• Posted by : Yuuki Jumat, 08 Mei 2015



    Bagi Sasuke tak ada yang lebih berarti dari membalaskan dendam akan kematian seluruh klannya. Ia takkan memperdulikan apapun yang terjadi di sekitarnya, dan siapa yang ada di sekitarnya. Namun tak selamanya anak Uchiah itu akan bersilap seperti itu. Seperti saat ini, ia tengah menatap sosok pirang di kejauhan sana yang tengah menyendiri di pinggir danau dekat distrik Uchiha. Ia kenal anak itu. Bagaimanapun itachi pernah mengajak anak itu datang kerumahnya dulu dan ibu serta ayahnya sangat menyayangi anak itu. ‘dia anak yang baik. Kau sangat beruntung bila bisa berteman dengannya.’ Itu yang ibunya katakan ketika menanyakan kenapa anak itu diijinkan sering main ke kediamannya. ‘dia anak yang sangat manis, saking manisnya sampai-sampai aku harus melindunginya dari orang-orang jahat. Ku harap kaupun  bisa melakukannya Sasuke.’ Dan itu adalah jawan dari kakaknya ketika ia bertanya kenapa itachi selalu berada di samping anak itu.
    Waktu itu Sasuke sangat membenci anak pirang itu. Keberadaannya merebut perhatian kakak dan orang tuanya, orang-orang di klan Uchiha juga tampak sangat menyayanginya. Oleh karena itu dulu dia selalu bersikap dingin dan membantu Menma mengerjai anak itu walau ia tak tahu apa hubungan anak pirang itu dengan sahabatnya.
    Tapi tepat tiga hari setelah pembantaian keluarganya ia melihat kenyataan dari anak itu. Orang-orang yang awalnya hanya diam ketika melihat anak itu kini mulai mencaci maki dan melemparkan barang-barang padanya mulau dari batu, tomat busuk hingga ke kunai ataupun shuriken. Tak jarang ia mendengar isu mengenai kutukan rubah berekor sembilan yang melekat pada anak itu. ‘anak itu pembawa sial. Siapapun yang ada di dekatnya pasti akan mati. Itu kata salah satu warga yang tak sengaja ia dengar.
    Saat itu Sasuke berpikir bahwa anak itulah yang menyebabkan kesialan terjadi pada klannya. Pasti anak itu yang menghasut itachi untuk membantai klannya. Dan saat itu pula Sasuke mulai membenci Naruto.
    Kingitsune
    †††
    By : Ayuni Yukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,

    Pagi hari di desa Konoha yang damai, burung-burung berkicau menyuarakan semangar pagi ayam-ayam berkokok membangunkan para warga. Disebuah apartemen sederhana di kawasan pemukiman warga sipil tampak sesosok pemuda bersurai pirang tengah bergelung dalam selimut hangatnya yang tebal, seekor rubah orange besar turut bergelug di bagian kaki tempat tidur menghangatkan kaki yang tak tertutup selimut itu. Jam weker di samping tempat tidur berbunyi membuat rubah orange besar di kaki tempat tidur mengernyit. Dengan gerakan yang malas rubah itu bangun dan menyuap, ia menggosok kepalanya yang gatal dengan kaki depan kirinya. Merasa bahawa kesadarannya sudah pulih kembali rubah itu lalu dengan perlahan berjalan menuju bocah pirang yang masih tertidur itu. Dengan kaki depannya rubah itu menepuk-nepuk kepala si anak dengan pelan.
    Uuhh~ 5 menit lagi nii-chan~” gumam anak itu dan menutupi seluruh kepalanya dengan selimut. Merasa kesal rubah itu turun dari tempat tidur, rahangnya menggit ujung selimut dan menyentakkannya dengan kuat membuat selimut itu tertarik dan sosok yang tergulung di dalamnnya terjatuh ke lantai. “ Ukh. I-tai~” pemuda pirang itu menggosok-gosok dahinya yang memarah karena terbentur lantai.
    ‘BANGUN GAKI. KAU ADA LATIHAN HARI INI KAN.’ Rubah orange itu menepuk-nepuk surai pirang Naruto dengan pelan sesekali mengusapnya hendak menghilangkan rasa sakit.
    “Pasti sensei itu telat nii-chan. Nii-chan ingat cerita ‘Tachi-nii tentang seniornya yang sering telat itu kan.” Menguap pelan Naruto mulai bangkit dan meletakkan selimutnya kembali ke tempat tidur. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju arah kamar mandi sedangkan rubah orange itu telah lenyap keberadaannya.
    .
    “Naruto bodoh itu kenapa belum datang juga!” gadis bermata emerald itu tampak sedang sangat kesal hari ini. Ia sudah berada di lapangan sejak pukul setengah lima pagi dan ini sudah pukul sembilan pagi. Sensei yang membuat janji belum juga datang ditambah dengan teman bodohnya yang sangat ia benci juga ikut telat. Kalau saja ia tak jaga image karena keberadaan dua pemuda tampan didekatnya pasti sekarang dia sudah berteriak-teriak marah.
    Tak selang bebetapa lama dari kejauhan tampak seorang pemuda pirang dengan jumsuit orangenya berjalan dengan pelan menuju arah Sakura. Ia terlihat sangat santai dengan kedua tangan yang terlipat dibelakang kepala, pandangannya tertuju ke arah pepohonan di sekitarnya.
    “Naruto bodoh! Kau kemana saja hah! Kau tak tahu ini jam berapa hah?” dengan tangan terkepal gadis itu menunjuk Naruto yang baru saja tiba dihadapannya. Naruto sampai harus menutup telinga karena teriakan kencang yang ia terima tepat didepan wajahnya. Sementara dua teman setimnya hanya acuh tak perduli.
    BOOFF BOOFF BOOFF
    Kepusal asap tebal muncul tepat dibelakang Naruto, seluruh perhatian tim itu terarap ada ojek asap yang mulai memudar. “Maaf aku terlambat tadi aku tersesat di jalan yang bernama kehidupan.” Sosok dibelakang Naruto memulai salamnya dengan mata yang masih terarah pada buku orange di tangannya.
    “BOHONG!!!” lagi-lagi gadis bersurai bunga Sakura itu berteriak didepan Naruto dengan tangan yang kini menunjuk wajah si guru tidak sopan.
    “Maa~ maa~ karena semua sudah berkumpul. Ayo kita mulai ujiannya.” Kakashi mengeluarkan tiga buah lonceng dari kantong senjatanya. Menyodorkan ketiga lonceng itu kehadapan murid-muridnya. “Siapapun yang behasil merebut lonceng ini sebelum jam makan siang maka dia lulus ujian.” Kata Kakashi menarik kembali tangannya dan menggantungkan ketiga lonceng itu pada pinggangnya.
    “Lo-loncengnya ada tiga, sedangkan kami berempat. Apa yang akan terjadi pada yang tidak mendapatkan lonceng?” cicit Sakura, bagaimanapun dia sadar bahwa kemampuannya itu bisa dibilang tidak ada bedanya dengan Naruto.
    “Loncengnya memang ada tiga. Jadi kalian harus berlomba mendapatkannya. Yang tidak berhasil mendapatkan lonceng akan gagal dan ku kembalikan ke akademi.” Mata sebelah Kakashi memandang anak didiknya dengan tajam membuat Sakura yang ada didepannya menjadi tegang.
    “Manamungkin kau berani mengembalikan kami ke akademi. Itu akan membuatmu berada dalam masalah.” Menma menjawab dengan santai, kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya.
    “Tentu saja aku bisa. Aku memiliki hak untuk menentukan siapa saja yang pantas menjadi genin yang harus ku bimbing. Sekarang juga kita mulia. Bersiap!” Kakashi memberikan aba-aba sambil meletakkan sebuah jam weker di atas sebuah tiang kayu di dekat sana.
    “Tu-tunggu Sensei!” tahan Sakura, jujur ia belum siap bila harus bertarung sekarang.
    “MULAI!” dan semua anak-anak itu menghilang dalam kecepatan tinggi, bersembunyi, kecuali Naruto yang kini dengan kecepatan lumayan kencangnya menerjang Kakashi dengan sebuah kunai yang mengarah langsung pada lehernya.
    Tangan kanan Naruto yang memegang kunai berhasil ditahan Kakashi dengan mudah, dengan segera tangan kiri Naruto melancarkan pukulan kearah perut Kakashi namun dengan gerakan lincah Kakashi menahan tangan kiri Naruto dengan tangannya yang masih menahan tangan kanan Naruto. Tak menyerah dan merasa dirinya tertangkap Naruto menendang perut Kakashi dan memberikan dorongan pada kedua tangannya membuat Kakashi terdorong kebelakang dan Naruto berhasil melepaskan diri dari cengkraman Kakashi.
    Dengan cepat Naruto berlari dan mengambil tempat sembunyi yang setrategis dengan menekan serendah mungkin aura keberadaannya. Dari bawah pohon yang rindang Naruto dapat melihat Kakasih yang masih berdiri dengan tenang sambil membaca buku orange favoritnya.
    .
    Sasuke saat ini tengah bersembunyi di atas dahan pohon yang rindang, di sampignya ada sosok Sakura yang sedang berusaha mengatur nafasnya yang tampak terputus-putus dengan keringat yang menetes di dahinya. Sasuke hanya mendengus pelan tak perduli akan keadaan Sakura. Sedari tadi dia melihat bagaimana Naruto yang dengan gegabahnya menyerang Kakashi tanpa persiapan walau akhirnya ia berhasil lolos dan menyembunyikan dirinya. ‘Dobe’ batin Sasuke, dengan segera ia pindah posisi persembunyian saat melihat Kakashi menatap kearah tempat persembunyiannya. Dia ketahuian.
    Kini ia tengah bersembunyi di antara semak didekat persembunyian Naruto, entah kenapa ia mersa penasaran akan kemampuan Naruto yang jarang diperlihatkan. Dari kejauhan ia bisa mendengar teriakan histeris Sakura yang melengking ‘Bodoh’. Yang menjadi pertanyaannya adalah kemana perginya Menma? Sebelumnya ia masih bisa merasakan bereadaan Menma di pepohonan dekat sungai tapi sekarang keberadaannya lenyap tak terasa.
    .
    Menma sedang kesal. Sangat kesal. Diatara semua jounin pembimbing kenapa harus orang-orangan sawah itu yang menjadi gurunya. Apa ayahnya tak tahu bahwa sejak pertemuan pertama mereka Menma sudah membenci lelaki itu. Saat itu Menma sedang mengerjai Naruto dengan bantuan para warga, saat sedang asik-asiknya melihat kembaran yang dibencinya itu tersiksa, orang-orangan sawah itu malah muncul dan menghentikan kesenangnnya dan pandangan mata malas yang diberikan lelaki itu selalu berhasil membuat Menma naik darah merasa diremehkan. Lalu sekarang orang-orangan sawah itu ingin mengetes kemampuannya? Yang benar saja. Mana mau dia jadi bahan mainan lelaki tak punya semangat masa depan itu.
    Saat ini Menma tengah bersembunyi di dalam sungai, dengan menggunakan cakra anginnya ia berhasil membuat gelembung udara yang melindungi sistem pernafasannya. Ia dapat merasakan keberadaan Sasuke, Sakura dan si orang-orangan sawah dengan jelas, tapi diaman Naruto berada?
    Selama ini dia penasaran, bagaimana mungkin anak yang tak pernah menjalani pelatihan dari seorang ninja bisa menyembunyikan keberadaannya setipis itu? Mungkin kenyataan bahwa dia tak memiliki cakra itu membuat dia menjadi sulit ditemukan. Heh. Anak seperti itu mana mungkin bisa bertahan menjadi ninja, pasti di misi pertama saja dia sudah mati.
    Merasa bosan Menma akhirnya memutuskan untuk muncul kepermukaan, tapi yang ditemukannya di permukaan sana bukanlah senseinya yang tengah membaca buku melainkan kembarannya yang tampak tengah memancing ikan dengan umpan seekor cacing, didekat kembarannya itu ia melihat sebuah ember yang sudah berisi tiga ikan tangkapan yang lumayan besar.
    Kedua mata beriris identik itu saling lirik selama beberapa detik hingga akhirnya Naruto memutuskan kontak karena umpannya termakan ikan dan Menma memutuskan untuk pergi mencari si guru mesum. Naruto kembali melempar kailnya dengan tenang tak memperdulikan acara tatap mata sebelumnya, ia memperhatikan kailnya yang bergoyang terbawa arus sungai yang tenang dan seekor ikan yang mulai mendekati umpannya. Dari kejuahan kembali terdengar teriakan histeris Sakura yang mebuat ikan yang awalnya akan memakan umpan Naruto kabur. “Bodoh.” Umpat Naruto saat ikan itu bukan hanya kabur tapi juga berhasil mencuri umpan di kailnya.
    Kembali ke Menma yang saat ini berdiri di depan Sasuke yang badan tertanam di bawah tanah, di sampingnya Sakura tergeletak tak sadarkan diri dengan posisi yang tak elit. “Manikmati pemandangan didepanmu Uchiha?” sindir Menma mengingat posisi terlentang Sakura dengan kaki mengangkang tepat di depan wajah Sasuke.
    “Berisik Namikaze. Bisa kau keluarkan aku dari sini!” dengan wajah kesal dan sedikit rona merah di pipi Sasuke meminta-memerintah- kepada Menma yang hanya mendengus dan terkekeh. “Kapan lagi kau bisa menikmati posisi yang sebagus ini pantat ayam.” Goda Menma sambil membantu mengeluarkan tubuh Sasuke dari dalam tanah.
    Uchiha bungsu itu hanya mendengus dan menyikut Menma saat seluruh tubuhnya sudah terbebas namun berhasil dihindari. “Sensei gila itu benar-benar kuat. Dia berhasil menjebakku dengan tipuan dan membenamkan tubuhku.” Dengan kedua tangannya Sasuke membersihkan debu-debu yang menempel pada tubuhnya gerutuannya yang didengar oleh Menma membuat sang Namikaze terkekeh. “Bilang saja kalau kau berhasil di bodohi.” Satu deathglare meluncur mulus kepada Menma namun tak dihiraukan oleh si korban. “Lakukan sesuatu dan selesaikan ujian menyebalkan ini.” Bocah Namikaze itu berjalan mendahulaui Sasuke tak memperdulikan Sakura yang masih tak sadarkan diri. Di belakangnya Sasuke mengikutin dengan acuh, masih sibuk mengumpat di dalam kepalanya.
    .
    “Wahh~ tangkapanmu banyak juga Naruto.” Suara malas terdengar dari sebelah kiri Naruto. Bocah pirang itu sadar bahwa sedari tadi guru aneh itu selalu memperhatikannya.
    “Iya banyak. Lumayan untukku makan hingga besok siang.” Dengan wajah polos Naruto tetap memancing tak memperdulikan kerutan yang muncul di dahi si guru.
    “Kau tahu hari ini kau sedang dalam ujian kan?” tiba-tiba hawa di sekita Naruto muali dingin. Dengan kikuk dia mengangguk menjawab pertanyaan Kakashi. “Lalu kenapa kau malah memancing disini hah!?” satu jitakan meluncur mengenai kapal Naruto. Bocah itu meringis mengusap kepalanya yang agak benjol.
    “Aku memancing untuk bekal makanku hari ini dan besok. Aku kan tidak seperti sensei yang sudah bekerja dan mendapat gaji. Aku juga tak seperti anak lain yang bisa meminta kepada orang tuanya.” Dengan bibir yang di majukan dan pipi yang mengembung Naruto menggerutu, matanya tampak agak basah menahan sakit dari jitakan yang ia dapat.
    “Kalau begitu ujianlah yang benar. Kalau kau lulus kau bisa menjadi ninja dan mendapatkan uang dari misi, kau juga bisa mengabdi pada desa Konoha ini.” Suara Kakashi melembut, sadar akan posisi tak menguntungkan yang dimiliki Naruto.
    “Kalau menerima uang misi aku sih mau saja, tapi kalau mengabdi pada Konoha? Buat apa. Konoha tak memerlukan anak seperti ku bukan?.” Dengan perlahan Naruto menancapkan kailnya di atara celah bebatuan sungai, ia berjalan menjauhi si guru yang memperhatikannya penuh tanya.
    Tepat beberapa meter dari Kakashi Naruto melempar empat kunai ketitik kepala dan kaki dari si guru yang dengan cepat dihindari, tak hanya sampai disitu. Dibalik jumsuit orange yang Naruto kenakan ia mengeluarkan sebuah pedang sepanjang satu meter bergagang hitam dengan ukiran Sakura di sarung nya. Sebuah gantungan berlambang Uzumaki dan dua lonceng emas bersuara nyaring menghiasi bagian ujung gagang pedang. ‘Aku tak tahu kalau dia bisa menggunakan pedang’
    Dengan tangan kanan yang memegang pedang dan yang kiri yang membawa kunai Naruto menerjang Kakashi, pertama-tama ia mengarahkan kunai di tangan kirinya pada kepala Kakashi dan berhasil di tahan dengan menggenggam tangan kiri Naruto, setelah jarak mereka cukup dekat Naruto mengarahkan tebasan pedangnya pada bagian perut Kakashi dan berhasil menggores pakaian jounin yang ia kenakan.
    Lelaki bersurai abu-abu itu mengambil jarak satu meter dari posisi Naruto. Matanya menatap posisi tubuh Naruto yang kini sedang memasang kuda-kuda dasar taijutsu. “Kau ternyata bisa kenjutsu ya Naruto. Siapa yang mengajarkanmu?”
    “Sensei tentu tahu bahwa tak ada satupun orang di Konoha ini yang mau melatih monster sepertiku kan Kakashi-sensei?” pedang di tangan kanannya Naruto ayunkan dengan pelan membelah udara menggesek permukaan menghasikan debu. Ekspresi wajahnya tenang namun matanya tampak kosong. Dari kejauhan tampak Menma dan Sasuke yang tengah menonton dengan wajah flat mereka. “Bersyukur sebelum dia pergi, ‘dia’ sempat mengajariku bagaimana cara mempertahankan diri saat di serang dan bagaimana cara menyerang balik.” Dengan satu lompatan Naruto menerjang Kakashi, pedangnya ia ayunkan dengan kencang membelah udara. Kakashi berhasil melompat mundur tapi sebuah kunai dilempar Naruto dan mengenai tepat dileher.
    BOOFF
    Kepulan asap tiba-tiba muncul dengan sepotong kayu tertancap kunai jatuh ketanah. Naruto mendecih singkat, mata birunya yang menajam dan kosong mengeksplorasi seluruh area lapangan, ia dapat melihat Menma dan Sasuke yang sedang menontonnya di bawah rindang pohon dengan wajah datar mereka juga Sakura yang sedang menatapnya dengan raut horror. “Kalau boleh tahu ‘dia’ siapa yang kau maksud Naruto-kun?” di atas sungai tampak Kakashi yang tengah berdiri santai dengan tangan kanan memegang buku orangenya dan tangan kiri masuk ke kantong celana.
    “Anda tahu pun tak ada gunanya Sensei.” Naruto mengambil sebuah kunai lagi di dalam kantong senjatanya. Kali ini ia mengambil kunai yang sisi tajamnya lebih panjang dari yang sebelumnya.
    “Yah. Kau benar. Berhubung kalian sudah berkupul akan ku ajarkan tehnik yang dibutuhkan oleh seorang ninja. Pertama,  Taijutsu.” Dengan lompatan kencang Kakahi menejang Naruto, menahan kepala dan tangan kanannya yang memegang pedang. Posisi Naruto saat ini sangat tidak menguntungkan, tangan kanannya yang membawa pedang sangat sulit di gerakkan dan ia juga tak bisa melihat posisi Kakashi yang berada di belakangnya. Namun ada satu keputusan nekat yang ia ambil. Dengan tanpa sepengetahuan Kakashi, Naruto memutar badannya kearah kanan dan menusukkan kunainya ke pinggang kanan sang guru. Berkat pengalamannya di dunia ninja selama bertahun-tahun Kakashi berhasil menghindar dengan mudah kembali ke atas sungai.
    “Kedua. Ninjustu.” Dengan cepat kedua tangan Kakashi membentuk segel justsu yang lumayan panjang. “Suiton : Suiryuudan no Jutsu ” tepat setelah pelafalan jutsu itu air di bawah kaki Kakashi bergejolak dan membentuk wujud naga air lalu menerjang Naruto.
    Sedari awal Kakashi membentuk segel Naruto sudah punya firasat buruk mengenai jutsu apa yang akan digunakan sang guru. Yang menjadi perhatiannya adalah aliran sungai yang tenang namun perlahan mulai bergejolak lama kelamaan. Tepat saat sang guru menyerukan jurusnya Naruto melompat menuju pohon tinggi terdekat. Sedikit terlambat memang tapi setidaknya ia bisa terselamatkan dari terjangan air mengerikan itu.
    Dari atas sana ia dapat melihat air yang mulai surut dan tanah di bawahnya menjadi becek serta beberapa pohon yang tak terlalu kuat menahan terjangan air tumbang. “ASTAGA!” dengan segera Naruto turun dari pohon dan berjalan menuju arah sungai. “IKAN-IKAN KU!” seru Naruto, ia terlihat sangat frustasi dengan kedua tangan yang mengacak-acak kepalanya kesal. “Awas saja Sensei mesum itu! Akan ku balas perbuatannya kepada nasib ikan-ikan ku.”
    “Tenang saja Naruto. Nasib ikan mu aman.” Suara sang sensei kembali terdengar dari pepohonan di belakang Naruto. Naruto dapat melihat sang sensei sedang berjongkok di atas dahan pohon, di tangan kirinya tergantung ember ikan hasil pancingan Naruto. Matanya tampak memperlihatkan senyum ramah tapi Naruto tak terpengaruh sedikitpun. Sebuah kunai meluncur menuju arah sang sensei membuat lelaki itu refleks menghindar ke arah dalam pepohonan dan menjatuhkan ember Naruto. “MAKANANKU! AWAS KAU TEME!” teriak Naruto sambil berlari menuju ember dan ikannya yang berserakan di tanah. Sementara sosok pelaku pelemparan kini tengah melakukan serangan kepada sang sensei bersama Menma.
    Dua pemuda bersurai raven itu saling bekerja sama, dengan kecepatan mereka masing-masing mereka berhasil menggiring Kakashi menuju area terbuka tempat Naruto berada. “Katon : Goukakyu no Jutsu” “Fuuton : Kame Kaze” dua ninjutsu level B itu bersatu menerjang arah Kakashi-sensei berada. Dedaunan dan rumput-rumput yang dilewatinya terbakar dengan seketika. “Dotton : Fukyuu no Hashira” sebuah tembok besar terbentuk tepat didepan Kakashi menghalangi serangan dari justu Sasuke dan Menma. Kakashi mengambil nafas lega, dua muridnya ini memang tak bisa diremehkan. Namun belum sampai dia merilekskan badannya sebuah pedang terhunus tepat di punggungnya dan sebuah kunai melesat kencang memutus tali yang mengikat tiga lonceng di pinggang Kakashi. Tak hanya sampai di sana, setelah ketiga lonceng itu terjatuh dan menghasilkan suara yang nyaring Sasuke muncul dari arah samping kiri dengan melancarkan sebuah tendang yang dengan segera di hindari Kakashi dengan melompat ke kanan. Saat ia hendak mengambil lonceng yang terjatuh itu sebuah suriken melesat hampir melukai tangannya. “Jangan lengah pemalas.” Suara Menma terdengar dari arah belakang Sasuke, di tangannya telah bersiaga dua suriken lainnya.
    Mengambil celah yang ada dengan pedang sepanjang satu meternya, Naruto menebas tanah tempat ketiga lonceng itu tergeletak membuat ketiga lonceng itu terangkat ke udara dan dengan sekali ayunan Naruto membelah lonceng itu. Ketiga orang yang menyaksikan itu terkejut dan heran. Mereka terdiam memandang lonceng yang terbelah itu jatuh ke tanah. “Apa maksudmu ini Naruto?” suara Sasuke memecahkan keheningan pertama kali, ia memandang Naruto dengan benci namun sosok pirang itu tak perduli dan dengan santai menyarungkan pedangnya kembali membuat lonceng yang ada di gagang pedangnya berbunyi dengan merdu.
    “Suara lonceng itu tak indah, membuat suara lonceng emas milikku terganggu.” Bersamaan dengan itu dering jam weker yang telah di setting sang sensei bersunyi, pertanda waktu untuk ujian telah selesai. Tak jauh dari sana tampak Sakura yang tengah berlari mendekat dengan kepalan tangan yang siap di arahkan kepada Naruto. “Dan lagi buat apa aku harus besusah payah merebut lonceng bodoh seperti itu? Tanpa merebutnya pun aku sedah memiliki lonceng ku sendiri.” Naruto berjalan meninggalkan tempat keempat orang itu berada, ia berjalan menuju arah ember yang sudah ia selamatkan. “Sensei, kalau kau ingin mengajarkan bagaimana harus bekerja sama dalam tim maka jangan libatkan aku. Orang sepertiku takkan bisa bekerja sama dengan siapapun. Benarkan Namikaze-bochama?” dengan tangan kiri membawa ember dan tangan kanan memikut pedang di bahu Naruto meninggilkan tim nya begitu saja.

    TBC

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan