- Home>
- KinGitsune (1)
Posted by : Yuuki
Senin, 25 Agustus 2014
***
Summary
Dia yang ditinggalkan, dia yang di kucilkan, dia yang dicampakan, dia
juga yang dibuang.
Melenyapkan monster yang bersemayam dalam tubuh, melenyapkan iblis yang
mencemaskan kehidupan.
“Aku tak pernah ingin tubuhku dijadikan wadah untuk moster rubah ekor
Sembilan itu. aku sampai kapanpun akan selalu membenci mahluk itu.”///”Bagiku,
suatu kehormatan bisa menjadi wadah bagi sosok Rubah berekor Sembilan. Aku tak
pernah menyesal, justru aku sangat berterima kasih atas hal itu.”
Mereka hanya melihat apa yang ada di depan mata. Membuang sosok itu
tanpa tahu bahwa mereka telah membuang sumber kebahagiaan, pembawa kedamaian,
pemberi keberuntungan.
***
**
*
Malam itu bulan purnama menyinari desa Komoha yang
tengah mengadakan festival Kuil Inari. Tepat pada malam yang bertanggal sepuluh
oktober itu pula di sebuah gua di pinggir desa itu tengah berlangsung kelahiran
sepasang bayi kembar dari pasang ternama di desa itu, Namikaze Minato yang baru
saja menjadi seorang Ayah tengah menggendong seorang bayi bersurai hitam dengan
kulit yang msih kemerahannya sedangkan sang ibu baru Uzumaki Kushina tengah
memandang sosok bayi bersurai pirang dengan kulit kemerahannya yang tengah
dimandikan oleh perawat yang membantu peroses persalinannya.
“Kushina-chan, lihat putra pertama kita. Dia sangat
tampan dan sehat. Matanya juga indah.” Ujar Minato menyodorkan sang bayi
bersurai htam ditangannya.
“Ya, Minato-kun. Dia sangat tampan dan sehat, aku juga
bisa merasakan aliran cakra yang besar mengalir dalm tubuhnya. Apa nama yang
akan kau berikan pada malaikat kita yang satu ini Minato-kun?” Tanya Kushina
sembari membelai surai hitam sang anak penuh saying.
“Bagaimana jika Menma? Lalu sang adik kita beri nama Naruto.”
Usul Minato dengan senyum cerianya memandang lembut sang putra sulung.
“Nama yang bagus. Kita gunakan saja itu.”
Perhatian Kushina yang tengah memandang putra
sulungnya teralihkan saat Biwako sang istri Hokage ketiga datang bersama
perawat yang membawa anak bungsunya.
“Bagaimana keadaaan Naruto Biwako-sama?” taya Minato
sambil menidurkan Menma disamping Kushina.
“Keadaannya cukup menghawatirkan. Tekanan cakra yang
dimilikinya sangat lemah dan kondisi fisiknya juga tak begitu kuat. Aku rasa
itu sibabkan oleh cakra Kyuubi yang sedikit bercampur dalam tubuhnya.” Jelas Biwako
membaca lembaran kertas yang berisi data kesehatan sang putra bungsu.
Saat itu juga Minato dan Kushina merasa takdir tengah
mempermainkan mereka. Mereka dinberikan dua putra yang sangat manis tapi tetap
tak sempurna. Betapa Kushina merasa sangat membenci Kyuubi saat itu juga karena
telah menyakiti putra bungsunya namun keterkejutan mereka berdua terintrupsi
saat mereka mendengar teriak kesakitan dari Biwako dan sang perawat disusul
dengan suara bariton yang mengejutkannya.
“Serahkan Kyuubi atau anak bungsumu akan mati Yondaime
Hokage.” Ancam sosok bertopeng orange sepiral dengan pakaian serba hitam yang
tengah menodongkan kunai kearah Naruto.
“A-ap- Siapa kau!” seru Minato penuh amarah
Kingitsune
†††
By : Ayuni Yukinojo
†††
Naruto © Masashi Kishimoto
†††
Pair : ?/Naruto
Warning :
Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,
Delapan tahun kemudian.
Seorang anak bersurai pirang kini tengah bermain
ayunan sendirian di sebuah taman di desa Komoha. Surai pirang cerahnya bergerak
lembut mengikuti arah angin yang bertiup lembut, mata biru sapphire indahnya
tambah memancarkan kehangatan penuh keceriaan.
Ia bermain sendiri di sana. Tak ada yang menjaga, tak
ada yang menemani. Lebih tepatnya tak ada yang mau dan berani untuk melakukan
hal itu. Sering bahkan setiap hari ia selalu mendengar orang-orang mencacinya,
menghinanya dan menyakitinya. Mengatakan ia monster, mengatakan ia pembunuh,
mengatakan ia pembawa sial dan mengatakan ia jelmaan monster rubah.
Namun ia tak pernah mengambil pusing akan perkataan
menjijikkan itu, ia tak pernah melaporkan kekerasan yang di terimanya kepada Hokage
atau yang lainnya, ia tak pernah melakukannya bukan karena tak ingin, tapi itu
semua percuma. Tak ada yang akan membelanya, tak ada yang akan melindunginya.
Bahkan Ayahnya sekalipun.
Tak banyak orang yang mau bersikap baik padanya, hanya
segelintir orang saja Hokage Ketiga contohnya. Pemimpin Komoha generasi Ketiga
itu selalu baik dan memanjakannya dan selalu melindunginya, sangat berbeda sekali
dengan Hokege Keempat yang selalu bersikap dingin dan tak pernah membelanya
bahkan terlihat sangat membencinya. Yang berikutnya adalah keluarga Teuchi
pemilik kedai ramen favoritnya, mereka selalu mengijinkan Naruto makan disana
lain dengan toko atau kedai lainnya yang selalu melarang bahkan mengusirnya
jika ia ingin belanja di tempat mereka.
Walau ia diperlakukan sedemikian buruknya, ia tak
pernah memendam dendam kepada mereka, walau terkadang hatinya sakit dan merasa
tak terima atas perlakuan mereka, ia tetap tersenyum dan menganggap semuanya
bukanlah apa-apa.
Ia sadar apa yang menyebabkan seluruh warga Komoha
membencinya. Ia tahu alasan apa yang membuatnya di katakana sebagai monster.
Sudah sejak lama ia mengetahuinya, sejak tiga tahun lalu saat ia hampir mati
ditangan para warga yang mengeroyoknya.
.
Flashback
“MAU LARI KEMANA KAU MOSTER!” teriakan murka itu terus
terdengar di telinga bocah mungil yang tengah berlari menjauhi kerumunan.
Nafasnya tersengal, keringatnya bercucuran, beberapa bagian tubuhnya di penuhi
luka memar dan beberapa ada yang mengalirkan darah.
“JANGAN KABUR KAU! KAU HARUS MENERIMA HUKUMAN DARI
KAMI ATAS PERBUATAN MU LIMA TAHUN LALU” suara lain kembali etrdengar, beberapa
batu yang di lempar oleh rang-orang di belakangnya mengenai punggungnya dengan
keras membuat tubuhnya sedikit kehilangan keseimbangan.
“GARA-GARA KAU AKU KEHILANGAN IBUKU.” Suara seseorang
yang cukup muda meneriakinya.
“KEMBALIKAN AYAHKU!”
“KEMBALIKAN SUAMIKU!”
“LENYAP SAJA KAU MONSTER!”
Teriakan amarah, cacian penuh penghiaan, kata-kata
kasar penuh denam. Ia sudah sering mendapatkannya. Berbeda dengan kakaknya yang
selalu medapatkan perlindungan dari sang ayah. Ia tak pernah sedikitpun
mendapat bantuan. Bahkan tak tanggung-tanggung. Diantara kerumunan orang-orang
yang mengejarnya juga tampak beberapa ninjanyang turut serta.
Langkah dari kaki mungilnya tak memberi pertolongan
banyak padanya. Para pengejarnya semakin dekat, sedangkan tubuhnya sudah mulai
leleah. Salahkan tubuhnya yang lemah, salahkan tubuhnya yang tak memiliki
aliran cakra yang normal. Kalau saja ia tidak lemah dan memiliki kekuatan tentu
ia sudah berhasil kabur atau bahkan melawan balik. Namun bila ia melawan ia
hanya semakin memebuat drinya dibenci.
Terus berlari sekuat tenaga Naruto tak sadar bahwa
telah memasuki wilayah pemukiman yang sepi dan berada di ujung gang yang buntu.
Ia panic. Tak ada jalan keluar dan pengejarnya kini ada dihadapannya. Takkan
ada yang menolongnya.
“HAHAHA SEKARANG KAU AKAN MATI MONTER.”
Tawa penuh akan rasa bangga akan sebuah tindak
kejahatan itu berkumandang. Membuat tubuh ringkih Naruto bergetar ketakutan.
“BUNUH DIA.”
Ia berdoa pada tuhan untuk di berikan kesempatan untuk
hidup, emmohon sebuah pertoongan namun sepertinya itu mustahil.
“ENYAHKAN DIA DARI DESA KITA.”
Desa ini juga desanya kan? Ia terlahir di desa ini.
Ayahnya adalah pemimpin desa ini.
“PEMBAWA SIAL.”
Dia bukanlah pembaw sial. Tapi kenapa orang-orang itu
masih saja mengatakan hal itu? bukan dia yang menyebabkan penyerangan monster
lima tahun lalu. Bukan dia.
“PEMBUNUH.”
Dia bukan pembunuh. Bahkan saat itu dia belumlah
mengenal dunia. Dia baru saja terlahir dari Rahim hangat milik ibunya saat itu.
ia bahkan belum tau bagaimana rasanya di peluk hangat kedua orang tuanya.
“MONSTER!.”
Dia bukan moster. Bukan dia yang menyebabkan
kehancuran itu. tapi kenapa semua menyalahkannya? Kenapa bukan kakakya? Kenepa
hanya dia? Kenapa?
Pukulan dan tendangan bertubi-tubi. Tubuhnya di angkat
tinggi lalu di benturkan ke tanah, darah mengalir dari setiap lukanya,
pandangannya mulai memburam dan kepalanya mulai pusing. Ia tak dapat mendengar
apapun, ia hanya melihat gambaran blur dari penglihatannya. Ia hanya melihat
seseorang mendekatinya dengan sesuatu yang menyala merah dan tak lama ia
merasakan panas membakar tubuhnya.
Orang-orang desa membakarnya hidup-hidup.
.
.
Perlahan membuka mata, yang Naruto lihat hanyalah
kegelapan, namun tak berlangsung lama kegelapan itu mulai menipis
memperlihatkan pemandangan yang ada dihadapannya. Sebuah ruangan besar dengan
air yang menggenanng sebatas mata kaki. Di hadapannya tampak jejeran
pilar-pilar besar membentuk penjara dengan kegelapan di dalamnya.
Perlahan ia mendekati penjara raksasa itu. tubuhnya
bergetar lemah dengan rasa sakit yang menjalar. Darah menetes perlaha dari
ujung tubuhnya dan memar menghiasi warna kulianya yang seharusnya berwarna
kecoklatan. Langkahnya terhenti saat merasa ia melihat sebuah pergerakan
didalam penjara besar nan gelap itu. tubuhnya tegang namun tidak takut.
Tak berselang lama apa yang ada di balik jeruji besi
itu mulai terlihat. Sebuah gumpalan bulu yang bergerak-gerak lembut dan pelan.
Membuatnya semakin tertarik untuk mendekat. “Bola bulu?” ucapnya polos dengan
mata berbinar semakin mendekat memasuki penjara itu.
‘APA MAKSUMU
DENGAN BOLA BULU, BOCAH!?’ suara berat penuh geraman ia dengar dari arah
yang dikiranya bola bulu itu, bergerak-gerak, membuatnya menghentikan langkahnya
sejenak mengamati lebih teliti benda raksasa di depannya.
‘Bisa bicala!’ serunya kegirangan kini berlari
mendekati benda itu, tak memperdulikan tubuhnya yang menjerit sakit.
‘TENTU SAJA
BISA! DAN AKU BUKAN BOLA BULU, BOCAH! AKU KYUUBI!’ seru bahluk itu lagi
menunjukkan wujud besarnya. Seekor rubah orange dengan sembilan ekornya yang
melambai-lambai lembut. Mata merah dengan pupil verticalnya memandang Naruto
nyalang dengan seringai tajam memperlihatkan deretan giginya yang tajam.
‘Lubah! Ekolnya banyak!’ seruan itu terdengar lagi
bersamaan dengan Naruto yang mendekat dan memeluk kaki depan si rubah yang
mengaku Kyuubi itu. tak memeperdulikan perkatan dan tatapan tajam sang rubah
besar.
‘HEH! BOCAH
SEPERTIMU TAK TAKUT PADA KU?’ pertanyaan itu terucap dari mulut si rubah
bersamaan dengan tangan-kaki depan- nya yang mengankat Naruto lalu
meletakkannya di moncongnya yang besar.
‘Takut?’ bertanya dengan pancaran mata polos memandang
salah satu mata merah si rubah yang ada di hadapannya. “Tidak! Kau lembut!”
serunya lagi memeluk moncong si rubah erat. ‘Hangat~’ lirihnya sambil
memejamkan mata.
‘AKU MONSTER
YANG MENYEBABKAN KAU MENDERITA KAU TAHU!? AKU BISA SAJA MENYAKITIMU.’ Ucap
mahluk itu memandang Naruto yang ada didepan matanya.
‘Hm~ Tapi Nalu cuka. Buluna hangat. Lembut. Nyaman.’
Ucap Naruto tak perduli, malah semakin menyamankan tubuhnya berbaring di
moncong Kyuubi.
‘BAGAIMANA BILA
AKU MEMAKANMU SEKARANG?!’ Ancam Kyuubi lagi sambil menggelengkan kepalanya
pelan.
‘Tak takut. Nalu kan kuat. Hehe.’ Bukannya terusik Naruto
malah senang saat merasakan aliran angin yang berhembus disekitar tubuhnya.
‘HEH! TUBUH
DENGAN PENUH LUKA ITU KAU BILANG KUAT. KAU YANG SAMPAI BISA ADA DI SINI ITU
MENUJUKKAN KALAU KAU ITU LEMAH!’ geram Kyuubi dengan dengusan kasar.
‘…’ tak ada jawaban cadel yang membalas ucapan dari Kyuubi,
namun ia bisa merasakan tubuh mungil yang ada moncongnya itu bergetar pelan diiringi
dengan isakan tangis. “Hiks..hiks..”
‘HEH! CENGENG!’
ejek Kyuubi, merasa senang akhirnya bisa membuat bocah yang ada di
moncongnya ketakutan. Namun tampaknya dia salah.
‘Hueeeeee~ hikss… hikss.. hueee~ ‘ tangisan kencang
terdengar membuat telinga si rubah cukup berdung apalagi bocah yang ada di
moncongnya bukannya bergetar ketakutan malah semakin memeluknya semakin erat.
‘huueee~ Cyuubi tak cuka cama Nalu~ hueeee~’tangisan
itu semakin kencang membuat Kyuubi gerah sendiri mendengarnya.
‘KENAPA KAU
MENANGIS BOCAH!? BERHENTI MENANGIS!’ ujar Kyuubi merasa tergangggu dengan
suara cempreng tangisan Naruto.
‘Cyuu gak cuka Nalu, hiks, Nalu gak punya teman. Cyuu
gak mau temenan cama Nalu hueee~’ tangis itu makin kencang, Kyuubi hanya bisa
menghela nafas pelan melihat kadaan bocah di moncongnya itu.
Dengan pelan dia mengangkat tubuh Naruto lalu
meletakkannya di telapak kaki kirinnya. Di husap kepala bersurai pirang jabrik
namun lembut itu dengan jari tangan kanannya, perlahan tak ingin melukai si
pirang kecil.
‘SUDAH JANGAN
MENANGIS. AKU HANYA BERBOHONG. KAU TIDAK CENGENG. KAU KUAT DAN AKU MAU MENJADI
TEMANMU.’ Ucap Kyuubi menghapus titik kecil air mata yang mengalir di pipi Naruto
perlahan dengan ujung kukunya.
‘Cungguh? Cyuu mau belteman cama Nalu?’ pertanyaa itu
terucap dari bibir mungil yang kini telah berhenti bergetar itu. matanya
berbinar penuh harap membuat Kyuubi harus menahan nafasnya sejenak menguasai
diri dari tatapan penuh pesona bocah didepannya.
‘IYA BOCAH.
JANGAN MEMBUAT AKU MENGULANG PERKATAANKU.’ Ucap Kyuubi lagi kini
menggelitiki perut Naruto dengan pelan.
‘hehehhahaha hen-hetikan Cyuu. Hahaha. Ne Cyuu pel-kenalkan
nama Nalu Naluto Ujumaki. Nama Cyuu cyapa?’ dengan pandangan berbinar dan
kepala yang di miringkan Naruto bertanya. Tampak sangat imut di mata Kyuubi.
‘AKU SUDAH TAHU
NAMAMU BOCAH! KAU BISA MEMANGGILKU KYUUBI ATAU KURAMA.’ Kata Kyuubi yang
kini lagi-lagi memindahkan Naruto ke moncongnya.
‘Cyuubi Kulama? Kula-Kulama-nii!?’ seru Naruto senang.
Akhirnya ia kini mendapatkan seorang teman yang akan selalu menemaninya
bermain.
‘HEH! TERSERAH
KAU BOCAH.’
‘Yeyy! Kulama-nii. Nalu punya teman~ Nalu punya teman.’
Senandung kekanakan itu mengalun lembut memenuhi ruangan yang besar itu. namun
harus terhenti karena Naruto meringis merasakan sakit di tubuhnya ‘Cakit~ hiks’
‘JANGAN
MENANGIS. AKAN KU SEMBUHKAN LUKAMU. SEKARANG KAU PULANGLAH.’
‘Kulama-nii akan belmain dengan Nalu nanti?’ tanya Naruto
dengan pandangan mata yang memelas, seperti seekor kucing kehujanan yang minta
di pungut.
‘YA. SUATU SAAT
NANTI.’ Dan perlahan cakra merah
yang keluar perlahan dari permukaan moncong Kyuubi mulai menyelimuti tubuh Naruto.
Memeberi kehangatan dan perasaan nyaman membuat Naruto tertidur lelap dengan
tenangnya, semetara di kenyataan sana luka-luka dalam tubuh Naruto
berangsur-angsur pulih.
Flashback off
.
Sejak saat itu Naruto tahu bahwa didalam tubuhnya
terdapat seekor rubah, ia tak perduli apa kata orang-orang menegnai rubah itu.
baginya rubah itu adalah bola bulu yang lembut dan hangat. Teman pertama yang
ia miliki.
.
TBC
