• Posted by : Yuuki Minggu, 07 Desember 2014



    ***
    Summary
    Dia yang ditinggalkan, dia yang di kucilkan, dia yang dicampakan, dia juga yang dibuang.
    Melenyapkan monster yang bersemayam dalam tubuh, melenyapkan iblis yang mencemaskan kehidupan.
    “Aku tak pernah ingin tubuhku dijadikan wadah untuk moster rubah ekor Sembilan itu. aku sampai kapanpun akan selalu membenci mahluk itu.”///”Bagiku, suatu kehormatan bisa menjadi wadah bagi sosok Rubah berekor Sembilan. Aku tak pernah menyesal, justru aku sangat berterima kasih atas hal itu.”
    Mereka hanya melihat apa yang ada di depan mata. Membuang sosok itu tanpa tahu bahwa mereka telah membuang sumber kebahagiaan, pembawa kedamaian, pemberi keberuntungan.

    Kingitsune
    †††
    By : Ayuni Yukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,

    Namikaze Menma. Putra sulung dari Yondaime Hokage itu kesehariannya tak pernah lepas dari para Anbu yang selalu melindunginya. Bersembunyi disetiap sudut desa dan menjaganya dari semua niat jahat dari para musuh ayahnya. Menma tahu bahwa ia memiliki seorang adik. Seorang adik kembar yang penampilannya agak berbeda dari dirinya.
    Jika dirinya memiliki rambut hitam kelam maka adiknya Naruto memiliki rambut sepirang ayahnya. Jika mata Menma berwarna merah maka adiknya berwarna biru sappire indah yang kadang membuat Menma iri. Salah satu persamaan mereka hanyalah tiga garis kumis di masing-masing pipi mereka namun ketebalannya pun berbeda. Milik Menma lebih tebal dari pada milik adiknya.
    Menma tahu bahwa kehidupan adikknya tidaklah senyaman kehidupannya. Dan ia tak perduli akan itu. Ia membenci adiknya, adiknya itu memiliki semua kesama mereka dengan sang ayah sedangkan Menma tak ada. Adiknya itu memiliki senyum cerah yang selalu membuat ia terlihat bahagia sedangkan ia tidak. Ia tak bisa tersenyum dengan cerah seperti adiknya itu. Ia tak mau berpura-pura bodoh hanya untuk mendapat perhatian dari orang-orang di sekelilingnya. Orang-orang itulah yang seharusnya berlaku baik padanya, bukan dirinya.
    Katakan jika Menma itu arogan, namun itulah kenyataannya. Selain itu Menma juga sebenarnya cukup membenci orang-orang desa yang selalu berbuat baik padanya. Mereka penjilat, mendekati dirinya hanya untuk mendapatkan keuntungan semata. Di belakangnya, orang-orang itu pasti akan menghinanya, menyebutnya monster sama seperti adiknya, menyebutnya pembawa sial dan mengata-ngatainya.
    Walau Menma tahu tak semua yang dikatakan orang-orang itu adalah fitnah belaka. Misalnya dirinya yang monster itu. Separuhnya adalah sebuah kebenaran. Karena didalam dirinya terdapat seekor rubah berekor sembilan yang menyerang desa delapan tahun yang lalu. Menma membenci rubah itu, gara-gara hewan sialan itu ia harus hidup menanggung dendam para warga desa, gara-gara rubah itu ibundanya meninggalkannya dan gara-gara rubah itu ia di sama-samakan dengan adiknya yang lemah dan tak memiliki aliran cakra.
    .
    .
    Seperti hari-hari sebelumnya, sepulangnya dari akademi Menma selalu melakukan latihan yang ia lakukan di arena berlatih di mansionnya. Ya, dia adalah seorang calon ninja begitu pula dengan adiknya. Ia memiliki aliran cakra yang sempurna, sehingga tak sulit baginya untuk menggunakan tehnik-tehnik ninja tingkat D sampai tinggkat B.
    Kadang ia heran sendiri, apa sebenarnya tujuan Hokage Ketiga memasukkan adiknya yang tak memiliki aliran cakra ke akademi. Hal itu hanya memalukan nama Namikaze saja. Untung adiknya itu tahu diri, dengan menggunakan nama ibunya Uzumaki sebagai nama belakangnya.
    Kali ini Menma sedang berlatih menguasai tehnik Futon : Rasengan yang diajari oleh ayahnya kemarin sore, setelah sekian lama menunggu akhirnya ia diijinkan untuk berlatih tehnik level A. Tehnik level A ini belum bisa ia kuasai sepenuhnya namun ia sudah paham teori dasarnya. Mengumpulkan cakra dan memadatkannya dengan arus pola melingkar. Rumit namun menarik, memmbuat Menma tertantang.
    Saat orang-orang memuji kemampuan Menma dalam menguasai tehnik-tehnik ninja, ia sama seklai tidak bangga. Semua itu karena ia merasa telah dibantu oleh monster rubah yang ada ditubuhnya. Rubah itu memberinya banyak cakra sehingga mempermudah Menma dalam menggunakan tehnik-tehnik tingkat tinggi yang memerlukan jumlah cakra yang banyak dan ia tak menyukai hal itu. Ia benci dibantu oleh monster itu. Monter rubah yang sangat ia benci.
    .
    Berbeda dengan Menma yang lebih berkonsentrasi pada ninjutsu ajaran Ayahnya, Naruto yang tak menadapat pelatihan atau bimbingan dari orang yang memiliki kemampuan cenderung meningkatkan Taijutsunya. Beberapa tehnik dasar dan kuda-kuda yang berbeda-beda telah ia kuasai. Terimakasih pada Kyuubi yang membantunya berlatih dan menuntunnya jika ada kuda-kuda atau gerakan yang salah.
    Naruto biasanya belajar dari gulungan perkamen yang ada di perpustakaan, dan terkadang meminjam secara diam-diam gulungan yang ada di perpustakaan mansionnya. Dari semua perkamen tehnik dasar Taijutsu itu Naruto akui ia tertarik dengan salah-satu tehnik rahasia dari klan Uzumaki, klan Ibundanya.
    Tehnik itu merupakan tehnik yang diajarkan khusus kepada para penjaga Kuil Inari yang ada di sebelah timur hutan klan Uzumaki. Menurut Kyuubi, tehnik rahasia itu merupakan tehnik perpaduan antara keanggunan dan kekuatan. Lebih memanfaatkan daya serang lawan sebagai sumber tenaga dan melawan dengan gerakan cepat, vital namun lembut. Kata Kyuubi dia bisa saja mengajarinya namun kekuatan fisik Naruto belum memadai, oleh karena itu, Naruto lebih memilih melatih kekuatan fisiknya.
    Salah satu latihan yang ia lakukan adalah mengejar kelinci liar di tengah hutan yang lebat. Latihan itu dapat meningkatkan kecepatannya juga kegesitannya dalam menghindari serangan dari depan. Pohon-pohon yang ada di hutan itu akan membuatnya meningkatkan kemampuannya dalam menghindar juga kelincahnnya. Selain berlatih ia sekalian bisa mencari lauk untuk makan siang dan makan malamnya.
    Latihan kejar-kejaran itu ia lakukan selama satu sampai dua jam, ada saja hewan yang ia jadikan target pengejaran. Mulai dari kelinci, rubah, tikus tanah, sampai burung dan tupai dibuatnya lari terbirit-birit. Setelah latihan itu ia akan melatih gerakan-gerakan dasar Taijutu tangan kosong dengan beban yang mengikat kaki dan tangannya, setelahnya berlatih melempar suriken.
    Latihannya itu ia lakukan semenjak pulang dari Akademi hingga malam menjelang. Ia yang tak lagi tinggal di mansion Namikaze membuatnya bebas untuk pulang jam berapapun. Dan ia menyukai hal itu. Walau sedikit kesulitan untuk mengakses perpustakaan Namikaze namun ia memiliki jalan sendiri untuk memasuki mansion itu.
    Untuk makan, biasanya ia akan membeli ramen di tempat Paman Teuchi-bila sedang malas berburu-, jika beruntung ia akan diajak makan di rumah Shikamaru atau Chouji yang sudah menjadi sahabatnya sejak pertamakali memasuki Akademi, tak jarang pula ia akan diajak makan oleh Kiba namun ia tolak. Bukan karena tak suka pada Kiba, ia hanya tak ingin bertemu dengan ibu Kiba yang galaknya minta ampun. Hahaha.
    †††
    Siang itu di akademi sedang diadakan tes untuk kelas Naruto, tes sederhana, hanya melempas suriken dan bertarung ringan. Satu persatu murid di panggil secara berpasangan oleh Iruka yang menjadi wali kelasnya.
    Di mulai dari Ino yang melawan Hinata dan dimenangkan oleh Ino, Sakura melawan Kayo yang tentunya di menangkan oleh si gadis Haruno itu. Shino yang melawan Kiba yang dimenangkan oleh Shino setelah membuat Akamaru gatal-gatal akibat sengatan serangga milik Shino, lalu Shikamaru vs Chouji yang berakhir damai membuat seisi kelas ricuh dan Naruto yang tertawa terbahak-bahak, lalu menyusul Menma yang melawan Takaeru yang tentu di menangkan oleh Menma dengan tampang cool dan pandangan mata yang merendahkan lawannya yang kalah telak, hingga akhirnya nama Naruto di sebut menyusul nama Uchiha Sasuke.
    Tampak pemuda bersurai gelap yang melawan hukum gravitasinya tengah berdiri menuju arah arah Iruka, dibelakangnya tapak Menma menyemangati Sasuke dan teriakan para fansgirl yang membahana.
    Seperti yang telah diintruksikan sebelumnya, penilaian pertama yang dilakukan adalah melempar suriken. Jumlah yang diberikan adalah 10 suriken yang telah ditandai dengan warna berbeda yakni merah dan biru. Sasuke mendapatkan yang berwarna merah sedangkan Naruto berwarna biru.
    Kedua pemuda murid akademi itu bersiap dengan kuda-kuda mereka masing-masing. Bersiap-siap melembar suriken mereka kearah target didepan mereka yang jumlahnya hanya satu. Jadi mereka akan berlomba dan bersaing untuk menacapkan suriken mereka kearah satu target itu.
    “Hajime.” Aba-aba diberikan Iruka dan disusul dengan teriakan nyaring para fans Sasuke.
    Sasuke dan Naruto berlomba melempar suriken mereka, satu persatu menancap pada target walau ada beberapa yang saling terbentur dan membuat suriken itu keluar dari jalur yang diharapkan.
    Setelah semua dilempar, Iruka lalu memereiksa target lemparan. Tampak beberapa suriken manancap disana sedangkan sisanya berhamuran di tanah. “Sasuke Uchiha 4 buah suriken dan Naruto Uzumaki 3 buah.” Ucap Iruka. Sasuke hanya mendecih kesal karena sisa dari suriken yang menacap berhasil dihalangi oleh Naruto.
    “Sensei! Kalau Sasuke menancapkan 4 dan Naruto 3, dimana suriken birunya lagi satu?” tanya Kiba yang tengah membantu memungut suriken yang berceceran di tanah. Memang benar apa yang dikatakan Kiba, suriken birunya kurang lagi satu buah.
    “Coba kau cari di balik pohon, sepertinya Naruto sempat meleset melemparnya.” Ujar Iruka yang dibalas anggukan patuh oleh si majikan Akamaru itu. Memasuki semak mecari suriken yang kesasar sengat menyebalkan bagi Kiba, untung ia anak baik dan penurut.Haha.
    “HUAAAA!! HEBIII!” teriak Kiba keluar dari semak secara terburu-buru. Menghampiri Iruka and berdiri dibelakangnya. Kiba sebenarnya bukan taku pada ular tapi geli sekaligus jijik melihatnya.
    “Dimana Kiba?” tanya Iruka berjalan mendekati semak dengan Kiba dibelakangnya disusul Naruto, Shikamaru dan Chouji si quartet pembuat onar sementara siswa dan siswi lainnya berdiri sejauh mungkin dari semak.
    “Disemak-semak. Sudah mati, tertancap suriken Naruto tepat dikepala.” Ujar Kiba menunjukan arah dimana ia melihat ular malang itu.
    “Huaahemm~ Kalau sudah mati kenapa kau berteriak ketakutan?” tanya Shikamaru setelah menguap lebar sambil merguman ‘merepotkan’ dengan wajah malasnya.
    BUAK
    Sebuah jitakan kesal diberikan Kiba pada Shikamaru. “A-aku bukan takut Bodoh! Aku jijik melihatnya!”  ujar si pemuda pecinta anjing itu membela diri, diiyakan oleh gong-gongan Akamaru yang ada di atas kepalanya. Si korban hanya bergumam pelan sambil mengusap kepalanya yang sakit keran dijitak.
    Perlahan si pelempar suriken a.k.a Naruto mendekati ular itu, hendak mengambil suriken pencabut nyawa(?) yang dilemparnya. “WAAAA! NARU JANGAN KESANA!” teriak Kiba histeris membuat Naruto terkekeh tak menghiraukannya.
    “Sensei. Sepertinya ular ini berbisa. Lihat moncongnya yang tajam itu.” ucap Naruto berjongkok menunjuk ular berkulit putih bersih dengan garis keunguna di bagian matanya itu.
    “Kau benar. Ular ini sedikit aneh.” Ucap Iruka ikut berjongkok disebelah Naruto.
    ‘ITU ULAR MILIK OROCHIMARU.’ Suara berat dan menggema itu muncul dalam pikiran Naruto.
    ‘Kura-nii? Apa maksudmu?’ batin Naruto.
    ‘SEBAIKNYA KAU JAUHI ULAR ITU NARU. ATAU KAU AKAN KENA SIAL. UNTUNG SAJA KAU TAK DIGIGIT ULAR SIALAN ITU.’lanjut Kyuubi dalam pikiran Naruto.
    “Ya sudah. Kita lajutkan ujiannya. Biarkan saja ular itu disana.” Ucap Iruka menyadarkan Naruto dari lamunannya. Mereka berlima lalu meninggalkan bangkai ular itu sendirian, tak sadar bahwa bangkai ular itu mulia mengelupas dan menghilang menjadi debu.
    .
    Penilaian dilanjutkan, kini Sasuke dan Naruto tengah saling beradapan dengan padangan datar ala Uchiha dan padangan sengit penuh emosi khas milik si surai pirang ditengah lingkaran yang menjadi arena mereka.
    “Hajime!” seru Iruka lagi memberi aba-aba.
    Dengan cepat Naruto memberi serangan pembuka, mengarahkan tinjunya kearah pipi Sasuke namun dapat dihindar dengan mudah oleh si bungsu Uchiha. Tak tinggal diam Sasuke pun turut memberikan serangan beruapa hantaman kearah perut Naruto bersamaan dengan serangan Naruto yang berupa tendangan menuju arah yang sama yakni bagian perut.
    BUAGH
    Kedua sosok bocah itu terdorong kebelakang oleh kekuatan serangan lawan mereka. Mereka meringis pelan mengusap wilayah perut mereka.
    “Lumayan, Dobe.” Ucap Sasuke berusaha memancing amarah Naruto.
    “Berisisk kau TEME!” balas Naruto sembari mengambil kuda-kuda siap menyerang.
    Tak berselang lama Naruto kembali menyerang, mengarahkan tendangannya kearah kaki Sasuke yang dapat dihindari dengan melompat diudara. Tangan kiri Sasuke bertumpu pada kepala si pirang membantu mengangkat tubuhnya keudara lalu dilanjutkan tendangan keras kearah Naruto.
    BUAGH
    BRUKK
    Naruto terlempar keluar batas arena yang berbentuk lingkaran lalu Iruka menghentikan pertarungan dan mengumumkan Sasuke sebagai pemenangnya. Seluruh gadis yang menonton pertandingan bersorang girang karena pangeran mereka menang tak memperdulikan Naruto yang masih terduduk di tanah yang kotor.
    “Kau hebat Naru.” Ucapan bernada malas itu terdengar dari samping Naruto diikuti uluran tangan oleh si empunya suara.
    “Sankyuu Shika.” Balas Naruto menerima uluran tangan Shikamaru. Dibelakang Shikamaru tampak Kiba dengan cengiran tiga jarinya dan Chouji yang menawarkan potato chip nya pada Naruto yang ditolak dengan halus.
    “Tak perlu sedih Naru. Kau sudah hebat berhasil menendang si Uchiha sombong itu.” ucap Kiba menyemangati dan dibalas dengan cengiran lebar khas Naruto.
    .
    “Kau berhasil ditendang.” Suara monoton mengusik ketenang sang bungsu Uchiha. Dengan pandangan menusuk ia memandang orang disampingnya yang berani membuat moodnya tambah buruk.
    “Berisik kau Menma.” Ujar Sasuke kesal saat mengetahui Menma tengah menunjukkan seringahnya.
    “Dikalahkan oleh anak yang tak memiliki cakra.” Lanjut Menma memanas-manasi Sasuke.
    “Hn.” Gumam si bungsu Uchiha tak perduli. Padahal di dalam hati ia sangat kesal.
    “Kau yang seorang Uchiha dikalahkan oleh anak tanpa aliran cakra. Memalukan.” Tak merasa puas Menma masih terus memanasi-manasi Sasuke hingga akhir bocah emo itu muak dan beranjak dari tempatnya menuju arah Naruto tanpa mengetahui bahwa Menma meneyringai senang.
    .
    “Dobe.” Ujar Sasuke yang kini berdiri tak begitu jauh dari Naruto yang berbincnang ribut dengan Kiba.
    “Apa Teme?” tanya Naruto ketus, ia masih kesal karena telah dikalahkan oleh si Uchiha sombong.
    “Suatu saat nanti akan kubuat kau kalah dan berlutu dihadapanku.” Ucapnya datar lalu pergi begitu saja membuat quartet pembuat onar melongo.
    “HAH?/Haa?/Hee?/Mendokusai” seruan bingung meluncur dari empat bocah itu. terdengar jelas seruan Naruto yang paling kencang. “APA MAKSUDMU TEME!” lanjut Naruto meneriakai Sasuke yang sudah berjalan jauh didepannya dengan gaya cool. Tak dihiraukan.
    “TEMEEEEEEE!!” raungan kesal Naruto terdengar menulikan telinga ketiga temannya,
    Sedangkan si bungsu Uchiha hanya menyeringai dan Menma yang terkekeh senang melihat tontonan yang baru saja diberikan oleh kembaran dan temannya itu.

    TBC


    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan