- Home>
- Empress Of Uchiha Family 7
Posted by : Yuuki
Sabtu, 04 Maret 2017
.,.
Naruto menyusuri jalan setapak ditaman dekat kediaman Uchiha. Ia berjalan dengan santai bersama Kyuubi, rubah peliharaannya. Terkadang ia akan tekikik geli ketika mengingat bahwa nii-chan nya sendiri yang menghadiahkan rubah itu padanya dan menaminya dengan namanya sendiri.
Sore itu Naruto mengenakan dress ibu hamil berwarna biru muda, rambut pirang pendeknya ditutupi wig pirang sepinggang. Ia mengenakan topi jerami lebar dengan pita merah. Sekilas ia akan terlihat seperti Kushina jika saja wignya berwarna merah.
Kandungannya sudah hampir menginjak bulan ke-8. beberapa minggu lagi putranya akan segera lahir. Ia tak sabar menimang putra yang telah ia idam-idamkan.
Naruto mendudukkan dirinya di kursi taman. Ia berjalan tidak terlalu jau dari kediaman Uchiha, tapi itu tetap membebaninya. Selain itu ia juga tidak mau membuat Sasuke menghawatirkannya. Ia dapat melihat sosok Kagerou Uchiha yang diminta Fugaku menjadi bodyguard-nya. Ia makin yakin bahwa klan Uchiha dulunya adalah seorang ninja.
Naruto menghela nafas pelan. Sesekali mengelus perutnya yang besar. Sejak menyebarnya isu dirinya menikah dengan Sasuke, ia dilarang meninggalkan kediaman seorang diri. Selalu saja ada satu atau dua orang Uchiha yang akan mengawasinya kemanapun dia pergi.
"Menam-kun. Bersabarlah. Saat kau lahir nanti. Dunia akan meneriakkan namamu dengan penuh kekaguman." ujar Naruto merasakan tendangan dari bayinya. "Dan akakn aku pastikan tak akan ada satupun orang yang bisa menyakitimu."
.
Sai sedang berjalan-jalan disekitar taman. Ia baru saja selesai melukis pemandangan danau buatan di taman itu. Lukisannya sudah ia letakkan di mobil dan kali ini ia hanya ingin menikmati udara sore.
Sambil menggumamkan lagu ia menebar senyuman kepada seluruh pengunjung taman yang memperhatikannya, sampai akhirnya ia melihat sosok yang dikenalnya duduk di kursi taman tepat dibawah pohon rindang.
"Naruto-san?" Sapa Sai ragu, pasalnya sosok yang ada di depannya ini memiliki rambut panjang. Berbeda dengan Naruto yang ia temui di pesta Uchiha beberapa mingu lalu.
"Hm? Sai-san? Lama tak bertemu." ujar Naruto sopan. Kyuubi tengah bermain di hadapannya mengejar kupu-kupu yang terbang.
"Ah, Naruto-san. Anda sendirian? Sasuke-kun dimana?" Sai mendudukkan dirinya tepat disamping Naruto. Menatap wajah berbingkai rambut pirang itu dengan seksama. Tanpa sadar rona merah samar terlukis di wajahnya.
"Sasuke sedang di kantor. Hari ini aku diam di rumah bersama Mikoto-kaa-san. Tapi karena bosan, makanya aku keluar."
"Apa tak masalah anda keluar seorang diri?"
"Kau tenang saja. Taman ini tidak terlalu jauh dari kediaman Uchiha, selain itu ada Kyuubi yang ikut denganku. Ngomomg-ngomong, Sai-san sedang apa disini?" Mata biru Naruto menatap Sai dengan penasaran. Sejak pertama kali melihat pemuda didepannya ini, ia merasa tidak asing. Ia merasa pernah melihat pemuda ini tapi ia lupa kapan tepatnya. "Sai-san. Apa sebelumnya kita pernah bertemu?"
"Tentusaja. Kita sebelumnya bertemu di pesta keluarga Uchiha kan?" jawab Sai menampilkan senyumnya.
"Tidak. Aku yakun pernah bertemu denganmu sebelum acara itu. Sai, siapa kau sebenarnya?"
"....." Sai tak menjawab, hanya menampilkan senyuman yang tak juga hilang dari wajahnya, membuat Naruto semakin curiga.
.
"Aku pulang." Seru Sasuke ketika memsuki kediaman Uchiha-nya yang megah. Ia disambut oleh Sakura yang datang dari arah dapur membawa semangkuk salad. "Selamat datang, Sasuke-kun. KAu mau makan dulu atau mandi?" Sakura meletakkan saladnya di atas meja dan membantu Sasuke melepas mantel mepergiannya,
"Diaman Naruto?" Memang tak seperti biasanya Sakura yang menyambut kepulangannya. Biasanya setiap ia pulang, Naruto sudah menunggunya di ruang tamu sambil menonton acara hiburan di tv berasam ibunya, Mikoto.
"Naruto-kun sedang jalan-jalan ke taman." Sakura melipat mantel bepergian di tangannya dan membawanya menuju kamar Sasuke *kamar SasuNaru tepatnya*.
"Sendirian?" Sasuke mengikuti Sakura yang berjalan di depannya.
"Dia pergi bersama Kyuubi. Ibu sudah mengijinkan."
Mendengar laporan itu Sasuke segera berbalik arah menuju ruang kerja. Meletakkan tasnya diatas meja dan bergegas mencari Naruto. Ia tidak suka Naruto-nya keluar tanpa penjagaan.
Menyusuri taman dekat mansion yang dulu sering ia kunjungi bersama sahabat pirangnya, Sasuke mencari sosok Naruto diantara kerumunan orang.
'Kenapa sulit sekali menemukan dobe itu. Biasanya dia sangat mudah ditemukan.' Maklum saja. Naruto dari dulu memang sangat mudah ditemukan jika sedang bermain petak-umpet. Pemuda itu memiliki rambut pirang yang menarik perhatian dan tidak bisa diam bahkan hanya untuk satu menit. Tingkah aktif dan suaranya yang bernada tinggi bila sedang bermain membuat ia mudah ditemukan. Bahkan hinga mereka menikah sifat Naruto yang begitu aktif dan tidak bisa diam itu tidak kunjung hilang.
Tapi sejak Naruto hamil sifatnya mulai berubah. Ia mulai lebih tenang dan berhati-hati. Lebih lebih mulai mengontrol emosinya. Mungkin karena dia trauma melihat wajah Sasuke yang babak belur sehabis dihajar Kyuubi. Salahkan mood-swing Naruto dan penyakit brocon Kyuubi. Naruto yang menangis karena salah satu ikan koinya mati dan sikap Sasuke yang tidak memperdulikan kesedihan-kegalauan-nya membuat Kyuubi berburuk sangka dan menghajar wajah tampan Sasuke hingga lebam-lebam. Untung ada Itachi dan Shihui yang memisahkan dua pemuda yang sedang bergulat panas itu.
Sejak saat itu Naruto mulai belajar mengendalikan emosinya. Ia tau Kyuubi sangat membenci Sasuke karena menduakannya. Setiap kakak sulunya melihat Sasuke, pandangan matanya selalu menajam penuh rasa membunuh. Ia tidak mau menjanda di usia mudah.
Kembali ke Sasuke. Pemuda itu mulai resah. Istri pirangnya itu tidak ada dimanapun. Apa dia tidak datang ke taman ini? Tapi hanya ini taman terdekat di kediamannya. Atau ia sudah pulang? Tapi tak mungkin mereka berselisih jalan. Atau Sakura berbohong? Tidak. Wanita itu tidak mungkin berbohong karena pelayan pasti akan melapor jika ia berbohong. Lalu dimana Naruto? Apa jangan-jangan dia diculik? Naruto itu cantik dan tubuhnya sangat seksi. hanya tinggal menambahkan wig panjang dan di kenaan dress saja dia sudah menjelma menjadi wanita yang melebihi kecantikan boneka barby.
"Dobe!" Seru Sasuke mulai kalap. Hell. Ini tidaklah berlebihan. Posisi Naruto akhir-akhir ini sedang tidak aman. mungkin saja ada stalker yang menculiknya lalu dijadikan model majal porn*. Sasuke saja kadang tidak tahan melihat tubuh sintal Naruto yang menggoda, apalagi lelaki diluar sana. Shit. Otaknya mulai berfikir tak jelas.
"Dobe!!" Ia terus memanggil Naruto. Tidak mungkin ia menyerukan nama si pirang dihadapan orang banyak. Naruto bisa berada dalam masalah. Ditambah lagi pere pengunjung taman mulai memandangnya dengan heran. Seorang Uchiha Sasuke mengelilingi lapangan dengan pakaian kantor -minus jas- sambil mengumpat.
.
"Jadi kau Shimura Sai si pelukis terbaik lulusan Royal College of Art yang terkenal itu. Shin-senpai sering sekali mencerikan dirimu." Seru Naruto semangat. Pantas saja ia merasa pernah mengenal pemuda di hadapannya. Ternyata pemuda ini adalah adik angkat Shin seniornya di University of Tokyo.
"Jadi perkiraan saya benar bahwa andalah Naru-chan yang sering diceritakan Shin-nii. Dia dulu sering sekali memperlihatkan foto-foto kegiatannya dengan anda dan teman-teman seangkatannya di kampus." Sai tersenyum lebut. Pembicaraan mereka mengalir begitu lancar. Tak ada kegugupan walaupun cara bicara Sai yang begitu formal. Seolah mereka sudah kenal dan berteman cukup lama.
"Lalu bagaimana kabar Shin-senpai?" Naruto penasaran. Senior yang sudah seperti kakaknya itu setelah lulus tak ada terdengar kabarnya. Padahal terkadang Naruto masih m,endengar kabar tentang teman seniornya yang lain di media sosial. Seperti Fuu-senpai dan Torune-senpai yang kini terjun di dunia politik misalnya.
"Shin-nii menghilang setelah kudengar ia bertengkar dengan Ayah." Ujar Sai lirih. Sai dan Shin bukanlah saudara kandung. Mereka saudara yang diangkat oleh salah satu keluarga Shimura yang tidak memilki keturunan. Keluarga Shimura memang terkenal dengan kebiasaan mengangkat anak yatim-piatu ketika istri mereka tidak bisa melahirkan keturunan. Dan tentu itu tidaklah murah. Ada konsekwensi yang harus dibayar oleh si anak.
"Be-bertengkar?"
"Ya. Anda tahu keluarga utama Shimura tidak memiliki penerus sah. Mereka mengangkat anak yatim-piatu dan mendidik mereka dibidang politik dan hukum. Yang terbaik akan di jadikan penerus keluarga. Shin-nii lebih menyukai dunia bisnis dan kemanusiaan. Ia bertengkar sengit dengan ayah yang memaksanya melanjutkan kuliah dibidang politik. Setelah bertengkar, keesokan harinya ia menghilang. Bahkan namanya telah dihapis dari daftar keluarga."
"Lalu, kau sendiri bagaimaan Sai-san?"
"Aku- membuat beberapa kesepakatan dengan Ayah agar aku diijinkan mengambil program studi seni lukis." Senyum diwajah Sai tidak luntur. Seolah senyum itu sudah terlukis abadi diwajahnya. Tak ada raut sedih ataupun terluka. Tapi Naruto tetap dapat merasakan kesedihan dari mata Sai. Tidak hanya ada kesedihan, tapi juga amarah dan dendam yang pastinya Naruto tidak tahu apa penyebabnya.
"Dobe. Disini kau rupanya." Suara bariton yang tak asing menghentikan aksi tatap mata galau kedua pemuda itu. Sasuke datang dengan tubuh berbalut kemeja kerja berpeluh tak lupa Kyuubi yang ada di gendongannya. Sepertinya Kyuubi mengajak Sasuke mengelilingi lapangan terlebiuh dahulu sebelum mengantarkannya ke hadapan Naruto. "Ini sudah hampir gelap. Ayo pulang." Ajak Sasuke menurunkan Kyuubi dan memasangkan tali di leger si rubah.
"Baiklah." Naruto meraih tangan Sasuke dan menggandengnya. Kyuubi sudah siap menuntun mereke kembali ke kediaman Uchiha. "Sampai jumpa lagi Sai-san. Tolong kabari aku jika kau mendapat kabar tentang Senpai." Ujar Narito berpamitan.
Sai menatap kepergian pasangan suami istri itu menjauh. perlahan ia mengambil dompetnya dan membukanya. Matanya memandang lembut pada dua figur yang tercetak jelas di foto didalam dompernya. Dua orang pemuda dengan latar rak-rak penih buku bisnis dan manajemen. Seorang pemuda yang lebih tinggi memiliki rambut abu-abu gelap tengan menutupi mulutnya dengan buku manajemen tingkat lima dan headset menyumbat teingana. Sementara seorang pemuda lagi bermabut pirang dengan tigar garis halus di masing-masing pipi nya bersandar di pundak lelaki sebelumnya. Mata pemuda pirang itu terpejam tenang dengan mengenakan headphone.
"Shin-nii. Benar yang kau katakan. Saat aku bertemu dengannya, saat itulah akan mengerti betapa kau menciantai pemuda ini." Ujar Sai lirih mengelus wajah pemuda berambut abu-abu gelap.
TBC
Denpasar, 4 Maret 2017
1509k
