- Home>
- KinGitsune 11
Posted by : Yuuki
Minggu, 20 Desember 2015
Kingitsune
(Rubah Emas)
†††
By : Ayuni Yuukinojo
†††
Naruto © Masashi Kishimoto
†††
Pair : ?/Naruto
Warning :
Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus
Shonen-ai,
Naruto terus berlari. Mengejar pemuda bersurai abu-abu yang
mencui gentong Sasuke darinya. Naruto tahu pemuda itu adalah ninja Oto,
terlihat dari tali besar yang mengikat pinggangnya. Menyusuri hutan terus
menuju barat hingga mereka tiba disebuah tanah lapang penuh rerumputan. Gentong
Sasuke mengeluarkan asap keunguan.
Tanpa membuang waktu Naruto mengluarkan pedangnya, menyerang
ninja Oto yang tampaknya lebih tua dari dirinya dengan cepat.
Kimimaru, nama ninja Oto itu menghindar dengan bersalto
kebelakang. “Sesama pengguna pedang. Tapi aku takkan kalah. Demi
Orochimaru-sama.” Sebuah tonjolan muncul dari bahu pemuda itu. Terus menonjol
dan memanjang hingga menunjukkan wujud aslinya.
Tanpa rasa sakit, ninja Oto itu mencabut tonjolan itu.
Sebuah pedang dari tulang belulang kini berada digenggamannya. ‘Klan Kaguya!?’ Naruto tahu, ada sebuah
Klan yang memiliki kemampuan kenjutsu yang tinggi namun sudah punah karena
penyakit dan pembantaian. Klan dengan kakei genkai tulang belulang yang sangat
unik.
Menghadapi seorang master kenjutsu, Naruto tidak bisa hanya
menggunakan satu pedang. Oleh karena itu dia menggunakan sarung pedangnya
sebagai senjata kedua.
Angin berhembus diantara dua pengguna pedang tersebut. Dalam
sekejap mata Naruto telah berada didepan Kimimaru, menebaskan sarung pedangnya
kearah bahu. Namun pemuda yang lebih tua itu telah bersalto kebelakang menghindari
serangan Naruto.
Tak ingin terus menerus diserang, kini kimimaru mulai
melakukan serangan, tubuhnya dengan lentur menerobos setiap pertahanan Naruto.
Sedikit lagi. Hampir sedikit lagi pedang milik Kimimaru
menembus dada Naruto. Untung sarung pedang Naruto berhasil menghentikannya.
Mata Kimimaru menatap sarung pedang Naruto dengan curiga.
Dai merasa seluruh keberaniannya seperti di tarik pasksa keluar. Membuatnya
merasa ragu dalam melakukan pertarungan. Dia juga merasakan pedang yang ada
ditangan kanan Naruto bukanlah pedang sembarangan. Ada sesuatu yang tersimpan
didalam pedang itu.
Tapi Kimimaru tak boleh ragu. Ia harus berhasil membawa Sasuke
ke tempat Orochimaru.
Serangan demi serangan tersu diluncurkan oleh kedua pemuda
pengguna kenjutsu tersebut. Tak ada tehnik ninjutsu ataupun genjutsu. Hanya
taijutsu dan kenjutsu sebagai senjata satu-satunya. Tubuh mereka sudah terluka
dibeberapa bagian. Darah mengucur dari luka-luka tersebut. Mereka juga sudah cukup
kelelahan. Naruto sudah hampir kehabisan stamina dan Kimimaru entah kenapa
merasa seluruh semangat bertarungnya lenyap. Hanya niat dan kesetiaan pada sang
tuan yang tetap membuat ninja Oto itu bisa terus bertarung.
Tiba-tiba saja Kimimaru terbatuk, darah kental kehitaman
keluar dari mulutnya. Naruto dapat merasakan hawa dingin yang menyelimuti tubuh
pemuda didepannya itu. Pemuda itu sekarat. Bahkan Naruto dapat merasakan hawa
kematian yang mulai menyelimuti tubuh pucat itu. “hentikanlah! Tubuhmu sudah tidak
kuat!” seru Naruto, melihat tubuh Kimimaru bergetar kesakitan.
“Tidak! Aku akan menang demi Orochimaru-sama!” menerjang
maju, Kimimaru menggunakan kecepatan dan kelenturan tubuhnya untuk menyerang Naruto.
Naruto yang tubuhnya masih kelelahan tak bisa menghindar
dari serangan itu. Ia tak punya cara lain selain menahannya dan dia juga harus
segera membawa Sasuke kembali ke Konoha.
Darah merah terciprat keudara. Naruto menerima serangan
Kimimaru yang mengarah keperutnya.. Memanfaatkan celah yang singkat, tangan
kanan Naruto dengan segera menebaskan pedangnya kepada Kimimaru.
Pemuda Oto itu tak dapat menghindar. Pedangnya tertancap
terlalu dalam pada tubuh Naruto. Pedang hitam dengan lonceng Naruto menebas
rubuh Kimimaru dari dada sampai ke perut. Darah mengcur dengan deras. Tubuh
ninja Oto itu terdorong kebelakang. Dengan pedang yang masih menancap di
perutnya Naruto menyerang Kimimaru sekalilagi, tepat di dada.
“Maaf. Tapi aku harus membawa Sasuke kembali.” Mata biru itu
memandang tubuh tak bernyawa didepannya dengan nanar. Dengan perlahan tangan
tan Naruto mencabut pedang yang masih menancap diperutnya. Darah mengalir
dengan deras. Tubuh berbalut kulit tan itu terbaring di rerumputan. Ia sudah
sangat kelelahan. Luka di perutnya membuat tubuhnya sulit digerakkan. Ia
bersukur ia telah mendapatkan Sasuke.
BLAR
Gentong yang berada tak jauh dari tempatnya berada meledak.
Mata biru Naruto membulat melihat sosok pemuda besurai putih penjang yang
dipenuhi dengan hawa kebencian dan kegelapan. “Sasuke?”
Sasuke tak menyahut. Tubuhnya bergetar lalu mengeluarkan
tawa mengerikan membuat tubuh Naruto bergetar antara takut dan ngeri merasakan
kegelapan yang pekat didepannya. “Kembali Sasuke. Jangan kesana!” teriak Naruto
saat Sasuke mulai berjalan menjauhinya. Tak mendengarkan sedikitpun
teriakannya.
‘Tidak!’
‘Jangan pergi!’
‘jangan tinggalkan
aku!’
‘SASUKE!’
Tubuh dengan lambang Uchiha di punggung itu menegang saat
merasakan sebuah tangan mendekapnya. Tangan itu bergetar dengan lemah. Namun
juga terdapat kehangatan di dalamya. “Jangan Pergi! Jangan tinggalkan aku!”
tahan Naruto sekuat tenaga.
Tapi apa daya. Tubuh itu sudah terlalu lelah bahkan hanya
untuk berdiri. Sasuke bahkan dapat merasakan tubuh dibelakangnya itu menumpukan
seluruh tubuhnya pada dirinya. Tubuh dibelakngnya itu bisa ambruk kapan saja.
Tangan alabaster Sasuke mengelus tangan yang mendekapnya. Ia
menyukai kehangatan dari Naruto. Sangat menyukainya. Kehangatan dari pemuda itu
membuatnya melupakan mimpi buruk dan kegelisahannya. Tapi kehangatan itu juga
membuatnya melupakan tujuannya. Tujuan untuk membalaskan dendam.
Ia harus membunuh Itachi. Selain karena Itachi yang telah
membunuh seluruh keluarganya, tapi itachi juga membahayakan Naruto. Suatu saat
organisasi yang di masuki Itachi pasti akan mengincar Naruto karena tak bisa
mendapatkan Menma. Sebelum hal itu terjadi, ia harus membunuh Itachi. “Naruto.
Aku harus pergi.”
“Tidak.”
“Aku harus membalaskan dendamku.”
“Tidak.”
“Ini juga demi dirimu.”
“Tidak. Jangan pergi.”
Sasuke memutar badannya. Menghadap Naruto dan memeluk pemuda
pirang itu dengan erat. Mata merah Sasuke menatap nanar tubuh Naruto yang
dipenuhi darah. “Aku akan kembali. Jadi tunggulah aku.” Sebuah pukulan di
tengkuk Sasuke layangkan. Tubuh didepannya terjatuh tak sadarkan diri.
Baju khas klan Uchiha itu di lepas, memperlihatkan tubuh
berkulit putih dengan otot yang tidak terlalu kekar. Baju itu ia robek dan ia
gunakan untuk menyumbat luka di tubuh Naruto. Pedang Naruto ia letakkan di sisi
tubuh pemiliknya. Pelindung kepala yang di pakai Naruto ia lepas. Tangannya
mengelus dengan pelan surai pirang itu.
Ah~ ia akan merindukan surai jabrik yang lebut ini. Ia akan
merindukan mata biru yang cerah ini. Ia akan merindukan tawa gembira yang
hangat ini. Ia akan merindukan seluruh bagian dari diri Naruto.
Tanpa Sasuke sadari, mata merahnya telah meneteskan air
mata. Jatuh menimpa pipi bergaris milik Naruto. Ia tak menghapus air mata itu,
ia biarkan mongering dan meresap pada kulit Naruto. Sebagai bukti bahwa ia
masih memiliki hati, dan telah ia berikan pada pemuda pirang didepannya. “Tunggu
aku ‘Hime‘.” Surai di dahi itu ia sibak, untuk pertama kalinya Sasuke
memberikan sebuah kecupan lembut pada seseorang. Dan itu adalah untuk Naruto.
Tanpa mengenakan baju Sasuke melanjutkan perjalannya. Ia
akan membunuh Itachi lalu menjemput Naruto. Membawa pergi Naruto dari neraka
dunia yang ada di Konoha. Konoha terlalu beruntung mendapatkan sosok hangat
seperti Naruto. Dan Konoha harus di beri pelajaran karena telah menyia-nyiakan
anugrah itu.
Beberapa menit kemudian. Dua orang Anbu bertopeng polos tiba
di tempat itu. Menatap Naruto tanpa ekspresi dan suara. Salah satu dari Anbu
itu mengambil pedang milik Kimimaru, membawanya mendekati Naruto. “Misi dari
Danzo-sama. Bunuh aib dari Konoha.” Dan pedang itu menacab dengan dalam didada Naruto.
Menembus tubuh itu untuk kedua kalinya.
Mata biru itu terbuka. Terlihat betapa sakit yang ia
rasakan. Menatap dua sosok yang berdiri didepannya dengan rasa tak percaya.
Kenapa Anbu dari desanya sendiri malah membunuhnya?
Kenapa ia dibunuh?
Memangnya apa salahnya?
Apa dosanya?
Pupil biru itu perlahan mulai melebar. Menatap dengan penuh
amarah pada dua sosok yang telah menghilang. Air mata mengaliir dengan
perlahan. Rasa sakit akibat kehilangan dan dihianati. Ia sudah lelah. Ia biarkan
kegelapan mengambil penglihatannya. Samar-samar ia dapat merasakan teriakan
Kurama yang memintanya untuk bertahan.
.
.
Hujan membasahi tanah Konoha. Dalam ruang kerjanya Minato
menatap tetesan air yang berjatuhan. Wajahnya tampak tenang walau sesungguhnya
hatinya sedang resah. Perasaan resah ini sebelumnya pernah dia rasakan saat
mendekati hari persalinan anak-anaknya. Keresahan yang berujung pada berita
duka.
Selama ini yang paling dia khawatirkan adalah Menma. Bukan
karena Menma adalah anak dalam ramalan, tapi karena Menma membawa cakra gelap Kyuubi,
berbeda dengan Naruto. Oleh karena itu dia selalu menjaga dan membela Menma.
Memberikannya kebahagiaan agar anak kesayangan itu tak teracuni cakra gelap Kyuubi.
Ia tahu ini semua tak adil bagi Naruto, tapi selalu ada hal yang harus di
korbankan untuk mendapatkan kebahagiaan.
“Lapor Hokage-sama.” Seorang Anbu bertopeng beruang
tiba-tiba muncul di belakang Minato. “Misi Tingkat A : Pengejaran dan membawa
kembali Uchiha Sasuke telah gagal. Akimichi dan Hyuuga mengalami luka berat,
Inuzuka dan Nara mengalami luka ringan sementara Genin Namikaze tak diketahui
keberadaannya. Pencarian terakhir kami hanya menemukan ikat kepalanya di sebuah
lapangan ditengah hutan dekat lebah akhir.”
DEG
‘Tidak…’
“Apa kalian sudah mencarinya dengan benar? Dia tak mungkin
pergi jauh kan!? Dia pasti teruka, darahnya pasti masih meninggalkan aroma.”
“Maaf Hokage-sama. Tapi hujan yang turun telah melenyapkan
semua aroma dari genin Namikaze. Kami hanya dapat menemukan ini.” Sebuah kain
bernoda darah diserahkan pada sang Hokage. Tangannya dengan gemetar meraih
benda itu dan membukanya. Sebuah ikat kepala dengan lambang Konoha yang ternoda
darah.
“Kau boleh keluar.”
“Baik!”
.
‘Tidak… ‘
Mata sebiru langit itu menatap ikat kepala ditangannya.
Padahal kemarin dia masih melihat tawa cerah anaknya dari
kejauhan.
‘Naruto….’
Dia selalu berharap bisa meraih dan memeluk anak yang tertawa
dibawah penderitaan itu.
‘Jangan pergi…’
Ia ingin melenyapkan penderitaan anak itu.
‘Jangan tinggalkan ayah…’
Tapi semuanya hilang.
’Maafkan ayah nak….’
Mimpinya, harapannya, masa depan anak bungsunya. Semuanya
hilang menyisakan duka dan hanya sebuah ikat kepala ternoda darah.
‘Maaf…’
Bahkan bila ia meminta maaf berkali-kali. Berteriak ribuan
kali hingga suaranya habis. Putra bungsu yang sangat dia sayangi takkan pernah
kembali.
“NARUTO!!!!!!”
.
.
Dua hari kemudian. Tepat sehari setelah kedatangan Menma dan
Jiraiya bersama Tsunade dan Shizune pemakaman Naruto di lakukan. Pemakaman yang
hanya dihadiri oleh para kelauarga inti klan ninja. Sebagai penghormatan atas
duka sang Hokage. Para Rocky Nine beberapa ada yang menangis, ada yang terdiam
dengan wajah dinginnya namun ada juga yang memilih memalingkan muka. Tak ingin
mengakui bahwa teman seperjuangannya telah pergi mendahuluinya.
Pada makam itu hanya dikuburkan sebuah ikat kepala dengan
lambang Konoha milik sang ninja muda. Tak ada tubuh dingin pucat tak bernyawa.
Hanya sebuah ikat kepala dengan darah yang masih menodainya.
Di batu nisan itu tertulis :
‘Uzumaki-Namikaze Naruto.’
‘Tertidur dalam dekapan Bumi dengan tawa cerah yang takkan terlupakan.’
Lambang Konoha dan klan Uzumaki mengapit nama sang ninja
muda.
.
Menma hanya menatap proses pemakaman kembarannya dalam diam.
Sesekali dia menatap ayahnya yang hanya terpaku tanpa kata. Tsunade di belakang
ayahnya menangis dalam diam dan Jiraiya menatap tanah dibawahnya dengan sedih.
Menma merasa senang. Akhirnya anak yang sangat mengganggu
dan pembawa sial itu menghilang. Namun entah kenapa dia merasa ada yang kosong
dalam dirinya. Seperti ada sebuah ruangan yang berisi angin dingin yang tak ia
ketahui apa penyebabnya. Kyuubi dalam tubuhnya juga tampak tenang. Terlalu
tenang hingga ia merasa janggal. Kemarin malam ia sempat mendatangi monster
besar itu. Namun mahluk itu hanya terdiam dan menatap dirinya dengan kosong.
Ada yang aneh dengan sang rubah.
.
Minato menatap makam yang ada di samping makam Naruto. Itu
makam istrinya tercinta. Kali ini dia lagi-lagi kehilangan anggota keluarga
yang sangat ia jaga. Sebagai Hokage dia harusnya bisa menjaga keluarganya
dengan baik. Dia kira dengan menjauhkan Naruto dari dirinya akan membuat Naruto
terlindungi. Tapi nyatanya tidak. Anak itu justru menjadi target yang paling
mudah untuk di serang.
Sudah berkali-kali dulu dia mendengar bahwa putra bungsunya
mengalami penyerangan dari ninja desa lain. Kebanyakan karena menaruh denda
pada diririnya karena perang shinobi ke tiga. Ia kira seiring dengan
berjalannya waktu maka mereka akan lelah karena takkan bisa menarik Minato
untuk keluar walau sudah menculik putra bungsunya. Dia kira setelah membuat
putranya dicap sebagai anak tak dianggap akan membuat Naruto terhindar dari
bahaya. Namun nyatanya tidak. Anaknya akhirnya meninggalkannya selamanya.
.
Sementara Rocky Nine tengah berduka, Sakura tengah mengurung
diri dikamar. Tubuhnya bergetar di balut selimut tebal. Sasuke tidak kembali..
Dia tak perduli apapun yang terjadi. Ia hanya menginginkan Sasuke kembali. Tapi
siapa yang bisa ia salahkan? Shikamaru? Neji? Kiba? Chouji? Naruto!? benar Naruto
gagal membawa Sasuke. Naruto berbohong padanya. Naruto pantas mati karena tak
bisa membawa Sasuke kembali!
.
Dalam ruang yang gelap Danzo tampak senang. Satu aib telah
pergi. Sayang ia harus kehilangan senjata berharga macam pemuda Uchiha itu.
Tapi tak masalah. Pemuda itu tak lagi menjadi ancaman. Dia akan segera di cap
sebagai missing nin, penghianat desa.
Hukumannya pasti akan sangat berat.
.
Tubuh Sasuke bergetar murka. Mata merah bertemote nya
berputar cepat.
“Kau yakin Kabuto?” tanya Orochimaru yang tengah duduk di
kursi kebesarannya.
“Benar, Orochimaru-sama. Tim 4 Bunyi tak ada yang selamat.
Begitu pula dengan Kimimaru. Lalu saya juga melihat dua orang Anbu bertopeng
putih polos menikam dada Namikaze Naruto dengan pedang milik Kimimaru.” Papar
Kabuto. Ia baru saja tiba setelah mengecek adakah ninja Oto yang selamat pada
misi ini. Sayang ia tak menemukan apapun selain aksi pembunuhan yang dilakukan
oleh Anbu Konoha.
“Itu Anbu Danzo.” Ujar Orochimaru, jelas sekali ia senang
melihat kebencian Sasuke yang semakin dalam pada Konoha.
“Orochimaru! Latih aku dengan segera besok!” ujar Sasuke
dingin. Dia berlalu pergi menuju kamarnya meninggalkan Orochimaru yang menyeringai
senang dan Kabuto yang menatap dalam diam.
“Apa kau berhasil mendapatkan tubuhnya Kabuto?”
“Maaf Orochimaru-sama. Saat saya hendak mengambil jasat Namikaze,
sebuah api keemasan mebakar tubuh itu berserta darah-darah yang tercecer. Hanya
ikat kepala Konoha yan tersisa dari tubuh Naruto Uzumaki.”
“Api emas?”
.
.
Dalam gelapnya kamar mata merah Sasuke menyala terang. Bukan
lagi tiga temote yang tampak disana, melainkan pola berbentuk bintang segi
delapan yang berputar cepat. Tangan kanannya mencengkram baju di bagian
dadanya. Dalam kegelapan pemuda Uchiha itu menangis dalam diam.
Ia marah. Ia murka. Ia akan membalas semua ini. Kematian Naruto.
Pengorbanan Naruto. Semuanya akan ia balas kepada Danzo, kepada Sakura, kepada Menma,
kepada Yondaime Hokage, kepada Konoha. Tak kan ada yang bisi memadamkan api
dendam ini keculai mereka bisa membawa kembali Naruto kehadapannya dalam
keadaan utukh tanpa luka ataupun lecet.
TBC
.
Bersambung kebagian Shipuden.
Omake 1:
Gelap.
Dia merasa berada dalam kegelapan.
‘Naruto. Bertahanlah.’
Ia kenal suara itu. Itu suara Kurama-nii.
‘Dimana? Diaman
Kurama-nii? Nii-san!?’
Sebuah cahaya kemerahan muncul didekatnya. Berkumpul
membentuk sebuah pola. ‘Nii-san?’
‘Naruto. Maaf aku tak
bisa melindungimu.’
‘Tidak apa-apa
Nii-san’
‘Naruto. Terimalah
kesembilan ekorku.’
‘eh?’
‘Bangunlah. Sekali
lagi, bawakan kebahagiaan pada dunia yang kotor ini.’
Cahaya kemeraha itu perlahan bergerak kearahnya. Menyelimuti
tubuh berkulit tan itu. Tapi tidak semua. Karena sebelum cahaya itu berasil
menyatu sepenuhnya. Sebuah cahaya keemasan menyelimuti Naruto. Menolak sebagian
cahaya merah yang ingin menyatu padanya.
‘Kau tidak harus
berkorban Kurama’
Sebuah suara yang sangat lembut terdengar di seluruh penjuru
arah.
‘Terima kasih, atas
pengorbananmu.’
Dan pandangan Naruto dibutakan oleh cahaya terang yang
memenuhi penglihatannya.
.
.
.
Omake 2:
Masih terbayang di mata Minato, masa paling menyedihkan di
sepanjang hidupnya. Masa yang membawa mimpi buruk disisa hidupnya. Masa ketika
ia kehilangan istrinya Kushina.
Ia ingat, malam itu bulan purnama bersinar terang. Kushina
tengah melahirkan di gua tersembunyi. Kedua putranya akan lagir sebentar lagi.
Namun rasa bahagia itu harus lenyap ketika sesosok lelaki bertopeng menyerang
mereka.
Mengambil Naruto yang masih lemah dan mengancam untuk
membunuhnya jika tidak segera menyerahkan Kyuubi. Naruto, bahkan saat baru
pertama melihat dunia kau sudah dalam bahaya.
Sementara Minato tengah berusaha merebut putra bungsunya. Kushina
dengan erat memeluk Menma yang tertidur. Namun mata violet wanita itu tak bisa
lepas dari sosok Naruto yang ada di tangan lelaki bertopeng itu.
.
.
Dalam sekejap mata, Kushina tiba-tiba sudah berada di sebuah
hutan dengan tubuh yang terikat di batu besar. Ia dapat melihat lelaki
bertopeng itu mendekat dan berusaha melepaskan Kyuubi dari dalam dirinya.
Beruntung ia seorang Uzumaki, sehingga ia bisa bertahan hidup walaupun Kyuubi
di tarik paksa keluar.
Dari kejuahn ia dapat mendengar amukan monter rubah itu.
Menyerang desa Konoha yang dicintai suaminya. Tak berselang lama suami datang
membawa kedua putranya. Memintanya untuk menjaga sang buah hati sementara ia
harus mengalahkan sosok penghancur Konoha itu.
.
.
Dalam kekai yang kedap suara. Minato berhasil menyegel
setengah cakra Kyuubi pada Menma. Tinggal sedikit lagi ia akan menyegel
setengah cakra Kyuubi pada dirinya. Tapi Kushina menghentikannya. Kushina
berkata bahwa ia harus berada di sisi kedia anaknya agar kelak mereka ada yang
menjaga. Karena hidup sebagai Jinchuriki adalah bagaikan hidup dalam neraka penderitaan
yang bernama kesepian.
Dengan berat hati Minato mengijinkan Kushina melakukan
penyegelan pada dirinya sendiri. Namun rantai cakra yang mengikat Kyuubi
melemah dan akhirnya menembus tubuh Kushina yang berusaha untuk menyegel
sekaligus melindungi Naruto.
Melihat keadaan yang tak memungkinkan bagi Kushina untuk
melakukan penyegelan. Minato mengambil alih dan melakukan penyegela pada Naruto,
namun dalam penyegelan itu ia melakukan kesalahan karena serangan ekor Kyuubi. Kyuubi
yang tahu Minato melakukan kesalahan dalam penyegelan hanya tertawa senang saat
di segel.
“YONDAIME! KAU TELAH
MENCIPTAKAN NERAKA UNTUK ANAKMU SENDIRI!” ucap rubah itu saat telah
tersegel dalam tubuh Naruto.
Awalnya ia tak mengerti apa maksud dari perkataan rubah
berekor sembilan itu. Namun saat memeriksa tubuh kedua anaknya, barulah ia
sadar. Segel yang ada di tubuh Menma dan Naruto berbeda. Segel di tubuh Menma
membuat anak itu dapat mengakses cakra Kyuubi sesuka hatinya.
Sementara segel di tubuh Naruto memuat cakra Naruto menjadi
kurungan untuk Kyuubi. Seluruh cakra anaknya di jadikan kurungan untuk Kyuubi,
dan anaknya takkan bisa mengakses cakra itu kecuali ia ingin cakra Kyuubi
merembes dan menyakiti tubuhnya. Minato benar-benar telah membuat hidup Naruto menderita sejak hari itu.
.
Minato sudah berusaha melakukan berbagai macam hal untuk
memperbaiki segel itu, bahkan ia sudah pernah berencana untuk melepaskan Kyuubi,
lalu ia segel kembali. Tapi semuanya tak bsia ia lakukan karena cakra Naruto
ternyata bukan hanya sebagai kurungan, tapi juga terikat dengan sangat erat
pada cakra Kyuubi. Itu membuat bila Naruto menggunakan sedikit cakranya maka
itu akan langsung menarik cakra Kyuubi keluar. Naruto memang takkan bisa
menggunakan cakranya. Dan itu semua membuat Minato semakin bersalah.
