• Posted by : Yuuki Selasa, 09 Desember 2014




    Bab 9;

    Kegelapan

    Diantara gundukan salju putih, diantara ceceran darah merah, diantara hembusan udara dingin, dibawah langit hitam kelam dan diatas dataran putih beku, dimana kepastian antara hidup dan mati menjadi tanda tanya besar, terlihat sesosok bayangan hitam berjalan perlahan-lahan menuju arah selatan tepatnya menuju arah desa terdekat di daratan utara itu.
    Sosok bayangan hitam yang tengah menantang maut itu adalah seorang pemuda yang tengah menggendong seseorang dipunggungnya, beberapa tetes darah gelap jatuh membasahi salju, mengubah warna putih yag suci menjadi hitam. Pemuda itu terus berjalan walau udara dingin menusuk tulang, walau tubuh terasa membeku tapi ia tetap tak mau menyerah, demi sosok yang telah menyelamatkan nyawanya.
    Sebut saja pemuda nekat itu Sebastian, ya Sebastian Michael Machaelis Pangeran Negeri Filiann. Saat ini ia sedang berusaha menyelamatkan Ciel, malaikatnya yang telah berkali-kali menyelamatkan nyawanya.
    Berhari-hari ia terus berjalan hingga akhirnya langit hitam terganti menjadi biru indah, tanah putih yang beku terganti dengan tanah kecoklatan hangat penuh kehidupan,. Ya, setelah berjalan kurang lebih 4 hari tanpa henti akhirnya ia tiba di desa terdekat.
    Setelah menelusuri jalan setapak ia lalu menuju rumah pertama yang terlihat dengan tergesa-gesa berharap pemilik rumah itu bisa membantunya dan malaikatnya yang malang ini.

    ──── Master ‘D ────

    CIEL P.O.V
    Tes….tes….tes….
    Gelap….
    Entah karena aku memang tidak bisa melihat atau tempat ini memang sangat gelap, yang kulihat hanya hitam tapi anehnya aku bisa melihat bagian tubuhku sendiri.
    Tes…..tes….tes….
    Suara air…
    Dimana?
    Tes….tes…tes,,,,
    Ku ikuti naluriku mencari arah suara sumber air itu. Berjalan dalam kegelapan seperti ini membuat fikiranku kacau. Tak ada cahaya, tak ada hembusan angin, tak ada bau udara tapi entah kenapa semakin jauh aku berjalan aku merasa suhu ditempat ini semakin turun. Dapat kulihat embun yang muncul saat aku menghembuskan nafas.
    Aneh. Aku bisa melihat hembusan nafasku dan tubuhku tapi disini sangat gelap atau jangan-jangan tempat ini hanya sebuah ruangan yang diwarnai hitam diseluruh bagiannya. Tapi kalau memang ini ruangan kenapa aku tidak menemukan dinding sebagai pembatasnya? Tempat ini seolah-olah di buat untuk membuatku tersesat dalam kegelapan yang tak nyata dan tak pasti kebenarannya.
    Tes…tes…tes…
    Saat kurasakan suara air itu berada di dekatku, aku segera mengedarkan pandangan tapi tak ada apapun disini, padahal mungkin aku akan bisa keluar dari tempat ini jika mengikuti sumber air yang terdengar itu.
    Tes…tes…..tes….
    Kurasakan ada sesuatu yang menetes di pipiku, fikiranku segera menyimpulkan bahwa yang menetes itu adalah air yang sedari tadi kucari, tapi ternyata aku salah. Saat ku usap cairan itu dengan tangan ku, yang terlihat hanyalah noda berwarna hitam.
    Tes….tes…tes…
    Lagi, cairan hitam itu menetes pada wajahku. Ragu aku menengadah dan yang kulihat berikutnya adalah sebuah pemandangan yang menyedihkan.
    Sesosok berkulit putih porselen tanpa sehelai benangpun tengah dijerat oleh puluhan benang tipis di udara yang membuatnya tampak melayang. Kulitnya yang putih porselen tersayat puluhan benang yang membuatnya terluka dan mengelurakan cairan hitam yang mungkin itu darah, lalu kulihat pula di punggungnya dua pasang sayap hitam besar layaknya kelawar tengah terentang tapi tampak tak bisa digerakkan, sayap-sayap itu juga tampak terluka oleh benang-benang tipis itu.
    Kupandangi sosok asing di depanku ini, rambut kelabunya yang sepertiku tampak pendek, di kedua telinganya tampak sebuah anting hitam polos dan kulihat pula tubuh itu sedik bergetar, tanganya yang terentang di udara tampak sedikit bergerak, kepalanya yang tertunduk membuatku sulit melihat seperti apa ekspresinya saat ini, tapi satu hal yang kuyakini dia sangat kesakitan.
    “Hei…. Kau tak apa-apa?”tanyaku penasaran.
    “….”tak ada jawaban darinya.
    “Heii… kenapa kau bisa ada di sini? Kau siapa? –eh perkenalkan namaku Ci-“
    “Ciel. Namaku Ciel Vinc Phantomhive. Dirimu yang tertidur dalam kegelapan.” Ucapnya sambil mengangkat wajahnya yang tertunduk.
    DEG.
    Wajahnya mirip tidak- wajahnya sama persis denganku. Mata biru shappire yang sedalam lautan tapi bagian matanya yang kanan tampak berwarna ungu dengan lambang pentagram di dalamnya. Tapi penampilannya ini….. dia itu laki-laki , jelas terlihat dari ‘itu’-nya yang menggantung. Hei~ ingat kan dia itu tidak berbusana! Uhh~ focus Ciel, jangan berpikiran yang bukan-bukan.
    “Kau berbohong kan! Aku ini Ciel Vinc Phantomhive! Jadi tak mung-“
    “Taukah kau bahwa kau sebenarnya sudah mati?”ucap orang itu tenang memotong perkataanku
    “A-apa maksudmu?”
    “Kau sudah lama mati Ciel, lama sekali. Bahkan sebelum kau terlahir di dunia.”ucapnya seperti sedang berdongeng ekspresi wajahnya tampak lembut dan binar kepolosan terpancar dari matanya yang berbeda itu. “Saat kau masih berada dalam kandungan, kakamu telah membunuhmu. Kau pasti tahu malaikat tak boleh terlahir kembar karena bila itu sampai terjadi maka salah satu dari mereka akan mati atau jatuh kedalam kegelapan. Malaikat yang lahir kembarpun jumlahnya tak banyak karena malaikat yang harusnya lahir kembar itu telah membunuh kembarannya saat masih dalam bentuk janin, begitu pula dengan kakakmu.”
    “Tu-tunggu. Jadi kau mau bialang aku sebenarnya sudah mati? Lalu kenapa aku bisa tetap hidup?”
    “Kau tahu, bersamaan dengan terbunuhnya kau oleh kakakmu, di Dunia Bawah terjadi peperangan besar antara Kerajaan Utara dengan Kerajaan Selatan. Raja Kerajaan Utara yang merupakan pemimpin bangsa Vampire berhasil di kalahkan oleh Raja Kerajaan Selatan yang merupakan bangsa Werewolf. Dia memang di kalahkan tapi dia belum mati. Sebelum tubuhnya hancur sepenuhnya dia telah memisahkan diri dengan tubuh aslinya dan mencari tubuh baru dan tubuh itu adalah tubuhmu.”
    “A-apa!?”
    “Jiwamu yang hampir musnah di tangan kakakmu menangis dan memohon-mohon agar diberi kesempatan untuk hidup, diberi kesempatan untuk menunjukkan bahwa kau layak untuk hidup. Maka Raja Utara yang saat itu juga sedang membutuhkan tubuh baru mengabulkan keinginanmu dengan syarat tertentu.”
    “Sya-syarat a-apa?”
    “Raja Utara memberikanmu kesempatan hidup dengan syarat kelak bila kau telah mati kau harus rela menyerahkan tubuhmu padanya dan jiwamu harus menjadi milik kegelapan. Dan saat ini kau ada di ambang kematian untuk kedua kalinya.”
    “Be-berati aku akan-“
    “Kau punya pilihan Ciel. Apakah kau ingin mati atau tetap hidup. Tapi tentu setelah ini hidupmu tak akan sama. Bila kau hidup maka kau akan menggunakan seluruh nyawa, jiwa dan kekuatan milik Raja Utara maka kaupun akan menjadi bagian utuh dari Dunia Bawah tapi jika kau memilih mati kau akan jatuh dalam kegelapan dan tubuhmu akan menjadi milik Raja Utara. Jadi apa pilihanmu?”
    Bingung. Itulah perasaanku kini. Bila aku mati tubuh ini akan jadi milik raja yang tak kuketahui bagaimana rupanya dan jiwaku akan jadi nilik kegelapan itu sama saja berarti aku adalah iblis seperti yang di katakana malaikat-malaikat busuk itu, tapi jika aku tetap hidup aku akan menjadi bagian dari penghuni Dunia Bawah yang berarti aku akan menjadi iblis juga. Apa yang harus aku lakukan!!!!?????
    “Apa kau ingin mati Ciel? Melupakan kebencianmu dan jatuh kedalam kegelapan ditambah lagi meninggalkan sosok yang begitu membutuhknamu? Membiarkan kakakmu dan sekutunya memegang takdir seseorang seenaknya.”
    DEG
    Benar. Kalau aku pergi, bagaimana dengan Sebastian? Siapa yang akan membantunya? Dan lagi aku sudah berjanji padanya. Alois yang memihak si Jidat Lebar itu pasti akan melakukan apapun untuk membuat Sebastian hancur. Aku tak mau! Cukup aku saja yang di hancurka oleh Alois.
    “Bi-biarkan aku hidup!”ucapku dengan sedikit gemetar.
    “Kenapa? Kenapa kau memilih hidup? Untuk apa kau hidup? Bukakah tak ada satupun kaummu yang menginginkanmu tetap hidup!”
    “Aku tidak peduli. Aku hamya ingin melindungi Sebastian, aku hanya ingin berada disisinya. Aku tak ingin Alois menyakitinya. Memang benar tak ada satupun kuamku yang menginginkanku hidup tapi Sebastian menginginkanku!”
    “Apa kau akan tetap melakukankanya walau kau harus menjadi bagian dari kegelapan?”
    “Aku tak perduli. Aku matipun akan tetap menjadi bagian dari kegelapan. Setidaknya bila aku hidup aku bisa melindungi Sebastian dan lagi aku tak mau tubuhku digunakan oleh orang yang tak kuketahui wujudnya.”
    “Walaupun kelak kau harus menggantikan posisi Raja di Utara?”
    DEG
    Menjadi Raja Kegelapan di Utara?
    “YA! Apapun akan ku lakukan!”ucapku mantap.
    “Ukh….khu…khu..khu…hu…hu…ha…hahahhahahahhahahahha.”tawanya aneh membuat tubuhnya bergetar dan mebuat luka di tubuhnya bertabah dalam.
    “A-apanya yang lucu!?”
    “Kau, malaikat sepertimu demi seorang manusia- haha- rela menjadi bagian kegelapan- hahaha- lucu, lucu sekali.”
    “Kau tak tahu apa-apa jadi diam saja!”
    “huhuhu- ukh- baiklah, kau akan mengabulkan permintaanmu.”ucapnya lalu perlahan-lahan darah yang terjatuh di bawah tubuhnya bergerak seperti sulur dan mendekatiku. Menarik diriku menuju arahnya semakin dekat hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya di tengkukku. Berdebar, entah karena takut atau gugup jantungku berdebar kencang.
    “Hiduplah dalam kegelapan sayang. Kuserahkan seluruh jiwa, raga dan kekuatanku padamu. Dan gantikan aku memimpin kaumku yang masih tersisa di dunia ini. Jadilah Raja untukku.”ucapnya pelan dan lembut menenangkan dan setelahnya yang kurasakan hanya rasa sakit terkoyak dan perih di tengkukku.
    “Akh! AAARRRRGGGGGHHHHHHHH!!!!!!”
    Kurasakan suatu aliran kekuatan yang bergerak memaksa masuk kedalam tubuhku, membuat kepalaku pusing dan berkunang-kunang. Kurasakan suhu disekitarku semakin menurun membuat tubuhku yang bergetar kesakitan menjadi menggigil kedinginan sampai akhirnya aku tak dapat menahan rasa sakit dan dingin ini hingga kegelapan menelan kesadaranku.
    “Kuserahkan hidupku sebagai Raja Utara padamu, sayang. Lalu balaskanlah dendammu.”

    CIEL P.O.V END

    ──── Master ‘D ────

    Tersadar dari tidurnya, hal pertama yang dirasakan oleh Ciel adalah rasa sakit yang menjalar keseluruh tubuhnya terutama di punggung. Masih jelas dalam ingatannya, punggung yang penuh luka itu tercabik-cabik saat sayap hitam besarnya muncul. Untuk pertama kali setelah bertahun-tahun sayapnya yang selama ini ‘tertidur’ dibangunkan, biasanya hanya menggunakan aura sayap itu untuk dapat melayang saja sudah sangat sakit, apalagi bila sayap itu benar-benar muncul?
    Tentu kalian ingat saat Ciel pertama kali muncul di hadapan Sebastian lalu saat di Paviliun dan Hutan Utara, itu adalah aura sayapnya yang ia keluarkan baik secara sengaja atau tak sengaja. Hanya aura tipis dan kecil saja sudah sangat menyakitkan, lalu bagaimana dengan bentuknya yang nyata kini? Jelas saja Ciel merasa tersayat-sayat tubuhnya.
    Hnnn~ ya, membahas sesutu yang disayat membuat Ciel teringat akan mimpinya itu. Pemuda yang mengaku sebagai Raja Utara kalan Vampire sekaligus dirinya yang tertidur dalam kegelapan. Perlahan disentuhnya lehernya yang terasa agak sakit dan keram ada jejak keringat yang mengelir disana.
    “Ciel?” terdengar suara baritone dari dekat Ciel, perlahan dirasakannya sebuah tangan yang menyentuh keningnya.
    “Sebas-tian?”
    “Ciel, syukurlah demammu sudah turun.”
    “Sebas-tian, ini di-mana?”
    “Kita masih ada di wilayah utara. Kua tak sadrakan diri selama empat hari karena demam. Bagaimana keadaanmu sekarang?”
    “Aku baik-baik saja.”ucap Ciel seraya bangun dari tidurnya hendak mengambil posisi duduk.
    “Ciel? Rambutmu..”
    “Eh?Ada apa Sebastian?”
    “Rambutmu kenapa?”
    “Rambut?” perlahan di sentuhnya rambut kelabunya yang halus itu, dari kepala lalu turun…turun..turun..tur-
    Eh?
    Kenapa rambutnya pendek? Kemana rambut panjangnya?
    Selain itu dia juga merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, ada sesuatu yang berubah. Perlahan ia bangun dan berjalan mendekati cermin yang ada dikamar itu. Tampak dipantulan cermin itu seorang pemuda berambut kelabu pendek dengan mata kelabunya yang berkilau indah, kulit yang putih porselen dan sesuatu yang menggunduk di bagian bawah perutnya. Panic, lalu Ciel mendekati Sebastian dan mendorong tubuh pemuda itu keluar ruangan setalahnya ditutupnya pintu ruangan itu rapat-rapat dan tentu saja tak lupa ia kunci.
    “Ciel? Ciel kau kenapa? Buak pintunya!”teriak Sebastian dari luar, tapi tak di gubris oleh sosok malaikat yang saat ini tengah panic sendirian. Perlahan di rabanya seluruh tubuhnya mulai dari ujung rambut lalu turun ke leher, dada, perut, dan bagian bawah perutnya hingga tangannya menyentuh sesuatu yang menggunduk disana.
    “Bohong! Kenapa bisa?”teringat akan wajahnya yang terpantul dicermin membuat Ciel membayangkan sosok Raja Utara dalam mimpinya yang tentusaja membutanya mengerti akan kondisi tubuhnya.
    “KENAPA BISA BEGINIIIIIIIII!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
    Teriaknya frustasi. Yahh, siapapun pasti frustasi bila tubuhnya tiba-tiba berubah tanpa keinginannya. Ya, saat ini tubuh Ciel telah berubah, kini dia adalah seorang malaikat lelaki. Dia telah melewati masa ‘Kedewasaannya’ tanpa ia sadari dan pasti ini akibat dari kekutatan kegelapan milik  Raja Utara itu.
    “TTTIIIIDDDAAAAKKKKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!!!”
    -TBC_

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan