• Posted by : Yuuki Selasa, 09 Desember 2014






    Ciel tak pernah membayangkan saat-saat seperti ini akan benar-benar datang pada dirinya. Selama ia hidup, ia hanya memikirkan mengenai balas dendam Raja Utara dan kekecewaannya pada Alois. Ia tak pernah membayangkan akan dibuai dengan lembut dan dimanjakan oleh seorang manusia, karena baginya manusia adalah mahluk fana yang sangat singkat usianya. Tak sebanding dengan usianya yang bisa dikatakan sudah mencapai ratusan tahun.
    Namun ia tak pernah menyesal diturunkan didunia penuh dengan manusia ini. Ditempat ini ia mengenal kehidupan. Ditempat ini ia mengenal penderitaan, kebahagiaan, nafsu dan yang lainnya. Hal-hal yang takkan ia temukan didunia langit tempat kelahirannya. Dan ia tak pernah menyesal menjadi pengganti Raja Utara. Dengan menjadi Pengganti Raja Utara itu membuatnya memiliki tujuan untuk tetap hidup di dunia ini.
    Begitu pula dengan keputusannya untuk berada disisi sang pangeran pertama kerajaaan Leviath ini. Ia tak pernah menyangka bahwa dengan berada disisi sosok manusia ini ia bisa bertemu dengan saudara kembarnya Alois. Ia takkan pernah menyianyiakan kesempatan untuk membalas dendamnya ini. Akan ia pastikan bahwa Alois akan mati ditangannya.


    “Angel Tears Wasted”
    .,.
    By : Ayuni Yukinojo
    .,.
    Black Butler© Yana Toboso

    Pairing: Sebastian/Ciel, Claude/Alois
    “talk”
    ‘mind’

    OC :
    Tenebris = OC
    Lady ‘D = OC
    Charline & Duzel = Manga Vampire Game.
    Warning : OOC, Typo, MxM, EYD hancur. Kata-kata tak layak di baca untuk anak di bawah umur. Lemon SebbyCiel –setelah sekian lama-
    .
    .
    Disebuah kamar penginapan sederhana ditengah pemukiman kumuh Ibu Kota Kerajaan Leviath. Didalam kamar dengan penerangan minim tersebut tampak dua sosok pemuda tengah bercumbu mesra tak memperduliakan keadaan apapun yang ada disekitar mereka.
    Sang dominan yang bersurai raven dengan kulit putihnya itu tengah menindih sesosok pemuda yang lebih muda dengan tubuhnya yang telah tak lagi berbusana. Surai biru tua sosok lebih muda itu tampak acak-acakkan akibat remasan lembut tangan besar nan hangat milik si surai raven.
    Sebastian, nama sosok bersurai raven itu. Ia tak penah membayangkan mimpinya untuk menyentuh sosok mungil Ciel ini akan terwujud. Selama ini, sejak pertama kali bertemu dengan Ciel di gereja, ia sudah terpikat akan sosok indah penuh kemisteriusan ini. Setiap malam ia selalu membayangkan bisa membelai tubuh berkulit porselin indah ini, menatap mata biru lautnya yang dalam hingga tenggelam dalam pesonanya, melumat bibir semanis ceri yang selalu berkata seenaknya ini, merengkuh sepenuhnya hingga kesetiap inci tubuh yang terlihat rapun ini.
    Malam ini setelah berpisah selama berhari-hari akhirnya mimpinya terwujud. Kali ini ia takkan melepaskan sosok yang menjadi candunya ini, sosok malaikatnya yang akan selalu menjadi miliknya sampai hari kiamat tiba. Setelah berhasil menghancurkan Claude ia akan meminang sosok malaikat manis ini dan menyekapnya dalam kamar luas nan indah dimana hanya ia dan sang malaikat yang boleh masuk. Setiap malam ia akan mencumbu sosok idamananya ini sampai pagi menjelang. Ia akan memberikan segala kemewahan untuk penyelamatnya ini dan mengurungnya dalam rengkuhan penjara hangat miliknya selamanya.
    .
    Sebuah ciuman penuh nafsu lagi Sebastian berikan membuat sosok dibawahnya, Ciel cukup kewalahan. Sementara bibirnya terus mencumbu bibir semanis ceri dibawahnya. Jemari tangan kirinya sibuk memainkan nipple kemerahan yang menegang, mengelusnya, memelintiranya, mencubitnya dan menariknya kencang menuai desahan indah penuh nafsu yang tertahan oleh bibirnya. Semetara tangan kanannya sibuk memijat pelan titik sensitive yanga ada dibagian selatan Ciel menambah rangsangan yang tak bisa ia tangani dan menimbulkan desahan penuh kenikmatan.
    “Ngghh~ akh~ Se-sebashh~”desahan manis meluncur mulus dari bibir Ciel membuat Sebastian yang ada diatasnya menyeringai.
    “Nee~ Ciel. Apa kau juga melakukan ini pada lelaki nerambut perak panjang itu?” tanya Sebastian sembari menggenggam penis mungil Ciel lebih erat, “Apa lelaki itu telah memasuki dirimu? Disini?” lanjut Sebastian lagi sambil memasukkan satu jarinya kedalam lubang kenikmatan Ciel.
    “Ngghhh~” lenguh Ciel tak dapat menjawab pertanyaan Sebastian.
    “Pasti ia. Tapi tak apa. Aku akan membuat tanda baru. Aku akan menghapus keberadaan laki-laki itu dari pikiranmu. Hanya aku yang akan selalu kau pikirkan. Kau akan memikirkan setiap perkataan ku, kau akan selalu merindukan sentuhanku, kau akan merindukan saat-saat dimana aku memasukimu dan memberikan rasa nikmat yang hanya aku yang dapat memberikannya. Tubuhmu, pikiranmu, jiwamu. Semuanya hanya tertuju padaku.” Kata-kata penuh rasa kepemilikan meluncur mulus dari mulut Sebastian sementara tanganya tetap dengan lihai memberikan kenikmatan pada dua titik yang dapat membuat Ciel merasa gila. Memasukkan jari-jari panjangnya kedalam lubang hangat yang tak lama lagi akan ia jarah, meremas setiap inci pusat gairah Ciel dengan pijatan yang memabukkan sementara bibirnya menghisap dan menggigit kedua nipple Ciel silih berganti menikmati desahan penuh nafsu yang menjadi music terindah yang pernah didengarnya.
    Puas dengan kedua nipple yang telah membengkak dan merah itu Sebastian beralih pada bibir manis yang terbuka penuh dengan desahan itu. menciunya lalu mengulum dan menghisapnya menimbulkan celah yang langsung ia gunakan untuk memasukkan lidahnya. Menginfasi rongga hangat panuh saliva yang dirasa manis itu, menyapu jejeran rapi gigi putih nan bersih dan bermain dengan lidah mungil yang tak dapat menandingi permainannya. Dengan gemas ia menghisap kencang lidah Ciel menuai erangan yang menambah frekuensi peningkatan libido-nya.
    Setelah merasa cukup dengan bibir Ciel, Sebastian lalu memberikan jilatan dan kecupan pada leher Ciel, memberikan banyak kiss-mask yang mewarnai leher putih penuh keringat itu. berjalan turun dari leher menuju nipple-nya, lagi-lagi Sebastian memberi hisapan kencang disana lalu turun menuju arah pusar.
    Diatas lubang pusar itu Sebastian mempermainkan lidahnya. Menciumnya lembut, menjilatnya lalu memutarinya dengan lidah yang penuh saliva, tak lupa Sebastian juga menusuk-nusuk pelan cerukan kecil pusar itu membuat tubuh Ciel menggelinjang geli sekaligus nikmat.
    Merasa bosan dengan pusar Ciel, Sebastian lalu menuju arah kejantanan Ciel yang telah basah karena pre-cum hasil pijatannya. “Lihatlah Ciel. Penis mungilmu begitu tegang hanya karena pijatanku. Apa sangat nikmat? Kau suka saat tanganku menggenggamnya dan mengocoknya seperti ini kan?” ujar Sebastian sembari mempraktekkan apa yang ia katakana.
    “aaanggg~ ahh~”
    “kau juga suka saat tiga jariku ini memasuki lubangmu dan melebarkannya kan? Rasakanlah tiga jariku di dalam tubuhmu. Mereka bergerak-gerak menggelitik dinding rectum-mu dan melebarkannya. Begitu hangat dan sempit didalam sini. Bayangkan jika jari-jari ini diganti dengan penis ku Ciel. Bayangkan rasa nikmat yang akan kau dapatkan.”
    “Angg~ se-sebastian ahh… cu-cukup- aku- aku tak bisa- akh”
    “Tak bisa apa sayang? Tak bisa menahan rasa nikmat yang kau bayangkan saat penisku memasukimu?” tangan Sebastian memijat penis Ciel secara pelan-sangat pelan membuat Ciel frustasi akan rasa nikmat yang tak dapat ia capai. Tiga jari Sebastian yang menjamah lubangnya bergerak sangat kencang dan tanpa sengaja menabrak sweet-spot nya.
    “AANGGGGHHH~”
    “Ahh. Aku mendapatkan titik ternikmatmu yaaa. Bagaimana rasanya? Nikmat bukan? Apa teman berambut perakmu pernah memberikan kenikmatan yang seperti ini? Kau ingin lebih bukan? Katakan Ciel apa yang kau inginkan?” bisik Sebastian mesra ditelinga Ciel sembari memberikan jilatan penuh saliva pada telinga mungil yang memerah itu.
    “Se-Sebastian sudah-ahhh-aku mohon hentikan-ahh-engg-tak cukup-angg-aku ingin lebihhh ahh! disana! Sebasti-ahh-an ku-mohon-angg-jangan-ukh-permainkan aku ha-ahh~ anggg.” Rancau tak jelas Ciel penuh frustasi.
    “Baiklah. Tapi sebelum itu kau harus memanjakan dia dulu.” Ujar Sebastian mengubah posisi Ciel yang terbaring menjadi terduduk dihadapan Sebastian yang telah duduk terlentang denga kaki yang terbuka. Tangannya membuka semua baju yang ia kenakan dan setelahnya membebaskan sosok yang sedari tadi terkurung didalam celannya.
    Begitu tegang dan besar juga ber-urat. Wajah Ciel merona merah saat melihat penis milik Sebastian yang terancung menantang. Sebelah tangan Sebastian tampak memijat penisnya perlahan sementara tangannya yang lain menuntun tangang Ciel untuk memanjakan penisnya. “Ayo Ciel. Kalau kau tak mulai, kapan bayangan mengenai lubangmu yang ku mauki dengan ini menjadi kenyataan?” ujar Sebastian dengan seringai mesum diwajahnya.
    Denga rasa ragu Ciel manggenggam penis itu. ‘Rasanganya hangat juga agak keras’ batin Ciel sementara tangannya mulai memijat dan menggerakkannya naik turun. ‘berdenyut!?’ batin Ciel polos tak sadar bila sedari tadi Sebastian memandangnya dengan wajah yang penuh dengan seriangi. Memandang wajah polos Ciel seperti melihat seorang anak yang baru menemukan mainan yang sangat unik, dalam hati Sebastian terkekeh. “Gunakan mulutmu juga Ciel.” Ujar Sebastian mendorong kepala Ciel menunduk hingga penis itu mencium bibirnya.
    “Ng!” bau yang agak ‘aneh’ menyambut indra penciuman Ciel, bau yang memabukkan. Bibirnya yang tersentuh oleh ujung peninya terasa hangat. sedikit penasaran Ciel menjilat ujung penis itu, berlanjut dengan mejilati seluruh batang kera itu, membasahinya dengan saliva. Dan tak lama kemudian Ciel sudah memasukkan penis itu didalam mulutnya.
    “Ukh. Tak kusangka didalam mulutmu juga terasa hangat. Gunakan lidahmu Ciel, lalu hisap.” Ujar Sebastian sembari menaik turunkan kepala Ciel perlahan tak ingin menyakitinya.
    Rasanya sangat aneh bagi Ciel. Ini pertama kalinya ia merasaan sebuah benda seperti ini didalam mulutnya. Entah karena alasan apa Ciel menghisap benda itu kencang sambil menaik turunkan kepalanya. Rasanya begitu memabukkan dan membuatnya ketagihan, benda itu berdenyut-denyut dalam mulutnya membuat Ciel menikmati dan menginginkannya lagi dan lagi, dengan hisapan yang kencang dan kepala yang ia gerakkan dengan cepat Ciel mulai mengelurakan lenguhan tanpa ia sadari.
    “Ukh! Aku tak tahu kau sangat pintar menghisap penis Ciel. Aku rasa ini sudah cukup.” Kata Sebastian dan memarik penisnya dari kungkungan rongga hangat mulut Ciel. Desahan protes dan tatapan kesal Ciel pancarkan kepada Sebastian membuat pemuda yang ditatapnya itu terkekeh dan mengelus bibirnya yang belepotan saliva.
    “Kau ketagiahn ya?” tanya Sebastian sambil mencium bibir Ciel dan membaringkan tubuh itu dengan kaki yang mengangkang. “Tenang saja. Lain kali kau boleh menikmatinya sepusamu. Tapi tidak sekarang.” Ujar Sebastian sambil menjilati lubang rectum Ciel dan memasukkan tiga jarinya kedalam sana.
    “Akh! Se-sebastian~ haahh.. angg..”
    “Tak tahan ya? Tak sabar merasakan rectum-mu ini dipenuhi penis-ku ya? Baiklah kalau kau suah tak sabar.” Ucap Sebastian dan meposisikan ujung penis-nya tepat dipintu masuk Ciel. “Tahan sedikit. Ini agak sakit.” Ujar Sebastian yang dibalas anggukan oleh Ciel.
    .
    .
    Dunia Langit
    Di sebuah kediaman mewah dengan dinding dan atap putih bersih di atas dunia langit sana tampak dua orang malaikat berpakaian siap perang tengah berbicara dengan seorang peria bersuari kelabu dengan tahi lalat di bawah mata kirinya. Ekspresi yang ditunjukkan lelaki itu terliah sangatlah terkejut sedangkan tak jauh di bekanganya, seorang wanita berambut kecoklatan tengah bersimpun dengan tangis airmata penuh kesedihan.
    “Mr. Phantomhive. Sesuai dengan keputusan rapat. Kami mengharapkan keikut sertaan anda dalam pembasmian yang akan di lakukan esok hari. Kami sangat mengharapkan partisipasi anda untu membantu kami, karena kemungkinan asukan akan dipersulit oleh mahluk-mahluk dunia bawah.” Ucap salah satu malaikat yang berada paling dekat dengan si lelaki bersurai kelabu itu.
    “Tapi aku sudah lama berhenti dari pasukan peperangan kan. Lagipula dibawah sana ada Alois yang akan membantu kalin.” Ucap kepala keluarga Phantomhive itu hendak emnoak permintaan dari utusan malaikat itu.
    “Sebenarnya sudah sangat lama kami tidak menerima lapporan dari putra anda Alois dan lagi kami juga kehilangan keberadaan Ciel. Harusnya kami masih bisa melacak keberadaan malaikat itu namun sejak beberapa bulan lalu keberadaannya hilang tanpa jejak. Terakhir kami rasakan keberaaannya ada di sebuah peperang yang terjadi di perbatasan kerajaan Leviath.”
    “A-apa? Nahkan Ciel juga tak ada kabarnya? Sebenarnya apa yang terjadi dibawah sana!?” pertanyaan bernada pilu itu terucap dari sang Nyonya Phantomhive, Rachel.
    “Maaf nyonya. Kami juga belum tahu. Para anggota penyelidik tengah mencari tahu hal itu. kemungkinan Ciel menjadi korban dalam peperangan itu. oleh karena itu kami mengharapkan keikut sertaan Mr. Phantomhive guna mencari tahu keberadaan putra-putra anda. Sebagai orang tua mereka, anda pasti bisa merasakan keberadaan mereka.” Ucap malaikat yang ada paling jauh dari Vincent. Lama mereka menunggu jawaban dari sang kepala keluarga Phantomhive tersebut hingga akhirnya sang kepala keluarga menyetujui permintaan mereka. Vincent Phantomhive akan turut serta dalam peperangan nanti.
    .
    Dunia Manusia.
    Sementara para malaikat di atas sana sedang mengumpulkan para tentara mereka, keadaan didunia mulai kacau, waktu untuk matahari bersinar muali berkurang dan malam semkin terasa panjang. Banyak hewan-hewan liar yang mulai memasuki perkotaan dan ibu kota kerajaan. Mulai dari kelelawar yang terus menerus terlihat terbang di langit walau saat itu adalah siang hari. Banyak laba-laba yang kini mulai memperlihatkan keberadaan mereka, membuat sarang yang besar dan emngganggu pemandangan di tempat-tempat terbuka, setiap saat terdengar lolongan serigala silih berganti dan keadaan laut di wiliayah selatan ibu kota kerajaan yang semakin mengganas sehingga taka da satupun nelayan yang berani untuk melaut.
    Suhu udara mulai turun dan persediaan makanan mulai menitis, disetiap sudut kota tampak sebuah taman mawar aneh yang berwarna hitam dai ujung akar sampai unjung bunga. Tak ada yang berani medekati bunga itu setelah emlihat banyak hewan yang terbunuh di sekitar bunga itu. tanamna itu bukan hanya timbuh di ibu kota saja tapi hampir diseluruh tempat di kerajaan Leviath.
    .
    Sementara diluar sana keadaan sedang kacau, lain halnya dengan keadaan disebuah penginapan kecil di wilayah pemukiman kumuh ini. Didalam kamar yang pencahayaannya sengaja diremangkan tampak dua pemuda yang tengah bergumul denga panasnya. Sebastian Michel Michaelis sang pangeran kedua kerajaan Leviath itu terlihat tengah menindih seorang pemuda berparas manis yang kini terlihat sedang menggeliat nikmat saat Sebastian menggerakkan tubuhnya, maju-mundur, keluar-masuk tarus menerus tanpa henti, semakin cepat dan keras menghantam kenikmata yang membuat Cile mengarang nikmat dalam rengkuhan lengan kokoh Sebastian.
    “Ng~ ahh~ ho-oh Sebas~ukh-tian~ akhh~” desahan penuh nikmat itu meluncur mulus dari bibir mungil kemerahan milik Ciel, saliva menetes membasahi sekitar dagunya dengan mata terpejam dan keringat yang mengucur diseluruh tubuhnya Ciel mengalungkan lengannya erat di leher Sebastian. Tubuh mungil berbalut kulit putih porselen itu menggelinjang setiap sang dominan memasukkan dirinya. Menghentak keras dan cepat ,menuju tutuk terdalam di ruanghangat dengan pijatan memabukkan dibawah sana.
    “Akh!” desahan nikmat lirih terdengar dari bibir Sebastian yang tak henti-hentinya memberi tanda pada sekujur tubuh Ciel. Sudah lama ia memimpikan hal ini dan akhirnya mimpinya terwujud. Tak kan ia sia-siakan akan ia nikmati, sampai puas.
    Cengkraman pada area bawah tubuhnya semakin ketat seiting dengan tubuh Ciel yang muali bergetar. Tahu akan pasangannya yang akan sampai di puncaknya, Sebastian semakin memperceoat dan memperkeras gerakannya. Menarik tubuhnya sampai di bagian ujung lalu mendorong kembali dengan kecepatan tinggi, terus berulang-ulang membuat desahan yang terdengar menjadi teriakan nikmat. “Akh! Angg~ Ha-ahh~ Ahh~ Aahhh~ Sebas-ukhh~tian~ akhu~ akhu~ Anggg~”
    “Ssshhhh~ keluarkan Ciel jangan di tahan.” Ujar Sebastian dengan desissan saat merasakan bagian penisnya dipijat dengan erat oleh rectum hangat Ciel. Ia angkat kaki Ciel ke atas, meenkuknya hingga menyentuh dada Ciel, dengan posisi itu ia bisa menjengkau tubuh Ciel lebih dalam dan dapat memompa dengan lebih cepat. Ia benar-benar menjadi gila akn kenikmatan tubuh Ciel.
    “Akng~ Ahh~ Ukh! ANNGGGGGGGGG!!!!!!” Tak berselang lama tubuh Ciel bergetar hebat dan cairan putih penuh lenguhan nikmat itu keluar, membasahi perut dan dadanya bahkan hingga mengotori sedikit wajahnya. Tubuh ringkih itu masih bergetar saat Sebastian menjilat cairan semen yang ada di wajah Ciel. “Manis.” Ujarnya dengan seringai mesuk terukis di wajah.
    Tak menunggu hingga Ciel selesai sepenuhnya dari klimaksnya Sebastian kembali menggerakkan tubuhnya dengan kencang. Menghantarkan aliran listrik pada dinding rectum Ciel yang sensitive. “ANGG! AKHH~ SE-SEBAS-Ukh! AKHU! THAK-AAHHH~”
    “Ssshhhh~ Sabar –ukh- Ciel-ng-aku-belum-keluar-uhh.” Kata Sebastian sambil merubah posisi Ciel mejadi memunggunginya, ia angkat pinggul Ciel membuatnya bertumpu pada kedua lututnya  sementara kepalanya terkulai dengan bantal sebagai penopang, yangannya menggenggam erat pembungkus bantal.
    Kembali Sebastian memsukkan dirinya pada diri Ciel dengan kencang. Tubuh di bawahnya itu sudah kehabisan tenaga, hanya bisa pasrah menerima serangan dari Sebastian dengan erangan yang luncur dari bibirnya yang menetskan saliva, pandangan matanya tak fokur, hanya menikmati kenikmatan yang ia terima dari sosok di atasnya.
    “Ah Ciel~ Kau sungguh nikmat~ setelah ini kau takkan ku laspkan~” ujar Sebastian memalingkan wajah Ciel dan mencium bringat bibir mungul kemerahan itu yang di balas dengan penuh nafsu oleh Ciel. “Ciel~ Ciel~ Ciel~” nama yang di ucapkan bagaikan mantra sementara ia menciumi dan menandai bagian punggung Ciel.
    “Ciel~ Lihat aku-“ kata sebatian mengubah posisi Ciel kambali menjadi terlentang.”Sebut namaku~” lanjutnya mencium wajah Ciel perlahan dari dahi menuju kedua pipi lalu hidung, sementara tubuhnya masih bergerak dibawah sana, tak mau berhenti.
    “Sebas~ tian~ ukh Se-bastianh~” bibir mungl itu memanggil di sela desahannya, memeluk leher sebatian dan melumat bibir sang dominan yang di sambut dengan senang hati oleh Sebastian.
    “Ciel-uh-kau bisa men-dengarku?” pertanyaan itu terucap saat kedua bibir yang saling melumat itu terlepas dan menyisakan untaian benang saliva yang menghubungkan mereka, sebuah anggukan kecil menjawab pertanyaan Sebastian. “Aku Mengiginkanmu. Hiduplah Denganku. Jadilah Ratuku. Teruslah Ada Disisiku. Aku Mencintaimu.” Untauan kata penuh curahan hati itu terucap saat Sebastian menghentikan gerakannya. Mata crisonnya memandang mata deep sapphire Cile penuh harap.
    “A-aku juga.” Ucapan lembut itu terdengar membuat hati Sebastian berbunga-bunga. Kahirnya sosok didepannya ini akan menjadi milikinya. Ah tidak. Sosok ini telah menjadi miliknya dan untuk selamanya. “Aku- Juga Mencintaimu. Tak Ingin Berpisah Denganmu. Selamanya Berasama.” Lanjut Ciel dengan senyum manis di wajahnya. Bagitu indah, bagaikan malaikat. Ah salah, Ciel ‘memang’ Malaikat tercantik dan terindah yang pernah ada.
    Bibir yang sebelumnya tersenyum lebut itu kini telah diraup kembali dengan rakus oleh Sebastian yang mulai menggerakkan tubuhnya, erangan erotis penuh nikmat itu teralun kembali saat postatnya si tumbuk dengan kencang dank eras membuatnya menggila. Tubhnya yang awalnya sudah lemas sehabis klimas kini menegang kembali. Dapat ia rasakan penis sebatian yang berenyut didalam tubuhnya, semakin menegang dan membesar menghantarkan kenikmatan tiada tara yang sebelumnya tak pernah ia gapai. Tak berselang lama tubuh ringkih Ciel bergetar kembali dengan semen yang meluncur mulus tanpa halangan, menghantarkan kenikmatan pada Sebastian karena rectum Ciel yang menyempit.
    Tak sabar menunju puncaknya Sebastian menunmbuk rectum Ciel yang sensitive tak memperdulikan Ciel yang masih dalam masa menikmati klimaksnya. Setelah beberapa kali tumbukan, sebatian mendorong dirinya begitu keras masuk kedalam dan mamuntahkan semua semen yang selama ini ai tahan. Memenuhi riang hangat nan lembut itu dengan beribu-ribu benihnya bahkan saking banyaknya hingga meluap keluar. Tubuh Sebastian ambruk dan menindih Ciel yang dengan lembut memeluknya, kedua tubuh pemuda yang dibasahi oleh keringat itu bergetra halus akan kenikmatan.
    Tak memperdulikan tubuh yang masih lengket karena keringat juga bekas cairan cinta dan bagian tubuh mereka yang masih bersatu, Sebastian dan Ciel terlelap dala tidurnya, salimg memeluk satu sama lain, dengan senyum lembut diwajah mereka menikmati tidur terindah yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya. Kehangatan, kebahagiaan, kasihsayang dan cinta. Semuanya akhirnya dapat mereka miliki. Tak perduli akan kekacauan yang ada diluar sana. Untuk kali ini saja mereka akan besikap tak perduli. Sebelum perang yang di nanti tiba.
    .
    .
    H-2
    Sebastian terbangun di pagi hari saat langit masih terlihat gelap. Ciel yang seharusnya masih terlelap dalam pelukannya telah menghilang. Padahal seingatnya kemarin saat mereka tertidur, keadaan mereka masih ‘menyatu’. Sebastian bahkan tak merasa bahwa ia telah ‘ditarik’ keluar oleh Ciel. Apa karena saking nyenyaknya ia tidur, ia menjadi tak sadar? Entahlah, namun keadaan kamar ini sudah rapi minus tempat tidur yang masih acak-acakan dan basah. Lantai sudah bersih bahkan pakaian Sebastian yang seingatnya tercecer dilantai kamar kini telah dilipat rapi di meja nakas. Dalam hati Sebastian bertanya-tanya. Kemana perginya Ciel.
    Merasa kesadarannya sudah pulih sepenuhnya, Sebastian mamutuskan untuk membersihkan dirinya di kamar mandi. Setelah mengenakan pakaiannya kembali –yang ternyata sudah dicuci dan disetrika oleh Ciel- Sebastian lalu membaca sepucuk sudat yang sebelumnya ia temukan terselip di antara tumpukan pakaiannya yang terlipat rapi.
    ‘To : Sebastian

    Maaf aku pergi meninggalkanmu saat kau masih terlelap.
    Ada beberapa hal yang harus aku urus.
    Kau tak perlu cemas.
    Aku pasti akan kembali dua hari lagi saat malam bulan purnama.
    Setelah malam bulan purnama itu berlalu dan semua masalah terselesaikan, aku akan selalu disisimu.
    Seperti yang ku katakana kemarin malam.
    Setelah ini kita akan selalu bersama.
    Selamanya.
    Aku janji.
    Jadi, sampai tiba saat aku kembali.
    Tetaplah hidup, apapun yang terjadi.
    Tak usah mencemaskanku, karena aku akan baik-baik saja.

     Salam cinta, Ciel V Phantomhive’

    Begitulah isi surat yang ditinggalkan oleh Ciel diatas meja. Sebastian tak tahu kemana sosok malaikatnya itu pergi namun ia percaya bahwa mereka pasti akan bertemu kembali, karena Ciel telah berjanji.
    Setelah mengenakan seluruh pakaiannya, Sebastian lalu meninggalkan penginapan itu. ia berjalan perlahan menuju arah Istana Kerajan. Sudah waktunya ia mengambil apa yang seharusnya menjadi miliknya. Ia akan membersihkan istana itu dari campur tangan orang luar. Tak ada yang bisa mengambil apa yang memang haknya, sekalipun itu Calude. Karena kerajaan ini hanya memiliki satu pangeran sekalibus putra mahkota yang sah. Hanya ia satu-satunya yang memiliki darah sang Raja didalam tubuhnya. Bukan Claude.
    .
    .
    Sementara Sebastian sedang melakukan rencananya di Istana Kerajaan, Ciel kini tengah terduduk di atas sebuah singgasana hitam di tengah tanah lapang bertaburan salju putih. Kaki kanannya teangku di atas kaki kirinya sedangkan kepalanya bersandar pada tangannya yang juga bersabdar pada pegangan singgasana.
    Kelopak matanya terpejam sedangkan senyuman kecil terukir diwajahnya. Tubuh mungilnya yang bersandar pada sandaran singgasana terbalut kemeja engkap dengan mantel yang berwarna hitam, kakinya yang jenjang tertutupi celana hitam sepanjang lutut, sebuah sepatu pantofel hitam setinggi lima centi lengkap dengan kaus kaki setinggi lima belas centi melindingi kakinya dari tumpukan salju yang dingin.
    Disamping tempat ia terduduk terdapat sebuah meja bundar terbuah dari kayu dengan sebuah vas berhias bunga mawar hitam tertata indah di sana, didekat cas itu terdapat sebuah gelas wine dengan cairan berwarna merah kehitaman.
    Dibelakang tepat Ciel berada tampak Undertaker, Grell, William dan Ronald tengah berbincang lengkap dengan ejekan-ejekan mereka. Semetara dibelakang empat sosok kepercayaan raja Utara itu terdapat jejeran pasukan beragam bentuk, mulai dari sosok Cyclops yang mempunyai satu mata ditengah-tengah dahinya, Ogre hijau besar yang memanggul palu besar di bahunya, Goblin dengan tubuh hijau mungil mereka, Orc mahluk raksasa seerti ha;nya manusia namun memiliki wajah layaknya babi, Troll, mahluk besar yang hidup di gua-gua sekitar istana Ratu Aquilonis, juga ada beberapa Ghoul yang merupakan bawahan Raja Utara yang selama ini hidup di dunia bawah.
    Tak jauh dari barisan mahluk-mahluk mengerikan itu disebelah kiri juga tampak barisan lain yang terdiri dari anak-anak buah Gorgon Bersaudara yang, lalu ada Chimera hasil pecobaan William dan Minotaur mahluk serupa manusia dengan kepala banteng yang membawa senjata berupa kapak, gada, dan pedang.
    Mereka semua adalah para tentara yang didapat dari seluruh penjuru dunia. Sementara itu ujung sebelah kanan tampak barisan yang jumlahnya hanya dua puluh sosok, mereka adalah para vampire Origin dan Alter juga Slave yang diutus Lady ‘D untuk mebantu Ciel. Walau jumlah bereka paling sedikit dari jejeran pasukan yang lain. Pasukan-pasukan itu sangatlah kuat. Apalagi dipimpin oleh Duzel dan Charline yang dikatakan merupakan Komandan dan Wakil Komandan perang barisan satu milik Lady ‘D.
    .
    Yang kini dipertanyakan adalah alasan Ciel mengumpulkan pasukan-pasukannya di tanah lapang ditengah hutan itu. Apa yang tenah dinanti oleh Ciel?
    Tak ada yang tahu. Semua itu masih merupakan kejutan yang direncanakan oleh sang Raja Utara.
    .
    T.B.C

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan