald menghilang, Ciel kembali mengambil tabung kaca lainnya yang lebih kecil
dari saku celananya. Tabung kaca tersebut berisi sedikit cairan berwarna merah
pekat yang kemudian ia tuangkan kedalam tabung kaca yang berisi cairan merah
terang.
Saat
cairan merah pekat itu telah bercampur dengan cairan merah terang, perlahan-lahan
campuran kedua cairan berwarna merah tersebut bercahaya keunguan dan berubah
warna menjadi bening. Ciel yang melihat perubahan campurang tersebut tampak
tersenyum senang.
Suara
pintu diketuk yang diikuti dengan masuknya Ronald bersama dengan seseorang yang
entah ia pria atau wanita mengingat penampilannya yang sedikit unik, rambut
merah panjang dan bulumata lentik juga jangan lupakan gerak-gerik tubuhnya yang
terlalu ‘gemulai’ untuk ukuran seorang peria.
“Yang
Muliaaa~”seru sosok itu dengan gaya centilnya yang membuat bulu kuduk Ciel
meremang dan Ronald yang senyum-senyum gaje(?).”Ada yang bisa hamba
bantu~?”ujar sosok serba merah itu lagi yang entah sejak kapan kini telah
mengglayut manja pada salah satu lengan Ciel.
“Grell
Sutcliff! Enyahkan tubuhmu dari tubuhku!”bentak Ciel kesal penuh dengan aura
membunuh yang membuat Grell yang awalnya mengglayut manja menjadi menjauh
sesegera mungkin dengan tampang ketakutan sedangkan Ronald hanya dapat berdiri
mematung dengan keringat dingin yang mengucur.
“Ma-maaf,
Ya-yang Mulia.”ujar Grell terbata-bata yang kini tengah berdiri ketakutan di
depan Ciel.
“Aku
ada tugas untukmu. Ini ramuan Sanguinem Impersonata-“ujarnya sambil menyodorkan tabung kaca
berisi cairan bening yang sedari tadi di genggamnya.”-Terbuat dari getah
tanaman Herb Chamaeleontis. Dengan
ramuan ini aku ingin kau menjadi Sebastian Michael Michaelis dan berpura-pura
melakukan perjalanan ke Ibu Kota Kerajaan.”lanjut Ciel.
“Bila
hamba boleh tahu. Apa yang anda rencanakan dengan penyamaran ini yang Mulia.”ujar
Grell dalam mode serius tanpa ada nada-nada centil yang biasanya,
memperdengarkan suara baritonnya yang kata autor ‘cowo banget’.
“Kau
akan tahu nanti.”senyum Ciel manis membuat Grell merasakan firasat buruk.
Flashback
Off
(Kembali
kewaktu semula.)
**Flashback
Off**
“Terimakasih
karena telah menyelamatkakku lagi Ciel. Aku sunggguh berhutang nyawa padamu.”
Ujar Sebastian yang kini masih tetap memeluk ubuh Ciel.”Aku kira kau masih marah
dan membenciku. Aku benar-benar minta maaf. Saat itu aku dijebak. Aku
benar-benar tidak tahu kalau wanita itu akan berbuat seperti itu. maafkan aku
Ciel.”
“Aku
tahu. Aku sudah melihat semuanya. Lagipula, wanita itu kini pasti sudah tewas.
Kau tak perlu merasa bersalah seperti itu lagi.” Ujar Ciel mengelus lembut
punggung Sebastian.
Merasa
elusan lebut dipunggungnya membuat Sebastian mengeratkan pelukannya pada Ciel.
Tak selang lama ia melepas pelukannya itu dan menangkup (?) kedua sisi wajah
Ciel. Dipandangnya dengan intens manik sspphire yang telah memikatnya itu
sembari mengeleminasi jarak di antara mereka.
.,.
.,.
.,.
.,.
Tak
pernah Alois sangka bahwa Ciel kembarnnya itu akan memberikan dampak yang
sangat besar pada rencana-rencananya. Ia tak pernang mengira kembarannya itu
akan memiliki kekuatan untuk menghalangi rencana-rencana yang ia susun.
Ia juga
tak pernah menyangka, bahwa kembarannya itu akan memiliki sekutu macam iblis
seperti mahluk yang dihadapinya kini.
“An~
An~ An~ sayan sekali aku bukan Iblis, bocah~ aku adalah Dewa Kematian! DEATH!”
ujar sosok merah yang kini terus menyerang Alois dengan gergaji kayu nya.
Sungguh Alois tak tau harus bersikap apa ketika melihat mahluk yang tak jelas
gendernya itu.
“Persetan
dengan Iblis atau Dewa Kematian! Kau tak lebih dari sampah dimataku.” Ujar
Alois sarkatis, tangan kanannya yang menggenggam pedang sepanjang tujuh puluh
centimeter bergerak lincah menyerang Grell yang dapat ditahan dengan gergaji
pemotong kayunya.
“Mulutmu
memang tak memiliki sopan santun yaaaa~~ ingin sekali aku merobeknya hahaha.
Lalu tubuhmu akan ku cabik dan kuberikan pada hewan peliharaan William yang
menjijikkan itu~ khukhukhu~” seringai mengerikan terpampang di wajah Grell.
Serangan-serang yang lancarkannya bertambah cepat membuah Alois cukup
kewalahan.
Terlalu
focus pada serangan yang dilancarkan oleh Grell membuat Alois tidak focus pada
apa yang ada disekitarnya sehingga ia tak menyadari sebuah sabit hitam besar
menyerangnya dari belakang.
“Ukh.”
Rintih Alois saat ia rasakan serangan tak terduga itu mengenai punggungnya.
Dengan segera ia berpindah tempat mengambil posisi agar ia tak terkena serangan
yang berikutnya.’Kenapa aku bisa terluka?’ batinnya.
“Hihihihihi~
Grell anda lama sekali yaa~ anda tahu, Master sangat jengkel lohh~”ujar sosok
lelaki bersurai keperakan yang memangku sebuah sabit hitam bergagang pajang dipudaknya,
mata hujau kekuningannya bersinar terang menatap Alois dengan jijik.”Dan tentu
saja anda terluka. Sabit yang saya bawa ini adalah sabit milik Dewa Kematian.
Death-Scythe. Sabit yang dapat memotong segalanya. Termasuk Malaikat sekalipun.
Hihiihi~”
“Ara.
Undertaker~ kenapa kau bisa disini? Kaukan mahluk kesayangan Master~ kau datang
kesini untuk kubunuh yaa~? Dengan begitu aku bisa menjadi mahluk kesayangan
Master~” ucap Grell sembari berjalan mendekati Undertaker mengacuhkan Alois
yang tengah berusaha mengatur pernafasannya.
“Ini
karena anda yang tak juga menyelesaikan pekerjaan anda ini! Master sekarang
sudah tak ada di kastil lagi, ia sudah pergi ke ibu kota.”
“Aaaahhh-
padahal aku ingin bermain dengan Master. Jahat sekali dia meninggalkan Grell
yang cantik ini bersama dengan mahl-“
“JANGAN
MENGABAIKANKU SIALAN!” teriakan kencang dari Alois mengintrupsi percakapan
Grell dan Undertaker. “KALIAN MAHLUK RENDAHAN BERANI-BERANINYA MENGABAIKANKU.
AKAN KU BUNUH KALIAN!” lanjutnya penuh emosi.
“Hihihihihihi~
menghadapi Grell saja anda sudah kesulitan, apalagi menghadapi saya. Anda benar-benar
akan dicincang dan jadi makanan peliharaannya William loo~”
“TUTUP
MULUTMU BANGSAT.” Dan sebuah serangan diluncurkan kembali oleh Alois. Pedang
ditangannya bersinar dan mengeluarkan cahaya putih menerjang ketempat
Undertaker dan Grell berada.
“Ups!”
ucap kedua mahluk bersurai panjang itu menghindari serangan Alois. Sedangkan
serangan yang menerjang mereka tadi tetap melaju lurus kearah jejeran pepohonan
dibelakang mereka menghasilkan ledakan yang lumayan besar membuat salju berhamburan
keudara.
“Hoooaaaaa~
Kowai!” seru Grell pura-pura ketakutan yang dibalas dengan tawa aneh khas
Undertaker.
“KALIAN
BENAR-BENAR MEMPERMAINKANKU! KALIAN TAKKAN KU AMPUNI!” ujar Alois lagi penuh
kesal. Kedua tanganya menggenggam pedangnya dengan erat dan mengacungkannya
lurus kearah Grell dan Undertaker berada. “Aditus Magicam Sanctam. Ductu, in Tenebris
est. Sanctifica!” seru Alois bersamaan dengan bercahayanya kembali pedang
digenggamanya disusul dengan sebuah sinar layaknya laser beam melesat kencang
kearah Grell dan Undertaker.
BLAAARRRRR
Ledakan
amat besar terjadi akibat serangan Alois itu. salju-salju yang tertimbun diatas
permukaan tanah berterbangan menghalangi penglihatan Alois. Namun malaikat itu
yakin serangannya tidaklah meleset, ia yakin duo sosok iblis itu pasti sudah
hancur tak bersisa.
Namun
sepertinya itu semua tak sesuai dengan apa yang diperkirakan Alois. Saat
butiran salju yang bertrebangan mulai menipis ia hanya bisa melihat sosok yang
terbaring diatas tanah coklat dengan rambut kemerahan. Hanya satu mahluk saja yang
berhasil ia lumpuhkan, lalu dimana mahluk yang satunya?
“Hihihii
Apa yang tengah anda pikirkan Malaikat?” lagi-lagi tawa aneh itu terdengar kembali
dari arah belakang Alois membuatnya terkejut dan langsung membalik badan hendak
menyerang.
Namun
sebelum ia sempat mengayunkan pedangnya lagi, tangan kanannya yang tengah
memegang pedang telah ditahan oleh sosok bersurai perak panjang itu sedangkan tubuhnya
di kelilingi oleh bagian tajam dari sabit hitam milik Undertaker.
“Ba-bagaiman
kau bisa selamat?” ucap Alois tak percaya, tubuhnya bergetar takut dengan
keringat dingin yang bercucuran. Sedangkan sosok yang ditanyanya hanya
menyeringai gila (?).
“Hihihi~
kalau serangan begitu saja saya tak bisa hindari. Maka saya tak pantas menjadi
tangan kanan kepercayaan Master~” ucap Undertaker dengan seringai diwajah yang
makin melebar.
“Ukh!
Si-sial!” ringis Alois saat ia rasakan pergelangan tangan yang digenggam oleh
sosok didepannya terluka akibat kuku hitam panjang milik Undertaker.
“Nahh~
Tuan Malaikat, apa ada pesan-pesan yang ingin anda sampaikan sebelum saya
memusnahkan anda?” Tanya Undertaker sembari mengambil ancang-ancang untuk
menebas tubuh Alois.
“MUSNAHLAH
KAU BANGSAT!”
“Hihi
Terimaksih!” dan sabit besar itupun bergerak kencang menorehkan luka dalam pada
tubuh Alois menciptakan hujan darah disekeliling tubuh mungil yang kini
bergetar menahan sakit itu. “Sayonara. Tuan Malaikat.” Lanjut Undertaker membiarkan
tubuh Alios merosot jatuh tersungkur diatas tumpukan salju yang telah berwarna
merah karena darah.
“Grell!
Sampaikapan anda akan pura-pura mati?”Tanya Undertaker mendekti Grell dan
menoel-noel unggokan tubuh itu dengan ujung gagang sabitnya yang panjang.
“Ukh!
Undertaker. Kau jahat sekali menjadikanku umpan.” Ucap onggokan daging
dihadapan Undertaker itu.
“Hihiihiihi~
tak apa. serangan seperti itu takkan membuat wajah anda berubah kok~ tetap menjijikkan
seperti kata Master~ Hihiihihi~” ejek Undertaker lalu meninggalkan Grell yang
masih berusaha untuk brerdiri.
“Tu-tubuhku
gosong karena kau dan kau masih bisa meninggalkanku! Dasar sialan kau
Undertaker! Akan kulaporkan pada Master!” seru Grell penuh amarah memandang
tubuh Undertaker yang mulai berubah menjadi bulu-buku hitam.
“Hihihihi~
Silakan saja. Da-dah~” dan sosok Undertaker-pun lenyap sepenuhnya.
“AWASKAU
TACKYYYYYYYY!!!!!!”
TBC
.
.
.
.
.
.
OMAKE
Di sebuah
bangunan tua di tenang hutan rawa perbatasan sebelah timur kerajaan Leviath dan
Filiann. Disebuah ruangan besar didalam kastil tersebut terlihat seorang wanita
berparas cantik dengan kulit tannya yang terbalut pakaian minim tengah duduk di
atas sofa berwarna unngu dengan tiga sosok pemuda berwajh identic dengan rambut
ungu nya tengah memijat bahu, tangan dan kaki si wanita.
Rambut
perak panjang si wanita bergerak lembut saat angin malam menyusip memasuki
ruangan dari jendela yang terbuka. Di depan tempat wanita dan tiga pelayannya
itu terdapat sebuah meja hitam dengan sebuah gelas tepat berada ditengah-tengah
meja. Didalam gelas tersebut terdapat sebuah cairan berwarna merah yang menyala
dalam gelap. Mata merah wanita itu terlihat terus-menerus memandang gelas
beserta isinya itu dengan penuh minat hingga sebuah angin kencang tiba-tiba
masuk dan tanpa ada sebab apapun gelas yang menampung cairan itu retak namun
tidak pecah.
Pandangan
wanita tersebut langsung menajam, ia berdiri dengan tergesa-gesa mengundang
tandatanya dari ketiga peyannya itu.
“Danna-sama-”
ujarnya dan ia tiba-tiba mengihal dari tempat itu.
.
.
‘Belum
waktunya kau mati Danna-sama. Aku akan menyelamatkanmu.
Aku
lah yang akan melanjutkan rencanamu.
Hingga
saat itu tiba, tidurlah kau dalam kedamaian.’
.
.
INFO
Sanguinem
Impersonata adalah ramuan untuk mengubah seseorang
menjadi orang lain hanya selama beberapa saat saja. Tergantung berapa banyak
ramuan yang di minum dan apa campurang yang di gunakan umtuk sampel dari Gen
seseorang yang ingin wajanya di pinjam. Biasanya sampel yang paling sederhana
adalah rambut dan yang paling kuat adalah darah.
Semakin
kuat sampel gen yang di gunakan maka perubahan warna pada campuran nantinya
akan semakin bening. Dan yang di gunakan oleh Ciel sebelumnya adalah darah
Sebastian yang dia dapatkan wuktu perang melawan pasukan Filiann beberapa bulan
yang lalu. Dan yang membuat ramuan ini lebih unggul adalah orang-mahluk- yang
meminum ramuan ini bukan hanya berwajah mirip tapi juga aura, kekuatan, daya
tahan dan yang lainnya. Itu lah yang menyebabkan Hannah tidak bisa membedakan
apakah ‘Sebastian’ yang berkeliaran itu asli atau tidak, padahal Sebastian yang
asli tengah berada di Istana Putih milik Ratu Aquilonis yang terselubung kekai
yang kuat hingga tak bisa di masuki oleh mahluk apapun kecuali mahluk-mahluk
yang sudah hampir mendekati kematian.
