• Posted by : Yuuki Minggu, 20 Desember 2015

    Kingitsune
    (Rubah Emas)
    †††
    By : Ayuni Yuukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,

    Naruto terus berlari. Mengejar pemuda bersurai abu-abu yang mencui gentong Sasuke darinya. Naruto tahu pemuda itu adalah ninja Oto, terlihat dari tali besar yang mengikat pinggangnya. Menyusuri hutan terus menuju barat hingga mereka tiba disebuah tanah lapang penuh rerumputan. Gentong Sasuke mengeluarkan asap keunguan.
    Tanpa membuang waktu Naruto mengluarkan pedangnya, menyerang ninja Oto yang tampaknya lebih tua dari dirinya dengan cepat.
    Kimimaru, nama ninja Oto itu menghindar dengan bersalto kebelakang. “Sesama pengguna pedang. Tapi aku takkan kalah. Demi Orochimaru-sama.” Sebuah tonjolan muncul dari bahu pemuda itu. Terus menonjol dan memanjang hingga menunjukkan wujud aslinya.
    Tanpa rasa sakit, ninja Oto itu mencabut tonjolan itu. Sebuah pedang dari tulang belulang kini berada digenggamannya. ‘Klan Kaguya!?’ Naruto tahu, ada sebuah Klan yang memiliki kemampuan kenjutsu yang tinggi namun sudah punah karena penyakit dan pembantaian. Klan dengan kakei genkai tulang belulang yang sangat unik.
    Menghadapi seorang master kenjutsu, Naruto tidak bisa hanya menggunakan satu pedang. Oleh karena itu dia menggunakan sarung pedangnya sebagai senjata kedua.
    Angin berhembus diantara dua pengguna pedang tersebut. Dalam sekejap mata Naruto telah berada didepan Kimimaru, menebaskan sarung pedangnya kearah bahu. Namun pemuda yang lebih tua itu telah bersalto kebelakang menghindari serangan Naruto.
    Tak ingin terus menerus diserang, kini kimimaru mulai melakukan serangan, tubuhnya dengan lentur menerobos setiap pertahanan Naruto.
    Sedikit lagi. Hampir sedikit lagi pedang milik Kimimaru menembus dada Naruto. Untung sarung pedang Naruto berhasil menghentikannya.
    Mata Kimimaru menatap sarung pedang Naruto dengan curiga. Dai merasa seluruh keberaniannya seperti di tarik pasksa keluar. Membuatnya merasa ragu dalam melakukan pertarungan. Dia juga merasakan pedang yang ada ditangan kanan Naruto bukanlah pedang sembarangan. Ada sesuatu yang tersimpan didalam pedang itu.
    Tapi Kimimaru tak boleh ragu. Ia harus berhasil membawa Sasuke ke tempat Orochimaru.
    Serangan demi serangan tersu diluncurkan oleh kedua pemuda pengguna kenjutsu tersebut. Tak ada tehnik ninjutsu ataupun genjutsu. Hanya taijutsu dan kenjutsu sebagai senjata satu-satunya. Tubuh mereka sudah terluka dibeberapa bagian. Darah mengucur dari luka-luka tersebut. Mereka juga sudah cukup kelelahan. Naruto sudah hampir kehabisan stamina dan Kimimaru entah kenapa merasa seluruh semangat bertarungnya lenyap. Hanya niat dan kesetiaan pada sang tuan yang tetap membuat ninja Oto itu bisa terus bertarung.
    Tiba-tiba saja Kimimaru terbatuk, darah kental kehitaman keluar dari mulutnya. Naruto dapat merasakan hawa dingin yang menyelimuti tubuh pemuda didepannya itu. Pemuda itu sekarat. Bahkan Naruto dapat merasakan hawa kematian yang mulai menyelimuti tubuh pucat itu. “hentikanlah! Tubuhmu sudah tidak kuat!” seru Naruto, melihat tubuh Kimimaru bergetar kesakitan.
    “Tidak! Aku akan menang demi Orochimaru-sama!” menerjang maju, Kimimaru menggunakan kecepatan dan kelenturan tubuhnya untuk menyerang Naruto.
    Naruto yang tubuhnya masih kelelahan tak bisa menghindar dari serangan itu. Ia tak punya cara lain selain menahannya dan dia juga harus segera membawa Sasuke kembali ke Konoha.
    Darah merah terciprat keudara. Naruto menerima serangan Kimimaru yang mengarah keperutnya.. Memanfaatkan celah yang singkat, tangan kanan Naruto dengan segera menebaskan pedangnya kepada Kimimaru.
    Pemuda Oto itu tak dapat menghindar. Pedangnya tertancap terlalu dalam pada tubuh Naruto. Pedang hitam dengan lonceng Naruto menebas rubuh Kimimaru dari dada sampai ke perut. Darah mengcur dengan deras. Tubuh ninja Oto itu terdorong kebelakang. Dengan pedang yang masih menancap di perutnya Naruto menyerang Kimimaru sekalilagi, tepat di dada.
    “Maaf. Tapi aku harus membawa Sasuke kembali.” Mata biru itu memandang tubuh tak bernyawa didepannya dengan nanar. Dengan perlahan tangan tan Naruto mencabut pedang yang masih menancap diperutnya. Darah mengalir dengan deras. Tubuh berbalut kulit tan itu terbaring di rerumputan. Ia sudah sangat kelelahan. Luka di perutnya membuat tubuhnya sulit digerakkan. Ia bersukur ia telah mendapatkan Sasuke.
    BLAR
    Gentong yang berada tak jauh dari tempatnya berada meledak. Mata biru Naruto membulat melihat sosok pemuda besurai putih penjang yang dipenuhi dengan hawa kebencian dan kegelapan. “Sasuke?”
    Sasuke tak menyahut. Tubuhnya bergetar lalu mengeluarkan tawa mengerikan membuat tubuh Naruto bergetar antara takut dan ngeri merasakan kegelapan yang pekat didepannya. “Kembali Sasuke. Jangan kesana!” teriak Naruto saat Sasuke mulai berjalan menjauhinya. Tak mendengarkan sedikitpun teriakannya.
    ‘Tidak!’
    ‘Jangan pergi!’
    ‘jangan tinggalkan aku!’
    ‘SASUKE!’
    Tubuh dengan lambang Uchiha di punggung itu menegang saat merasakan sebuah tangan mendekapnya. Tangan itu bergetar dengan lemah. Namun juga terdapat kehangatan di dalamya. “Jangan Pergi! Jangan tinggalkan aku!” tahan Naruto sekuat tenaga.
    Tapi apa daya. Tubuh itu sudah terlalu lelah bahkan hanya untuk berdiri. Sasuke bahkan dapat merasakan tubuh dibelakangnya itu menumpukan seluruh tubuhnya pada dirinya. Tubuh dibelakngnya itu bisa ambruk kapan saja.
    Tangan alabaster Sasuke mengelus tangan yang mendekapnya. Ia menyukai kehangatan dari Naruto. Sangat menyukainya. Kehangatan dari pemuda itu membuatnya melupakan mimpi buruk dan kegelisahannya. Tapi kehangatan itu juga membuatnya melupakan tujuannya. Tujuan untuk membalaskan dendam.
    Ia harus membunuh Itachi. Selain karena Itachi yang telah membunuh seluruh keluarganya, tapi itachi juga membahayakan Naruto. Suatu saat organisasi yang di masuki Itachi pasti akan mengincar Naruto karena tak bisa mendapatkan Menma. Sebelum hal itu terjadi, ia harus membunuh Itachi. “Naruto. Aku harus pergi.”
    “Tidak.”
    “Aku harus membalaskan dendamku.”
    “Tidak.”
    “Ini juga demi dirimu.”
    “Tidak. Jangan pergi.”
    Sasuke memutar badannya. Menghadap Naruto dan memeluk pemuda pirang itu dengan erat. Mata merah Sasuke menatap nanar tubuh Naruto yang dipenuhi darah. “Aku akan kembali. Jadi tunggulah aku.” Sebuah pukulan di tengkuk Sasuke layangkan. Tubuh didepannya terjatuh tak sadarkan diri.
    Baju khas klan Uchiha itu di lepas, memperlihatkan tubuh berkulit putih dengan otot yang tidak terlalu kekar. Baju itu ia robek dan ia gunakan untuk menyumbat luka di tubuh Naruto. Pedang Naruto ia letakkan di sisi tubuh pemiliknya. Pelindung kepala yang di pakai Naruto ia lepas. Tangannya mengelus dengan pelan surai pirang itu.
    Ah~ ia akan merindukan surai jabrik yang lebut ini. Ia akan merindukan mata biru yang cerah ini. Ia akan merindukan tawa gembira yang hangat ini. Ia akan merindukan seluruh bagian dari diri Naruto.
    Tanpa Sasuke sadari, mata merahnya telah meneteskan air mata. Jatuh menimpa pipi bergaris milik Naruto. Ia tak menghapus air mata itu, ia biarkan mongering dan meresap pada kulit Naruto. Sebagai bukti bahwa ia masih memiliki hati, dan telah ia berikan pada pemuda pirang didepannya. “Tunggu aku ‘Hime‘.” Surai di dahi itu ia sibak, untuk pertama kalinya Sasuke memberikan sebuah kecupan lembut pada seseorang. Dan itu adalah untuk Naruto.
    Tanpa mengenakan baju Sasuke melanjutkan perjalannya. Ia akan membunuh Itachi lalu menjemput Naruto. Membawa pergi Naruto dari neraka dunia yang ada di Konoha. Konoha terlalu beruntung mendapatkan sosok hangat seperti Naruto. Dan Konoha harus di beri pelajaran karena telah menyia-nyiakan anugrah itu.
    Beberapa menit kemudian. Dua orang Anbu bertopeng polos tiba di tempat itu. Menatap Naruto tanpa ekspresi dan suara. Salah satu dari Anbu itu mengambil pedang milik Kimimaru, membawanya mendekati Naruto. “Misi dari Danzo-sama. Bunuh aib dari Konoha.” Dan pedang itu menacab dengan dalam didada Naruto. Menembus tubuh itu untuk kedua kalinya.
    Mata biru itu terbuka. Terlihat betapa sakit yang ia rasakan. Menatap dua sosok yang berdiri didepannya dengan rasa tak percaya.
    Kenapa Anbu dari desanya sendiri malah membunuhnya?
    Kenapa ia dibunuh?
    Memangnya apa salahnya?
    Apa dosanya?
    Pupil biru itu perlahan mulai melebar. Menatap dengan penuh amarah pada dua sosok yang telah menghilang. Air mata mengaliir dengan perlahan. Rasa sakit akibat kehilangan dan dihianati. Ia sudah lelah. Ia biarkan kegelapan mengambil penglihatannya. Samar-samar ia dapat merasakan teriakan Kurama yang memintanya untuk bertahan.
    .
    .
    Hujan membasahi tanah Konoha. Dalam ruang kerjanya Minato menatap tetesan air yang berjatuhan. Wajahnya tampak tenang walau sesungguhnya hatinya sedang resah. Perasaan resah ini sebelumnya pernah dia rasakan saat mendekati hari persalinan anak-anaknya. Keresahan yang berujung pada berita duka.
    Selama ini yang paling dia khawatirkan adalah Menma. Bukan karena Menma adalah anak dalam ramalan, tapi karena Menma membawa cakra gelap Kyuubi, berbeda dengan Naruto. Oleh karena itu dia selalu menjaga dan membela Menma. Memberikannya kebahagiaan agar anak kesayangan itu tak teracuni cakra gelap Kyuubi. Ia tahu ini semua tak adil bagi Naruto, tapi selalu ada hal yang harus di korbankan untuk mendapatkan kebahagiaan.
    “Lapor Hokage-sama.” Seorang Anbu bertopeng beruang tiba-tiba muncul di belakang Minato. “Misi Tingkat A : Pengejaran dan membawa kembali Uchiha Sasuke telah gagal. Akimichi dan Hyuuga mengalami luka berat, Inuzuka dan Nara mengalami luka ringan sementara Genin Namikaze tak diketahui keberadaannya. Pencarian terakhir kami hanya menemukan ikat kepalanya di sebuah lapangan ditengah hutan dekat lebah akhir.”
    DEG
    ‘Tidak…’
    “Apa kalian sudah mencarinya dengan benar? Dia tak mungkin pergi jauh kan!? Dia pasti teruka, darahnya pasti masih meninggalkan aroma.”
    “Maaf Hokage-sama. Tapi hujan yang turun telah melenyapkan semua aroma dari genin Namikaze. Kami hanya dapat menemukan ini.” Sebuah kain bernoda darah diserahkan pada sang Hokage. Tangannya dengan gemetar meraih benda itu dan membukanya. Sebuah ikat kepala dengan lambang Konoha yang ternoda darah.
    “Kau boleh keluar.”
    “Baik!”
    .
    ‘Tidak… ‘
    Mata sebiru langit itu menatap ikat kepala ditangannya.
    Padahal kemarin dia masih melihat tawa cerah anaknya dari kejauhan.
    ‘Naruto….’
    Dia selalu berharap bisa meraih dan memeluk anak yang tertawa dibawah penderitaan itu.
    ‘Jangan pergi…’
    Ia ingin melenyapkan penderitaan anak itu.
     ‘Jangan tinggalkan ayah…’
    Tapi semuanya hilang.
    ’Maafkan ayah nak….’
    Mimpinya, harapannya, masa depan anak bungsunya. Semuanya hilang menyisakan duka dan hanya sebuah ikat kepala ternoda darah.
    ‘Maaf…’
    Bahkan bila ia meminta maaf berkali-kali. Berteriak ribuan kali hingga suaranya habis. Putra bungsu yang sangat dia sayangi takkan pernah kembali.
    “NARUTO!!!!!!”
    .
    .
    Dua hari kemudian. Tepat sehari setelah kedatangan Menma dan Jiraiya bersama Tsunade dan Shizune pemakaman Naruto di lakukan. Pemakaman yang hanya dihadiri oleh para kelauarga inti klan ninja. Sebagai penghormatan atas duka sang Hokage. Para Rocky Nine beberapa ada yang menangis, ada yang terdiam dengan wajah dinginnya namun ada juga yang memilih memalingkan muka. Tak ingin mengakui bahwa teman seperjuangannya telah pergi mendahuluinya.
    Pada makam itu hanya dikuburkan sebuah ikat kepala dengan lambang Konoha milik sang ninja muda. Tak ada tubuh dingin pucat tak bernyawa. Hanya sebuah ikat kepala dengan darah yang masih menodainya.
    Di batu nisan itu tertulis :
    ‘Uzumaki-Namikaze Naruto.’
    ‘Tertidur dalam dekapan Bumi dengan tawa cerah yang takkan terlupakan.’
    Lambang Konoha dan klan Uzumaki mengapit nama sang ninja muda.
    .
    Menma hanya menatap proses pemakaman kembarannya dalam diam. Sesekali dia menatap ayahnya yang hanya terpaku tanpa kata. Tsunade di belakang ayahnya menangis dalam diam dan Jiraiya menatap tanah dibawahnya dengan sedih.
    Menma merasa senang. Akhirnya anak yang sangat mengganggu dan pembawa sial itu menghilang. Namun entah kenapa dia merasa ada yang kosong dalam dirinya. Seperti ada sebuah ruangan yang berisi angin dingin yang tak ia ketahui apa penyebabnya. Kyuubi dalam tubuhnya juga tampak tenang. Terlalu tenang hingga ia merasa janggal. Kemarin malam ia sempat mendatangi monster besar itu. Namun mahluk itu hanya terdiam dan menatap dirinya dengan kosong. Ada yang aneh dengan sang rubah.
    .
    Minato menatap makam yang ada di samping makam Naruto. Itu makam istrinya tercinta. Kali ini dia lagi-lagi kehilangan anggota keluarga yang sangat ia jaga. Sebagai Hokage dia harusnya bisa menjaga keluarganya dengan baik. Dia kira dengan menjauhkan Naruto dari dirinya akan membuat Naruto terlindungi. Tapi nyatanya tidak. Anak itu justru menjadi target yang paling mudah untuk di serang.
    Sudah berkali-kali dulu dia mendengar bahwa putra bungsunya mengalami penyerangan dari ninja desa lain. Kebanyakan karena menaruh denda pada diririnya karena perang shinobi ke tiga. Ia kira seiring dengan berjalannya waktu maka mereka akan lelah karena takkan bisa menarik Minato untuk keluar walau sudah menculik putra bungsunya. Dia kira setelah membuat putranya dicap sebagai anak tak dianggap akan membuat Naruto terhindar dari bahaya. Namun nyatanya tidak. Anaknya akhirnya meninggalkannya selamanya.
    .
    Sementara Rocky Nine tengah berduka, Sakura tengah mengurung diri dikamar. Tubuhnya bergetar di balut selimut tebal. Sasuke tidak kembali.. Dia tak perduli apapun yang terjadi. Ia hanya menginginkan Sasuke kembali. Tapi siapa yang bisa ia salahkan? Shikamaru? Neji? Kiba? Chouji? Naruto!? benar Naruto gagal membawa Sasuke. Naruto berbohong padanya. Naruto pantas mati karena tak bisa membawa Sasuke kembali!
    .
    Dalam ruang yang gelap Danzo tampak senang. Satu aib telah pergi. Sayang ia harus kehilangan senjata berharga macam pemuda Uchiha itu. Tapi tak masalah. Pemuda itu tak lagi menjadi ancaman. Dia akan segera di cap sebagai missing nin, penghianat desa. Hukumannya pasti akan sangat berat.
    .
    Tubuh Sasuke bergetar murka. Mata merah bertemote nya berputar cepat.
    “Kau yakin Kabuto?” tanya Orochimaru yang tengah duduk di kursi kebesarannya.
    “Benar, Orochimaru-sama. Tim 4 Bunyi tak ada yang selamat. Begitu pula dengan Kimimaru. Lalu saya juga melihat dua orang Anbu bertopeng putih polos menikam dada Namikaze Naruto dengan pedang milik Kimimaru.” Papar Kabuto. Ia baru saja tiba setelah mengecek adakah ninja Oto yang selamat pada misi ini. Sayang ia tak menemukan apapun selain aksi pembunuhan yang dilakukan oleh Anbu Konoha.
    “Itu Anbu Danzo.” Ujar Orochimaru, jelas sekali ia senang melihat kebencian Sasuke yang semakin dalam pada Konoha.
    “Orochimaru! Latih aku dengan segera besok!” ujar Sasuke dingin. Dia berlalu pergi menuju kamarnya meninggalkan Orochimaru yang menyeringai senang dan Kabuto yang menatap dalam diam.
    “Apa kau berhasil mendapatkan tubuhnya Kabuto?”
    “Maaf Orochimaru-sama. Saat saya hendak mengambil jasat Namikaze, sebuah api keemasan mebakar tubuh itu berserta darah-darah yang tercecer. Hanya ikat kepala Konoha yan tersisa dari tubuh Naruto Uzumaki.”
    “Api emas?”
    .
    .
    Dalam gelapnya kamar mata merah Sasuke menyala terang. Bukan lagi tiga temote yang tampak disana, melainkan pola berbentuk bintang segi delapan yang berputar cepat. Tangan kanannya mencengkram baju di bagian dadanya. Dalam kegelapan pemuda Uchiha itu menangis dalam diam.
    Ia marah. Ia murka. Ia akan membalas semua ini. Kematian Naruto. Pengorbanan Naruto. Semuanya akan ia balas kepada Danzo, kepada Sakura, kepada Menma, kepada Yondaime Hokage, kepada Konoha. Tak kan ada yang bisi memadamkan api dendam ini keculai mereka bisa membawa kembali Naruto kehadapannya dalam keadaan utukh tanpa luka ataupun lecet.
    TBC
    .
    Bersambung kebagian Shipuden.
    Omake 1:
    Gelap.
    Dia merasa berada dalam kegelapan.
    ‘Naruto. Bertahanlah.’
    Ia kenal suara itu. Itu suara Kurama-nii.
    ‘Dimana? Diaman Kurama-nii? Nii-san!?’
    Sebuah cahaya kemerahan muncul didekatnya. Berkumpul membentuk sebuah pola. ‘Nii-san?
    ‘Naruto. Maaf aku tak bisa melindungimu.’
    ‘Tidak apa-apa Nii-san’
    ‘Naruto. Terimalah kesembilan ekorku.’
    ‘eh?’
    ‘Bangunlah. Sekali lagi, bawakan kebahagiaan pada dunia yang kotor ini.’
    Cahaya kemeraha itu perlahan bergerak kearahnya. Menyelimuti tubuh berkulit tan itu. Tapi tidak semua. Karena sebelum cahaya itu berasil menyatu sepenuhnya. Sebuah cahaya keemasan menyelimuti Naruto. Menolak sebagian cahaya merah yang ingin menyatu padanya.
    ‘Kau tidak harus berkorban Kurama’
    Sebuah suara yang sangat lembut terdengar di seluruh penjuru arah.
    ‘Terima kasih, atas pengorbananmu.’
    Dan pandangan Naruto dibutakan oleh cahaya terang yang memenuhi penglihatannya.
    .
    .
    .
    Omake 2:
    Masih terbayang di mata Minato, masa paling menyedihkan di sepanjang hidupnya. Masa yang membawa mimpi buruk disisa hidupnya. Masa ketika ia kehilangan istrinya Kushina.
    Ia ingat, malam itu bulan purnama bersinar terang. Kushina tengah melahirkan di gua tersembunyi. Kedua putranya akan lagir sebentar lagi. Namun rasa bahagia itu harus lenyap ketika sesosok lelaki bertopeng menyerang mereka.
    Mengambil Naruto yang masih lemah dan mengancam untuk membunuhnya jika tidak segera menyerahkan Kyuubi. Naruto, bahkan saat baru pertama melihat dunia kau sudah dalam bahaya.
    Sementara Minato tengah berusaha merebut putra bungsunya. Kushina dengan erat memeluk Menma yang tertidur. Namun mata violet wanita itu tak bisa lepas dari sosok Naruto yang ada di tangan lelaki bertopeng itu.
    .
    .
    Dalam sekejap mata, Kushina tiba-tiba sudah berada di sebuah hutan dengan tubuh yang terikat di batu besar. Ia dapat melihat lelaki bertopeng itu mendekat dan berusaha melepaskan Kyuubi dari dalam dirinya. Beruntung ia seorang Uzumaki, sehingga ia bisa bertahan hidup walaupun Kyuubi di tarik paksa keluar.
    Dari kejuahn ia dapat mendengar amukan monter rubah itu. Menyerang desa Konoha yang dicintai suaminya. Tak berselang lama suami datang membawa kedua putranya. Memintanya untuk menjaga sang buah hati sementara ia harus mengalahkan sosok penghancur Konoha itu.
    .
    .
    Dalam kekai yang kedap suara. Minato berhasil menyegel setengah cakra Kyuubi pada Menma. Tinggal sedikit lagi ia akan menyegel setengah cakra Kyuubi pada dirinya. Tapi Kushina menghentikannya. Kushina berkata bahwa ia harus berada di sisi kedia anaknya agar kelak mereka ada yang menjaga. Karena hidup sebagai Jinchuriki adalah bagaikan hidup dalam neraka penderitaan yang bernama kesepian.
    Dengan berat hati Minato mengijinkan Kushina melakukan penyegelan pada dirinya sendiri. Namun rantai cakra yang mengikat Kyuubi melemah dan akhirnya menembus tubuh Kushina yang berusaha untuk menyegel sekaligus melindungi Naruto.
    Melihat keadaan yang tak memungkinkan bagi Kushina untuk melakukan penyegelan. Minato mengambil alih dan melakukan penyegela pada Naruto, namun dalam penyegelan itu ia melakukan kesalahan karena serangan ekor Kyuubi. Kyuubi yang tahu Minato melakukan kesalahan dalam penyegelan hanya tertawa senang saat di segel.
    “YONDAIME! KAU TELAH MENCIPTAKAN NERAKA UNTUK ANAKMU SENDIRI!” ucap rubah itu saat telah tersegel dalam tubuh Naruto.
    Awalnya ia tak mengerti apa maksud dari perkataan rubah berekor sembilan itu. Namun saat memeriksa tubuh kedua anaknya, barulah ia sadar. Segel yang ada di tubuh Menma dan Naruto berbeda. Segel di tubuh Menma membuat anak itu dapat mengakses cakra Kyuubi sesuka hatinya.
    Sementara segel di tubuh Naruto memuat cakra Naruto menjadi kurungan untuk Kyuubi. Seluruh cakra anaknya di jadikan kurungan untuk Kyuubi, dan anaknya takkan bisa mengakses cakra itu kecuali ia ingin cakra Kyuubi merembes dan menyakiti tubuhnya. Minato benar-benar telah membuat hidup Naruto  menderita sejak hari itu.
    .
    Minato sudah berusaha melakukan berbagai macam hal untuk memperbaiki segel itu, bahkan ia sudah pernah berencana untuk melepaskan Kyuubi, lalu ia segel kembali. Tapi semuanya tak bsia ia lakukan karena cakra Naruto ternyata bukan hanya sebagai kurungan, tapi juga terikat dengan sangat erat pada cakra Kyuubi. Itu membuat bila Naruto menggunakan sedikit cakranya maka itu akan langsung menarik cakra Kyuubi keluar. Naruto memang takkan bisa menggunakan cakranya. Dan itu semua membuat Minato semakin bersalah.


    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan