• Posted by : Yuuki Senin, 13 Maret 2017


    A\N : Full flashback SasuNaru dan keluarga
    .
    .
    "Kaa-chan kita mau kemana?" bocah kecil bersurai gelap itu menarik tangan sang ibu yang ada di genggaman. Mata onix bulatnya menatap dengan penasaran kepada sebuah mansion yang ada di depannya. "Itu lumah ciapa?" lajutnya terkagum-kagum melihat bangunan besar bergaya eropa dengan halaman luas penuh rumput hijau dan pepohonan.
    "Itu rumah teman Kaa-chan. Sasu akan bertemu teman baru di sana." Ujar sang ibu dengan senyum lembut plus bahagia. Senyuman itu menular pada bocah kecil itu.
    "Teman balu? Cepelti apa?" Penasaran, biasanya sang ibu sangat melarangnya berdekatan dengan orang asing selain keluarga besarnya. Oleh karena itu dia belum memiliki teman sepermainan yang bisa di ajak memperebutkan mainan dan saling mengejek.
    "Namanya Naru. Dia lebih kecil beberapa bulan dari Sasu. Dia anak yang manis dan menggemaskan. Sasu pasti akan senang ketika mengenalnya." Sambil berjalan menyusuri taman yang luas Mikoto menerangkan tentang sosok yang akan menjadi teman sepermainan putra kecilnya.
    "Benalkan?" Tanpa sadar mereka telah sampai di depan pintu mansion yang besar. Pintu itu berwarna coklat kayu dan menjulang tinggi di hadapan si Uchiha kecil.
    "Tentu saja." Jawab sang ibu hedak menekan bel. Namun sebelum bel sempat di tekan, pintu besar itu telah terbuka terlebih dahulu dan menampilkan sosok wanita bersuari merah panjang yang menerjang sang ibu membuat Sasuke menjerit ketika melihat yang ibu terjatuh dengan wanita bersurai merah itu di pelukannya.
    "Miko-chan~ Aku kangen sekali padamu~" Seru wanita itu riang, ia mendudukkan diri dihadapan Mikoto dan memandang Sasuke dengan penasaran. "Heee~ ini Sasuke-kun? Sudah sebesar ini? Wah cepat sekali! Naru, Naru sini. Ada Sasuke-kun." wanita itu mengulurkan tangannya ke dalam mansion itu, memanggil sosok kecil yang masih bersembunyi di balik tubuh dua sosok berambut jingga.
    "Cacuke?" Ujar sosok kecil bersurai pirang itu imut, kepalanya mengintip malu-malu dari balik tubuh sang kakak. Mata biru indah anak itu memandang bocah lain yang masih berdiri disamping sang ibu. "Cuke?" Dengan perlahan dan agak ragu ia keluar dari persembunyian amannya dan meraih tangan sang ibu yang masih terulur. Matanya tak lepas dari sosok kesil dihadapannya yang balik menatapnya dengan penasaran.
    "Naluto decu. Yolochiku." Tangan gembul berbalut kulit tan itu terulur menunggu jabatan tangan dari pemuda berkulit putih didepannya. Mata biru itu berbinar senang dan senyum cerah terukir ketika tangan putih kecil menjabat tangannya.
    "Cacuke Uchiha decu."
    .
    "Cuke! Lihat Kyuu-niichan kaci Nalu hadiah lubah. Namanya Kyuubi. Kyuu-chan ini Cuke." Naruto memperkenalkan rubah merah hadiah ulang tahun dari sang kakak. Ketika kakak lelakinya memberikannya seekor rubah sebagai hadiah, kakak perempuannya-Kurama- malah memberikannya satu set dress Cinderela kepada sang adik lengkap dengan wig pirang panjang, tiara dan sepatu kacanya. 'Mau bagaimana lagi, Naruto terlalu imut untuk seorang anak lelaki.' Ucap Kurama saat ditanya kenapa memberikan hadiah seperti itu kepada Naruto.
    Sasuke menatap Naruto yang tampak mendekap anak rubah dengan erat. Entah kenapa terlihat imut dan menggemaskan. Mungkin karena Naruto sedang memeluk anak rubah?
    Untuk pertama kalinya Sasuke merasa tidak ingin memalingkan pandangan dari bocah pirang yang masih asik mengelus kepala rubah di pelukannya.
    .
    .
    Umur enam tahun. Kini Sasuke dan Naruto sudah memasuki kelas 1 sekolah dasar. Mereka masuk bersama-sama di Konoha Elementary School yang dimiliki keluarga Sarutobi. Sebenarnya Fugaku ingin menyekolahkan putra bungsunya di Tokyo. Tapi Sasuke bersikeras untuk sekolah di Konoha bersama sahabat pirang tercintanya.
    "Pokoknya Cuke maunya cama Nalu!" begitu ucap Sasuke ketika Fugaku memaksanya untuk sekolah di Tokyo.
    Dengan bujuk rayu sang istri dan perang dingin penuh tatapan tajam -yang terlihat imut- dari putra bungsunya. Akhirnya Fugaku menyerah.
    Kini lelaki pemimpin keluarga Uchiha itu hanya bisa menatap putra bungsunya bergandengan tangan bersama bocah pirang memasuki ruang kelas yang dipenuhi bocah seumuran putranya, Jangan lupakan wajah ceria penuh keimutan yang ditebarkan Naruto membuat pipi Sasuke merona.
    "Haahh~" Sekali lagi lelaki Uchiha itu menghela nafas.
    "Kalau kau terus menghela nafas. Kau akan semakin terlihat tua." Ujar sosok lelaki pirang yang berdiri disampingnya. Mata biru lelaki itu tak lepas dari putranya yang ada di dalam kelas.
    Kerutan kesal muncul di wajah dingin lelaki Uchiha itu keika menyadari siapa lelaki yang baru saja bicara dengan lancang pada dirinya. "Ini semua karena putra kecilmu itu."
    Namikaze Minato. Lelaki pirang yang menjadi sahabat sekaligus rival abadinya sejak ia menginjak bangku sekolah dasar. Entah itu takdir atau kesengajaan, mereka berdua selalu berada di sekolah yang sama seolah-olah tak ada lagi sekolah lain di dunia ini. Untungnya saat kuliah mereka mengambil Jurusan yang berbeda jadi kemungkinan untuk bertemu sangatlah sedikit.
    "Ehh~ Jangan salahkan Naru-chan ku yang imut~" ahh... lelaki yang masih terlihat muda walau sudah berkepala tiga itu masih saja cerewet seperti dulu. Apa anaknya juga akan secerewet Minato? apa Sasuke putra kesayangannya akan tahan berteman dengan bocah cerewet plus hiperaktif itu? Sasukenya yang malang~
    "Ck. Kenapa putraku bisa kenal dengan putramu? Seingatku kita tidak pernah mempertemukan mereka."
    "Eh? Kau tidak tahu? Mikoto-chan kan sering main ke rumah bersama Sasu-kun untuk bertemu dengan Kushi-chan."
    "Kushi-chan?" Seingat Fugaku, sang Istri tidak memiliki teman bermarga Namikaze yang bernama Kushi. Kushi siapa?
    "Kushiha. Uzumaki Kushiha. Dia ibu dari malaikat kecilku Naru~"
    "Uzumaki!? Kushina? Kakak dari Uzumaki Nagato itu? Argh!" Pantas saja putra bungsunya terlihat lengket dengan bocah kuning itu. Ternyata istrinya yang menjadi penyebab dari sifat ketidak Uchiha'an putranya.
    Beberapa bulan ini Mikoto memang sering izin keluar untuk bertemu dengan Uzumaki teman SMA nya dulu. Fugaku sama sekali tak tahu bahwa Uzumaki yang dimaksud adalah Kushina. "Tunggu. Jadi hari ini Mikoto tidak bisa mengantar Sasuke karena dia sedang bersama istrimu?"
    "Oh, Iya. Kushi-chan dan Mikoto-chan bilang mau reuni dengan teman-teman semasa SMA. Aku sih tak masalah. Aku jadi bisa lebih lama bersama dengan Naru-chan~" Ucap Minato riang."Memangnya kau tidak senang bersama Sasu-kun lebih lama?"
    "Tentu saja aku senang. Kalau saja aku tidak harus bertemu dengan kau."
    "Jangan begitu. Kau lupa, kau dulu sudah melamar putraku yang masih dalam kandungan untuk dinikahkan dengan Sasu-kun yang baru berusia 2 bulan." Minato berucap heran. Seingatnya dulu saat Naruto masih di kandungan, Fugaku sangat bersemangat untuk menikahkan anak-anak mereka. Tapi kenapa setelah Naruto lahir, lelaki Uchiha ini jadi menyebalkan?
    "Itu karena aku mengira anakmu itu perempuan. Hasil USG juga kau bilang dia akan lahir perempuan." Memang benar. Fugaku dulu sangat bersemangat untuk menikahkan Sasuke dengan anak Minato, bahkan dia dengan segera melamar anak Minato yang saat itu masih berada dalam kandungan. Namun saat ia mendapat kabar bahwa anak yang lahir adalah laki-laki. Rasanya Fugaku ingin mengubur dirinya hidup-hidup.
    Bayangkan dia harus menjodohkan Sasuke yang imut dan manis dengan putra Minato yang ia tidak tahu besarnya nanti akan seperti apa. Jangan salahkan Fugaku. Keluarga Minato itu lelakinya mesum semua. Jiraiya contohnya. Ia tidak terima putra bungsunya yang manis dan cantik seperti Mikoto harus diper-uke oleh seorang Namikaze.
    "Kau tenang saja. Walau lelaki, Naru-chan memiliki kelebihan." Minato mentap putranya dengan senyum sendu.
    "Apa maksudmu?"
    "Kita bahas ini nanti saja ya. Datanglah kerumah nanti sore dengan Madara-sama juga."
    .
    "Cuke duduk cama Nalu ya?" Naruto menatap Sasuke dengan padangan memohon. Kedua tangan pirangnya menggenggam tangan kanan Sasuke dengan erat sementara tangan kiri Sasuke dimasukkan ke kenatung celana. Matanya menatap jendela yang mengarah ke taman dengan dingin namun rona merah jelas terlihat di wajahnya. Selain Naruto, ada juga beberapa anak lain yang berusaha menarik perhatian si bocah Uchiha. "Cuke~" panggil Naruto ketika tidak mendapat jawaban, matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis.
    Maklum saja. Ini hari pertama sekolah, ia tidak kenal siapapun di ruangan ini selain Sasuke. Ia juga tidak mau duduk dengan anak yang tidak dikenalnya. Selain itu dia juga tidak terima Sasuke-nya duduk dengan anak lain. 'Kan nanti Cuke Nalu di lebut.' batin si pirang.
    Mewek. Naruto rasanya mau mewek. Sasuke nya tidak menjawab dan mengabulkan permintaannya. Rasanya ia menjadi anak yang paling malang di kelas ini. Rasanya dia ingin berlari keluar ruangan dan memeluk kaki ayahnya erat dan tidak mau datang ke tempat ini lagi. Tempat dimana banyak sekali anak-anak yang ingin merebut Sasuke-nya.
    "Na, ne. Aku Kiba Inujuka, ini anjingku Akamalu. Yolochiku." Tiba-tiba saja pandangannya dipenuhi dengan wajah seorang anak lelaki dengan tanda merah di kedua pipinya, jangan lupakan seekor anjing yang bertengger? dia atas kepalanya.
    "Namikaje Naluto decu. Nee, boleh bawa plihalaan ke cini?" Naruto menatap anjing kecil di atas kepala Kiba. Jika memang boleh membawa pliharaan, besok dia mau membawa Kyuubi ke sini.
    "Ng, ndak tau. Tapi aku pengen bawa Akamalu kecini. Kan aku blum punya temen." Ujar Kiba imut.
    "Nee~ Mau temenan cama Nalu? Nalu becok juga mau bawa Kyuubi kecini ahh~"
    "Nee~ temenan. Nalu duduk cama Kiba yaa~"
    "Okay~"
    Dan bungsu Uchiha hanya bisa menatap dengan nanar ketika Naruto akhirnya duduk dengan Kiba dan meninggalkan dirinya ditengah kerumunan anak-anak perempuan yang masih berusaha menarik perhatiannya.
    Dan kali ini Sasuke lah yang meresa mau mewek karena ditinggal sang Uke.
    TBC

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan