- Home>
- Angel Tears Wasted
Posted by : Yuuki
Senin, 25 Agustus 2014
%” Angel Tears Wasted%
.,.
By
Ayuni Yukinojo
.,.
Black
Butler© Yana Toboso
Pairing:
Sebastian/Ciel, Claude/Alois
Bab 1;
Awal Pertemuan.
Kisah
ini berawal ketika lahirnya sepasang bayi malaikat kembar tapi dengan sayap
yang bebeda di negeri langit. Sang kakak bernama Alois Ranch Phantomhive
memiliki sayap putih bersih dan rambut pirang berkilauan seperti malaikat pada
umumnya dengan mata indahnya yang secerah langit biru, sedangkan sang adik yang
bernama Ciel Vinc Phantohive lahir dengan sayap hitam pekat dan rambutnya yang
kelabu bukan hanya sayapnya bahkan kuku jari tangan dan kakinyapun berwarna
hitam mata sappire sedalam lautannya
menitikkan air mata untuk tangisan pertamanya. Akibat perbedaan itulah sejak
kecil perlakuan yang di terima Ciel berbeda dangan kakaknya. Keberadaannya
selalu di anggap pembawa sial dan di jauhi. Dia tidak pernah mendapat kasih
sayang dari orang tuanya, sementara di lingkungannya dia selalu di cemooh, di
ejek, di hina, di olok-olok bahkan di siksa, tetapi orang tuanya samasekali
tidak memperdulikannya itu membuatnya tumbuh dengan kepribadian yang pemurung
dan tertutup.
Bertahun-tahun
telah berlalu Ciel dan Alois telah tumbuh menjadi malaikat yang cantik. Setiap
harinya ada saja malaikat yang mengajak Alois kencan. Tapi hari-hari Ciel
berbeda, setiap hari ia harus selalu menerima cemoohan dan tatapan dingin dari
malaikat lain sehingga ia lebih suka mengurung diri di kamarnya sambil membaca
buku-buku sihir. Di suati malam yang tenang tiba-tiba terdengan lonceng
peringatan bahaya dari arah pusat kota. Ciel yang saat itu sedang membaca buku
sihir hitam di kamarnya di perintahkan orang tuanya untuk menjemput Alois yang
sedang berada di rumah temannya.
Ketika
dalam perjalanan pulang, mereka melewati Jln. Antonio yang saat itu dalam
keadaan sepi tanpa satupun pejalankaki dan yang lainya, jendela gedung-gedung
yang bedarada di pinggir jalan di tutup rapat tanpa ada satupun penerangan yang
terlihat. Tiba-tiba mereka mendengan suara jeritan dari arah gang kecil yang
gelap di antara dua bangunan bertingkat. Alois yang penasaran memberanikan diri
untuk memasuki gang kecil itu walaupun Ciel sudah memperingatkannya bahwa ada bahaya
di sekitar kota saat ini, tapi Alois tetap tidak memperdulikanya. Dengan
perasaan cemas Ciel memasuki gang itu mengikuti kakaknya. Samar-samar terlihat
tubuh seorang malaikat tergeletak bersimbah darah di lantai gang.
Dengan
cepat Ciel memeriksa keadaan malaikat itu, sementara Alois hanya berdiri
ketakutan. Samar-samar terdengar suara dari mulut malaikat yang terluka itu,
Ciel pun mendekatkan telinganya.
“Ce….pat….la….ri….”
kata malaikat itu lirih sebelum dia menghembuskan nafasnya untuk terakhir kalinya.
“Kyyaaaaa…..!!!!!!”
teriakan itu berasal dari Alois, secara sepontan Ciel menoleh kearah kakaknya.
Di lihatya wajah kakak kembarnya itu tegang dan ketakutan menatap lurus kearah
kegelapan gang. Dari arah kegelapan di depan Ciel perlahan-lahan terdengar
suara geraman dan langkah kaki yang berat. Perlahan-lahan mahluk itu mulai
mendekat, Ciel tetap duduk diam sambil memangku tubuh malaikat tak bernyawa
itu, sedangkan Alois berdiri ketakutan dan perlahan-lahan melangkah mundur
menjauhi kegelapan, setelah cahaya cukup menerangi tubuh mahluk itu barulah
Ciel sadar mahluk apa yang berada di depannya itu.
“MON….MONS….TER…!!!!!”bisiknya
pelan, lalu tiba-tiba semua menjadi gelap dan hanya jeritan Alois saja yang
sempat di dengarnya.
Taklama
kemudian kegelapan itupun berlalu, di lihatnya suasana di gang itu tampak
mengerikan. Banyak darah berserakan di dalam gang itu, sementara di pintu masuk
gang tampak Alois duduk di tanah, tubuhnya gemetar menahan takut. Samar-samar
terdengar suara orang-orang mendekat, Ciel tetap tidak mengerti apa yang
sebenarnya telah terjadi saat kegelapan itu berlangsung. Para warga yang baru
datang segera membopong Alois menjauhi gang dan mengamankan tubuh malaikat tak
bernyawa itu, dua lelaki yang mengenakan pakaian serba putih mendekati Ciel dan
mengikat kedua tangan dan sayapnya dengan tali.
Ketika
terbangun dari tidurnya Ciel tampak kebingungan, dia berada di sebuah ruangan
yang di pagari dengan besi berkarat, tangannya di ikat dengan tali dan sayap
kiri dan kanannya di ikat dengan rantai sehingga sulit baginya untuk
menggerakkan sayapnya. Seorang lelaki paruhbaya berbadan tegap yang mengenakan
pakaian serba putih datang membawa senjata dan membuka pintu yang memagari
Ciel.
“Keluar!
Sidang kasus pembunuhan yang kau lakukan akan segera di mulai!!”kata laki-laki
itu sambil menyeret Ciel keluar ruangan.
Setelah
Ciel keluar ruangan laki-laki paruh baya itu menuntun Ciel melewati lorong
panjang dan gelap, terus berjalan hingga tiba di sebuah ruangan besar berwarna
putih bersih. Jauh didepannya tampak seorang malaikat tua bersayap putih besar
duduk dengan tenang memejamkan matanya. Ciel terus berjalan menuju sebuah kursi
yang berada tepat di tengah ruangn dan kursi itu berada tepat di depan malaikat
tua yang memejamkan matanya itu. Sambil terus berjalan menuju kursinya tampak
di sebelah kiri Ciel malaikat sedang duduk dan sibuk membicarakan sesuatu yang
berhubungan dengan hukuman. Sedangkan disebelah kanannya tampak
malaikat-malaikat lain yang sedang duduk terdiam memandangnya dengan tatapan
dingin. Setelah tiba di kursinya barulah Ciel sadar bahwa dirinya berada di
sebuah persidangan dan malaikat tua yang berada di depannya adalah sang Hakim
Agung.
“Ciella
Vinc Phantohive”kata malaikat tua itu membuka matanya perlahan.
“Ya,
Yang Mulia.”
“Silakan
duduk.”(Ciel duduk di kursinya.) “Para penuntut dan pembela silakan persiapkan
laporan kalian.” Kata malaikat itu lagi kepada para malaikat yang duduk di sisi
kiri dan kanan.
“Yang
Mulia, izinkan saya memulai terlebih dahulu.”kata seorang malaikat dari sisi
kiri.
“Silakan
Ketua Penuntut Umum.”
“Ciella
Vinc Phantohive. 3 hari yang lalu saat lonceng peringatan kota berdentang apa
yang sedang kau lakukan di gang kecil di pinggiran Jl. Antonia?”
“Aku…”
“Benarkah
di tempat itu kau membunuh seorang malaikat yang disaksikan oleh kakakmu
sendiri.”malaikat itu memotong perkataan Ciel.
“Tidak….
Aku tidak membunuh siapapun.”
“Ada
bukti atau saksi yang bisa kau jadikan pembelaan?”
“Kakakku….
Aku bersamanya waktu itu, dia pasti bisa menjelaskannya.” Ciel berusaha membela
diri, ia tegang dan ketakutan.
“Maaf
Ciel. Kami sudah mencari berbagai macam bukti untuk membelamu termasuk
menanyakan kejadian ini kepada kakakmu. Tapi kakakmu terlalu shok akan kejadian
itu sehingga tidak bisa di mintai keterangan, dia juga ketakutan sekali setiap
kami menyebutkan namamu.” Kata seorang malaikat di sisi kanan Ciel.
“Berarti
tak ada sedikitpun bukti yang bisa membelamu.”kata malaikat di sisi kiri.
“Tapi
tak mungin dia bisa membunuh. Dia bahkan takpernah tau bagaimana cara bertarung
dan juga menggunakan sihir.”kata malaikat di kanan.
“Memangnya
ada orang selain aku yang mengetahui seberapa besarnya kemampuan seorang
malaikat yang terlahir kembar? Apalagi dia jelas-jelas memiliki perbedaan yang
besar dengan kita!”
“Itu
tidak bisa dijadikan alasan.”
“Tentusaja
bisa. Harusnya setiap malaikat yang terlahir kembar harus di karantina selama
beberapa tahun untuk mengetahui seberapa besar kekuatan yang di milikinya. Bila
kekuatanya itu bisa membahayakan orang lain maka ia harus di didik dan di
kendalikan. Tapi dia malah di biarkan berkeliaran bebas padahal sudah jelas dia
berbeda. Orang-orang pasti akan merasa bahwa keadilan di negeri ini sudah mulai
memudar.”
“Tapi
kalau orang tuanya tidak mengizinkan kita tidak dapat memaksa.”
“Kalau
anak kembarnya normal mungkin kita tidak bisa. Tapi jika anaknya adalah salah
satu kaum Iblis, kita punya hak untuk mengamankannya bahkan membinasakannya.
Kita tidak bisa membiarkan para warga menjadi resah karena selalu di hantui
rasa takut, kapan Iblis ini akan kehilangan kendali.”
“Tunggu….
Apa maksudmu denagn kaum iblis?”Tanya Ciel.
“Di
Negeri langit ini tak ada satupun malaikat yang memiliki sayap hitam sepertimu
selain kaum Iblis. Dan tak mungkin di ragukan lagi bahwa kau juga termasuk kaum
Iblis itu. Malaikat penghianat yang bersekutu dengan Iblis untuk mendapatkan
kekuatan.”
“Hentikan
Reon!!!”bentak malaikat di sisi kanan.
“Aaaahh….
Kau tersinggung ya Mike? Karena malaikat yang berhianat itu adalah kakakmu
sendiri, si Michel.”
“Bukan
begitu!!”
“Kalua
bukan lalu bagaimana lagi? Kakakmulah yang menghianati kaum kita dan membunuh
kakak kembarku Leon.”’
“Tidak….
Kakakku tidak berhianat. Dia….”
“Kalau
tidak berhianat memangnya apa lagi!!! Dia menjual jiwanya pada Iblis dan
meninggalkan kita. Kau lihat sendiri sayap besarnya yang dulunya bersinar
terang berubah menjadi hitam pekatkan!! Anak ini Ciella Vinc Phantohive sejak
lahir ia telah bersayap hitam, sebelum dia menampakkan wujudnya di negeri ini
dia telah bersekutu dengan Iblis, dan mungkin saja lonceng peringatan itu
berbunyi karena dialah yang memanggil monter itu datang kemari.”
“I….
itu….”
“Yang
Mulia Hakim Agung. Kita tidak bisa membiarkan anak ini terus berada di sini,
bisa-bisa seluruh penghuni Negeri Langit mengamuk. Kita harus mementingakan
keamanan Negeri ini. Tolong pertimbangkanlah Yang Mulia.”
“Sebenarnya
aku tak ingin mengambil keputusan ini. Tapi….”(malaikat tua itu menutup
matanya.) “Keamanan negeri ini lebih penting. Maaf Ciel, kau harus menerima
hukuman atas pembunuhan itu, baik itu perbuatanmu ataupun bukan.”
“A….
Apa? Tapi.... Aku tidak membunuh siapapun!!”
“Ciella Vinc
Phantohive. Atas tuduhan pembunuhan yang terjadi tiga hari yang lalu, kau dihukum
menerima seratus cambukan dan di buang ke-Negeri Bawah/ Negeri Manusia malam
ini juga melalui Gerbang Selatan. Kau takkan bisa kembali selama kegelapan
masih menguasai hatimu.”
“Tu…. Tunggu! Ini
tidak adil! Aku tidak membunuh, dan aku tidak tahu menahu tentang sayap hitam
ini. Aku tidak bersalah.”
“Keputusan telah di
ambil. Kau akan di usir dari negeri ini Iblis.”kata malaikat yang bernama Reon
itu, sementara malaikat Mike hanya diam saja.
Setelah menerima
cambukan sebanyak seratus kali malam harinya Ciel di bawa menuju Gerbang
Selatan. Orang tuanya tidak ada yang hadir untuk menyampaikan salam perpisahan.
“Tuan Pengawal.
Dimana orang tuaku?”
“Mereka sedang
menemani kakakmu di rumah sakit. Mereka bilang takbisa kesini karena adikmu
takut di tinggal sendiri.”kata pengawal yang membawa Ciel.
“Oh…. Begitu rupanya.
Maukah kua menyampaikan kata-kataku kepada keluargaku?”
“Baiklah. Apa itu?”
“Tolong sampaikan
pada mereka bahwa aku sangat berterima kasih karena telah di rawat sampai aku
sebesar ini.”
“Ya. Akanku
samapaikan itu. Sekarang pergilah.”
“Terima kasih.”
Setelah berkata demikian Ciel melewati Gerbang Selatan dan menghilang tak
pernah terlihat lagi.
Dibawah Negeri Langit
adalah temapat di mana para manusia tinggal dan menjalani kehidupannya. Negeri
itu merupakan tempat yang penuh penderitaan, di mana keadilan hanya memihak
mereka yang kuat dan kaya, sedangkan orang-oarang yang lemah dan miskin hanya
menjadi sasaran pelampiasan saja.
Malam itu Ciel turun
ke dunia manusia dengan keadaan tubuh yang lemah dan terluka. Dia tiba di
sebuah hutan yang gelap tanpa ada sedikitpun cahaya bulan yang berhasil masuk
sampai kedasar hutan. Dengan tertatih-tatih Ciel manyusuri dasar hutan,
perlahan-lahan hujan turun disertai gemuruh petir dan kilat yang
menyambar-nyambar. Ciel terus berjalan menyusuri hutan untuk mencari tempat
aman untuk berteduh. Sayapnya yang terluka akibat cambukan masih terasa sakit
dan mengeluarkan darah. Dia akhirnya tiba di sebuah Gereja tua yang kotor dan
gelap. Perlahan-lahan dia memasuki gereja, di perhatikannya ruangan gereja itu
dengan seksama, lantai tua berdecit , tembok kusam karena jamur, lampu gantung,
langit-langit dan setiap sudut ruagan di penuhi sarang laba-laba, kursi-kursi
yang rapuh penuh debu dan banyak tikus berkeliaran. Di ujung ruangan berdiri
sebuah patung malaikat besar dengan sayap terbentang luas, patung itu dipenuhi
jamur, debu dan sarang laba-laba. Di bawah patung itu terdapat sebuah meja
tua yang usang berdebu, di sisi kirai
dan kanan meja itu tampak vas bunga tua yang di dalamnya terdapat beberapa
tangkai bunga yang sudah layu.
“Sebenarnya apa
salahku? Jangankan membunuh, aku bahkan belum pernah menyiksa binatang. Apakah
perbedaan begitu berarti di dunia ini. Apakah orang yang berbeda itu sama
dengan Iblis? Ini samasekali tidak adil, aku takkan pernah memaafkan mereka
semua. Kalau mereka mengatakan bahwa aku bersekutu dengan Iblis karena sayap
hitamku ini, maka aku akan memastikan bahwa apa yang mereka ucapkan itu menjadi
kenyataan. Aku mungkin belum pernah menggunakan sihir. Tapi setidaknya aku tahu
banyak mengenai sihir, akanku pastikan semua malaikat yang berada di negeri ini
mati.”kata Ciel dengan penuh kebencian aura kegelapan menyelimuti tubuh
ringkihnya mata sapphire-nya yang
indah bersinar merah penuh amarah.
────•••────
Bertahun-tahun telah
berlalu di tengah hutan tampak seorang
pemuda berambut hitam dengan gaya harajukunya yang di belah tengah sedang
mengejar rusa jantan besar yang berlari jauh memasuki kedalaman hutan. Semakin
lama semakin jauh memasuki hutan dan tanpa di sadarinya ia telah terpisah
dengan rombongannya yang lain. Pemuda itu terus memasuki hutan hingga akhirnya
ia kehilangan buruannya.
“Sial!!! Ayo kita
cari buruan yang lainnya…”kata pemuda itu sambil menoleh kebelakang tapi tak
ada siapapun di belakangnya mata merah ruby-nya
berkilat kesal.
“Astaga! Aku bukan
hanya kehilangan buruanku, tapi aku juga terpisah dengan teman-teman. Sial
benar aku hari ini.” Kata pemuda itu kesal, ia pun memutuskan untuk mengakhiri
perburuan dan memilih mencari teman-temannya.
Seharian pemuda itu
terus menyusuri hutan tidak makan dan tidak minum tubuhnya benar-benar sudah
kelelahan, langit juga semakin gelap dan udara mulai dingin terdengar pula gemuruh Guntur samar-samar
dari arah utara. Di dasar hutan, pemuda itu terus berjalan, perlahan-lahan
hujan mulai turun dan semakin lama semakin deras disertai gemuruh Guntur dan
petir yang menyambar-nyambar. Sampai pada pucak kelelahannya dia terjatuh di
atas semak belukar yang penuh duri, di lihatnya lurus kedepan tampak sebuah
bangunan tua yang di penuhi lumut, semak dan tanaman merambat. Dengan sedikit
kekuatan yang tersisa pemuda itu berjalan tertatih-tatih memasuki bangunan tua
itu. Bau apek karena lembab menyengat hidungnya ketika baru memasuki ruangan
yang gelap. Butuh waktu beberapa detik agar dia bisa terbiasa dalam kegelapan
dan melihat kesekeliling. Lantai yang berderit ketika di injak, kursi-kursi
yang reot, dinding yang kusam, jendela dan langit-langit yang penuh dengan
sarang laba-laba. Tepat beberapa meter di depan pemuda itu tampak patung
malaikat berdiri kokoh walau sedikit usang. Malam itu karena merasa iba pemuda
berambut raven membersihkan patung
malaikat yang berdebu itu, setelah usai barulah ia tertidur kelelahan di temani
hujan deras dan gemuruh Guntur.
Suara kicauan burung dan sinar matahari yang
hangat membangunkan pemuda itu dari tidurnya, ia terbaring lemas di lantai di
sampingnya sudah ada beberapa buah-buahan dan air minum, pemuda yang kelaparan
itupun langsung memakan buah-buahan itu dengan lahapnya.
“Apa kau menikmati
buah-buahannya?”terdengar suara lembut dari arah patung malaikat yang ada di
ruangan itu. Pemuda itu terkejut dan terus-menerus memandangi patung itu dengan
penuh kewaspadaan. Tiba-tiba muncul sosok wanita cantik bersayap dan berpakaian
serba hitam dari patung malaikat itu, wanita itu melayang dengan anggun di
udara mendekati pemuda yang masih terkejut dengan kehadirannya.
“Aku lihat kau tampak
sangat kelelahan tadi malam, jadi aku carikan buah-buahan segar untukmu. Kalau
boleh tahu siapa namamu?”tanya wanita itu lagi.
“Na-namaku Sebastian,
Sebastian Michel Michaelis. Panggil saja Sebastian, kau sendiri siapa?”
“Ahh, perkenalakn
namaku Ciel Vinc Phantohive, panggil saja Ciel. Ngomong-ngomong kenapa anda
bisa berada di hutan ini? Hutan inikan sangat lebat dan sulit untuk di
jelajahi.”
“Sebenarnya kemarin
aku sedang berburu dengan adikku tapi aku terpisah dari rombongan karena
terlalu asik mengejar buruan, tanpa ku sadari aku sudah tersesat di tengah
hutan. Kau sendiri kenapa bisa berada disini? Di lihat dari penampilanmu kau
sepertinya bukan gadis biasa ya.”
“Gadis? Aku ini
laki-laki tuan! Aku memang tinggal di sini sudah cukup lama dan tak bisa keluar
dari hutan ini karena tak tahu apa yang harus aku lakukan di luar sana. Aku
memang bukan manusia biasa.”
“Ah, maaf. Aku kira
kau perempuan. Dengan wajah secantik itu sudah jelas aku salah. Kalau begitu
kau malaikat ya?!”kata Sebastian menerka-nerka.
“Apakah menurutmu ada
malaikat yang bersayap hitam sepertiku di dunia ini?”
“Aku sih tidak tahu
karena baru pertama kali ini aku melihat malaikat secara langsung, tapi apa
bedanya yang bersayap hitam dengan yang lainnya? Buakankah semua itu sama saja,
hanya warnanya saja yang membedakannya.”
“Ufu…fu..fu..fu… kau
benar-benar orang yang aneh. Biasanya semua orang pasti kan tahu bahwa malaikat
yang bersayap hitam itu adalah golongan iblis dan pasti mereka akan lari
ketakutan, tapi kau sama sekali tidak takut ataupun cemas ya!”
“Sebenarnya aku sih
tadi takut. Tiba-tiba ada mahluk aneh terbang kearahku, aku benar-benar
terkejut. Tapi setelah beberapa lama aku rasa kau bukan orang yang jahat.”
“Kau terlalu mudah
percaya dengan orang yang baru kau kenal, kau bisa di bohongi lo.”
“Yah, mungkin itu
juga yang menyebabkan aku bisa ada di sini sekarang.”
“Memangnya ada apa?
Kalau bisa aku pasti akan membantumu.”
“Mungkin yang
menyebabkan aku tersesat di hutan ini adalah kelalaian ku sendiri tapi aku
yakin adikku pasti ikut campur dalam hal ini.”
“Kau tidak akur
dengan adikmu ya?”
“Yahh, aku dan dia
kan bukan saudara kandung jadi sudah jelas ada perbedaan, di tambah lagi aku
putra tertua dan ibuku sudah meninggal jadi dia dan ibunya pasti ingin
menyingkirkanku untuk mendapatkan harta Ayahku.”
“Kau orang kaya ya?
Mau ku antar keluar dari hutan ini?”
“Ehh, apa tidak merepotkan?”
“Sama sekali tidak,
sebenarnya aku juga tidak punya tujuan ataupun urusan di hutan ini, hanya saja
aku bingung kalua keluar dari hutan apa yang harus aku lakukan di luar sana.”
“Bagai mana kalau kau
ikut denganku saja? Karena aku putra tertua baik ibu tiri maupun adikku takkan
bisa melawanku sedangkan Ayahku teralu sibuk mengurusi perkerjaannya jadi dia
pasti takkan perduli denganku.”
“Apa benar tidak
apa-apa?”
“Ia, tenang saja.
Akan ku perlihatkan dunia yang indah di luarsana padamu. Pasti menyenangkan.”
“Baiklah, aku akan
ikut dengan mu.”
TBC
