• Posted by : Yuuki Minggu, 20 Desember 2015




    Dua sosong lelaki berjubah hitam dengan motif awan merah tampak berdiri di atas bukit batu. Memandang sebuah desa berpintu gerbang besar di depan sana dengan wajah datar. “Sudah sangat lama kau tak mengunjungi kampung halamanmukan, Itachi-san~” ujar sosok lelaki yang lebih besar, di punggung lelaki itu terdapat seuh pedang besar yang terbalut perban.
    “Kita datang untuk bertugas. Bukan untuk pulang kampung.” Jawab datar pemuda yang lebih pendek, ia memperbaiki topi jerami yang ia kenakan lalu melompat turun dari tebing diikuti temannya yang lebih besar.
    “Ayo kita berburu Jinchuriki.” Seringai dengan gigi tajam terlihat dari sosok bertubuh besar itu.

    Kingitsune
    (Rubah Emas)
    †††
    By : Ayuni Yuukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,

    Siang ini Konoha tempak ramai, beberapa warga telah kembali ke aktifitasnya semula, begitu pula dengan para ninja. Sasuke sendiri sudah diizinkan keluar dari rumah sakit. Tentu Tim 7 senang mendengarnya. Dengan ditemani Kakashi, Naruto dan Sakura –yang sudah pulih lebih dahulu- Sasuke kembali ke apartemennya. Tentu perjalanan menuju tempat Sasuke tinggal dipenuhi dengan celotehan Sakura yang tak begitu di tanggapi Sasuke.
    Saat didalam perjalanan Naruto tiba-tiba merasakannya. Kehadian sosok yang dulu menghilang dan sangat dia rindukan. Tak jauh dari Konoha dan tengah menuju ke tempatnya berada. ‘Itachi-nii’
    .
    Setelah membantu Sasuke sedikit beres-beres, Tim 7 pun meninggalkan Sasuke untuk istirahat. Walau Sakura memaksa tingga disana lebih lama lagi, tapi berhasil diusir oleh Sasuke dengan kata-kata dinginnya.
    Dalam perjalanan mereka berpencar, Kakashi menghilang dengan sunshinnya dan Sakura lebih memilih untuk langsung pulang dari pada harus berdekatan dengan Naruto. Sedangkan Naruto, dia labih tertarik untuk melacak keberadaan sosok yang sebentar lagi tiba di Konoha itu.
    .
    “Kurenai. Asuma, apa yang kalian lakukan di sini?” Tanya Kakashi saat melihat dua pasangan pembimbing genin itu tengah berdiri didepan sebuah kedai dango.
    “Sedang berburu tikus.” Jawab Asuma sambil menghisap rokok di tangannya. Matanya melirik kearah dalam kedai, didalam sana tampak dua orang berjubah hitam dengan motif awan merah tengah terduduk. Namun tak sampai lima detik kedua sosok itu telah menghilang.
    “Ck. Tikusnya kabur.” Ujar wanita bermata merah yang dipanggil Kurenai tadi. Dalam sekejap mata ketiga ninja berpangkat Jounin itu menghilang dengan shunsinnya.
    Kakashi, Asuma dan Kurenai tiba disebuah sungai besar didekat pemukiman yang sepi. Didepan mereka berdiri dua orang yang tadi sedang berada di kedai dango.
    “Jubah itu. Akatsuki. Siapa dan mau apa kalian kemari!?” Kakashi adalah orang pertama yang membuka suara. Ketiga ninja Konoha itu telah bersiaga dengan kunai di tangan mereka.
    “Jangan bilang kalian ingin menculik Jinchuriki Kyuubi!” kali ini Kurenai yang bersuara, ia memandang kedua ninja Akatsuki didepannya dengan tajam.
    “Kalau begitu aku takkan bilang. Kami kemari ingin menangkap Namikaze Menma.” Ninja Akatsuki yang lebih pendek berkata sambil melepas topi yang Ia kenakan. Seorang pemuda bermata dan berambut hitam panjang dengan dua garis halus di wajah tengah memandang mereka bertiga dengan tenang.
    “Uchiha Itachi!? Kau anggota Akatsuki!?” Kakashi memandang Itachi dengan terkejut.
    Siapa yang tak kenal Uchiha Itachi, seorang prodigy yang lahir dari klan kuat Uchiha. Seorang ninja yang pada usia 13 tahun telah berhasil menjadi ketua Anbu sebelum akhirnya meninggalkan Konoha setelah membantai seluruh klannya dan hanya menyisakan adik semata wayangnya, Uchiha Sasuke.
    “Itachi-san, waktu kita tidak banyak. Ayo kita tangkap anak bernama Namikaze Manma itu.” Pedang besar yang tergantung di punggung itu diambil, dengan sekali ayunan pedang itu telah menciptakan hembusan angin yang kuat.
    Ketiga ninja dari Konoha itu bersiaga. Lawan yang mereka hadapi tidaklah mudah. Akatsuki sepengetahuan mereka adalah kumpulan ninja kelas S yang menjadi buronan di seluruh Negara elemental. Harga kepala mereka bisa mencapai ratusan juta ryo, tentu kekuatan merekapun bukanlah main-main.
    .
    .
    Siang itu Sasuke tengah berjalan-jalan disekitar Konoha. Sebenarnya dia harus istirahat di rumah, tapi di rumah sendirian itu membosankan. Jadi dia memilih untuk menyusuri pemukiman Konoha.
    Siang itu warga tampak sibuk berlalu lalang. Toko-toko sudah mulai buka setelah sebelumnya tutup pasca penyerangan. Rumah-rumah yang hancur juga sudah berdiri kembali dengan baik. Tak ingin menarik perhatian warga Konoha, Sasuke mengalihkan jalur jalan-jalannya menuju arah sungai. Biasanya dia akan bertemu dengan Naruto disekitar sungai.
    Sayang sekali, setelah menyusuri sungai tempat Naruto biasa memancing, ia tak menemukan pemuda pirang itu dimanapun. Apa mungkin Naruto ada di apartemen? Atau mungkin di hutan Konoha?
    Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Sasuke memutuskan untuk menyusuri sungai hingga kembali ke daerah pamukiman warga. Yah niatnya sih begitu namun sekumpulan orang yang tengah bertarung didepan sana menghentikan niat Sasuke.
    Mata onix Sasuke dengan segera berubah menjadi saringan. Mata merah itu menatap dengan benci sosok didepannya yang tengah menggenjutsu guru pembimbingnya. Sosok yang sangat dia benci ada didepan matanya. Tak perduli apapun tujuannya datang ke Konoha. Kesempatan seperti ini takkan ia buang begitu saja. Ia akan membunuh Uchiha Itachi.
    Tangan Sasuke dengan cepat membantuk rangkaian kunci. Cakranya berkumpul di satu titik dan menciptakan aliran petir yang saling bercicit. Chidori, itu nama jurus itu. Jurus yang diajari oleh Kakashi dalam rentang waktu satu bulan. Jurus ini akan ia gunakan untuk membunuh Itachi.
    .
    Hanya dengan satu tatapan mata Itachi telah berhasil menjebak Kakashi Hatake dalam dunia genjutsu Tsukiyominya. Setelah berjalan selama lima detik, ninja berambut abu-abu itu jatuh tersungkur dalam genangan air.
    “MATI KAU ITACHI!!!” sebuah serangan dari belakang berhasil Itachi hindari. Mata saringan sulung Uchiha itu menatap pelaku penyerangan sekaligus adiknya satu-satunya dengan tajam. Sudah sangat lama sejak ia terakhir kali menatap wajah copian ibunya itu. Ia sangat merindukannya.
    Namun Itachi datang ke Konoha bukan untuk melepas rindu pada adiknya. Ia datang untuk memburu Kyuubi, apalagi adiknya sangat membencinya. Lihat saja, bukannya memberikan pelukan selamat datang, Sasuke malah menyerangnya dengan niat membunuh. “Serangan seperti itu takkan bisa membunuhku Ototou.”
    Mata merah Sasuke menatap Itachi nyalang. Terlihat sangat jelas sorot kebencian pada mata Uchiha bungsu itu. Sebuah kunai ia ambil dari kantung senjatanya. Melempanya cepat kearah Itachi lalu menerjang maju. Mengarahkan pukulan dan tendangan yang dengan mudah dapat dihindari oleh si kakak.
    “Itachi-san. Kita harus segera pergi sebelum ada ninja lain yang datang.” Seruan dari partner in crime nya menyadarkan Itachi untuk tidak terlalu lama bermain-main dengan adiknya. Dengan satu pukulan di pertut, serangan Sasuke akhirnya terhenti. “Kau terlalu lemah Ototou. Sepertiya aku perlu mengingatkanmu seberapa pentingnya kebencian itu! Tsukiyomi!” ujar Itachi sambil mengangkat kerah Sasuke, membuat bungsu Uchiha itu melayang di atas air.
    Tubuh Sasuke menegang, pandangannya tidak focus. Jelas sekali ia telah terjebak dalam Tsukiyomi milik Itachi. Hanya Itachi dan Tuhan yang tahu pemandangan mengerikan apa yang dilihat oleh Sasuke dalam genjutsu itu.
    Sebuah serangan lain tiba-tiba datang dari arah samping Itachi, membuat ia harus mengambil langkah meghindar dan membiarkan Sasuke terjatuh ke dalam air yang untungnya dapat di tangkap oleh pelaku penyerangan.
    Mata merah Itachi memandang dengan terkejut sosok penyerangnya. Sosok yang sangat dirindukannya tengah berusaha memapah tubuh Sasuke. “KAI” seru sosok itu melepaskan Sasuke dari genjutsu. “Kau tak apa Sasuke?” mata biru anak itu memandang Sasuke khawatir.
    “Sudah lama kita tak bertemu Naruto.” Sapa Itachi saat anak yang menyerangnya tak sedikitpun memperdulikan dirinya.
    Mata biru Naruto memandang Itachi dengan dalam. Ia sudah lama tak bertemu dengan Itachi, ia sangat merindukan sosok kakak itu. Tapi ia tak bisa mendekatinya karena ia tahu apa tujuan Itachi kemari. Menangkap Kyuubi yang ada dalam tubuhnya.
    “Apa kau datang kemari untuk menangkapku, Itachi-nii?” Tanya Naruto pelan. Tangannya memegang pedang dengan siaga. Ia berdiri didepan Sasuke yang masih berusaha untuk menenangkan diri aKibat dari genjutsu yang didapatnya.
    “Sayang sekali aku di perintahkan untuk menangkap Namikaze Menma.”
    “Kenapa harus Menma? Bukankah aku juga Ji-”
    “Satu-satunya Jinchuriki di Konoha yang ku tahu adalah Namikaze Menma.” Setelah mengatakan itu Itachi berlari menjauh diikuti oleh rekannya Kisame yang telah berhasil membuat Asuma dan Kurenai kewalahan. Mata Naruto memandang punggung Itachi yang menjauh.
    Apa maksud dari Itachi?
    Bukankah dia sangat tahu bahwa di Konoha masih ada satu Jinchuriki lagi dan itu adalah dirinya? Kenapa dia mengatakan bahwa hanya Menma satu-satunya Jinchuriki yang ada di Konoha?
    “Kalian tak apa!?” seruan dari seorang Ninja yang baru datang menyadarkan Naruto dari lamunannya. Dengan segera pemuda bersurai pirang itu membantu Sasuke berdiri. “Aku abik-baik saja Guy-sensei. Tapi aku tak tahu bagaimana keadaan Kakasi-sensei dan Sasuke.” Jawab Naruto sembari memapah Sasuke ke tepi sungai. “Aku akan membawa Sasuke ke Rumah Sakit.” Ujarnya dan berlalu meninggalkan Guy yang kesuitan membawa Kakashi.
    .
    Sore itu lagi-lagi Sasuke harus terjebak dalam ruangan serba putih berbau obat-obatan. Satu-satunya warna yang menarik baginya adalah rambut pirang milik Naruto yang tertiup angin lembut. Pemuda pirang itu tampak tengah tertidur disampingnya dengan kepala yang bertumpu pada kasur pasien. Dia pasti sangat kelelahan.
    Dengan pelan tangan Sasuke mengelus surai pirang lembut itu. Takut untuk membangunkan si pirang dari tidur lelapnya. Namun sayang, hanya dengan sekali udapan di rambut Naruto telah membuka matanya. Mata biru Naruto memandang Sasuke dengan khawatir. Wajah pemuda Uchiha itu memang tidak pucat. Tapi tetap saja, terbesit rasa khawatir di hati Naruto.
    “Sasuke, kau tak apa? Ada yang sakit? Pusing? Kau mau minum?” Tanya Naruto beruntun, memperhatikan Sasuke dengan seksama.
    “Kau berisik Dobe. Aku tak apa. Terimakasih sudah melepaskanku dari Tsukiyomi itu.”
    Naruto tahu bahwa keadaan Sasuke baik-baik saja. Tapi Naruto dapat merasakan kebencian Sasuke yang semakin dalam. Kebencian yang di tujukan untuk Itachi. Naruto tak ingin kedua orang yang berharga baginya ini harus saling membunuh, walalu Naruto yakin Itachi takkan membunuh Sasuke tapi Sasuke sendiri sangat bernafsu untuk membunuh kakaknya.
    .
    .
    Malam itu Konoha tampak sangta sunyi, terasa sangat lengang padahal biasanya ada saja satu ninja yang berpatroli. Diantara deretan rumah penduduk samar-samar terlihat empat sosok melompat dengan cepat menyusuri perumahan. Tujuan mereka berempata adalah sebuah ruangan di Rumah Sakit Konoha yang dihuni oleh target mereka.
    Tak menjelang lama mereka telah sampai di tempat tujuan. Dari luar mereka dapat melihat sesosok pemuda tengah tertidur di atas ranjang Rumah Sakit. Pemuda bersurai gelap itu tampat tertidur dalam lelapnya. Seorang anggota lelaki di empat kawanan itu membuka kaca kamar itu dan masuk kedalam diikuti ketiga anggotanya.
    “Tak kusangka ular itu akan menjemput lebih cepat.” Ujar pemuda yang masih tertidur di ranjang itu. Dengan perlahan kelopak mata itu terbuka memperlihatkan iris merah dengan dua temoutenya.
    “Kami datang menjumputmu atas perintah dari Orochimaru-sama.” Ujar lelaki yang membuka jendela tadi. Lelaki yang memiliki empat tangan dan sebuah busur panah di punggungnya.
    “Hn” pemuda Uchiha yang menjadi target misi ninja Oto itu bangun dari tidurnya. Menatap satu-persatu penjemputnya dan mendengus meremehkan. “Ayo pergi.” Lanjutnya.
    “Maaf Sasuke. Tapi kau harus memakan pil ini terlebih dahulu dan ‘tertidur’ untuk beberapa lama.” Laki-laki dengan tangan ganda itu menyerahkan sebuah pil bulat berwarna ungu mencurigakan. “pil ini akan membentumu melepaskan kekuatan dari segel gaib.”
    “Bagaimana aku bisa pergi jika aku akan ‘tertidur’?”
    “Kami akan membawamu. Jiroubo!” seorang anggota yang paling gemuk maju kedepan. Membentuk beberapa segel dan menghentakkan telapak tangannya ke lantai. Dari asap yang mengepul muncul sebuah tong besar dengan beberapa kertas segel menempel di sisinya. “Selama proses ‘tertidur’ anda akan berada didalam sana.”
    “Hn”
    .
    Pagi-pagi sekali Konoha digemparkan dengan kabar kedatangan empat peyusup dan satu ninja genin yang menghilang. Karena semua ninja senior telah mengambil misi maka yang dapat dikumpulkan hanyapara genin yang tidak memiliki misi. Yang berhasil dikumpulkan.
    Didalam kantor Hokage telah ada lima ninja muda dengan raut wajah berbeda-beda. Shikamaru yang terlihat malas, Chouji yang sibuk memakan kripik kentang di tangannya, Kiba yang masih mengantuk, Neji yang berwajah tenang dan Naruto yang terlihat sangat khawatir. “Maaf membangunkan kalian pagi-pagi sekali. Tapi hanya kalian ninja yang mesih bebas untuk saat ini.” Ucap Hokage bersurai kuning yang tangannya masih terperban. Disampingnya tampak Iruka berdiri dengan tegang. “Kalian ku berikan misi kelas A untuk membawa Uchiha Sasuke yang diculik oleh empat Ninja Bunyi yang telah menyusup kemarin malam. Keempat penyusup ini masuk dari arah barat dan sepertinya mereka juga mengambil arah barat untuk pergi, bawa Sasuke kembali apapun caranya.”
    Kelima ninja muda itu mengangguk singkat sebelum akhirnya pergi bersama manuju gerbang Konoha. Di gerbang sana mereka dapat melihat seorang gadis bersurai musim semi telah menanti mereka. “Sakura-chan?” sapa Naruto mendekati teman setimnya.
    “Naruto! Apapun yang terjadi kau harus membawa Sasuke-kun kembali. Bagaimanapun caranya!” seru gadis itu menatap Naruto dengan sengit. Mata hijau gadis itu memandang dengan penuh tuntutan. Sementara di balakang Naruto, para ninja muda lainnya hanya mendecih sebal melihat sikap dari gadis musim semi itu. “Naruto ayo!” ajak Shikamaru yang muak melihat tatapan Sakura kepada Naruto.
    Naruto hanya tersenyum lembut. Menatap Sakura dengan mata birunya yang redup. “Aku akan membawa Sasuke kembali Sakura. Lihat saja nanti.” Ucap Naruto dan menyusul anggota timnya.
    .
    Lima pemuda dengan tiga genin dan dua chunin itu berlari dengan kencang. Neji dengan mata byakugannya berada diurutan terdepan, disusul Shikamaru dibelakangnya. Dibelakang Shikamaru ada Chouji dan Naruto dan di belakang ada Kiba dan Akamaru yang memiliki indra penciuman yang tajam.
    Mereka terus berlari hingga tanpa sengaja Kiba memutuskan sebuah benang transparan yang terpasang tanpa mereka semua ketahui.
    Jauh didepan sana sekelompok ninja Oto yang tengah beristirahat mulai bergerak kembali setelah meninggalkan seorang aggota mereka yang paling gemuk untuk menghadapi ninja dari Komoha yang mengejar mereka.
    Naruto merasakan keberadaan keempat ninja Oto didepan mereka. Ia juga dapat merasakan cakra Sasuke yang terus berkembang dan menggelap. Jarak mereka cukup jauh. Tapi jika mereka terus mengejar maka saat matahari terbenam nanti ia yakin timnya akan dapat menyusul mereka.
    “Mereka meninggalkan satu anggota mereka didepan sana.” Seru Naruto saat merasakan satu cakra yang tidak berpindah tempat didepan mereka. Kelima ninja itu berernti secara serentak diatas dahan pohon.
    “Sepertinya mereka ingin menghambat kita.” Ucap Shikamaru mulai menganalisa keadaan.
    “Kenapa kau yakin akan perkataannya Shikamaru?” Tanya Kiba yang disetujui oleh Neji. Pasalnya penciuman dan penglihatan mereka belum melihat apapun didepan sana.
    “Karena sensor Naruto yang paling baik diantara kita semua.” Jawab Chouji dengan percaya diri.
    “Apa kau tahu dia jenis ninja seperti apa Naruto?”
    Mata Naruto terpejam. Mengkonsentrasikan pikiran pada titik cakra didepannya. “Aku tak tahu seperti apa wujudnya. Tapi dia hampir mirip dengan Chouji. Mengumpulkan cakra pada tubuhnya yang besar.” Ucap Naruto setelah membuka mata birunya. “Dan dia pengguna elemen tanah.” Tambah Naruto.
    “Kalau begitu salah satu dari kita harus mengahdapinya agar tak menunda perjalanan. Kemungkinan yang akan menghadapinya nanti adalah kau, Chouji. Bersiap-siaplah.”
    “Okay –karus-kraus-.”
    Tim pengejar itu mulai berlari kembali.  Tepat beberapa puluh meter didepan mereka ternyata memang ada seorang ninja Oto yang sudah menunggu. Seorang ninja berbadan besar dengan rambut mohaknya. Tanpa basa-basi mereka terus berlari semetara Chouji telah berdiri menghadang ninja Oto itu yang hendak menghalangi timnya lewat. “Lawanmu adalah aku Gendu!” seru Chouji.
    “Kau juga gendut. Gendut!”
    .
    “Shika. Apa tak apa?” Tanya Naruto gelisah. Pasalnya ninja Oto itu jelas lebih berpengalaman dan memiliki cakra yang lebih besar dari Chouji.
    “Kau tenang saja. Chouji bukan lagi ninja yang kemah.” Jawab Shikmaru percaya diri. Pemuda Nara itu tau dengan jelas kemampuan sahabatnya itu.
    Shikamaru hampir tahu semua kemampuan anggota rocky 9. Oleh karena itu ia memilih keempat ninja ini. Hanya saja sampai sekarang ia tak tahu kemampuan Naruto keseluruhan. Ia hanya tahu bahwa Naruto ahli dalam taijutsu dan kenjutsu. Dia bisa bebas dari segala ilusi tingkat rendah hingga tingkat tinggi tapi dia tidak menguasai ninjutsu. Dia juga memiliki sensor yang baik yang Shikamaru tahu telah disembunyikan selama ini. Bahkan sensornya dapat menyaingi penciuman klan Inuzuka dan mata byakugan Hyuuga.
    Getaran kecil terasa dibelakang mereka. Jelas sekali itu adalah aKibat dari pertarungan Chouji melawan ninja Oto itu. Mereka tak dapat melambatkan laju mereka, karena sedikit saja mereka melambat maka jarak mereka dengan Sasuke akan semakin menjauh.
    Tanpa mereka sadari saat melewati sebuah bagian hutan yang agak renggang sebuah jaring meluncur dengan cepat dari depan mereka. Naji dan Naruto yang memiliki refleks bagus berhasil lolos dengan memotong jaring itu dengan pedangnya dan control cakra Neji yang baik.
    “Kemampuan kalian boleh juga.” Seorang ninja dengan tangan ganda muncul tak jauh didepan mereka. Ninja yang bernama Kidoumaru itu menyeringai saat melihat jaringnya berhasil menangkap dua ninja lainya. Dengan segera ia meluncurkan anak panah yang keluar dari mulutnya kearah kedua ninja malang yang terjebak tersebut.
    Anak panah itu melaju dengan sangat cepat kearah Shikamaru, namun sebelum panah itu menembus tubuh si bocah Nara, Naruto telah berhasil menangkisnya dengan pedang ditangannya.
    Naruto segera membebaskan Shikamaru, Kiba dan Akamaru sebelum panah lainnya datang. Neji menatap pedang di tangan Naruto dengan aneh. Ia tahu Naruto tak dapat menggunakan cakranya, tapi ia dapat merasakan sebuah cakra yang tipis menyelimuti pedang itu. Yang jelas cakra itu bukan dari Naruto karena aura cakranya yang sangat berbeda.
    “Sepertinya didalam jaring ini terdapat cakra yang mengalir. Dan dia adalah petarung jarak jauh. Shikamaru dan Kiba tak bisa mengatasi jaring ini, sementara Naruto walaupun bisa tapi ia adalah petarung jarak dekat.” Ujar Neji saat ketiga anggota timnya sudah berdiri di sisinya. “Baiklah. Aku yang akan menghadapinya. Kalian lanjutkan perjalanan.” Ujar Neji mengambil keputusan sepihak. Tapi tampaknya tak ada yang protes karena apa yang dikatakan oleh pemuda Hyuuga itu adalah benar.
    .
    Satu lagi anggota tim mereka tertinggal dibelakang. Jika jumlah tim Oto adalah empat orang maka satu yang tersisa akan membawa Sasuke kembali. Dalam hati Kiba dan Shikamaru sudah memutuskan bahwa Naruto lah yang akan membawa Sasuke kembali. Bukan hanya kerana Naruto satu tim dengan mereka, tapi juga karena hanya Naruto yang dapat mengerti perasaan Sasuke.
    Seperti yang diduga. Satu anggota tim telah menanti mereka didepan sana. Kali ini adalah seorang ninja dengan dua kepala dalam satu tubuh. Walau samar Naruto dapat merasakan dua cakra pada tubuh itu. Dan Shikamaru tahu denga jelas bahwa yang akan menghadapi ninja itu adalah Kiba dan Akamaru.
    Jarak mereka –Naruto dan Shikamaru- dengan ninja Oto sudah sangat dekat. Hanya tinggal seorang ninja perempuan berambut merah yang membawa gentong besar di punggungnya. Naruto dapat merasakan cakra Sasuke dari dalam gentong itu. Sekuat tenaga mereka mengejar ninja itu, beruntung laju ninja wanita itu melambat karena beban yang dibawanya. Tak membutuhkan waktu lama Naruto dan Sikamaru berhasli mengepung mereka.
    Naruto melaju dengan kencang menyerang Ninja wanita itu. Semetara ninja Oto yang beranam Tayuya itu menghadapi Naruto, Shikamaru berusaha meraih gentong yang ada didekat wanita itu. Sayang ia berhasil di pentalkan dengan tendangan di perutnya.
    Wanita itu mengambil sebuah seruling dari balik punggunya. Dengan cepat wanita itu meniupkan serulingnya. Seluruh hutan tiba-tiba menjadi sunyi. Tubuh Naruto dan Shikamaru tak bsia bergerak, rasanya seperti dipasung.
    Tayuya berjalan mendekati Shikamaru, sekilas ia melirik Naruto tak ajuh di sampingnya yang juga dalam keadaan tak bsia bergerak. Kedua ninja muda dari Konoha itu telah terjebak dalam jebakan genjutsunya. Setidaknya begitulah yang ia pikirkan.
    Dalam sepersekian detik, sebuah bayangan kuning melesat menjauhi Tayuya. Menuju letak gentong yang ada dibelakang gadis dari Oto itu.
    Tanpa membuang waktu bayangan kuning yang diketuhui sebagai Naruto itu membawa gentong itu berlari menjauh. “Kuserakan padamu Shika!” seru ninja muda itu sambil berlari menjauhi Shikamaru yang masih mematung.
    “Mendokusai.” Gumam pemuda Nara yang harusnya masih dalam genjutsu itu. Pemuda yang biasanya berekspresi malas itu kini tampak tersenyum melihat Naruto mejauh. Rencana mendapatkan Sasuke sukses. Kini hanya tinggal membawa pemuda Uchiha itu kembali ke Konoha.
    Begitulah yang dipikir Shikamaru sebelum sesosok pemuda bersurai putih melesat melewati dirinya mengejar Naruto. Dari pakaiannya, Shikamaru tahu dengan jelas bahwa itu adalah ninja dari Oto lainnya.“Sial!”
    TBC
    .
    Omake:
    Orochimaru menatap lilin dikamarnya yang menyala redup. Sesekali ia merintih merasakan sakit. Kemarin anggota Tim 4 Bunyi telah pergi menuju Konoha. Harusnya tadi pagi mereka telah tiba tapi hingga siang ini mereka belum juga tiba.
    Sannin ular itu sudah tak dapat menahan rasa sakitanya. Oleh karena itu ia melakukan ritual lebih awal, walau harus menggunakan tubuh orang lain, bukannya tubuh Sasuke. Tadi pagi dia juga sudah mengirim Kimimaru untuk menyusul Tim 4 Bunyi. Ia yakin tim itu akan mengalami keterlambatan karena ninja Konoha yang mengejar mereka.
    Kimimaru adalah satu-satunya yang selamat dari tragedy berdarah klan Kaguya. Dia adalah yang terbaik dari semua calon wadahnya. Hanya saja penyakit kutukan klan Kaguya juga mengikuti pemuda itu bersama dengan kekuatan besarnya.
    Orochimaru tak mau menggunakan tubuh yang sudah rusak. Tapi ia juga tak ingin membuang senjata yang bagus. Oleh karena itu. Daripada senjata itu berkarat dan rusak karena tak pernah dipakai. Bukankah lebih baik jika senjata itu digunakan sampai hancur?
    “Khu…khu…khu…khu… sudah ku duga. Kau akan datang dengan sendirinya ke tempatku Sasuke-kun~” tawa laknat Orochimaru membuat Kabuto yang kebetulan melewati kamar boss nya menjadi merinding. ‘Tawa Orochimaru-sama seperti tawa okama.’ Batin tangan kanan kepercayaan Sannin ular itu.


    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan