Archive for 2015

  • KINGITSUNE 12

    0

    Kingitsune
    (Rubah Emas)
    †††
    By : Ayuni Yuukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
     Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, Shonen-ai, YAOI.
    Tak pernah ada yang menyangka bahwa perang besar akan terjadi begitu cepat. Semua mengira dunia sudah cukup damai dengan adanya Negara Elemental dengan Kage mereka yang kuat. Mereka dengan sombong dan penuh percaya diri membangg-banggakan bahwa Kage merekalah yang terkuat. Tanpa mereka sadari bahwa mimpi buruk dari masa lalu akan kembali menumpahkan darah.
    Perang dunia shinobi sudah hampir memasuki babak akhir. Berterimakasihlah kepada Uchiha Itachi dan Uchiha Sasuke yang telah membantu melepaskan pengguaan Jutsu Edotensei kepada para ninja yang dibangkitkan. Berkat itu lawan para aliansi shinobi telah berkurang dengan sangat drastic. Kini lawan mereka hanya tinggal Uchiha Madara. Uchiha Madara?
    Ya. Tak ada yang pernah menyangka awal dari segala penderitaan para Jinchuriki dan kehancuran dunia adalah pendiri dari Konoha. Konoha tentu merasa sangat terpukul akan hal tersebut. Tak manyangka bahwa ninja dari desa mereka lah yang akan membangkitkan monster yang bernaha Juubi.
    Saat ini Mizukage, Raikage dan Tsucikage sedang menghadapi serangan patung mokuton yang tiba-tiba muncul di area peperangan. Mereka bertanya-tanya siapa yang menciptakan patung itu. Sedangkan didua tempat yang berbeda Sasuke dan Menma tengah meregang nyawa.
    Menma jatuh tak sadarkan diri setelah Kyuubi di tarik dengan paksa oleh Madara yang bangkin sempurna setelah Obito dipaksa menggunaka tehnik Rinne Tensei. Saat ini Kushina yang datang bersama para Edotensei hokage terdahulu sedang berusaha menyalurkan cakra Kyuubi pada tubuh putra sulungnya. Wanita itu tak mau kehilangan putranya lagi, dan ia akan melakukan apapun untuk meyelamatkan putranya yang masih tersisa.
    Sementara Menma tengah menerima pertolongan dari Kushina, keadaan Sasuke tak bisa di bilang baik. Cakra dari Karin tidak mencukupi untuk menolong pemuda Uchiha itu. Sudah tak ada yang bisa dilakukan oleh para ninja untuk menyelamatkan sang Uchiha.
    .
    .
    “Bagaimana ini? Cakraku tidak cukup. Sasuke!” gadis Uzumaki itu menangis. Terusmenerus menyalurkan cakranya hingga tubuhnya mulai mengurus. Suigetsu dan Jugo yang ada di sampingnya hanya bisa tertunduk. Tujuan mereka kemari adalah untku membantu Sasuke. Tapi kenapa saat sampai di sini mereka malah terlambat.
    “Hentikan Nona.” Sebuah suara nan lembut mengalihkan perhatian ketiga ninja anggota Tim Taka itu. Di hadapan mereka telah berdiri seorang pemuda bersurai pirang panjang yang menunggangi seekor rubah merah besar berekor sembilan. Sembilan ekor keemasan milik pemuda itu bergerak dengan resah. Di tubuhnya terdapat magatama-magatama hitam dan putih yang menggantung menjadi kalung dan gelang.
    Turun dari tungganganya. Sosok pemuda dengan yukata biru muda bercorak lotus dengan haori putih keemasan itu berjalan mendekati tubuh Sasuke yang terbaring lemah. Bersimpuh di samping Sasuke, tangan tan berjari lentik itu menyentuh dada Sasuke yang terluka. Cahaya keemasan menyinai tubuh pemuda itu dan merambat ke tubuh Sasuke. Darah yang mengalir bergerak perlahan tertarik ke sumber luka. Setelah semua darah masuk kembali, luka mengaga di dada itu menutup dengan perlahan.
    .
    .
    Sasuke memandang kakek tua yang ada di hadapannya ini. Kakek tua yang mengatakan bahwa dirinya adalah reinkarnasi dari putranya Indra begitu pula dengan Menma yang reinkarnasi Ashura.
    Tapi kakek tua yang mengaku sebagai Petapa Rikudou itu juga berkata ia adalah reinkarnasi dari calon ketua klan tengu dari gunung Kurama. Indra adalah sosok pertama dari kelahiran sang Shinjirou dilanjutkan oleh Madara dan dirinya.
    Sebuah cahaya keemasan tiba-tiba menyelimuti Sasuke. Rikodou Sennin tersenyum lembut melihatnya. “Sasuke, sosok yang di tunggu oleh Shinjirou telah datang. Dia adalah adik bungsuku. Bantulah dia menunaikan tugasnya.”
    “Aku tak perduli dengan tugas dari adikmu itu!”
    “Sekarang kau mungkin akan berkata seperti itu. Tapi saat kau melihatnya. Hatimu dengan sendirinya akan membimbingmu menuju dirinya.”
    .
    Mata onix itu terbuka. Memandang langit yang menggelap dengan bulan terang tanpa bintang diatas sana. “Shinjirou. Tidak, Sasuke. Selamat datang.” Sosok pirang itu membantu Sasuke duduk.
    Sasuke kenal suara itu. Sasuke kenal sosok yang bersimpuh di sampingnya itu. Ia kenal dengan mata biru sapphire itu. Sebuah ingatan dalam sekejap memasuki pikirannya. Ingatan tentang seorang pemuda bersurai pirang panjanga yang selalu ia temani di bawah pohon Sakura di bulan purnama. Sosok periang yang tersenyum dan tertawa bersama para rubah jejadian. Lalu berlanjut pada tubuh dingin yang tertidur dibawah pohon Sakura. Tak membuka mata walau sudah berpuluh tahu berlalu.
    Sekarang Sasuke ingat. Dulu dia meninggalkan gunung untuk mengejar jiwa pemuda pirang yang tertidur itu ke dunia manusia. Terusmenerus berkelana hingga ia terlahir sebagai putra sulung Hagoromo berlajut sebagai Madara Uchiha dan kini sebagai Sasuke Uchiha. Setelah ratus tahun akhirnya ia bisa menemukan sosok yang di carinya. Dalam keadaan untuh, dengan tubuh yang utuh, bukan hanya sekumpulan energy jiwa. Sosok yang sangar di rindukan bukan hanya oleh Shinjirou tetapi juga oleh Sasuke Uchiha. “Haruto- Naru.”
    Ah~ mata onix itu terasa sangat perih saat melihat pemuda yang di sayanginya kini ada didepannya dalah keadaan baik-baik saja. Tersenyum padanya, menatapya dengan sangat lembut. “Sepertinya kau sudah bertemu dengan Hagoromo-nii-sama.” Suara itu begitu menenangkan.
    “Hn” bahka Sasuke merasa enggan untuk membuka mulut. Hanya ingin memandang sosok didepannya.
    “Ck. Kukira setelah ingatanmu sebagai Shinjirou kembali, kau akan berubah. Tapi kenapa kebiasaan irit kata itu tak hilang juga.” Ah. Yang ini suara Narutonya.
    “Dobe.”
    “Teme!” cempreng. Entak kemana perginya suara lembut tadi, tapi Sasuke juga menyukai suara cempreng ini.
    .
    .
    BLARRR
    Suara ledakan dikejauhan sana mengalihkan perhatian dua pemuda yang dari dunia-hanya milik berdua yang lain cuma ngontrak-nya. Dapat mereka lihat asap mengepul bersama dengan satu-persatu nyawa yang menghilang. Haruto-kita panggil dia Naruto- dapat merasakan kegelapan yang berasal dari tiga titik didepan sana. Pohon besar yang menjulang ke langit. Cakra yang hampir mirip dengan indra dan sebuah cakra kecil yang melekat pada tubuh seorang pemuda Uchiha yang sekarat. “Sasuke. Ini belum berakhir. Perang ini masih akan terus berlangsung.”
    “Hn. Aku tau.”
    .
    Sebuah gudoudama kecil menerjang Kushina yang masih berusaha menyembuhkan Menma. Sakura yang berada di samping Nyonya Namikaze itu tak dapat membantu membarikan pertolongan. Namun sebelum gudoudama itu mengenai sasaran, sebuan pedang hitam dengan lonceng emas telah memukulnya jauh ke udara lalu terbelah menjadi dua kemudia meledak.
    Mata Kushina dan Sakura membola melihat dua sosok manusia dan satu hewan yang baru saja datang. “Kaa-san. Biar aku yang lakukan.” Mata Kushina tak bisa lepas dari sosok Naruto yang tengah bercahaya menyalurkan sebuah energy menyelimuti Menma. Tak sampai lima detik detak jantung Menma telah kembali dan pada detik ke sepuluh mata itu terbuka. “Kaa-san? Naruto?”
    Tak ada jawaban. Tapi mata biru Naruto memandang Menma dengan lembut. “Kau tak apa Menma?”
    “Ya! Kali ini aku pasti akan menghancurkan Madara!”
    “…” mata biru Naruto kini memandang kesekitar. Ah. Ia kenal energy yang mulai menipis ini. “Kurama. Bawa aku ketempat Guy-sensei.” Tanpa memberi kesempatan untuk Kushina dan yang lainnya bicara, Naruto pergi menunggangi rubahnya.
    “Kurama? Rubah itu Kyuubi? Bagaimana bisa?” Menma memang tak begitu kenal dengan Kyuubi tapi ia tahu nama bijuu itu adalah Kurama. Kenapa Kurama bisa menjadi tunggangan Naruto?
    “Naru-chan…” kushina hanya bisa menatap punggung putranya yang menjauh. Ia tak percaya masih diberi kesempatan untuk menatap putra bungsunya yang telah meninggal. Tunggu bukankah Naruto telah meninggal. “Apa dia juga Edotensei!?”
    “Bukan.” Jawab Sasuke saat hendak menyusul Naruto, tapi langkahnya terhenti ketika tangannya di tarik oleh Sakura.
    “Sasuke-kun jangan pergi! Kumohon jangan tinggalkan aku lagi. Ayo kembali ke Konoha.” Mata Sakura memandang Sasuke penuh harap. Berharap permintaannya akan dikabulkan oleh sang pujaan hati.
    “Memangnya apa yang aku ada di Konoha!?” pertanyaan dari Sasuke tak dapat Sakura jawab. Apa yang ada di Konoha? Keluarga. Tidak. Seluruh keluarga Sasuke telah meninggal. Rumah? Bukan juga. Sasuke mungkin sekarang sudah memiliki rumah lain di luar Konoha. Apa yang ada di Konoha? Dirinya. Benar drirya ada di Konoha.
    “Di Konoha ada aku. Kau takkan lagi kesepian Sasuke-kun.”
    “Tapi aku tidak membutuhkanmu. Dan aku juga tidak membutuhkan Konoha.”
    “Bukankah kau bilang akan menjadi Hokage Sasuke-kun!?”
    “Tidak lagi. Karena aku sudah menemukan dia.”
    “Dia siap-”
    “Sasuke! Mema! Kita harus bergegas sebelum bunga itu mekar sepenuhnya.” Kedatangan Naruto memotong perkataan Sakura. Mata gadis itu memandang Naruto dengan sengit tapi menjadi sendu ketika menyadarai bahwa tatapan Sasuke kepada pemuda pirang itu begitu lembut.
    .
    Naruto adalah Kingitsune. Dia membawa keberuntungan kepada semua manusia yang ada di dunia. Oleh karena itu ia tidak bisa membunuh. Ia tidak bisa ikut bertarung menghentikan Madara. Apalagi Madara adalah reinkarnasi dari Shinjirou.
    Tapi walau tidak bisa menghentikan Madara, dia bisa membantu para ninja aliansi dalam memulihkan diri. Tubuhnya memiliki energy besar yang di serap dari alam selama beratus-ratus tahun. Menyembuhkan manusia yang hanya berjumlah segini takkan mempengaruhi kekuatannya. Di tambah lagi ia juga di bantu oleh Kurama-nii nya. Ia harus menyimpan energy besar untuk berjaga-jaga bila hal yang tak diinginkan terjadi.
    Satu persatu Naruto mendatangi para ninja yang masih berdetak jantungnya. Memberi mereka energy penyembuhan. Naruto tiba di tempat Minato dan Tsunade. Keadaan Ayahnya tidak begitu baik, cakra Minato banyak terkuras karena menggunakan Hiraishin untuk memindahkan seluruh ninja aliansi.
    Sementara Tsunade sendiri keadaannya juga kehabisan cakra. Ia menggunakan seluruh cakranya untuk mengobati dan menyembuhkan luka para ninja yang menerima serangan fatal.
    Dua dari sembilan ekor emas Naruto bergerak pelan menyentuh dada dua ninja pirang yang ia sayangi. Energy emas Naruto mengalir dengan cepat menyembuhkan dan memulihkan kondisi Minato dan Tsunade. Seyum tak pernah pupus dari wajah beragaris rubah itu, mata birunya menatap Ayah dan Neneknya dengan lembut.
    Sementara Naruto tengah memulihkan para ninja aliansi, Sasuke dan Menma melanjutkan pertarungan mereka dengan Madara. Dengan kekuatan Ashura dan Indra yang dimiliki oleh mereka, mereka telah berhasil menekan Madara higga tak dapat menggunakan Limbonya..
    .
    Ledakan besar terjadi di langit. Bebatuan yang terkena serangan Rasen Shuriken dari Menma mulai berjatuhan. Tapi Naruto merasakan energi jahat yang semakin mendekat. Tiba-tiba saja bulan bersinar dengan sangat terang melebihi sinar matahari. Pada bulan itu terlihat pola riak air seperti rinenggan dengan tiga temoute pada masing-masing lingkaran. “Sudah dimuali.” Ujar Naruto setelah selesai menyembuhkan Tsunade dan Minato.
    Seluruh dunia ninja diterangi sinar bulan, bahkan hingga tak ada tempat untuk bersembunyi. Pohon Dewa mengeluarkan sulurnya menjerat seluruh ninja yang membeku dalam genjutsu Mugen Tsukiyomi dan mnggantung mereka di bawah kendali Pohon Dewa.
    Naruto menutup matanya. Magatama hitam yang berada di seluruh tubuhnya bersinar kehitaman. Sinar hitam itu merambat menyelimuti seluruh tubuh Naruto dan menyebar ke tubuh Kurama yang masih ia tunggangi. Di tanah tempat mereka berpijak terdapat simbil Yin dan Yang bersinar dan berputar. Yin dan Yang, Kegelapan dan Cahaya, untuk menghalangi sinar bulan Naruto menggunakan unsur kegelapan dari Yin dan Yang. Itu membuatnya dapat terlepas dari efek genjutsu Mugen Tsukiyomi.
    Ditempat lain, Sasuke, Menma, Sakura dan Kakashi berhasil selamat dari efek sinar bulan karena berlindung di bawah bayang tubuh Susano’o milik Sasuke. Setelah sinar bulan meredup, Susano’o itu menghilang. Dihadapan mereka tampak banyak sosok bergelantungan pada Pohon Shinju. Mereka semua adalah para ninja yang terjebak dalam genjutsu.
    “Mata di keningnya!” seru Sakura melihat mata Rinenggan dengan temoute di kening Madara.
    “Hati-hati! Kita di kepung bayangan di empat sisi” seru Sasuke memperingatkan Menma yang hendak menerjang Madara. “Aku Tahu!”
    “Aku baru saja meghentikan takdir Dunia. Aku melepaskan orang-orang dari rasa sakit, sengsara dan hama. Akulah penyelamat dunia.” Ujar Madara dengan percaya diri.
    “Tidak! Semua ini hanya kebohongan!!” Menma tak mempercayai ilusi. Baginya kebahagiaan dalam ilusi adalah kebohongan.
    “Menma! Kau harusnya mengerti. Semua sudah berakhir.”
    “Tidak Madara. Kau bukanlah sang penyelamat dan ini belum berakhir!” sebuah tangan menembus tubuh Madara di sebelah kiri tepat dimana jantungnya berada. Di belakang sosok Madara tampak sosok zetzu hitam yang mengambil setengah tubuh Obito.
    “Zetzu Hitam!? Apa maksudmu ini? Aku adalah penciptamu. Kau itu keinginanku!!.”
    “Kau salah ”
    Itu tidak benar. Keinginanku adalah Kaguya!”
    .
    Tubuh Madara dipenuhi oleh bercak hitam, lelaki itu melolong penuh kesakitan. Bebatuan muncul kepermukaan, seluruh cakra yang muncul tiba-tiba, bergerak dan berkumpul pada sosok Madara yang melolong.
    “Darimana asal seluruh cakra ini?” seru Sakura yang berusaha menghindar dari puing-puing bebatuan.
    “Cakra ini mungkin datang dari orang-orang yang dikontrol oleh Mugen Tsukiyomi.”
    “Ini buruk Sasuke! Cakranya bahkan lebih banyak dari Juubi!” seru Menma melihat banyak sekali cakra yang di serap oleh tubuh Madara.
    Menma dan Sasuke berusaha untuk mengehntiikan peroses penyerapan cakra itu, namun sebelum mereka sempat melancarkan serangan sebuah sulur putih mejerat dan mnyerap cakra mereka berdua.
    Tubuh Madara menghitam dan membesar karena terlalu banyak menyerap cakra yang di ambil dari para ninja aliansi. Sasuke dan Menma mengira sebentar lagi tubuh itu akan meledak. Tapi tampakya itu salah. Setelah berhenti menyerap cakra, tubuh Madara bergetar dan menyusut membentuk sebuah tubuh.
    Seorang wanita dengan rambut perak dan dua tanduk di kepala bersiri di hadapan empat ninja Konoha itu. Mata wanita itu adalah mata Byakugan dengan satu mata rinenggan dengan temoute di dahi. Di kepalanya terdapat dua tanduk. Pakaiannya berwarna putih dengan tamoute hitam menjadi coraknya.
    “Kaguya Ootsuki!” seru Sasuke, ia iangat dulu pernah melihat sosok wanita ini. Ingatan yag ia dapat dari Shinjirou.
    Mata Byakugan Kaguya menyadari keberadaan dua simbil milik Putra sulungnya di tubuh Sasuke dan Manma.  Wanita itu melempar dua ninja muda itu menjauhi dirinya.
    “Mereka berdua pasti Hagoromo dan Hamura. Bukan… mereka Ashura dan Indra?” mata Byakugan Kaguya siaga. “Jadi hagoromo yang memberi kalian tehnik ini.”
    Sasuke dapat merasakannya. Cakra wanita didepannya ini berada di tingkat yang lebih tinggi dari Madara. Bahkan Madara bukan apa-apa di hadapan wanita ini.
    “Tempat ini… tanah ini berada dibawah perlindunganku. Aku tak bisa membiarkan kalian merusaknya lebih parah lagi. Kita hentikan pertarungan ini.”
    “Eh?”
    “Sekarang. Akan kumusnahkan kalian sekarang juga!” tanah pijakan Sasuke, Menma, Sakura dan Kakashi tiba-tiba saja menghilang berubah menjadi lautan lava panas dengan api yang menjalar-jalar.
    .
    Kaguya memandang sosok Sasuke dan Menma dalam diam. Kedua pemuda itu mengingatkannya akan putra-putranya. Kenapa ia harus melawan putranya lagi? Kenapa putranya harus menjadi musuhnya? Hati ibu mana yang tak skit ketika harus melawan putranya sendiri.
    Tapi Kaguya tak mau mengalah. Dunia ini harus dimurnikan. Ditambah lagi Kaguya masih memiliki dendam. Dendam yang ia simpan selama beratus tahun. Ia harus membalaskan dendamnya. Dendam karena kedua putranya telah mengorbankan Haruto, membunuh putra kesayangan sang dewi kelinci.
    .
    Naruto merasakanya. Keberadaan sang ibnda. Tapi keberadaan itu menghilang besama dengan hilangnya Sasuke dan timnya. Pasti Ibundanya membawa mereka ke dimensi lain.
    Naruto bukanlah pengguna cakra. Energy di seluruh tubuhnya berasal dari alam. Baik itu dari tanah, air, angin, api, pepohonan, bahkan binatang. Ia tidak di berkahi cakra melimpah seperti kedua saudaranya. Seluruh bagian tubuhnya berasal dari unsur yang sama seperti ayahnya. Semuahnya bersal dari alam. Oleh karena itu ia tidak bisa pemindahan dimensi seperti Sasuke, ia tidak bisa menggunakan ninjutsu elemen. Tapi ia bisa mengendalikan alam. Menggerakkan bebatuan, mengubah arah angin, mengendalikan aliran air. Dia adalah anak yang terlair dari campuran roh alam dan tubuh ibunya. Tubuh abadi yang ia dapat dari Ibunya dan kemampuan untuk menyerap energi alam dan mengendalikannya yang ia dapat dari sang ayah.
    Itu sebabnya ia dapat melakukan tahnik penyembuhan dengan sangat baik. Karena tubuh manusia berasal dari unsur alam. Ia dapat menyembuhkan manusia seberapapun sekeratnya salakan manusia itu masih memiliki waktu untuk hidup.
    Ayah dari Haruto aladah seorang Onmyoji. Bukan Onmyoji sembarangan. Onmyoji yang memiliki darah siluman dalam dirinya. Siluman yang berhasil menjadi seorang Onmyoji pastilah sangat suci. Begitu pula dengan sang ayah. Setelah beribu tahun bertapa melepaskan semua unsur kegelapan yang melekat dari darah silumannya, akhirnya sang ayah berhasil mencapai tingkat tertinggi dari Siluman Rubah. Sebagai seorang Onmyoji, sang ayah sangat ahli dalam bidang penyegelan. Itu sebabnya walau Naruto tidak memiliki cakra dari ibunya, ia masih bisa melakukan penyegelan dengan memanfaatkan unsur alam.
    .
    Dulu ia berhasil menyegela Juubi dengan memanfaatkan magatama miliknya yang ia dapat setelah memadatakan usur alam di Gunuh Kurama. Dulu saat kembali dari Gunung Kurama, tugas pertamanya adalah meyegel Juubi. Kini setelah beratus tahun berlalu, ia kira ia akan bisa menikmati kehidupan Manusia yang damai. Sekali lagi, saat kembali ke dunia manusia. Dia harus berhadapan dengan juuba serta ibunya. Takdir memang sangat kejam.

    TBC

  • KINGITSUNE

    0

    Kingitsune
    (Rubah Emas)
    †††
    By : Ayuni Yuukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,

    Malam itu bulan purnama bersinar dengan sangat terang. Langit dipenuhi oleh bintang yang bertaburan. Disebuah kastil megah milik keluarga keturunan dewa itu seorang wanita untuk pertama kalinya melakukan proses yang bernama persalinan. Didekatnya ada seorang miko dengan kimono putihnya tengah berusaha membantu peroses persalinan tersebut. “Sedikit lagi Kaguya-sama. Hamba sudah dapat melihat rambut pirangnya.”
    “Hime, berusahalah. Jangan menyerah.” Disamping wanita yang dipanggil Kaguya tersebut tampak seorang lelaki dengan hakama khas onmyoji tengah menggenggam erat tangan kanan wanita itu. Kesembilan ekor oranyenya bergerak dengan gelisah tak jarang tampak cahaya kemerahan yang mengalir dari tangan lelaki itu menuju tubuh Kaguya.
    .
    Dua orang pemuda bersurai putih dan merah tengah menunggu dengan gelisah didepan sebuh ruangan. Mereka untuk pertama kalinya merasakan kecemasan yang mendalam. Berjalan hilir mudik bak setrikaan. Tak jarang yang berambut panjang mengacak rambut frustasi hingga rambutnya berantakan sementara pemuda yang satunya hanya berjalan-jalan sambil membisu.
    “Oekkk~ oeekk~” tangisan pertama bayi terdengar dari dalam ruangan yang mereka tunggui. Dengan segera mereka memasuki ruangan tersebut walaupun belum diberikan izin.
    “Ibunda!?” seru mereka bersamaan. Wajah putih pucat mereka menunjukkan warna terkejut melihat seorang bayi berlumuran darah dengan satu ekor keemasan yang masih lemas. Bayi mungil itu masih menangis. Tapi segera terhenti ketika seorang lelaki bersurai pirang berpakaian Onmyoji mendekapnya. Dengan telaten lelaki itu membersihkan tubuh sang bayi sementara miko yang membantu proses persalinan tengah merawat sang ibu. Bayi itu tertawa riang saat ia berhasil menggenggam jari dari ayahnya. Ekor pirangnya yang semula hanya tergeletak lemas mulai aktif bergerak.
    “Kaguya. Anak kita kelak akan memberikan kebahagiaan bagi seluruh dunia.” Lelaki itu menyerahkan sang bayi pada si ibu yang kini tengah duduk. Wanita itu meraihnya dengan lembut, wajahnya dipenuhi oleh kebahagiaan. Untuk pertama kalinya ia merasa beruntung diciptakan didunia ini.
    “Dengan kekuatan anda yang ada padanya, anak kita akan menuntun seluruh mahluk dunia ini kepada kebahagiaan.” Ujar wanita itu sembari mencium kening si bayi. Anak itu mencoba meraih tanduk yang ada di atas kepala ibunya sambil mengumandangkan tawa bahagia.
    “Hagoromo, Homura perkenalkan. Adik kalian.” Ujar lelaki tersebut menyambut kedua pemuda yang sedari tadi hanya menonton sambil berdiri.
    Tak lama setelah miko yang membantu persalinan keluar dengan segala perlengkapannya, kedua pemuda itu akhirnya mendekat. Duduk disisi sang ibu berhadapan dengan lelaki pirang satu-satunya disana. “Namanya siapa Onmyoji-sama?” putra tertua dari keluarga Ootsuki itu memulai pembicaraan. Matanya tak bisa beralih dari sosok mungil didekapan ibunya, apalagi saat itu melihat mata biru sapphire indah yang berbinar jenaka.
    “Namanya Haruto Kingitsune.” Ucap lelaki pirang itu sambil membelai surai pirang anaknya. Tak jarang anak itu tertawa geli saat telinga rubahnya yang sensitive bersentuhan dengan tangan besar sang ayah. Mata birunya memandang sang ayah lama sebelum beralih pada dua pemuda bersurai putih dan merah didekatnya. Tawa jenaka sekali lagi ia berikan kepada dua orang kakak barunya.
    .
    .
    Bertahun-tahun berlalu, bayi yang dilahirkan dengan penuh berkah dari sang bulan kini telah tumbuh menjadi sosok anak yang sangat manis dan periang. Disetiap langkahnya mengumandangkan tawa bahagia yang menulari seluruh mahluk hidup didekatnya. Dia sering berjalan-jalan dihutan. Menyusuri pepohonan bersama teman-teman kecilnya. Terkadang dia juga mengunjungi sebuah desa kecil untuk menjenguk nenek tua renta yang tinggal seorang diri dipondoknya.
    Dalam pertumbuhannya, semakin lama kekuatannyapun semakin besar. Dapat dilihat dari jumlah ekornya yang kini telah mencapai empat buah. Meski beberapa orang merasa takut kepadanya karena keberadaan ekor dan telinga rubahnya, dia tetap saja menebar senyum dan bahagia. Seperti kata orang tuanya dulu. Dia akan membawa kebahagiaan bagi seluruh mahluk yang ada didekatnya.
    .
    Siang ini dia tengah duduk diatas pohon sakura yang tengah bermekaran. Rambut pirang keemasannya yang sudah sepanjang pinggan berkibar pelan bersama hembusan angin. Mata biru indahnya menatap dengan tertarik interaksi kedua kakaknya yang kini tengah berlatih di tanah lapang didekatnya.
    Jujur saja, hubungannya dan kedua kakaknya akhir-akhir ini tidak begitu baik. Bukannya ia sering bertengkar atau berkelahi. Tidak. Dia terlalu baik hati untuk memulai sebuah pertikaian. Hanya saja sejak beberapa tahun yang lalu kedua kakaknya mulai menjauhinya. Dia selalu bertanya pada sang ibu kenapa kedua kakaknya bersikap dingin padanya. Tapi sang ibu hanya memberikan senyum lembut sembari mengelus kepalanya. ‘Kedua kakakmu hanya terlalu lelah karena kesibukannya. Suatu saat mereka pasti akan menemuimu.’ Begitu ucap ibunya setelah ia bertanya untuk yang kesekian kalinya.
    Ia juga selalu bertanya kenapa dia berbeda dari ibu dan kakanya. Rambutnya berwarna keemasan sangat berbeda dengan kakak dan ibunya. Matanya sebiru langit tanpa awan tidak seperti kakak dan ibunya yang bermata tanpa pupil atau berpola riak air. Di atas kepalanya hanya ada telinga rubah senada dengan warna rambutnya, bukannya dua tanduk seperti milik kedua saudara dan ibunya.
    Ketika ia bertanya ibunya berkata bahwa dia special. Semua yang ada pada dirinya adalah turunan dari sang ayah. Lalu ketika dia bertanya seperti apa dan dimana ayahnya, sang ibu hanya tersenyum kecut dan menjawab ‘jika kau ingin mengetahui seperti apa wajah ayahmu, maka saat kau telah menginjak dewasa berkacalah pada air dibawah bulan purnama, seperti itulah rupa ayahmu. Jika kau ingin menemui ayahmu maka tumbuhlah hingga ekormu lengkap. Saat itu kau akan bisa bertemu dengan ayahmu.
    .
    Ketika menginjak usia remaja, penampilan dari Haruto tak banyak berubah, hanya jumlah ekornya yang kini menjadi enam dan rambutnya yang sudah mencapai mata kaki. Ibunya selalu melarangnya memotong rambutnya. Memotong rambut adalah hal tabu bagi sosok Kitsune seperti dirinya. Kitsune?
    Ya, dia kini sudah tahu siapa atau apa sebenarnya dirinya. Dia adalah sosok Kitsune, siluman rubah yang belum sempura mengingat jumlah ekornya yang belum mencapai sembilan.
    Disuatu siang, kediamanya kedatangan tamu tak diundang. Seekor rubah hitam berekor dua dengan mata merahnya tengah terduduk tepat didepan pintu masuk kastil. Ketika diusir dengan teriakan, mahluk itu tak bergeming, ketika dilempari bebatuan, hewan itu hanya menghindar lalu setelahnya akan berdiam diri kembali ditempat yang sama.
    Kelakuan rubah itu tentunya akhirnya terdengar hingga ketelinga Kaguya dan anak-anaknya. Berbondong-bondong mereka mendatani hewan itu. Ketika mereka berempat telah ada didepan pintu masuk, rubah hitam itu berjalan mendekati sang kepala keluarga.
    “Putri Kaguya. Hamba Yoru diperintahkan oleh Madara-sama untuk menjemput Putra Onmyoji-sama guna melatihnya menjadi sosok ‘Rubah’ yang sesungguhnya.” Ujar rubah yang mengaku bernama Yoru itu dengan menatap lurus pada sosok Haruto yang berada di barisan belakang.
    Mendengar perkataan rubah itu, Kaguya tak dapat menahan air matanya. Putra kesayangannya telah dijemput dan akan pergi meninggalkannya. Ia tak bisa menghalangi mengingat kepergian Haruto adalah salah satu wasiat dari sang suami tercinta. Dalam kesedihannya Kaguya hanya bisa menyetujui. Tak memerlukan waktu yang lama. Tepat pada malam harinya Haruto Kingitsune meninggalkan Kastil Ootsuki menuju Gunung Kurama, tempat para siluman, roh dan ayakasi rubah berada.
    .
    .
    Ketika tiba di Gunung Kurama, yang pertama kali dilihatnya adalah jajaran pohon tinggi dan besar. Ini pertama kalinya ia melihat sebuah hutan dengan pohon raksasa. Tingginya bahkan sampai menyentuh awan. Selain pohon-pohon raksasa, ia juga melihat banyak sekali rubah berkeliaran. Bukan hanya rubah biasa, tapi ada juga roh-roh dan siluman rubah yang hilir mudik. Selama menyusuri hutan, matanya birunya tak pernah berhenti memancarkan kekaguman. Ia seperti merasa disinilah rumahnya yang sesungguhnya.
    Yoru menuntun Haruto hingga memasuki sebuah desa. Desa yang asri dengan rumah-tumah tradisional berjejer rapi lengkap dengan halaman yang dipenuhi pohon buah dan bunga. Jika dihutan tadi yang dilihatnya hanya sosok roh dan ayakasi berbentuk rubah. Maka didesa ini dia melihat ada banyak sosok Kitsune dari yang baru berekor satu hingga lima. Kebanyakan dari mereka berwarna keorangean, hitam dan putih. Sesekai Yoru membalas sapaan dari Kitsune yan menyapanya.
    Pemberhentian Haruto ternyata bukan pada desa tersebut. Yoru masih terus mengajaknya berjalan melewati hutan hingga tiba disebuah air terjun yang besar. Haruto cukup terkejut saat melihat yoru memasuki air terjun dan tak muncul kembali. Tapi tak lama kemudian ia bisa mendengar suara Yoru yang memanggilnya untuk segera menyusul memasuki air terjun besar itu.
    .
    Yang membuat Haruto terkejut ketika membuka mata adalah sosok rubah-rubah besar tengah tertidur disela-sela pohon raksasa. Tak jarang diatara rubah-rubah yang tertidur itu membuka mata dan memandang Haruto penuh minat.
    Rubah besar didal gua? Tidak. Didalam gua itu ternyata ada hutan lagi dengan pohon raksasa memenhi disetiap penglihatan Haruto.
    “Selamat datang di Gunung Kurama.” Suara berat dan tegas mengintrupsi pengamatan Haruto. Didepannya berdiri seekor rubah besar-sangat besar berbulu perak dengan mata merah darah, Haruto dapat melihat kesembilan ekor rubah besar itu yang bergerak lembut dibelakangnya. “Aku Madara, pemimpin di Gunung Kurama ini. Wahai engkau Putra sang Onmyoji, sudikah engkau memperkenalkan diri?”
    “Nama saya Haruto Kingitsune.” Jawab Haruto tegas. Matanya memandang sosok Madara dengan berani, tak ada sedikitpun rasa takut walau tengah dipandang dengan penuh intimidasi oleh seluruh rubah raksasa disana.
    “Hahahahahah… Cukup basa basinya. ” tawa Madara menghentikan tatapan intimidasi dari seluruh rubah raksasa disana. Mendengus pelan, rubah-rubah besar itu kembali menutup matanya, tapi Haruto yakin telinga mereka tetap mengikkuti pembicaraan. “nak, aku mengundangmu kemari untuk melatihmu sesuai dengan wasiat yang diberikan oleh ayahmu.” Lanjut Madara kemudian.
    “Wasiat? Maksuda anda Chichi-ue sudah-”
    “Benar. Dia sudah menuju langit saat kau meinginjak usia empat tahun.”
    “Tapi, Haha-ue berkata bahwa saya masih bisa menemuinya ketika saya telah menumbuhkan seluruh ekor saya. ”
    “Itu benar. Kau bisa bertemu dengannya setelah kau menjadi kitsune berekor sembilan yang sempurna. Oleh karena itu aku memanggilmu kemari untuk melatihmu.“
    .
    .
    Bertahun-tahun berlalu sosok bocah pirang itu kini telah beranjak dewasa. Dengan latihan yang itensif ia telah berkembang sebagaimana mestinya seorang Kitsune. Wajah kekanakannya kini telah menunjukkan tanda-tanda kedewasaan walau tetap saja terlihat manis, ekornya kini telah berjumlah Sembilan bergerak-gerak sesuai dengan kondisi hatinya. Rambut pirang emasnya telah melebihi tigginya sendiri, tak jarang ia menjalin rambutnya kesamping, atau mengikatnya tinggi tapi Haruto lebih senang menggerainya apalagi setelah ia bisa mengendalikan rambutnya untuk menyerang dan bertahan.
    Mata sapphirenya yang dulu bulat berbinar imut kini telah menajam dengan pupilnya yang seperti rubah, dibagian kelopak matanya terhias warna oranye kemerahan mempercantik mata birunya. Kimono yang biru dengan corak bunga sakura dan bulannya membalut tubuh berisi Haruto dengan baik.
    Setelah bertahun-tahun terpisah dari sang ibu akhirnya kini dia bisa pulang, menemui kedua kakak dan ibunya. Ia juga sudah bertemu dengan sang ayah saat ia mendapatkan ekor kesembilannya. Saat itu ia melihat ayahnya tengah terduduk di atas dahan pohon sakura yang besar, tengah menatapnya dengan senyum lembut dan bangga akan keberhasilan putra satu-satunya.
    Ayahnya begitu tampan, rambut pirang ayahnya menjuntai panjang hingga menyentuh air kolam yang ada dibawah pohon sakura itu. Sinar bulan terpantul indah lewat rambut keemasannya. Mata biru ayahnya yang berpupil tajam menatapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Kesembilan ekor oranyenya bergerak dengan riang. ‘Akhirnya kau sampai juga ke tingkat ini anakku.’ Itu adalah kalimat pertama yang ia dengar dari sang ayah. Kalimat yang penuh akan kerinduan.
    Didahan pohon sakura itu Haruto diberikan banyak sekali ilmu, wejangan dan nasehat serta tugas-tugas yang kelak akan dia emban. Walau sebelumnya ia sempat tak yakin akan bisa menuntaskan semua tugas-tugasnya tapi dengan seluruh kepercayaan yang telah ayahnya berikan ia berhail meyakinkan diri dan hatinya bahwa ketika ia kembali kelingkungan manusia maka saat itulah tugasnya sebagai Kingitsune sang Rubah Emas pembawa kebahagiaan akan dimulai.
    .
    .
    .
    Dunia tempat Haruto dilahirkan tak lagi sama seperti saat terakhir kali ia pergi. Entah sejak kapan kedukaan dan kesengsaraan melanda seluruh negeri. Keberadaan sang ibu pun tak dapat ia rasakan. Ketika ia memasuki pintu kastil Ootsuki ia hanya disambut dengan kedua kakaknya yang sudah tampak menua. Berbeda sekali dengan dirinya yang masih sangat terlihat muda. “Hagoromo-ani-ue, dimana Haha-ue berada?” pertanyaan pertama yang ia ucapkan setelah mendapat salam ‘Tadaima’ dari sang kakak tertua hanya digantung bersamaan dengan ekspresi keduaan yang mendalam.
    Dalam satu hari itu Haruto mendapat kabar yang sangat menyakitkan hati. Ibundanya menghilang setelah meledakkan sebuah desa di sebelah barat kastil. Energy yang ibunya gunakan dipenuhi dengan kegelapan yang besal dari Pohon Shinju. Besar kemungkinan sebentar lagi ibundanya akan membangkitkan iblis Juubi saat bulan purnama merah.
    Selama kepergian sang ibu kedua kakanya sudah mencari berbagai macam cara untuk menyelamatkan dan membinasakan Juubi tapi tak ada cara lain selain menyegel mahluk itu. Tetapi menyegel mahluk sebesar dan sekuat itu tentunya memerlukan kekuatan yang besar pula.
    Pengekstrakan adalah cara satu-satunya untuk memecah masalah tersebut. Haruto mengajukan dirinya sebagai pelaku dalam pengekstrakan tersebut sedangkan kedua kakaknya yang akan mengahadapi Juubi dan menyegelnya.
    Pengekstrakan sangatlah berbahaya bila dilakukan pada mahluk kuat sekelas Juubi, nyawa bisa saja jadi taruhannya. Tapi Haruto tidak mencemaskan hal itu. Seperti yang telah ia katakana kepada Ayahnya. Tugasnya dimulai ketika ia menginjakkan kakinya di tempat kelahirannya. Maka ini adalah tugas pertamanya. Menolong seluruh dunia dan menyelamatkan Ibundanya dari kegelapan pohon Shinju.
    .
    Bulan merah telah bersinar terang. Diahadapan ketiga bersaudara itu berdiri Juubi dengan kesepuluh ekoranya yang bergerak liar menghacurkan daratan. Hagoromo dan Homura mulai melakukan penyerangan sementara Haruto telah mempersiapkan kesembilan wadah untuk pengekstrakan Juubi. Dalam sebuah lingkaran yang terbentuk dari deretan magatama hitam dan putih Haruto berdiri di tengah-tengah. Di hadapannya terdapat angka satu hingga sembilan dimana disetiap angka terdapat hewan-hewan yang berbeda.
    Diangka pertama terdapat tanuki kecil yang Haruto temukan tengah menangisi kepergian ibunya karena serangan Juubi. Di tubuh tanuki tersebut terdapat tulisan yang di baca ‘Shukaku’.
    Diangka kedua terdapat seekor kucing liar dengan tulisnan ‘Matatabi’ yang hampir sekarat karena kelaparan.
    Diangka ketiga seekor kura-kura yang tubuhnya terselimuti minyak Haruto temukan di sebuah pantai yang menghitam. ‘Isonade’
    Diangka keempat seekor kera yang hampir gosong terbakar Haruto temukan sekarat di sebuah hutan yang mengalami kebakaran berkempanjangan. ‘Son Goku
    Diangka kelima ‘Kokuou’, seekor kuda putih yang mati terpenggal akibat peperangan.
    Diangka keenam ‘Saiken’, dia adalah siput kecil yang Haruto temukan disebuah hutan yang masih asri.
    Diangka ketujuh ‘Chomei’, ulat ini Haruto temukan setelah selama berbulan-bulan tidak bisa menjadi Pupa.
    Diangka kedelapan ’Gyuuki’, banteng yang sekarat karena kehilangan bagian bawah tubuhnya akibat ledakan.
    Diangka sembilan ‘Kurama’. Haruto menemukan tubuh rubah kecil ini tergeletak dipintu masuk Gunung Kurama.
    Kesembilan hewan itu Haruto kumpulkan beberapa hari sebelum malam bulan merah. Haruto iba akan penderitaan mereka bersembilan. Dengan kekuatan Haruto ia akan mengekstrak Juubi dan memindahkannya ke sembilan tubuh binatang tersebut.
    Dengan berdiri ditengah lingkaran Haruto membacakan mantra-mantra sementara tangannya terus menerus aktif membuat segel. Seluruh magatama yang berada disekitarnya bersinar kebiruan, angin berhembus meniupkan rambut panjang Haruto yang tergerai menyentuh tanah, kesembilan ekornya bergerak aktif melindungi diri dari serangan yang mungkin saja tiba-tiba datang.
    Tak berselang lama, mata yang terpejam itu terbuka menunjukkan mata biru sapphire yang menyorot tajam pada Juubi yang mengamuk didepannya. Pupil verticalnya bergerak-gerak mengikuti posisi sang Juubi.
    Kedua tangan yang sedari tadi membentuk segel itu tapakan ke tanah dibawahnya bersamaan dengan kesembilan tubuh hewan didepannya bercahaya dan terangkat diudara. Magatama-magatama yang bersinar disana bergerak membentuk tali dan melesat mengikat Juubi didepan sana. “Fuinjutsu : Magatama no Shinseina” ucap Haruto bersamaan dengan sebuah cahaya yang melesat dari arah masing-masing tubuh hewan menuju tubuh Juubi.
    Tubuh Juubi yang diikat dengan magatama-magatama itu tak bisa bergerak banyak. Cahaya yang berasal dari masing-masing tubuh hewan ditempat Haruto menarik paksa kekuatan Juubi dan memindahkannya ketubuh hewan itu masing-masing. Hewan besar berekor sepuluh itu meraung marah, tetapi Hagoromo dan Homura yang berada didekat Juubi dapat mendengar umpatan dan kutukan dari sang Ibu yang berada di tubuh Juubi.
    “Sungguh rendahan! Berani-beraninya kalian mengorbankan adik kalian sendiri! Dosa kalian akan dibawa hingga ke keturunan terakhir kalian!”
    .
    Haruto dapat merasakan tubuhnya melemah. Satu-persatu secara perlahan ekornya mulai berkurang. Bila sampai seluruh ekornya lenyap maka Haruto akan mati.
    Secara perlahan tubuh kesembilan hewan itu mulai berubah dan membesar. Walau tak sebesar ukuran Juubi. Saat cahaya yang menjembatani Juubi dengan kesembilan hewan itu menghilang, tubuh hewan itu kembali menginjak tanah. Masing-masing dari mereka telah memiliki ekor sesuai dengan nomer mereka. “Selamat datang kesembilan Bijuu.” Ujar Haruto sebelum akhirnya terjatuh kelelahan. Magatama-magatama yang sebelumnya mengikat Juubi mulai mengendur dan bergerak kembali kearah Haruto. Membentuk gelang di tangan, kaki dan kalung di leher. Menggunakan kesempatan dengan baik. Hagoromo dan Homura mulai membentuk segel untuk menyegel tubuh Juubi di bulan.
    Juubi berhasil disegel di bulan dan kekuatannya telah dibagi kepada kesembilan Bijuu. Namun kondisi Haruto tak kunjung membaik. Akibat mengekstrakan tersebut ia telah kehilangan kedelapan ekornya. Tubuhnya mulai melemah saat kedua kakanya datang untuk menolong. Namun sayang sekali kekuatan dari kedua kakaknya tak dapat memulihkan kondisi Haruto. Semakin lama tubuh Haruto mulai meredup dan transparan, kesembilan ekor hewan penyegel itu mulai menangis.
    Tepat sebelum tubuh Haruto lenyap sepenuhnya, sesosok manusia bersayap gagak muncul dari langit. Wajahnya tertutup topeng Tengu dan rambut panjanganya diikat satu longgar. Dipinggangnya terdapat sebuah pedang bergagang hitam dengan lonceng yang menggantung di pegangannya. “Aku datang menjemput putra dari Onmyoji-sama.”
    “Siapa kau?”
    “Namaku Shinjirou. Putra pertama Raja Tengu di Gunung Kurama. Madara-sama memintaku untuk membawa kembali Haruto-sama.” Ucap tengu tersebut. Mata merahnya memandang kedua kakak beradik itu dengan tajam lalu beralih pada kesembilan Bijuu yang menangis. Menghela nafas pelan.”Dengan konsidi tubuh seperti itu dia takkan bisa bertahan di tempat ini. Sebelum tubuhnya menghilang sepenuhnya dia harus dibawa kembali ke Gunung Kurama.”
    “Kami sendiri yang akan membawanya.” Homura berkata dengan tegas menatap tajam. “Takkan aku biarkan kau menyentuh adik kami.”
    “Kalian yang terkontaminasi kekuatan pohon Shinju takkan bisa memasuki Gunung Kurama. Dan butuh waktu berminggu-minggu untuk memasukinya secara normal. Cepat serahkan dia sebelum dia menghilang sepenuhnya!” seru Tengu itu tegas. Dia tak bisa membiarkan tubuh lemah Haruto semakin lama berada di dunia ini.
    Dengan berat hati kedua bersaudara Ootsuki itu menyerahkan adiknya untuk dibawa. Dengan lembut Tengu tersebut menggendong Haruto. Membawa tubuh hampir transparan itu terbang diangkasa. “Hei Kau yang diberkahi nama Gunung Kurama. Datanglah jika kau ingin semakin sempurna.” Ujar Shinjirou sebelum menghilang dalam hembusan angin.
    Malam itu adalah malam terakhir Hagoromo dan Homura bertemu dengan sang adik bungsu. Juga malam terakhir sang adik menjejakkan kaki di dunia manusia. Selama abad-abad tubuh lemah Haruto bersemayam di Gunung Kurama sementara jiwa berkelana dari satu tubuh ke tubuh yang lain. Terkada dia muncul sebagai seorang manusia, terkadang sebagai seekor rubah emas kecil yang meminta makanan dan membalas budi dengan sekantung emas.
    Dan saat ini tubuh yang tertidur itu akhirnya membuka mata. Setelah berabad-abad kekuatannya telah pulih dan sekali lagi ia harus berhadapan dengan Juubi atau mungkin ibunya sendiri.

  • KINGITSUNE 11.5A

    0

    Kingitsune
    (Rubah Emas)
    †††
    By : Ayuni Yuukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
     Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, Shonen-ai, YAOI.
  • KINGITSUNE 11.5

    0


    Kingitsune
    (Rubah Emas)
    †††
    By : Ayuni Yuukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,
  • KinGitsune 11

    0
    Kingitsune
    (Rubah Emas)
    †††
    By : Ayuni Yuukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,

    Naruto terus berlari. Mengejar pemuda bersurai abu-abu yang mencui gentong Sasuke darinya. Naruto tahu pemuda itu adalah ninja Oto, terlihat dari tali besar yang mengikat pinggangnya. Menyusuri hutan terus menuju barat hingga mereka tiba disebuah tanah lapang penuh rerumputan. Gentong Sasuke mengeluarkan asap keunguan.
    Tanpa membuang waktu Naruto mengluarkan pedangnya, menyerang ninja Oto yang tampaknya lebih tua dari dirinya dengan cepat.
    Kimimaru, nama ninja Oto itu menghindar dengan bersalto kebelakang. “Sesama pengguna pedang. Tapi aku takkan kalah. Demi Orochimaru-sama.” Sebuah tonjolan muncul dari bahu pemuda itu. Terus menonjol dan memanjang hingga menunjukkan wujud aslinya.
    Tanpa rasa sakit, ninja Oto itu mencabut tonjolan itu. Sebuah pedang dari tulang belulang kini berada digenggamannya. ‘Klan Kaguya!?’ Naruto tahu, ada sebuah Klan yang memiliki kemampuan kenjutsu yang tinggi namun sudah punah karena penyakit dan pembantaian. Klan dengan kakei genkai tulang belulang yang sangat unik.
    Menghadapi seorang master kenjutsu, Naruto tidak bisa hanya menggunakan satu pedang. Oleh karena itu dia menggunakan sarung pedangnya sebagai senjata kedua.
    Angin berhembus diantara dua pengguna pedang tersebut. Dalam sekejap mata Naruto telah berada didepan Kimimaru, menebaskan sarung pedangnya kearah bahu. Namun pemuda yang lebih tua itu telah bersalto kebelakang menghindari serangan Naruto.
    Tak ingin terus menerus diserang, kini kimimaru mulai melakukan serangan, tubuhnya dengan lentur menerobos setiap pertahanan Naruto.
    Sedikit lagi. Hampir sedikit lagi pedang milik Kimimaru menembus dada Naruto. Untung sarung pedang Naruto berhasil menghentikannya.
    Mata Kimimaru menatap sarung pedang Naruto dengan curiga. Dai merasa seluruh keberaniannya seperti di tarik pasksa keluar. Membuatnya merasa ragu dalam melakukan pertarungan. Dia juga merasakan pedang yang ada ditangan kanan Naruto bukanlah pedang sembarangan. Ada sesuatu yang tersimpan didalam pedang itu.
    Tapi Kimimaru tak boleh ragu. Ia harus berhasil membawa Sasuke ke tempat Orochimaru.
    Serangan demi serangan tersu diluncurkan oleh kedua pemuda pengguna kenjutsu tersebut. Tak ada tehnik ninjutsu ataupun genjutsu. Hanya taijutsu dan kenjutsu sebagai senjata satu-satunya. Tubuh mereka sudah terluka dibeberapa bagian. Darah mengucur dari luka-luka tersebut. Mereka juga sudah cukup kelelahan. Naruto sudah hampir kehabisan stamina dan Kimimaru entah kenapa merasa seluruh semangat bertarungnya lenyap. Hanya niat dan kesetiaan pada sang tuan yang tetap membuat ninja Oto itu bisa terus bertarung.
    Tiba-tiba saja Kimimaru terbatuk, darah kental kehitaman keluar dari mulutnya. Naruto dapat merasakan hawa dingin yang menyelimuti tubuh pemuda didepannya itu. Pemuda itu sekarat. Bahkan Naruto dapat merasakan hawa kematian yang mulai menyelimuti tubuh pucat itu. “hentikanlah! Tubuhmu sudah tidak kuat!” seru Naruto, melihat tubuh Kimimaru bergetar kesakitan.
    “Tidak! Aku akan menang demi Orochimaru-sama!” menerjang maju, Kimimaru menggunakan kecepatan dan kelenturan tubuhnya untuk menyerang Naruto.
    Naruto yang tubuhnya masih kelelahan tak bisa menghindar dari serangan itu. Ia tak punya cara lain selain menahannya dan dia juga harus segera membawa Sasuke kembali ke Konoha.
    Darah merah terciprat keudara. Naruto menerima serangan Kimimaru yang mengarah keperutnya.. Memanfaatkan celah yang singkat, tangan kanan Naruto dengan segera menebaskan pedangnya kepada Kimimaru.
    Pemuda Oto itu tak dapat menghindar. Pedangnya tertancap terlalu dalam pada tubuh Naruto. Pedang hitam dengan lonceng Naruto menebas rubuh Kimimaru dari dada sampai ke perut. Darah mengcur dengan deras. Tubuh ninja Oto itu terdorong kebelakang. Dengan pedang yang masih menancap di perutnya Naruto menyerang Kimimaru sekalilagi, tepat di dada.
    “Maaf. Tapi aku harus membawa Sasuke kembali.” Mata biru itu memandang tubuh tak bernyawa didepannya dengan nanar. Dengan perlahan tangan tan Naruto mencabut pedang yang masih menancap diperutnya. Darah mengalir dengan deras. Tubuh berbalut kulit tan itu terbaring di rerumputan. Ia sudah sangat kelelahan. Luka di perutnya membuat tubuhnya sulit digerakkan. Ia bersukur ia telah mendapatkan Sasuke.
    BLAR
    Gentong yang berada tak jauh dari tempatnya berada meledak. Mata biru Naruto membulat melihat sosok pemuda besurai putih penjang yang dipenuhi dengan hawa kebencian dan kegelapan. “Sasuke?”
    Sasuke tak menyahut. Tubuhnya bergetar lalu mengeluarkan tawa mengerikan membuat tubuh Naruto bergetar antara takut dan ngeri merasakan kegelapan yang pekat didepannya. “Kembali Sasuke. Jangan kesana!” teriak Naruto saat Sasuke mulai berjalan menjauhinya. Tak mendengarkan sedikitpun teriakannya.
    ‘Tidak!’
    ‘Jangan pergi!’
    ‘jangan tinggalkan aku!’
    ‘SASUKE!’
    Tubuh dengan lambang Uchiha di punggung itu menegang saat merasakan sebuah tangan mendekapnya. Tangan itu bergetar dengan lemah. Namun juga terdapat kehangatan di dalamya. “Jangan Pergi! Jangan tinggalkan aku!” tahan Naruto sekuat tenaga.
    Tapi apa daya. Tubuh itu sudah terlalu lelah bahkan hanya untuk berdiri. Sasuke bahkan dapat merasakan tubuh dibelakangnya itu menumpukan seluruh tubuhnya pada dirinya. Tubuh dibelakngnya itu bisa ambruk kapan saja.
    Tangan alabaster Sasuke mengelus tangan yang mendekapnya. Ia menyukai kehangatan dari Naruto. Sangat menyukainya. Kehangatan dari pemuda itu membuatnya melupakan mimpi buruk dan kegelisahannya. Tapi kehangatan itu juga membuatnya melupakan tujuannya. Tujuan untuk membalaskan dendam.
    Ia harus membunuh Itachi. Selain karena Itachi yang telah membunuh seluruh keluarganya, tapi itachi juga membahayakan Naruto. Suatu saat organisasi yang di masuki Itachi pasti akan mengincar Naruto karena tak bisa mendapatkan Menma. Sebelum hal itu terjadi, ia harus membunuh Itachi. “Naruto. Aku harus pergi.”
    “Tidak.”
    “Aku harus membalaskan dendamku.”
    “Tidak.”
    “Ini juga demi dirimu.”
    “Tidak. Jangan pergi.”
    Sasuke memutar badannya. Menghadap Naruto dan memeluk pemuda pirang itu dengan erat. Mata merah Sasuke menatap nanar tubuh Naruto yang dipenuhi darah. “Aku akan kembali. Jadi tunggulah aku.” Sebuah pukulan di tengkuk Sasuke layangkan. Tubuh didepannya terjatuh tak sadarkan diri.
    Baju khas klan Uchiha itu di lepas, memperlihatkan tubuh berkulit putih dengan otot yang tidak terlalu kekar. Baju itu ia robek dan ia gunakan untuk menyumbat luka di tubuh Naruto. Pedang Naruto ia letakkan di sisi tubuh pemiliknya. Pelindung kepala yang di pakai Naruto ia lepas. Tangannya mengelus dengan pelan surai pirang itu.
    Ah~ ia akan merindukan surai jabrik yang lebut ini. Ia akan merindukan mata biru yang cerah ini. Ia akan merindukan tawa gembira yang hangat ini. Ia akan merindukan seluruh bagian dari diri Naruto.
    Tanpa Sasuke sadari, mata merahnya telah meneteskan air mata. Jatuh menimpa pipi bergaris milik Naruto. Ia tak menghapus air mata itu, ia biarkan mongering dan meresap pada kulit Naruto. Sebagai bukti bahwa ia masih memiliki hati, dan telah ia berikan pada pemuda pirang didepannya. “Tunggu aku ‘Hime‘.” Surai di dahi itu ia sibak, untuk pertama kalinya Sasuke memberikan sebuah kecupan lembut pada seseorang. Dan itu adalah untuk Naruto.
    Tanpa mengenakan baju Sasuke melanjutkan perjalannya. Ia akan membunuh Itachi lalu menjemput Naruto. Membawa pergi Naruto dari neraka dunia yang ada di Konoha. Konoha terlalu beruntung mendapatkan sosok hangat seperti Naruto. Dan Konoha harus di beri pelajaran karena telah menyia-nyiakan anugrah itu.
    Beberapa menit kemudian. Dua orang Anbu bertopeng polos tiba di tempat itu. Menatap Naruto tanpa ekspresi dan suara. Salah satu dari Anbu itu mengambil pedang milik Kimimaru, membawanya mendekati Naruto. “Misi dari Danzo-sama. Bunuh aib dari Konoha.” Dan pedang itu menacab dengan dalam didada Naruto. Menembus tubuh itu untuk kedua kalinya.
    Mata biru itu terbuka. Terlihat betapa sakit yang ia rasakan. Menatap dua sosok yang berdiri didepannya dengan rasa tak percaya.
    Kenapa Anbu dari desanya sendiri malah membunuhnya?
    Kenapa ia dibunuh?
    Memangnya apa salahnya?
    Apa dosanya?
    Pupil biru itu perlahan mulai melebar. Menatap dengan penuh amarah pada dua sosok yang telah menghilang. Air mata mengaliir dengan perlahan. Rasa sakit akibat kehilangan dan dihianati. Ia sudah lelah. Ia biarkan kegelapan mengambil penglihatannya. Samar-samar ia dapat merasakan teriakan Kurama yang memintanya untuk bertahan.
    .
    .
    Hujan membasahi tanah Konoha. Dalam ruang kerjanya Minato menatap tetesan air yang berjatuhan. Wajahnya tampak tenang walau sesungguhnya hatinya sedang resah. Perasaan resah ini sebelumnya pernah dia rasakan saat mendekati hari persalinan anak-anaknya. Keresahan yang berujung pada berita duka.
    Selama ini yang paling dia khawatirkan adalah Menma. Bukan karena Menma adalah anak dalam ramalan, tapi karena Menma membawa cakra gelap Kyuubi, berbeda dengan Naruto. Oleh karena itu dia selalu menjaga dan membela Menma. Memberikannya kebahagiaan agar anak kesayangan itu tak teracuni cakra gelap Kyuubi. Ia tahu ini semua tak adil bagi Naruto, tapi selalu ada hal yang harus di korbankan untuk mendapatkan kebahagiaan.
    “Lapor Hokage-sama.” Seorang Anbu bertopeng beruang tiba-tiba muncul di belakang Minato. “Misi Tingkat A : Pengejaran dan membawa kembali Uchiha Sasuke telah gagal. Akimichi dan Hyuuga mengalami luka berat, Inuzuka dan Nara mengalami luka ringan sementara Genin Namikaze tak diketahui keberadaannya. Pencarian terakhir kami hanya menemukan ikat kepalanya di sebuah lapangan ditengah hutan dekat lebah akhir.”
    DEG
    ‘Tidak…’
    “Apa kalian sudah mencarinya dengan benar? Dia tak mungkin pergi jauh kan!? Dia pasti teruka, darahnya pasti masih meninggalkan aroma.”
    “Maaf Hokage-sama. Tapi hujan yang turun telah melenyapkan semua aroma dari genin Namikaze. Kami hanya dapat menemukan ini.” Sebuah kain bernoda darah diserahkan pada sang Hokage. Tangannya dengan gemetar meraih benda itu dan membukanya. Sebuah ikat kepala dengan lambang Konoha yang ternoda darah.
    “Kau boleh keluar.”
    “Baik!”
    .
    ‘Tidak… ‘
    Mata sebiru langit itu menatap ikat kepala ditangannya.
    Padahal kemarin dia masih melihat tawa cerah anaknya dari kejauhan.
    ‘Naruto….’
    Dia selalu berharap bisa meraih dan memeluk anak yang tertawa dibawah penderitaan itu.
    ‘Jangan pergi…’
    Ia ingin melenyapkan penderitaan anak itu.
     ‘Jangan tinggalkan ayah…’
    Tapi semuanya hilang.
    ’Maafkan ayah nak….’
    Mimpinya, harapannya, masa depan anak bungsunya. Semuanya hilang menyisakan duka dan hanya sebuah ikat kepala ternoda darah.
    ‘Maaf…’
    Bahkan bila ia meminta maaf berkali-kali. Berteriak ribuan kali hingga suaranya habis. Putra bungsu yang sangat dia sayangi takkan pernah kembali.
    “NARUTO!!!!!!”
    .
    .
    Dua hari kemudian. Tepat sehari setelah kedatangan Menma dan Jiraiya bersama Tsunade dan Shizune pemakaman Naruto di lakukan. Pemakaman yang hanya dihadiri oleh para kelauarga inti klan ninja. Sebagai penghormatan atas duka sang Hokage. Para Rocky Nine beberapa ada yang menangis, ada yang terdiam dengan wajah dinginnya namun ada juga yang memilih memalingkan muka. Tak ingin mengakui bahwa teman seperjuangannya telah pergi mendahuluinya.
    Pada makam itu hanya dikuburkan sebuah ikat kepala dengan lambang Konoha milik sang ninja muda. Tak ada tubuh dingin pucat tak bernyawa. Hanya sebuah ikat kepala dengan darah yang masih menodainya.
    Di batu nisan itu tertulis :
    ‘Uzumaki-Namikaze Naruto.’
    ‘Tertidur dalam dekapan Bumi dengan tawa cerah yang takkan terlupakan.’
    Lambang Konoha dan klan Uzumaki mengapit nama sang ninja muda.
    .
    Menma hanya menatap proses pemakaman kembarannya dalam diam. Sesekali dia menatap ayahnya yang hanya terpaku tanpa kata. Tsunade di belakang ayahnya menangis dalam diam dan Jiraiya menatap tanah dibawahnya dengan sedih.
    Menma merasa senang. Akhirnya anak yang sangat mengganggu dan pembawa sial itu menghilang. Namun entah kenapa dia merasa ada yang kosong dalam dirinya. Seperti ada sebuah ruangan yang berisi angin dingin yang tak ia ketahui apa penyebabnya. Kyuubi dalam tubuhnya juga tampak tenang. Terlalu tenang hingga ia merasa janggal. Kemarin malam ia sempat mendatangi monster besar itu. Namun mahluk itu hanya terdiam dan menatap dirinya dengan kosong. Ada yang aneh dengan sang rubah.
    .
    Minato menatap makam yang ada di samping makam Naruto. Itu makam istrinya tercinta. Kali ini dia lagi-lagi kehilangan anggota keluarga yang sangat ia jaga. Sebagai Hokage dia harusnya bisa menjaga keluarganya dengan baik. Dia kira dengan menjauhkan Naruto dari dirinya akan membuat Naruto terlindungi. Tapi nyatanya tidak. Anak itu justru menjadi target yang paling mudah untuk di serang.
    Sudah berkali-kali dulu dia mendengar bahwa putra bungsunya mengalami penyerangan dari ninja desa lain. Kebanyakan karena menaruh denda pada diririnya karena perang shinobi ke tiga. Ia kira seiring dengan berjalannya waktu maka mereka akan lelah karena takkan bisa menarik Minato untuk keluar walau sudah menculik putra bungsunya. Dia kira setelah membuat putranya dicap sebagai anak tak dianggap akan membuat Naruto terhindar dari bahaya. Namun nyatanya tidak. Anaknya akhirnya meninggalkannya selamanya.
    .
    Sementara Rocky Nine tengah berduka, Sakura tengah mengurung diri dikamar. Tubuhnya bergetar di balut selimut tebal. Sasuke tidak kembali.. Dia tak perduli apapun yang terjadi. Ia hanya menginginkan Sasuke kembali. Tapi siapa yang bisa ia salahkan? Shikamaru? Neji? Kiba? Chouji? Naruto!? benar Naruto gagal membawa Sasuke. Naruto berbohong padanya. Naruto pantas mati karena tak bisa membawa Sasuke kembali!
    .
    Dalam ruang yang gelap Danzo tampak senang. Satu aib telah pergi. Sayang ia harus kehilangan senjata berharga macam pemuda Uchiha itu. Tapi tak masalah. Pemuda itu tak lagi menjadi ancaman. Dia akan segera di cap sebagai missing nin, penghianat desa. Hukumannya pasti akan sangat berat.
    .
    Tubuh Sasuke bergetar murka. Mata merah bertemote nya berputar cepat.
    “Kau yakin Kabuto?” tanya Orochimaru yang tengah duduk di kursi kebesarannya.
    “Benar, Orochimaru-sama. Tim 4 Bunyi tak ada yang selamat. Begitu pula dengan Kimimaru. Lalu saya juga melihat dua orang Anbu bertopeng putih polos menikam dada Namikaze Naruto dengan pedang milik Kimimaru.” Papar Kabuto. Ia baru saja tiba setelah mengecek adakah ninja Oto yang selamat pada misi ini. Sayang ia tak menemukan apapun selain aksi pembunuhan yang dilakukan oleh Anbu Konoha.
    “Itu Anbu Danzo.” Ujar Orochimaru, jelas sekali ia senang melihat kebencian Sasuke yang semakin dalam pada Konoha.
    “Orochimaru! Latih aku dengan segera besok!” ujar Sasuke dingin. Dia berlalu pergi menuju kamarnya meninggalkan Orochimaru yang menyeringai senang dan Kabuto yang menatap dalam diam.
    “Apa kau berhasil mendapatkan tubuhnya Kabuto?”
    “Maaf Orochimaru-sama. Saat saya hendak mengambil jasat Namikaze, sebuah api keemasan mebakar tubuh itu berserta darah-darah yang tercecer. Hanya ikat kepala Konoha yan tersisa dari tubuh Naruto Uzumaki.”
    “Api emas?”
    .
    .
    Dalam gelapnya kamar mata merah Sasuke menyala terang. Bukan lagi tiga temote yang tampak disana, melainkan pola berbentuk bintang segi delapan yang berputar cepat. Tangan kanannya mencengkram baju di bagian dadanya. Dalam kegelapan pemuda Uchiha itu menangis dalam diam.
    Ia marah. Ia murka. Ia akan membalas semua ini. Kematian Naruto. Pengorbanan Naruto. Semuanya akan ia balas kepada Danzo, kepada Sakura, kepada Menma, kepada Yondaime Hokage, kepada Konoha. Tak kan ada yang bisi memadamkan api dendam ini keculai mereka bisa membawa kembali Naruto kehadapannya dalam keadaan utukh tanpa luka ataupun lecet.
    TBC
    .
    Bersambung kebagian Shipuden.
    Omake 1:
    Gelap.
    Dia merasa berada dalam kegelapan.
    ‘Naruto. Bertahanlah.’
    Ia kenal suara itu. Itu suara Kurama-nii.
    ‘Dimana? Diaman Kurama-nii? Nii-san!?’
    Sebuah cahaya kemerahan muncul didekatnya. Berkumpul membentuk sebuah pola. ‘Nii-san?
    ‘Naruto. Maaf aku tak bisa melindungimu.’
    ‘Tidak apa-apa Nii-san’
    ‘Naruto. Terimalah kesembilan ekorku.’
    ‘eh?’
    ‘Bangunlah. Sekali lagi, bawakan kebahagiaan pada dunia yang kotor ini.’
    Cahaya kemeraha itu perlahan bergerak kearahnya. Menyelimuti tubuh berkulit tan itu. Tapi tidak semua. Karena sebelum cahaya itu berasil menyatu sepenuhnya. Sebuah cahaya keemasan menyelimuti Naruto. Menolak sebagian cahaya merah yang ingin menyatu padanya.
    ‘Kau tidak harus berkorban Kurama’
    Sebuah suara yang sangat lembut terdengar di seluruh penjuru arah.
    ‘Terima kasih, atas pengorbananmu.’
    Dan pandangan Naruto dibutakan oleh cahaya terang yang memenuhi penglihatannya.
    .
    .
    .
    Omake 2:
    Masih terbayang di mata Minato, masa paling menyedihkan di sepanjang hidupnya. Masa yang membawa mimpi buruk disisa hidupnya. Masa ketika ia kehilangan istrinya Kushina.
    Ia ingat, malam itu bulan purnama bersinar terang. Kushina tengah melahirkan di gua tersembunyi. Kedua putranya akan lagir sebentar lagi. Namun rasa bahagia itu harus lenyap ketika sesosok lelaki bertopeng menyerang mereka.
    Mengambil Naruto yang masih lemah dan mengancam untuk membunuhnya jika tidak segera menyerahkan Kyuubi. Naruto, bahkan saat baru pertama melihat dunia kau sudah dalam bahaya.
    Sementara Minato tengah berusaha merebut putra bungsunya. Kushina dengan erat memeluk Menma yang tertidur. Namun mata violet wanita itu tak bisa lepas dari sosok Naruto yang ada di tangan lelaki bertopeng itu.
    .
    .
    Dalam sekejap mata, Kushina tiba-tiba sudah berada di sebuah hutan dengan tubuh yang terikat di batu besar. Ia dapat melihat lelaki bertopeng itu mendekat dan berusaha melepaskan Kyuubi dari dalam dirinya. Beruntung ia seorang Uzumaki, sehingga ia bisa bertahan hidup walaupun Kyuubi di tarik paksa keluar.
    Dari kejuahn ia dapat mendengar amukan monter rubah itu. Menyerang desa Konoha yang dicintai suaminya. Tak berselang lama suami datang membawa kedua putranya. Memintanya untuk menjaga sang buah hati sementara ia harus mengalahkan sosok penghancur Konoha itu.
    .
    .
    Dalam kekai yang kedap suara. Minato berhasil menyegel setengah cakra Kyuubi pada Menma. Tinggal sedikit lagi ia akan menyegel setengah cakra Kyuubi pada dirinya. Tapi Kushina menghentikannya. Kushina berkata bahwa ia harus berada di sisi kedia anaknya agar kelak mereka ada yang menjaga. Karena hidup sebagai Jinchuriki adalah bagaikan hidup dalam neraka penderitaan yang bernama kesepian.
    Dengan berat hati Minato mengijinkan Kushina melakukan penyegelan pada dirinya sendiri. Namun rantai cakra yang mengikat Kyuubi melemah dan akhirnya menembus tubuh Kushina yang berusaha untuk menyegel sekaligus melindungi Naruto.
    Melihat keadaan yang tak memungkinkan bagi Kushina untuk melakukan penyegelan. Minato mengambil alih dan melakukan penyegela pada Naruto, namun dalam penyegelan itu ia melakukan kesalahan karena serangan ekor Kyuubi. Kyuubi yang tahu Minato melakukan kesalahan dalam penyegelan hanya tertawa senang saat di segel.
    “YONDAIME! KAU TELAH MENCIPTAKAN NERAKA UNTUK ANAKMU SENDIRI!” ucap rubah itu saat telah tersegel dalam tubuh Naruto.
    Awalnya ia tak mengerti apa maksud dari perkataan rubah berekor sembilan itu. Namun saat memeriksa tubuh kedua anaknya, barulah ia sadar. Segel yang ada di tubuh Menma dan Naruto berbeda. Segel di tubuh Menma membuat anak itu dapat mengakses cakra Kyuubi sesuka hatinya.
    Sementara segel di tubuh Naruto memuat cakra Naruto menjadi kurungan untuk Kyuubi. Seluruh cakra anaknya di jadikan kurungan untuk Kyuubi, dan anaknya takkan bisa mengakses cakra itu kecuali ia ingin cakra Kyuubi merembes dan menyakiti tubuhnya. Minato benar-benar telah membuat hidup Naruto  menderita sejak hari itu.
    .
    Minato sudah berusaha melakukan berbagai macam hal untuk memperbaiki segel itu, bahkan ia sudah pernah berencana untuk melepaskan Kyuubi, lalu ia segel kembali. Tapi semuanya tak bsia ia lakukan karena cakra Naruto ternyata bukan hanya sebagai kurungan, tapi juga terikat dengan sangat erat pada cakra Kyuubi. Itu membuat bila Naruto menggunakan sedikit cakranya maka itu akan langsung menarik cakra Kyuubi keluar. Naruto memang takkan bisa menggunakan cakranya. Dan itu semua membuat Minato semakin bersalah.


  • KinGitsune 10

    0



    Dua sosong lelaki berjubah hitam dengan motif awan merah tampak berdiri di atas bukit batu. Memandang sebuah desa berpintu gerbang besar di depan sana dengan wajah datar. “Sudah sangat lama kau tak mengunjungi kampung halamanmukan, Itachi-san~” ujar sosok lelaki yang lebih besar, di punggung lelaki itu terdapat seuh pedang besar yang terbalut perban.
    “Kita datang untuk bertugas. Bukan untuk pulang kampung.” Jawab datar pemuda yang lebih pendek, ia memperbaiki topi jerami yang ia kenakan lalu melompat turun dari tebing diikuti temannya yang lebih besar.
    “Ayo kita berburu Jinchuriki.” Seringai dengan gigi tajam terlihat dari sosok bertubuh besar itu.

    Kingitsune
    (Rubah Emas)
    †††
    By : Ayuni Yuukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,

    Siang ini Konoha tempak ramai, beberapa warga telah kembali ke aktifitasnya semula, begitu pula dengan para ninja. Sasuke sendiri sudah diizinkan keluar dari rumah sakit. Tentu Tim 7 senang mendengarnya. Dengan ditemani Kakashi, Naruto dan Sakura –yang sudah pulih lebih dahulu- Sasuke kembali ke apartemennya. Tentu perjalanan menuju tempat Sasuke tinggal dipenuhi dengan celotehan Sakura yang tak begitu di tanggapi Sasuke.
    Saat didalam perjalanan Naruto tiba-tiba merasakannya. Kehadian sosok yang dulu menghilang dan sangat dia rindukan. Tak jauh dari Konoha dan tengah menuju ke tempatnya berada. ‘Itachi-nii’
    .
    Setelah membantu Sasuke sedikit beres-beres, Tim 7 pun meninggalkan Sasuke untuk istirahat. Walau Sakura memaksa tingga disana lebih lama lagi, tapi berhasil diusir oleh Sasuke dengan kata-kata dinginnya.
    Dalam perjalanan mereka berpencar, Kakashi menghilang dengan sunshinnya dan Sakura lebih memilih untuk langsung pulang dari pada harus berdekatan dengan Naruto. Sedangkan Naruto, dia labih tertarik untuk melacak keberadaan sosok yang sebentar lagi tiba di Konoha itu.
    .
    “Kurenai. Asuma, apa yang kalian lakukan di sini?” Tanya Kakashi saat melihat dua pasangan pembimbing genin itu tengah berdiri didepan sebuah kedai dango.
    “Sedang berburu tikus.” Jawab Asuma sambil menghisap rokok di tangannya. Matanya melirik kearah dalam kedai, didalam sana tampak dua orang berjubah hitam dengan motif awan merah tengah terduduk. Namun tak sampai lima detik kedua sosok itu telah menghilang.
    “Ck. Tikusnya kabur.” Ujar wanita bermata merah yang dipanggil Kurenai tadi. Dalam sekejap mata ketiga ninja berpangkat Jounin itu menghilang dengan shunsinnya.
    Kakashi, Asuma dan Kurenai tiba disebuah sungai besar didekat pemukiman yang sepi. Didepan mereka berdiri dua orang yang tadi sedang berada di kedai dango.
    “Jubah itu. Akatsuki. Siapa dan mau apa kalian kemari!?” Kakashi adalah orang pertama yang membuka suara. Ketiga ninja Konoha itu telah bersiaga dengan kunai di tangan mereka.
    “Jangan bilang kalian ingin menculik Jinchuriki Kyuubi!” kali ini Kurenai yang bersuara, ia memandang kedua ninja Akatsuki didepannya dengan tajam.
    “Kalau begitu aku takkan bilang. Kami kemari ingin menangkap Namikaze Menma.” Ninja Akatsuki yang lebih pendek berkata sambil melepas topi yang Ia kenakan. Seorang pemuda bermata dan berambut hitam panjang dengan dua garis halus di wajah tengah memandang mereka bertiga dengan tenang.
    “Uchiha Itachi!? Kau anggota Akatsuki!?” Kakashi memandang Itachi dengan terkejut.
    Siapa yang tak kenal Uchiha Itachi, seorang prodigy yang lahir dari klan kuat Uchiha. Seorang ninja yang pada usia 13 tahun telah berhasil menjadi ketua Anbu sebelum akhirnya meninggalkan Konoha setelah membantai seluruh klannya dan hanya menyisakan adik semata wayangnya, Uchiha Sasuke.
    “Itachi-san, waktu kita tidak banyak. Ayo kita tangkap anak bernama Namikaze Manma itu.” Pedang besar yang tergantung di punggung itu diambil, dengan sekali ayunan pedang itu telah menciptakan hembusan angin yang kuat.
    Ketiga ninja dari Konoha itu bersiaga. Lawan yang mereka hadapi tidaklah mudah. Akatsuki sepengetahuan mereka adalah kumpulan ninja kelas S yang menjadi buronan di seluruh Negara elemental. Harga kepala mereka bisa mencapai ratusan juta ryo, tentu kekuatan merekapun bukanlah main-main.
    .
    .
    Siang itu Sasuke tengah berjalan-jalan disekitar Konoha. Sebenarnya dia harus istirahat di rumah, tapi di rumah sendirian itu membosankan. Jadi dia memilih untuk menyusuri pemukiman Konoha.
    Siang itu warga tampak sibuk berlalu lalang. Toko-toko sudah mulai buka setelah sebelumnya tutup pasca penyerangan. Rumah-rumah yang hancur juga sudah berdiri kembali dengan baik. Tak ingin menarik perhatian warga Konoha, Sasuke mengalihkan jalur jalan-jalannya menuju arah sungai. Biasanya dia akan bertemu dengan Naruto disekitar sungai.
    Sayang sekali, setelah menyusuri sungai tempat Naruto biasa memancing, ia tak menemukan pemuda pirang itu dimanapun. Apa mungkin Naruto ada di apartemen? Atau mungkin di hutan Konoha?
    Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Sasuke memutuskan untuk menyusuri sungai hingga kembali ke daerah pamukiman warga. Yah niatnya sih begitu namun sekumpulan orang yang tengah bertarung didepan sana menghentikan niat Sasuke.
    Mata onix Sasuke dengan segera berubah menjadi saringan. Mata merah itu menatap dengan benci sosok didepannya yang tengah menggenjutsu guru pembimbingnya. Sosok yang sangat dia benci ada didepan matanya. Tak perduli apapun tujuannya datang ke Konoha. Kesempatan seperti ini takkan ia buang begitu saja. Ia akan membunuh Uchiha Itachi.
    Tangan Sasuke dengan cepat membantuk rangkaian kunci. Cakranya berkumpul di satu titik dan menciptakan aliran petir yang saling bercicit. Chidori, itu nama jurus itu. Jurus yang diajari oleh Kakashi dalam rentang waktu satu bulan. Jurus ini akan ia gunakan untuk membunuh Itachi.
    .
    Hanya dengan satu tatapan mata Itachi telah berhasil menjebak Kakashi Hatake dalam dunia genjutsu Tsukiyominya. Setelah berjalan selama lima detik, ninja berambut abu-abu itu jatuh tersungkur dalam genangan air.
    “MATI KAU ITACHI!!!” sebuah serangan dari belakang berhasil Itachi hindari. Mata saringan sulung Uchiha itu menatap pelaku penyerangan sekaligus adiknya satu-satunya dengan tajam. Sudah sangat lama sejak ia terakhir kali menatap wajah copian ibunya itu. Ia sangat merindukannya.
    Namun Itachi datang ke Konoha bukan untuk melepas rindu pada adiknya. Ia datang untuk memburu Kyuubi, apalagi adiknya sangat membencinya. Lihat saja, bukannya memberikan pelukan selamat datang, Sasuke malah menyerangnya dengan niat membunuh. “Serangan seperti itu takkan bisa membunuhku Ototou.”
    Mata merah Sasuke menatap Itachi nyalang. Terlihat sangat jelas sorot kebencian pada mata Uchiha bungsu itu. Sebuah kunai ia ambil dari kantung senjatanya. Melempanya cepat kearah Itachi lalu menerjang maju. Mengarahkan pukulan dan tendangan yang dengan mudah dapat dihindari oleh si kakak.
    “Itachi-san. Kita harus segera pergi sebelum ada ninja lain yang datang.” Seruan dari partner in crime nya menyadarkan Itachi untuk tidak terlalu lama bermain-main dengan adiknya. Dengan satu pukulan di pertut, serangan Sasuke akhirnya terhenti. “Kau terlalu lemah Ototou. Sepertiya aku perlu mengingatkanmu seberapa pentingnya kebencian itu! Tsukiyomi!” ujar Itachi sambil mengangkat kerah Sasuke, membuat bungsu Uchiha itu melayang di atas air.
    Tubuh Sasuke menegang, pandangannya tidak focus. Jelas sekali ia telah terjebak dalam Tsukiyomi milik Itachi. Hanya Itachi dan Tuhan yang tahu pemandangan mengerikan apa yang dilihat oleh Sasuke dalam genjutsu itu.
    Sebuah serangan lain tiba-tiba datang dari arah samping Itachi, membuat ia harus mengambil langkah meghindar dan membiarkan Sasuke terjatuh ke dalam air yang untungnya dapat di tangkap oleh pelaku penyerangan.
    Mata merah Itachi memandang dengan terkejut sosok penyerangnya. Sosok yang sangat dirindukannya tengah berusaha memapah tubuh Sasuke. “KAI” seru sosok itu melepaskan Sasuke dari genjutsu. “Kau tak apa Sasuke?” mata biru anak itu memandang Sasuke khawatir.
    “Sudah lama kita tak bertemu Naruto.” Sapa Itachi saat anak yang menyerangnya tak sedikitpun memperdulikan dirinya.
    Mata biru Naruto memandang Itachi dengan dalam. Ia sudah lama tak bertemu dengan Itachi, ia sangat merindukan sosok kakak itu. Tapi ia tak bisa mendekatinya karena ia tahu apa tujuan Itachi kemari. Menangkap Kyuubi yang ada dalam tubuhnya.
    “Apa kau datang kemari untuk menangkapku, Itachi-nii?” Tanya Naruto pelan. Tangannya memegang pedang dengan siaga. Ia berdiri didepan Sasuke yang masih berusaha untuk menenangkan diri aKibat dari genjutsu yang didapatnya.
    “Sayang sekali aku di perintahkan untuk menangkap Namikaze Menma.”
    “Kenapa harus Menma? Bukankah aku juga Ji-”
    “Satu-satunya Jinchuriki di Konoha yang ku tahu adalah Namikaze Menma.” Setelah mengatakan itu Itachi berlari menjauh diikuti oleh rekannya Kisame yang telah berhasil membuat Asuma dan Kurenai kewalahan. Mata Naruto memandang punggung Itachi yang menjauh.
    Apa maksud dari Itachi?
    Bukankah dia sangat tahu bahwa di Konoha masih ada satu Jinchuriki lagi dan itu adalah dirinya? Kenapa dia mengatakan bahwa hanya Menma satu-satunya Jinchuriki yang ada di Konoha?
    “Kalian tak apa!?” seruan dari seorang Ninja yang baru datang menyadarkan Naruto dari lamunannya. Dengan segera pemuda bersurai pirang itu membantu Sasuke berdiri. “Aku abik-baik saja Guy-sensei. Tapi aku tak tahu bagaimana keadaan Kakasi-sensei dan Sasuke.” Jawab Naruto sembari memapah Sasuke ke tepi sungai. “Aku akan membawa Sasuke ke Rumah Sakit.” Ujarnya dan berlalu meninggalkan Guy yang kesuitan membawa Kakashi.
    .
    Sore itu lagi-lagi Sasuke harus terjebak dalam ruangan serba putih berbau obat-obatan. Satu-satunya warna yang menarik baginya adalah rambut pirang milik Naruto yang tertiup angin lembut. Pemuda pirang itu tampak tengah tertidur disampingnya dengan kepala yang bertumpu pada kasur pasien. Dia pasti sangat kelelahan.
    Dengan pelan tangan Sasuke mengelus surai pirang lembut itu. Takut untuk membangunkan si pirang dari tidur lelapnya. Namun sayang, hanya dengan sekali udapan di rambut Naruto telah membuka matanya. Mata biru Naruto memandang Sasuke dengan khawatir. Wajah pemuda Uchiha itu memang tidak pucat. Tapi tetap saja, terbesit rasa khawatir di hati Naruto.
    “Sasuke, kau tak apa? Ada yang sakit? Pusing? Kau mau minum?” Tanya Naruto beruntun, memperhatikan Sasuke dengan seksama.
    “Kau berisik Dobe. Aku tak apa. Terimakasih sudah melepaskanku dari Tsukiyomi itu.”
    Naruto tahu bahwa keadaan Sasuke baik-baik saja. Tapi Naruto dapat merasakan kebencian Sasuke yang semakin dalam. Kebencian yang di tujukan untuk Itachi. Naruto tak ingin kedua orang yang berharga baginya ini harus saling membunuh, walalu Naruto yakin Itachi takkan membunuh Sasuke tapi Sasuke sendiri sangat bernafsu untuk membunuh kakaknya.
    .
    .
    Malam itu Konoha tampak sangta sunyi, terasa sangat lengang padahal biasanya ada saja satu ninja yang berpatroli. Diantara deretan rumah penduduk samar-samar terlihat empat sosok melompat dengan cepat menyusuri perumahan. Tujuan mereka berempata adalah sebuah ruangan di Rumah Sakit Konoha yang dihuni oleh target mereka.
    Tak menjelang lama mereka telah sampai di tempat tujuan. Dari luar mereka dapat melihat sesosok pemuda tengah tertidur di atas ranjang Rumah Sakit. Pemuda bersurai gelap itu tampat tertidur dalam lelapnya. Seorang anggota lelaki di empat kawanan itu membuka kaca kamar itu dan masuk kedalam diikuti ketiga anggotanya.
    “Tak kusangka ular itu akan menjemput lebih cepat.” Ujar pemuda yang masih tertidur di ranjang itu. Dengan perlahan kelopak mata itu terbuka memperlihatkan iris merah dengan dua temoutenya.
    “Kami datang menjumputmu atas perintah dari Orochimaru-sama.” Ujar lelaki yang membuka jendela tadi. Lelaki yang memiliki empat tangan dan sebuah busur panah di punggungnya.
    “Hn” pemuda Uchiha yang menjadi target misi ninja Oto itu bangun dari tidurnya. Menatap satu-persatu penjemputnya dan mendengus meremehkan. “Ayo pergi.” Lanjutnya.
    “Maaf Sasuke. Tapi kau harus memakan pil ini terlebih dahulu dan ‘tertidur’ untuk beberapa lama.” Laki-laki dengan tangan ganda itu menyerahkan sebuah pil bulat berwarna ungu mencurigakan. “pil ini akan membentumu melepaskan kekuatan dari segel gaib.”
    “Bagaimana aku bisa pergi jika aku akan ‘tertidur’?”
    “Kami akan membawamu. Jiroubo!” seorang anggota yang paling gemuk maju kedepan. Membentuk beberapa segel dan menghentakkan telapak tangannya ke lantai. Dari asap yang mengepul muncul sebuah tong besar dengan beberapa kertas segel menempel di sisinya. “Selama proses ‘tertidur’ anda akan berada didalam sana.”
    “Hn”
    .
    Pagi-pagi sekali Konoha digemparkan dengan kabar kedatangan empat peyusup dan satu ninja genin yang menghilang. Karena semua ninja senior telah mengambil misi maka yang dapat dikumpulkan hanyapara genin yang tidak memiliki misi. Yang berhasil dikumpulkan.
    Didalam kantor Hokage telah ada lima ninja muda dengan raut wajah berbeda-beda. Shikamaru yang terlihat malas, Chouji yang sibuk memakan kripik kentang di tangannya, Kiba yang masih mengantuk, Neji yang berwajah tenang dan Naruto yang terlihat sangat khawatir. “Maaf membangunkan kalian pagi-pagi sekali. Tapi hanya kalian ninja yang mesih bebas untuk saat ini.” Ucap Hokage bersurai kuning yang tangannya masih terperban. Disampingnya tampak Iruka berdiri dengan tegang. “Kalian ku berikan misi kelas A untuk membawa Uchiha Sasuke yang diculik oleh empat Ninja Bunyi yang telah menyusup kemarin malam. Keempat penyusup ini masuk dari arah barat dan sepertinya mereka juga mengambil arah barat untuk pergi, bawa Sasuke kembali apapun caranya.”
    Kelima ninja muda itu mengangguk singkat sebelum akhirnya pergi bersama manuju gerbang Konoha. Di gerbang sana mereka dapat melihat seorang gadis bersurai musim semi telah menanti mereka. “Sakura-chan?” sapa Naruto mendekati teman setimnya.
    “Naruto! Apapun yang terjadi kau harus membawa Sasuke-kun kembali. Bagaimanapun caranya!” seru gadis itu menatap Naruto dengan sengit. Mata hijau gadis itu memandang dengan penuh tuntutan. Sementara di balakang Naruto, para ninja muda lainnya hanya mendecih sebal melihat sikap dari gadis musim semi itu. “Naruto ayo!” ajak Shikamaru yang muak melihat tatapan Sakura kepada Naruto.
    Naruto hanya tersenyum lembut. Menatap Sakura dengan mata birunya yang redup. “Aku akan membawa Sasuke kembali Sakura. Lihat saja nanti.” Ucap Naruto dan menyusul anggota timnya.
    .
    Lima pemuda dengan tiga genin dan dua chunin itu berlari dengan kencang. Neji dengan mata byakugannya berada diurutan terdepan, disusul Shikamaru dibelakangnya. Dibelakang Shikamaru ada Chouji dan Naruto dan di belakang ada Kiba dan Akamaru yang memiliki indra penciuman yang tajam.
    Mereka terus berlari hingga tanpa sengaja Kiba memutuskan sebuah benang transparan yang terpasang tanpa mereka semua ketahui.
    Jauh didepan sana sekelompok ninja Oto yang tengah beristirahat mulai bergerak kembali setelah meninggalkan seorang aggota mereka yang paling gemuk untuk menghadapi ninja dari Komoha yang mengejar mereka.
    Naruto merasakan keberadaan keempat ninja Oto didepan mereka. Ia juga dapat merasakan cakra Sasuke yang terus berkembang dan menggelap. Jarak mereka cukup jauh. Tapi jika mereka terus mengejar maka saat matahari terbenam nanti ia yakin timnya akan dapat menyusul mereka.
    “Mereka meninggalkan satu anggota mereka didepan sana.” Seru Naruto saat merasakan satu cakra yang tidak berpindah tempat didepan mereka. Kelima ninja itu berernti secara serentak diatas dahan pohon.
    “Sepertinya mereka ingin menghambat kita.” Ucap Shikamaru mulai menganalisa keadaan.
    “Kenapa kau yakin akan perkataannya Shikamaru?” Tanya Kiba yang disetujui oleh Neji. Pasalnya penciuman dan penglihatan mereka belum melihat apapun didepan sana.
    “Karena sensor Naruto yang paling baik diantara kita semua.” Jawab Chouji dengan percaya diri.
    “Apa kau tahu dia jenis ninja seperti apa Naruto?”
    Mata Naruto terpejam. Mengkonsentrasikan pikiran pada titik cakra didepannya. “Aku tak tahu seperti apa wujudnya. Tapi dia hampir mirip dengan Chouji. Mengumpulkan cakra pada tubuhnya yang besar.” Ucap Naruto setelah membuka mata birunya. “Dan dia pengguna elemen tanah.” Tambah Naruto.
    “Kalau begitu salah satu dari kita harus mengahdapinya agar tak menunda perjalanan. Kemungkinan yang akan menghadapinya nanti adalah kau, Chouji. Bersiap-siaplah.”
    “Okay –karus-kraus-.”
    Tim pengejar itu mulai berlari kembali.  Tepat beberapa puluh meter didepan mereka ternyata memang ada seorang ninja Oto yang sudah menunggu. Seorang ninja berbadan besar dengan rambut mohaknya. Tanpa basa-basi mereka terus berlari semetara Chouji telah berdiri menghadang ninja Oto itu yang hendak menghalangi timnya lewat. “Lawanmu adalah aku Gendu!” seru Chouji.
    “Kau juga gendut. Gendut!”
    .
    “Shika. Apa tak apa?” Tanya Naruto gelisah. Pasalnya ninja Oto itu jelas lebih berpengalaman dan memiliki cakra yang lebih besar dari Chouji.
    “Kau tenang saja. Chouji bukan lagi ninja yang kemah.” Jawab Shikmaru percaya diri. Pemuda Nara itu tau dengan jelas kemampuan sahabatnya itu.
    Shikamaru hampir tahu semua kemampuan anggota rocky 9. Oleh karena itu ia memilih keempat ninja ini. Hanya saja sampai sekarang ia tak tahu kemampuan Naruto keseluruhan. Ia hanya tahu bahwa Naruto ahli dalam taijutsu dan kenjutsu. Dia bisa bebas dari segala ilusi tingkat rendah hingga tingkat tinggi tapi dia tidak menguasai ninjutsu. Dia juga memiliki sensor yang baik yang Shikamaru tahu telah disembunyikan selama ini. Bahkan sensornya dapat menyaingi penciuman klan Inuzuka dan mata byakugan Hyuuga.
    Getaran kecil terasa dibelakang mereka. Jelas sekali itu adalah aKibat dari pertarungan Chouji melawan ninja Oto itu. Mereka tak dapat melambatkan laju mereka, karena sedikit saja mereka melambat maka jarak mereka dengan Sasuke akan semakin menjauh.
    Tanpa mereka sadari saat melewati sebuah bagian hutan yang agak renggang sebuah jaring meluncur dengan cepat dari depan mereka. Naji dan Naruto yang memiliki refleks bagus berhasil lolos dengan memotong jaring itu dengan pedangnya dan control cakra Neji yang baik.
    “Kemampuan kalian boleh juga.” Seorang ninja dengan tangan ganda muncul tak jauh didepan mereka. Ninja yang bernama Kidoumaru itu menyeringai saat melihat jaringnya berhasil menangkap dua ninja lainya. Dengan segera ia meluncurkan anak panah yang keluar dari mulutnya kearah kedua ninja malang yang terjebak tersebut.
    Anak panah itu melaju dengan sangat cepat kearah Shikamaru, namun sebelum panah itu menembus tubuh si bocah Nara, Naruto telah berhasil menangkisnya dengan pedang ditangannya.
    Naruto segera membebaskan Shikamaru, Kiba dan Akamaru sebelum panah lainnya datang. Neji menatap pedang di tangan Naruto dengan aneh. Ia tahu Naruto tak dapat menggunakan cakranya, tapi ia dapat merasakan sebuah cakra yang tipis menyelimuti pedang itu. Yang jelas cakra itu bukan dari Naruto karena aura cakranya yang sangat berbeda.
    “Sepertinya didalam jaring ini terdapat cakra yang mengalir. Dan dia adalah petarung jarak jauh. Shikamaru dan Kiba tak bisa mengatasi jaring ini, sementara Naruto walaupun bisa tapi ia adalah petarung jarak dekat.” Ujar Neji saat ketiga anggota timnya sudah berdiri di sisinya. “Baiklah. Aku yang akan menghadapinya. Kalian lanjutkan perjalanan.” Ujar Neji mengambil keputusan sepihak. Tapi tampaknya tak ada yang protes karena apa yang dikatakan oleh pemuda Hyuuga itu adalah benar.
    .
    Satu lagi anggota tim mereka tertinggal dibelakang. Jika jumlah tim Oto adalah empat orang maka satu yang tersisa akan membawa Sasuke kembali. Dalam hati Kiba dan Shikamaru sudah memutuskan bahwa Naruto lah yang akan membawa Sasuke kembali. Bukan hanya kerana Naruto satu tim dengan mereka, tapi juga karena hanya Naruto yang dapat mengerti perasaan Sasuke.
    Seperti yang diduga. Satu anggota tim telah menanti mereka didepan sana. Kali ini adalah seorang ninja dengan dua kepala dalam satu tubuh. Walau samar Naruto dapat merasakan dua cakra pada tubuh itu. Dan Shikamaru tahu denga jelas bahwa yang akan menghadapi ninja itu adalah Kiba dan Akamaru.
    Jarak mereka –Naruto dan Shikamaru- dengan ninja Oto sudah sangat dekat. Hanya tinggal seorang ninja perempuan berambut merah yang membawa gentong besar di punggungnya. Naruto dapat merasakan cakra Sasuke dari dalam gentong itu. Sekuat tenaga mereka mengejar ninja itu, beruntung laju ninja wanita itu melambat karena beban yang dibawanya. Tak membutuhkan waktu lama Naruto dan Sikamaru berhasli mengepung mereka.
    Naruto melaju dengan kencang menyerang Ninja wanita itu. Semetara ninja Oto yang beranam Tayuya itu menghadapi Naruto, Shikamaru berusaha meraih gentong yang ada didekat wanita itu. Sayang ia berhasil di pentalkan dengan tendangan di perutnya.
    Wanita itu mengambil sebuah seruling dari balik punggunya. Dengan cepat wanita itu meniupkan serulingnya. Seluruh hutan tiba-tiba menjadi sunyi. Tubuh Naruto dan Shikamaru tak bsia bergerak, rasanya seperti dipasung.
    Tayuya berjalan mendekati Shikamaru, sekilas ia melirik Naruto tak ajuh di sampingnya yang juga dalam keadaan tak bsia bergerak. Kedua ninja muda dari Konoha itu telah terjebak dalam jebakan genjutsunya. Setidaknya begitulah yang ia pikirkan.
    Dalam sepersekian detik, sebuah bayangan kuning melesat menjauhi Tayuya. Menuju letak gentong yang ada dibelakang gadis dari Oto itu.
    Tanpa membuang waktu bayangan kuning yang diketuhui sebagai Naruto itu membawa gentong itu berlari menjauh. “Kuserakan padamu Shika!” seru ninja muda itu sambil berlari menjauhi Shikamaru yang masih mematung.
    “Mendokusai.” Gumam pemuda Nara yang harusnya masih dalam genjutsu itu. Pemuda yang biasanya berekspresi malas itu kini tampak tersenyum melihat Naruto mejauh. Rencana mendapatkan Sasuke sukses. Kini hanya tinggal membawa pemuda Uchiha itu kembali ke Konoha.
    Begitulah yang dipikir Shikamaru sebelum sesosok pemuda bersurai putih melesat melewati dirinya mengejar Naruto. Dari pakaiannya, Shikamaru tahu dengan jelas bahwa itu adalah ninja dari Oto lainnya.“Sial!”
    TBC
    .
    Omake:
    Orochimaru menatap lilin dikamarnya yang menyala redup. Sesekali ia merintih merasakan sakit. Kemarin anggota Tim 4 Bunyi telah pergi menuju Konoha. Harusnya tadi pagi mereka telah tiba tapi hingga siang ini mereka belum juga tiba.
    Sannin ular itu sudah tak dapat menahan rasa sakitanya. Oleh karena itu ia melakukan ritual lebih awal, walau harus menggunakan tubuh orang lain, bukannya tubuh Sasuke. Tadi pagi dia juga sudah mengirim Kimimaru untuk menyusul Tim 4 Bunyi. Ia yakin tim itu akan mengalami keterlambatan karena ninja Konoha yang mengejar mereka.
    Kimimaru adalah satu-satunya yang selamat dari tragedy berdarah klan Kaguya. Dia adalah yang terbaik dari semua calon wadahnya. Hanya saja penyakit kutukan klan Kaguya juga mengikuti pemuda itu bersama dengan kekuatan besarnya.
    Orochimaru tak mau menggunakan tubuh yang sudah rusak. Tapi ia juga tak ingin membuang senjata yang bagus. Oleh karena itu. Daripada senjata itu berkarat dan rusak karena tak pernah dipakai. Bukankah lebih baik jika senjata itu digunakan sampai hancur?
    “Khu…khu…khu…khu… sudah ku duga. Kau akan datang dengan sendirinya ke tempatku Sasuke-kun~” tawa laknat Orochimaru membuat Kabuto yang kebetulan melewati kamar boss nya menjadi merinding. ‘Tawa Orochimaru-sama seperti tawa okama.’ Batin tangan kanan kepercayaan Sannin ular itu.


  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan