• Posted by : Yuuki Kamis, 14 April 2016


    Kin Kitsune no Ishi
    †††
    By : Ayuni Yukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,

    Astaga! Apa-apaan tadi itu? Wanita itu menakutkan sekali!’ batin Sakura yang kini masih berlari menuju kelasnya. Dalam pikirannya masih terbayang sosok mengerikan dari Futakuchi Onna yang sejak awal ia memasuki atap terus menatapnya dengan tatapan tajam. Ia masih bisa mengingat mulut menyeramkan bergigi tajam yang ada di kepala wanita itu tengah menyeringai saat ia menatap wanita jejadian itu dengan takut.
    Dengan nafas terengah gadis bersurai buble gum itu berlari, terhenti beberapa detik untuk menarik nafas dalam. Kakinya sudah gemetaran karena takut dan ia merasa sudah berlari sukup lama tapi kenapa kelasnya tetap saja terasa jauh? Padahal jarak antara pintu atap dan kelasnya lumayan dekat. Astaga gadis itu ingin sekali berteriak frustasi.
    Saat berhenti ke sekian kalinya untuk mengambil nafas barulah gadis itu merasa ada yang ganjal, lorong-lorong kelas tampak lengang padahal seingatnya ini masih jam istirahat siang tapi kemana perginya siswa-siswa itu?
    ‘KAU MENGGANGGU!’ suara yang terdengar percamuran antara berbagai jenis nada itu terdengar sangat menyeramkan di telinganya. Hawa dingin membelai kakinya yang membeku lalu merambat naik menuju tubuhnya terus naik hingga dadanya membuat gadis manusia itu merasa tercekik, uap dingin muncul saat ia menghembuskan nafas.
    Keringat dingin mulai bermunculan pada dahi Sakura, tubuhnya bergetar kaku bahkan untuk menggerakkan seujung jaripun ia sulit.
    Didepannya tampak Kuchisake Onna dengan rambut panjangnya hingga tergerai di lantai tengah menyeringai, dapat dia lihat taring-taring panjang yang mencuat keluar dari belakang kepalanya. Mata wanita yang sebelumnya tampak perak itu kini berubah menjadi semerah darah. Helaian rambut panjangnya entah sejak kapan telah mengikat tubuh Sakura dengan erat membuatnya sangat sulit untuk bergerak.
    Dengan mata penuh rasa lapar wanita siluman itu mendekat, tangannya yang berkuku panjang telah bersiap untuk mencabut jantung berdetak didepannya. Dengan sekali ayunan, tangan itu telah berhasil membuat luka pada tubuh gadis Haruno.
    .
    “Hentikan itu Hinata.” Suara baritone tenang menghentikan tangan picat untuk membuat luka yang lebih dalam. “Naruto akan sangat membencimu jika kau membunuh perempuan itu.”
    DIA PENGGANGGU! TAK ADA YANG BOLEH HIDUP SETELAH MENGETAHUI RAHASIAKU.” Wanita siluman itu menggeram. Matanya menatap pemuda Uchiha di belakang Sakura dengan benci. “HANYOU SEPERTIMU LEBIH BAIK TAK IKUT CAMPUR. RENDAHAN!
    “Lebih baik kau tutup mulutmu. Tidakkah kau sadar bahwa orang yang selama ini kau gila-gilai juga seekor Hanyou!” mata onix pemuda Uchiha itu menajam dan mulai memerah dengan tiga magatama yang melingkari pupilnya. Mata itu membuat wanita siluman didepannya bergetar takut. Perlahan melepaskan ikatan di tubuh si gadis Haruno dan menarik tangannya yang masih berada di dada satu-satunya manusia normal disana.
    “Kau jagan menakuti Hinata-chan seperti itu Teme!” suara cempreng dan ceria mengalihkan dua sosok bukan manusia itu. Tepat di belakang si Uchiha tampak pemuda bersurai pirang tengah berjalan dengan santai. Kedua mahluk yang sebelumnya saling berperang tatap itu menatap si pemuda pirang dengan pandangan yang berbeda-beda. Pandangan memuja dari si wanita siluman dan pandangan mengejek dari si pemuda Uchiha.
    “Sebaiknya kau urus pasienmu dengan benar Dobe. Jangan sampai mereka berbuat keributan. Apalagi wanita mengerikan yang satu ini.”
    “Kau jadi banyak omong ya Teme~” perkataan dengan nada mengejek itu tak dihiraukan oleh Sasuke, dia terus memperhatikan pergerakan pemuda bersurai pirang yang berjalan mendekati tubuh Sakura yang sudah jatuh terduduk di lantai.
    Dengan perlahan Naruto mengusap kepala bersurai bunga sakura itu, namun sebelum tangan itu berhasil menyentuh, sebuah tangan telah menangkisnya. Siswi bermata hijau itu kini telah menatap Naruto dengan penuh ketakutan dan benci. “MONSTER!”
    Mata biru sapphire yang cerah itu seketika terselimut mendung. Kilasan masalalu secara tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Tersentak perlahan saat merasakan elusan lembut dikepala yang dilakukan oleh sahabatnya, Naruto mengembalikan pancaran hangat yang ada di matanya, Dengan sekali jentikan suasana di tempat itu telah berubah. Ruang kelas yang sebelumnya kosong kini terisi kembali dengan siswa dan guru yang mengajar. Sinar matahari mulai terasa hangatnya dan lantai lorong yang dingin mulia dapat dirasakan. Dengan perlahan pemuda pirang itu menuntun Sakura bangun. Mengusap lengan baju pelan seolah-olah ada debu yang menempel disana. “Jaga mulutmu. Atau wanita itu akan merobeknya hingga tak bersisa.”
    Tubuh gadis Haruno itu bergetar pelan mendengar ancaman dari pemuda bersuari rave dibelakangnya. “AKU AKAN SELALU MENGAWASIMU DALAM KEGELAPAN” ancaman lain muncul dari wanita siluman yang perlahan menghilang.
    “Ayo Dobe!” dengan kasar Sasuke menarik tangan Naruto yang masih mengusap kepala Sakura dengan lembut. Pemuda pirang itu hanya tersenyum cerah melambaikan tangan pada Sakura yang dibalas dengan tatapan ketakutan.
    .
    “Kau cemburu Teme~?” sindiran itu diberikan Naruto pada Sasuke yang berjalan mendahuluinya. Tak ada jawaban membuat seringai jahil terukir mulus di wajah caramel itu. “Ahh~ ‘Tachi-nii~ adikmu yang tampan dan manis ini sedang cemburuu~” ujarnya lagi yang kini berhasil membuat langkah Sasuke terhenti.
    BRAK
    Entah sejak kapan pemuda bersurai raven itu kini telah menahan tubuh ramping Naruto diantara dinding. “Sebaiknya kau jangan membuatku kesal Dobe. Atau kau akan tahu akibatnya.” Sasuke membisikkan ancaman tepat ditelinga Naruto yang langsung memerah saat merasakan hembusan nafas si Uchiha yang begitu dekat.
    Bite
    “Ng~” erangan kesil mengalun saat Sasuke menggigit telinga yang memerah itu. Dengan seringai puas terukir diwajahnya dia melepaskan kungkungan pada tubuh Naruto dan berlalu pergi meninggalkan Naruto yang masih meloading sekuhara yang dilakukan sahabatnya.
    “TTEEEEMMMMMMMMEEEEEEEEEE!!!”
    Well, apa mereka masih bisa dibilang sebagai sahabat ya?
    .
    .
    Api merah membara membakar rumah besar dengan bahan kayu itu. Teriakan minta tolong dan tangisan penuh rasa sakit melenyapkan keheningan malam. Langit yang gelap membara merah bersama salju putih yang terkontaminasi debu hitam.
    “Oeekkk~ Oekk~ Oekk~” tangisan bayi bersurai pirang memebuhi sebuah ruangan yang disinyalir sebuah Kuli. anak itu menangis dalam dekapan sang Ayah yang berselimut darah dan sangibu yang meregang nyawa karena malihkannya.
    Bayi itu harusnya kini berada dalam dekapan hangat ibunya dan meminum asi dengan tangan hangat ayahnya yang besar mengusap rambut tipisnya dengan lembut. Tapi takdir tak memberikannya kesempatan untuk merasakan kehangatan dekapan orang tuanya, tak memberikannya izin untuk merekam wajah orang tuanya.
    Sesosok pemuda beryukata hitam dengan corak bunga lycoris merah dengar perlahan berjalan mendekati dua tubuh tak bernyawa dan satu bayi yang kini masih menangis dengan suara yang serak. Surai merah panjangnya yang ia ikat tinggi berayun bersama dengan ekor-ekor kemerahnnya yang melambai pelan. Dengan lembut sosok itu membaringkan dua tubuh tak bernyawa itu berdampingan, kedua tangannya ia satukan, saling menggenggam. Setelahnya dia menggendong bayi yang baru saja dilahirkan itu dan mendekapnya dengan erat. “Ane-ue-sama…. Onmyouji-sama… anak kalian akan aku rawat dengan baik. Aku berjanji.” Telinga rubahnya yang sensitive tiba-tiba saja menegang, merasakan keberadaan sosok berbahaya yang mendekat. Mata crimsonnya menajam memandang pintu masuk lalu beralih pada sebuah mutiara biru sapphire sebesar bola tenis yang bercahaya keemasan di altar pemujaan.
    Bertepatan dengan munculnya sosok yang beraura berbahaya itu lelaki bersurai merah tersebut telah berhasil mengambil mutiara biru sapphire indah itu dan berlari menuju jendela yang terbuka, menghilang bersama bayi di tangan dan mutiara yang menjadi incaran banyak siluman. Mutiara Bulan Biru atau Mutiara Kehidupan atau Mutiara Keabadian.
    .
    .
    “Akhirnya anak itu datang juga ke dunia ini. Aku sudah menunggu sangat lama untuk bisa menemukannya. Kali ini akan kupastikan Mutiara itu akan menjadi milikku.” Sosok bayangan hitam yang kini tengah terduduk diatas singga sananya memandang sebuah cermin besar yang memperlihatkan seorang pemuda bersurai piran yang tengah tertidur didalam kelas yang kosong. Sosok bayangan itu menyeringai keji dengan mata merahnya ketika menemukan seorang pemuda bersurai reven tengah duduk dihadapan pemuda bersurai pirang. Mata onix pemuda itu menatap si pirang dengan lembut sedangkan satu tangnnya tengah menopang dagu dan satunya lagi mengusap surai pirang berantakan menenangkan. “Kau yang akan membawakan mutiara itu padaku Uchiha.”
    .
    Sappire yang terpejam itu seketika terbuka. Menatap lurus kedepan penuh resah dan tegang. Pemuda bersurai raven yang memperhatikannya sedari tadi hanya bisa mngerutkan kening. “Ada apa Dobe?” tangan alabaster pemuda itu mengelus keringat yang mengalir dipipi berkulit tan itu.
    Mengerjap pelan, pemuda bersurai emas itu berhasil mengumpulkan kesadarannya menatap pemuda didepannya dengat raut kelegaan. Tangan caramel itu meraih tangan alabaster yang kini terhenti dipipinya. Menggenggamnya erat mencari kehangatan. “Aku merasakannya. ‘Orang itu’ mengetahui keberadaanku. Dia tahu aku dimana.” Tubuh ramping itu bergetar pelan.
    “Tenanglah. Cepat atau lambat kau memang harus berhadapan dengannya. Itu takdirmu Dobe.” Satu tangan Sasuke yang awalnya ia gunakan untuk memangku dagunya kini telah beralih menggenggam kedua tangan Naruto. Menghangatkannya.
    “Ya. Kau benar.” Senyum hangat terpatri diwajah manis itu, membuat wajah yang biasnya dingin ikut menghangat.


    TBC

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan