• Posted by : Yuuki Selasa, 09 Desember 2014


    H-4
    Disebuah katil besar di daratan bersalju, diatas tebing batu dengan karang es mengelilingi. Dilorong-lorong dingin bercahaya kebiruan tampak seorang-seekor- pria kecil setinggi kira-kira 70cm tengah berlari terburu-buru menyusuri lorong. Kaki-kaki kecilnya menghasilkan bunyi pantulan saat bergesekan dengan lantai es, kumis dan janggut putih panjangnya tampak kotor kehitaman dengan beberapa keping salju tampak terjerat didalmanya, kulit putihnya tampak memerah karena udara dingin. Tubuh kecilnya terbalut kemeja dan celana kain kusam berlumpur dengan palu es tersemat didalam kantong, dibelakang punggungnya tampak sayap kecil bening kasat mata yang sesekali mengepak membantu memepercepat laju larinya.
    Sang peri kecil yang diketahui sebagai seekor peri karang itu memacu kaki kecilnya lebih kencang menyusuri lorong-lorong panjang tersebut. Sesekali ia berpapasan dengan mahluk kecil sejenisnya namun tak ia hiraukan. Setelah beberapa kali berbelok menyusuri lorong dan melewati pintu-pintu yang entah berhubungan dengan ruangan apa akhirnya peri karang tersebut tiba disebuah pintu besar berwarba putih dengan Kristal-kristal es mebingkai di pinggirnya.
    Hawa dingin merayap perlahan menyambut sang peri karang saat pintu besar itu terbuka membuat tubuh kecilnya gemetar kedinginan. Sang peri berjalan perlahan menyusuri ruangan tersebut hingga tiba didepan seorang wanita berparas cantik dengan kulit seputih saljunya. Mata indahnya berwarna sappire terang yang dibingkai dengan bulu matanya yang lentik. Rambut ikal kebiruannya terurai panjang bertahtakan tiara berkilau perak. Gaun putih panjang keperakannya terjuntai bebas di lantai yang dingin.
    “Yang Mulia, Lady ‘D mengirim surat dari Alam Bayangan!”ujar peri ityu di ahdapan sang ratu yang tengah terduduk di atas singgasananya.
    “Serahkan padaku.”ujar Ratu tersebut yang dukenal sebagai Aquilonis. Perlahan gulungan surat yang ada di tangan mungil peri salju itu terselimuti kepingan salju dan melayang menuju sang Ratu lalu terbuka perlahan, memperlihatkan deretan huruf yang tercetak rapi dalam perkamen hitam.”Kau boleh pergi.” Lanjut sang Ratu dan perikarag pun berjalan perlahan meninggalkan ruangan tersebut.
    “Lapideas! Kemarilah.”ucap sang Ratu setelah membaca isi surat dari Lady ‘D. tak alma kemudian tampak sesososk cahaya putih datang dari arah pintu masuk menuju kehadapan sang Ratu.”Ya, Yang Mulia.” Ujar cahaya itu yang lama kelaman menjelma menjadi sosok peria bersurai perak panjang dengan jubah bersinar keperakan membalut tubuhnya, sayapnya yang panjang bersinar perak tampak mengepak pelan di punggungnya.
    “Lakukan persiapan untuk membuka gerbang antar dimensi menuju kerajaan milik Raja Utara di dimensi kegelapan. Perketat Sekat Pelindung di sekitar Kastil agar baik pihak dunia Atas, Tengah dan Bawah tidal menyadari keberadaan kekuatan kegelapan besar milik Raja Uatara yang taka lam lagi akan tiba. Beritahukan pada pemuda itu bahwa sebentarlagi malaikatnya pasti akan segera ditemukan.” Ujar sang Ratu Aquilonis kepada pemuda yang dipanggil sebagai Lapideas tersebut.
    “Baik Yang Mulia.” Jawaban tenang terdengar dari pemuda itu lalu perlahan sosok pemuda itu kembali menjadi sinar putih keperakan dan terbang menuju arah pintu keluar menuinggalkan sang Ratu yang kini telah kembali menutup mata di tengah ruangan yang penuh dengan Kristal es kebiruan yang bercahaya tenang.

    ―――Ayuni_Yukinojo―――

    Malam terang menuju bulan purnama yang akan tiba beberapa hari lagi. Ditengah Ibu Kota yang penuh dengan pemukiman warga samar-samar sesekali tampak bayangan hitam melesat cepat diantara gang-gang tikus penuh kotoran dan bau yang tidak sedap, sementara di langigt malam tampak memerapa kawanan gagak dan kelelawar terlihat berterbangan kesana kemari.
    Disebuah puncak menara tinggi di Istana Kerajaan tampak sesosok bayangan berwarna kemerahan tengah berdiri tegap menatap kumpulan rumah-rumah warga yang gelap.
    “hihihihihi~ Yang Mulia senang sekali menyusahkanku~ kalau bukan karena ia sangat manis aku pasti takkan mau melakukannya~” ujar sosok bayangan kemerahan itu yang perlahan-lahan menunjukkan wujud aslinya. Seorang pemuda-mungkin- mengenakan pakaian serba merah dengan sebuah mesin pemotong kayu di tangan kanannya.
    Sementara tangan kanannya membawa sebuah mesin, tangan kirinya tampak mengatur poni kemerahannnya yang panjang hingga menutupi sebelah mata hijau-kekuningannya yang mengenakan kacamata bergagang berwarna merah pula. Rambut merah panjanganya berkibat tertiup angin malam yang dingin.
    “Tapi tak masalah juga bila harus menuangkan warna merah pada sosok wanita serakah sepertinya, hihihih~” ujar sosok itu kemudian dengan tiba-tiba sosok itu menghilang dalam sekejap.

    ――― Ayuni_Yukinojo ―――

    “Elizabeth Victhoria de Leviath. Mantan Istri dari bangsawan kepala keluarga Faustus yang meninggalkan suaminya saat telah mengalami kebangkrutan. Setelah setahun mengembara akhirnya ia tiba di kerajaan Leviath dan berhasil menarik perhatian Raja kerajaan ini. Anaknya Claude merupakan hasil hubungannya dengan suaminya yang pertama. Dengan kata lain tak memiliki sedikitpun darah kerajaan.”ujar sosok merah yang kini tengah berdiri di damping tempat tidur seorang wanita berambut pirang. “Wanita licik sepertimu tak pantas menjadi Ratu, kau lebih baik menjadi pelacur saja~ hihihi-hihi-hihihahahahahahaha~” tawa mengerikan meluncur dari bibir berpoles gincu kemerahan itu bersamaan dengan tersebarnya cairan merah kental disekujur tubuh wanita sial yang mati dalam tidurnya. “Yang Mulia, Grell yang cantik dan menawan ini telah melakukan tugasnya dengan baik~” ucap sosok itu lagi lalu perlahan menghilang dalam kegelapan.
    ――― Ayuni_Yukinojo ―――
    Berita kepergian Ratu Elizabeth menyebar dengan cepat keseluruh pelosok negeri, tak kurang dari satu hari seluruh isi kota telah gempar oleh berita mendadak itu. Seluruh penduduk tampak semas, setelah kepergian sang Raja kini sang Ratu turut berpulang, sementara itu sang Putra Mahkota belum ditemukan sehingga untuk sementara waktu pemerintahan akan dipegang oleh sang Pangeran Muda hingga keberadaan sang Putra Mahkota ditemukan.
    Kabar buruk itu memang menyebar dengan sangat cepat namun alasan kematiannya tidak dijelaskan sama sekali. Menurut isu yang menyebar dari mulut ke mulut sang Ratu meninggal karena dibunuh dan hingga kini tak ada yang tahu siapa dan bagaimana pembunuh itu bisa memasuki wilayah istana terutama istana sang Ratu yang biasanya selalu dijaga ketat. Tepat sehari setelah kabar kematian Ratu menyebar seluruh rakyat di ibu kota tampak berdiri di pinggir jalan samba menggenggam setangkai bunga lili.
    Diantara kumpulan orang-orang yang menanti dan mengikuti arak-arakan pemakaman tampak sesosok pemuda yang mengenakan jubah hitam lengkap dengan tudungnya tengah memandang arak-arakan dari kejauhan. Dibalik jugah hitam yang menutupi tubuhnya terlihat sebuah pedang yang tersemat disebelah kiri pinggangnya yang disangga oleh ikat pinggang hitam.

    .,.
    Ditanah pemakaman kerajaan yang letaknya diluar wilayah pemukiman warga kota tampak orang-orang yang tengah mengantarkan kepergian sang Ratu. semua tampak berdukacita, dibarisan terdepan tepat didepan makam sang Ratu yang telah terkubur terlihat Pamngeran Muda berdiri didampingi oleh malaikatnya, Alois yang tampak memandang makam sang Ratu dengan wajah yang datar.
    “Alois. Temukan pelaku pembunuhan ini lalu langsung bunuh. Aku tak menerima penolakan!” ucapnya penuuh emosi dengan tangan terkepal.
    “Hn. Tenang saja. Aku mencium bau mahluk immortal.” Dengan mantap Alois menjawab, dikepalanya ia tengah memilah-milah kelompok-kelompok mana yang melakukan pembunuhan itu. Menurut informasi dari Hannah sebelumnya orang-orang Filiann tak memiliki sekutu mahluk immortal jadi pasti bukan kerajaan itu pelakunya. Lalu kawanan Werewolf itu jug tidak karena Alois tidak mencium bau anjing-anjing busuk di kamar sang Ratu, jadi yang tersisa adalah kelompok Raja Utara itu, hanya kearah sanalah kemingkinan yang dapat diambil Alois.
    ‘Raja Utara. Beraninya kau mangganggu rencanaku. Sial! Untuk membuat hidup Ciel menderita saja aku harus berhadapan dengan mahluk-mahluk rendahan itu. Sebenarnya apa yang tengah terjadi pada negri ini!?’
    .,.
    ...
    ...
    Jauh di atas langit sana dimana menurut para kaum mortal sebagai tempat seluruh kebahagiaan berasal, dimana keindahan, kecantikan dan keanggunan serta keagungan juga kewibawaan dimiliki oleh seluruh penghuninya.
    Negeri langit. Rumah para abdi Tuhan impian bagi mahluk hidup di bumi dan tempat terlarang bagi kaum kegelapan. Ditempat inilah dua sosok malaikat-mantan- yang sedang melakukan permainannya di bumi bersal. Dari tempat ini lah sang malaikat bungsu dibuang dan dihianati, dari tempat ini sang malaikat sulung menghianati kaumnya, tergoda oleh keserakahan dan kebencian hingga meninggalka jalan-Nya yang mulia.
    Diantara daratan melayang diudara, pada satu-satunya daratan terbesar dan tertinggi itu tampak beberapa kaum malaikat hilir-mudikdengan terburu-buru dipinggang mereka tersemat senjata beraneka ragam ukuran dan bentuk mulai dari pedang, sabit, tomgkat, pecut, pisau, trisuka dan yang lainnya.
    Dipusat daratan terluas terdapat sebuah kota yang disebut sebagai Deus Terram ‘Tanah Tuhan’ yang hanya bisa ditinggali oleh para maliakat tertinggi berserta keluarganya.
    Dipuncak bangunan tertinggi dikota itu terlihat beberapa malaikat penjaga tampak sibuk.
    “Sesuai dengan rencana, tanah terkutuk tampat monster itu tertidur akan dimustahkan.” Ujar sosok malaikat wanita bersurai putih ikal dengan mata violetnya pada sekumpulan orang diruangan tersebut. Sebuah ruangan yang mungkin bagi Ciel sangatlah familiar. Ruang Sidang.
    “Tapi Anggela! Bagaimana dengan para manusia yang tinggal diatas tanah itu?” sanggah malaikat bersurai pirang pudar dengan mata silvernya pada malaikat anita tadi.
    “Tak lama lagi lagi manusia-manusia itu pasti akan musnah juga. Monster yang tertidur itu membutuhkan nyawa masusia sebagai makanan dan juga sumber kekuatan. Tepat setelah bulan purnama berlalu moster itu akan mulai menyerap nyawa-nyawa manusia itu. Jadi lebih baik mereka menerima kematian mulia mereka ditangan kaum kita dari pada harus mati menjadi makanan monster penjaga gerbang kegelapan.” Ucap Anggela lagi, tangannya tampak terkepal dan matanya penuh dengan hasrat membunuh.
    Perkataan yang diucapkan malaikat bersurai silver itu membuat banyak pendapat lain diutarakan oleh malaikat lain yang ada diruangan itu, menciptakan dengungan percakapan yang cukup memekakkan telinga.
    “CUKUP!” suara lantang dan tegas terucap dari sesosok malaikat tua bersayap besar yang ada ditengah ruangan itu. Sayapnya yang terdiri dari dua pasang itu tampak menyebarkan serbuk-serbuk malaikat berkilau keemasan yang menenangkan suasana ruangan itu.
    “Sesuai dengan rencana sebelumnya. Kita akan melakukan ‘pemerataan’ pada tanah terkutuk itu. Memang benar disana masih ada manusia yang bermukim tapi segala bentuk hal membutuhkan pengorbanan demi mencapai tujuan utama. Jadi kita akan tetap melakukan pemerataan, sebelum mahluk itu terbangun kita yang akan memusnahkannya terlebih dahulu.” Ucap malaikat tua itu kemudian dan dijawab dengan anggukan patuh dari para malaikat lian yang ada di ruangan itu.

    ―――Ayuni_Yukinojo―――

    Dikastil milik sang Ratu Aquilonis tampak para peri karang sibuk berlalu lalang membawa nampan-nampan penuh dengan makanan dan minuman menuju ruangan tempat sang Ratu berada. Alasannya karena di ruangan itu kini terdapat tamu yang sangat dihormati oleh sang Ratu sendiri. Raja Utara dari under world, Ciel Vinch Phantomhive.
    “Senang rasanya bias membantu anda Yang Mulia.” Ujar sang Ratu yang kini tengngah terduduk disinggasananya sedangkan tamu-tamu terhormatnya yang terdiri dari Undertacker, William dan Ronald tengh terduduk di sebuah sofa di ruangan itu sementara Ciel sendiri tampak sedang melihat keadaan di luar Kastil dari balik didinding kaca dibelakang singgasana sang Ratu.
    “Aku sangat senang kau mau membantuku. Oh ya, beberapa hari yang lalu laki-laki itu ada disinikan? Bagaimana keadaannya?” Tanya Ciel masih memperhatikan peman dangan diluar istana yang kini tengah terguyur salju.
    “Bisa dikatakan keadaanya cukup buruk. Dia menderita penyakit yang cukup parah dan sulit disembuhkan, bukannya tidak bisa hanya saja sulit, sangat sulit. Tapi selama ia disini  hamba telah memberikannya ramuan yang dapat menghentikan laju penyebaran penyakitnya. Selama ia tetap mengkonsumsi obat itu,ia akan baik-baik saja.” Ujar sang Ratu, matanya tempak terpejam dan punggungnya menyandar rileks pada sandaran singgasana.
    “Begitu. Apa masih bias bertahan sampai perang nanti berakhir?” Tanya Ciel kembali.
    “Hamba rasa masih My Highness.”
    Tok…tok…tok
    suara pintu diketuk mengintrupsi  percakapan dua pemimpin kerajaan tersebut. Perlahan pintu terbuka secara otomatis saat sang ratu mengizinkan sang pengintrupsi masuk.
    Tampak seorang peri karang berpakaian prajurit berdiri di depan pintu tak memiliki keberanian untuk memasuki ruangan. “Hamba melapor yang mulia. Pasukan kiriman dari Lady ‘D telah datang dan saat ini tengah menanti di Aula kastil.” Ujar sang peri sembari memberikan penghormatan kepada sang Ratu.
    “Baiklah. Kau boleh pergi.” Jawab sang Raru Aquilonis. Sang peri karangpun dengan sigap memohon diri dari hadapan sang Ratu dan para tamunya. “Mari Yang Mulia Raja. Pasukan anda telah tiba.” Ajak sang Ratu kemudian kepada Ciel sembari turun dari singga sananya. Berjalan menuju pintu keluar diikuti Ciel dibelakangnya lalu mahluk-mahluk bawahan Ciel
    “Hn” jawab Ciel.
    TBC

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan