Archive for Maret 2017

  • Pertemuan Pertama

    0

    A\N : Full flashback SasuNaru dan keluarga
    .
    .
    "Kaa-chan kita mau kemana?" bocah kecil bersurai gelap itu menarik tangan sang ibu yang ada di genggaman. Mata onix bulatnya menatap dengan penasaran kepada sebuah mansion yang ada di depannya. "Itu lumah ciapa?" lajutnya terkagum-kagum melihat bangunan besar bergaya eropa dengan halaman luas penuh rumput hijau dan pepohonan.
    "Itu rumah teman Kaa-chan. Sasu akan bertemu teman baru di sana." Ujar sang ibu dengan senyum lembut plus bahagia. Senyuman itu menular pada bocah kecil itu.
    "Teman balu? Cepelti apa?" Penasaran, biasanya sang ibu sangat melarangnya berdekatan dengan orang asing selain keluarga besarnya. Oleh karena itu dia belum memiliki teman sepermainan yang bisa di ajak memperebutkan mainan dan saling mengejek.
    "Namanya Naru. Dia lebih kecil beberapa bulan dari Sasu. Dia anak yang manis dan menggemaskan. Sasu pasti akan senang ketika mengenalnya." Sambil berjalan menyusuri taman yang luas Mikoto menerangkan tentang sosok yang akan menjadi teman sepermainan putra kecilnya.
    "Benalkan?" Tanpa sadar mereka telah sampai di depan pintu mansion yang besar. Pintu itu berwarna coklat kayu dan menjulang tinggi di hadapan si Uchiha kecil.
    "Tentu saja." Jawab sang ibu hedak menekan bel. Namun sebelum bel sempat di tekan, pintu besar itu telah terbuka terlebih dahulu dan menampilkan sosok wanita bersuari merah panjang yang menerjang sang ibu membuat Sasuke menjerit ketika melihat yang ibu terjatuh dengan wanita bersurai merah itu di pelukannya.
    "Miko-chan~ Aku kangen sekali padamu~" Seru wanita itu riang, ia mendudukkan diri dihadapan Mikoto dan memandang Sasuke dengan penasaran. "Heee~ ini Sasuke-kun? Sudah sebesar ini? Wah cepat sekali! Naru, Naru sini. Ada Sasuke-kun." wanita itu mengulurkan tangannya ke dalam mansion itu, memanggil sosok kecil yang masih bersembunyi di balik tubuh dua sosok berambut jingga.
    "Cacuke?" Ujar sosok kecil bersurai pirang itu imut, kepalanya mengintip malu-malu dari balik tubuh sang kakak. Mata biru indah anak itu memandang bocah lain yang masih berdiri disamping sang ibu. "Cuke?" Dengan perlahan dan agak ragu ia keluar dari persembunyian amannya dan meraih tangan sang ibu yang masih terulur. Matanya tak lepas dari sosok kesil dihadapannya yang balik menatapnya dengan penasaran.
    "Naluto decu. Yolochiku." Tangan gembul berbalut kulit tan itu terulur menunggu jabatan tangan dari pemuda berkulit putih didepannya. Mata biru itu berbinar senang dan senyum cerah terukir ketika tangan putih kecil menjabat tangannya.
    "Cacuke Uchiha decu."
    .
    "Cuke! Lihat Kyuu-niichan kaci Nalu hadiah lubah. Namanya Kyuubi. Kyuu-chan ini Cuke." Naruto memperkenalkan rubah merah hadiah ulang tahun dari sang kakak. Ketika kakak lelakinya memberikannya seekor rubah sebagai hadiah, kakak perempuannya-Kurama- malah memberikannya satu set dress Cinderela kepada sang adik lengkap dengan wig pirang panjang, tiara dan sepatu kacanya. 'Mau bagaimana lagi, Naruto terlalu imut untuk seorang anak lelaki.' Ucap Kurama saat ditanya kenapa memberikan hadiah seperti itu kepada Naruto.
    Sasuke menatap Naruto yang tampak mendekap anak rubah dengan erat. Entah kenapa terlihat imut dan menggemaskan. Mungkin karena Naruto sedang memeluk anak rubah?
    Untuk pertama kalinya Sasuke merasa tidak ingin memalingkan pandangan dari bocah pirang yang masih asik mengelus kepala rubah di pelukannya.
    .
    .
    Umur enam tahun. Kini Sasuke dan Naruto sudah memasuki kelas 1 sekolah dasar. Mereka masuk bersama-sama di Konoha Elementary School yang dimiliki keluarga Sarutobi. Sebenarnya Fugaku ingin menyekolahkan putra bungsunya di Tokyo. Tapi Sasuke bersikeras untuk sekolah di Konoha bersama sahabat pirang tercintanya.
    "Pokoknya Cuke maunya cama Nalu!" begitu ucap Sasuke ketika Fugaku memaksanya untuk sekolah di Tokyo.
    Dengan bujuk rayu sang istri dan perang dingin penuh tatapan tajam -yang terlihat imut- dari putra bungsunya. Akhirnya Fugaku menyerah.
    Kini lelaki pemimpin keluarga Uchiha itu hanya bisa menatap putra bungsunya bergandengan tangan bersama bocah pirang memasuki ruang kelas yang dipenuhi bocah seumuran putranya, Jangan lupakan wajah ceria penuh keimutan yang ditebarkan Naruto membuat pipi Sasuke merona.
    "Haahh~" Sekali lagi lelaki Uchiha itu menghela nafas.
    "Kalau kau terus menghela nafas. Kau akan semakin terlihat tua." Ujar sosok lelaki pirang yang berdiri disampingnya. Mata biru lelaki itu tak lepas dari putranya yang ada di dalam kelas.
    Kerutan kesal muncul di wajah dingin lelaki Uchiha itu keika menyadari siapa lelaki yang baru saja bicara dengan lancang pada dirinya. "Ini semua karena putra kecilmu itu."
    Namikaze Minato. Lelaki pirang yang menjadi sahabat sekaligus rival abadinya sejak ia menginjak bangku sekolah dasar. Entah itu takdir atau kesengajaan, mereka berdua selalu berada di sekolah yang sama seolah-olah tak ada lagi sekolah lain di dunia ini. Untungnya saat kuliah mereka mengambil Jurusan yang berbeda jadi kemungkinan untuk bertemu sangatlah sedikit.
    "Ehh~ Jangan salahkan Naru-chan ku yang imut~" ahh... lelaki yang masih terlihat muda walau sudah berkepala tiga itu masih saja cerewet seperti dulu. Apa anaknya juga akan secerewet Minato? apa Sasuke putra kesayangannya akan tahan berteman dengan bocah cerewet plus hiperaktif itu? Sasukenya yang malang~
    "Ck. Kenapa putraku bisa kenal dengan putramu? Seingatku kita tidak pernah mempertemukan mereka."
    "Eh? Kau tidak tahu? Mikoto-chan kan sering main ke rumah bersama Sasu-kun untuk bertemu dengan Kushi-chan."
    "Kushi-chan?" Seingat Fugaku, sang Istri tidak memiliki teman bermarga Namikaze yang bernama Kushi. Kushi siapa?
    "Kushiha. Uzumaki Kushiha. Dia ibu dari malaikat kecilku Naru~"
    "Uzumaki!? Kushina? Kakak dari Uzumaki Nagato itu? Argh!" Pantas saja putra bungsunya terlihat lengket dengan bocah kuning itu. Ternyata istrinya yang menjadi penyebab dari sifat ketidak Uchiha'an putranya.
    Beberapa bulan ini Mikoto memang sering izin keluar untuk bertemu dengan Uzumaki teman SMA nya dulu. Fugaku sama sekali tak tahu bahwa Uzumaki yang dimaksud adalah Kushina. "Tunggu. Jadi hari ini Mikoto tidak bisa mengantar Sasuke karena dia sedang bersama istrimu?"
    "Oh, Iya. Kushi-chan dan Mikoto-chan bilang mau reuni dengan teman-teman semasa SMA. Aku sih tak masalah. Aku jadi bisa lebih lama bersama dengan Naru-chan~" Ucap Minato riang."Memangnya kau tidak senang bersama Sasu-kun lebih lama?"
    "Tentu saja aku senang. Kalau saja aku tidak harus bertemu dengan kau."
    "Jangan begitu. Kau lupa, kau dulu sudah melamar putraku yang masih dalam kandungan untuk dinikahkan dengan Sasu-kun yang baru berusia 2 bulan." Minato berucap heran. Seingatnya dulu saat Naruto masih di kandungan, Fugaku sangat bersemangat untuk menikahkan anak-anak mereka. Tapi kenapa setelah Naruto lahir, lelaki Uchiha ini jadi menyebalkan?
    "Itu karena aku mengira anakmu itu perempuan. Hasil USG juga kau bilang dia akan lahir perempuan." Memang benar. Fugaku dulu sangat bersemangat untuk menikahkan Sasuke dengan anak Minato, bahkan dia dengan segera melamar anak Minato yang saat itu masih berada dalam kandungan. Namun saat ia mendapat kabar bahwa anak yang lahir adalah laki-laki. Rasanya Fugaku ingin mengubur dirinya hidup-hidup.
    Bayangkan dia harus menjodohkan Sasuke yang imut dan manis dengan putra Minato yang ia tidak tahu besarnya nanti akan seperti apa. Jangan salahkan Fugaku. Keluarga Minato itu lelakinya mesum semua. Jiraiya contohnya. Ia tidak terima putra bungsunya yang manis dan cantik seperti Mikoto harus diper-uke oleh seorang Namikaze.
    "Kau tenang saja. Walau lelaki, Naru-chan memiliki kelebihan." Minato mentap putranya dengan senyum sendu.
    "Apa maksudmu?"
    "Kita bahas ini nanti saja ya. Datanglah kerumah nanti sore dengan Madara-sama juga."
    .
    "Cuke duduk cama Nalu ya?" Naruto menatap Sasuke dengan padangan memohon. Kedua tangan pirangnya menggenggam tangan kanan Sasuke dengan erat sementara tangan kiri Sasuke dimasukkan ke kenatung celana. Matanya menatap jendela yang mengarah ke taman dengan dingin namun rona merah jelas terlihat di wajahnya. Selain Naruto, ada juga beberapa anak lain yang berusaha menarik perhatian si bocah Uchiha. "Cuke~" panggil Naruto ketika tidak mendapat jawaban, matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis.
    Maklum saja. Ini hari pertama sekolah, ia tidak kenal siapapun di ruangan ini selain Sasuke. Ia juga tidak mau duduk dengan anak yang tidak dikenalnya. Selain itu dia juga tidak terima Sasuke-nya duduk dengan anak lain. 'Kan nanti Cuke Nalu di lebut.' batin si pirang.
    Mewek. Naruto rasanya mau mewek. Sasuke nya tidak menjawab dan mengabulkan permintaannya. Rasanya ia menjadi anak yang paling malang di kelas ini. Rasanya dia ingin berlari keluar ruangan dan memeluk kaki ayahnya erat dan tidak mau datang ke tempat ini lagi. Tempat dimana banyak sekali anak-anak yang ingin merebut Sasuke-nya.
    "Na, ne. Aku Kiba Inujuka, ini anjingku Akamalu. Yolochiku." Tiba-tiba saja pandangannya dipenuhi dengan wajah seorang anak lelaki dengan tanda merah di kedua pipinya, jangan lupakan seekor anjing yang bertengger? dia atas kepalanya.
    "Namikaje Naluto decu. Nee, boleh bawa plihalaan ke cini?" Naruto menatap anjing kecil di atas kepala Kiba. Jika memang boleh membawa pliharaan, besok dia mau membawa Kyuubi ke sini.
    "Ng, ndak tau. Tapi aku pengen bawa Akamalu kecini. Kan aku blum punya temen." Ujar Kiba imut.
    "Nee~ Mau temenan cama Nalu? Nalu becok juga mau bawa Kyuubi kecini ahh~"
    "Nee~ temenan. Nalu duduk cama Kiba yaa~"
    "Okay~"
    Dan bungsu Uchiha hanya bisa menatap dengan nanar ketika Naruto akhirnya duduk dengan Kiba dan meninggalkan dirinya ditengah kerumunan anak-anak perempuan yang masih berusaha menarik perhatiannya.
    Dan kali ini Sasuke lah yang meresa mau mewek karena ditinggal sang Uke.
    TBC
  • Empress Of Uchiha Family 10

    0

    Sakura berteriak marah kepada ayah dan ibunya yang menjenguknya di Rumah Sakit. Ini semua disebabkan karena ia tidak diijinkan menemui putrinya yang kini telah dirawat di ruangan Naruto. Bukan hanya tidak mendapatkan cinta Sasuke, tetapi ia juga harus kehilangan putrinya. Padahal ia berharap dengan kelahiran putrinya maka ia masih bisa memiliki kesempatan untuk merebut Sasuke."Kenapa ayah harus melakukan hal ini? Bukankah ayah sangat senang ketika aku menikah dengan Sasuke? Kenapa sekarang ayah malah menyulitkan jalanku untuk mendapatkan Sasuke?"
    "Sakura. Seperti yang ayah katakan dulu. Kau menikahi Sasuke-kun karena perjanjian yang telah ayah dan Fugaku-sama setujui. Tanpa perjanjian itu, maka kau tak akan pernah bisa menikahi Sasuke." Kizashi berusaha menenangkan sang putri. Mebuki hanya menonton dari pinggir ruangan. Berfikir bagaimana cara keluar dari masalah ini.
    "Kita bisa menuntut Uchiha karena melakukan penculikan anak." usul Mebuki.
    "Tidak bisa. Hak asuh anak Sakura dengan Sasuke secara penuh ada di tangan keluarga Uchiha."
    "Ck. Sebenarnya perjanjian konyol apa yang kau lakukan dengan para Uchiha? Kau sadar kau sedang mempermalukan nama Haruno? Kenapa kau tidak pernah berfikir dengan lebih baik?" Ujar Mebuki dengan nada tinggi. Wanita itu tampak sangar kesal dengan ketelodaran yang dilakukan suaminya.
    "Ini semua untuk menutupi hutang yang kau buat Mebuki!" Mata Kizashi yang awalnya menatap putrinya dengan lembut kini menatap Mebuki dengan tajam. "Jangan kau kira aku tidak tahu bahwa selama ini kau menggunakan uang perusahaan dengan semaumu. Kau menghambur-hamburkan uang dan menumpuk hutang. Perusahaan kita hampir saja bangkrut bila Uchiha tidak mengulurkan bantuan!"
    "Oh! Jadi karena Uchiha sudah membantu kita, maka sekarang dia ingin merebut cucuku dengan seenaknya! Begitu?"
    "Bukan dengan seenaknya! Isi perejanjiannya memang seperti itu!"
    "Memangnya perjanjian apa yang ayah katakan? Kenapa aku tidak tahu sedikitpun? Aku yang menikah disini! Kenapa malah aku yang tidak tahu apapun?"
    "Memangnya kau akan tetap menikah dengan Uchiha Sasuke jika kau tahu salah satu isi perjanjian adalah kau harus menyerahkan anakmu kepada keluarga Uchiaha secara sah? "
    "Tentu saja! Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan Sasuke-kun!"
    "Apa kau akan tetap melakukannya jika posisimu di keluarga Uchiha hanya sebagai selir dari Sasuke. Sebagai seorang wanita yang bertugas memberikan anak?"
    "!? Apa maksud ayah?"
    "Ada 4 isi dari perjanjian yang aku dan Fugaku-sama tandatangani.
    1. Kau hanya akan menjadi istri ke-2.
    2. Kau hanya diijinkan tinggal di kediaman Uchiha selama kau mengandung.
    3. Hak asuh anak yang kau lahirkan secara sah adalah milik Sasuke.
    4. kau tidak akan pernah diijinkan mengasuh anaknmu dan menemuinya sampai anakmu berusia 13 tahun.
    Ayah sudah berusaha agar kau mendapatkan posisi sebagai istri dari Sasuke. Bahkan awalnya keluarga Uchiha hanya ingin meminjam rahimmu! Dengan 4 syarat tersebutu Uchiha memberikan keluarga kita tunjangan dana dan mengembalikan nama baik Haruno yang telah kau dan ibumu rusak. "
    "Aku? Merusak nama baik keluarga Haruno? Ayah pasti bercanda!"
    "Ayah tahu kau telah merebut calon suami gadis bernama Tayuya. Ayah tahu kau juga dulu pernah menyabotase ujian kedokteran yang dilakukan Shiho. Itu penyebab kau dikeluarkan dari Akademi kebidanan milik keluarga Senju kan? Ayah juga tahu Ibumu beberapa kali melakukan hubungan gelap dengan para kolega Ayah dan beberapa pejabat pemerintahan. Ayah tak akan ragu jika Ibumu juga berhubungan dengan Shimura-san!"
    .
    .
    Dua minggu dirawat di Rumah Sakit. Akhirnya Naruto, Menma dan Sarada pulang ke kediaman Uchiha di antar oleh Itachi dan dua kembar Namikaze. Sementara itu Sasuke tengah mengantar Sakura menuju kediaman Uchia cabang yang ada di Oto. Wanita keluarga Haruto itu hanya bisa diam dan pasrah. Ia tidak menyangka bahwa ia akan di asingkan dan tidak diijinkan menemui putrinya hingga 13 tahun mendatang.
    Smentara Sasuke mengantar Sakura. Naruto di bantu Mikoto tengah menidurkan Menma dan Sarada di kamar bayi yang sebelumnya merupakan kamar milik Sakura. Kamar itu telah di rombak ulang, Sai diminta khusus oleh Naruto untuk mendekor setiap dindingnya.
    Bagi Naruto, baik Menma maupun Sarada tidaklah ada bedanya. Mereka berdua merupakan putra putri Sasuke yang artinya juga merupakan putra-putrinya. Ia akan memastikan mereka bedua tumbuh dengan kasih sayang yang sama dan membanggakan keluarga Uchiha.
    Seminggu dalam masa perawatan, dengan bantuan Kakashi dan Yugao pelaku pendorongan dari Naruto berhasil di tangkap. Pelakunya Torune, lengkapnya Shimura Torune. Anak angkat dari kerabat Danzo dan lelaki selingkuhan Mebuki.
    Berita itu menyebar dengan sangat cepat dan membuat posisi Danzo menurun. Isu putra Minato yang menikahi Sasuke bahkan terlupakan begitu saja ketikan nama Haruno Mebuki, wanita sosialita yang sering menghadiri pesta-pesta selebritis itu ada dalam catatan pribadi Torune.
    Kizashi sendiri tidak dapat melakukan apapun untuk menolong sang istri. Jika ia mengambil pilihan yang salah maka Uchiha bisa saja menghancurkan perusahaan milik keluarganya dengan mudah.
    Namun walaupun keluarga Danzo disandung kasus tersebut, posisi Minato tetap tidak aman mengingat dia bukan keturunan asli Konoha. Keluarag Namikze adalah keluarga bangsawan Inggris yang pada tahun 1949 datang ke Konoha untuk membuka usaha. Berbekal pendidikan yang telah didapat di Inggris, keluarga itu berhasil mendirikan perusahaan Rasengan Corp. dan meraup keuntungan besar selama bertahun-tahun hingga kekayaannya bisa disetarakan dengan harta milik keluarga bangsawan Konoha yang saat itu adalah Senju, Uchiha dan Hyuuga. Dulunya keluarga bangsawan sangat sulit menerima keberadaan Namikaze yang merupakan orang asing. Ketika Jiraiya berhasil mempersunting Tsunade dan Minato lahir serta beteman dengan Kushiha yang merupakan putri sulung bangsawan Uzu, barulah para bangsawan mulai membuka diri. Uchiha, terutama Fugaku mulai mendekatkan dirinya dengan Minato dan menjalin tali persahabatan hingga saat ini.
    .
    .
    Dua bulan telah berlalu sejak Sakura ditinggalkan di kediaman milik Uchiha cabang ini. Di kediaman itu ia hanya ditemani tiga orang pelayan wanita, satu orang tukang kebun dan satu orang satpam. Kediaman itu terdapat di pinggir hutan. Jika saja ia tidak sedang diasingkan, ia pasti akan menyukai tempat itu sebagai tempat untuk berlibur.
    Dari TV berukuran 14 inc nya ia melihat berita kemenangan Minato dalam pemilihan Gubernur dan ditahannya pelaku pendorongan Naruto. Lelaki itu, Torune anak buah Danzo. Sementara itu kabar ibunya menghilang entah kemana. Ia yakin ibunya sedang merencanakan sesuatu.
    Tililililit~ *maunya suara hp*
    "Hallo Ibu?"
    [Sakura, kau dimana?]
    "Ada apa ibu menanyakanku?"
    [Aku dengar para Uchiha membuangmu. Sudah aku peringati kau dulu. Seharusnya kau ikuti perintahku dan kau tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Sekarang kau tidak hanya di buang oleh para Uchiha, tetapi kau juga dilarang untuk menemui anakmu sendiri. Bukankah ini menyakitkan? Sebagai seorang ibu aku mengerti pera-]
    "Bukankah ini semua juga karena ibu? Jika saja ibu tidak berfoya-foya. Ayah tidak akan perlu menjual anakku kepada para Uchiha itu."
    [Bukankah kau akan tetap melakukanya karena kau tergila-gila kepada Uchiha Sasuke?]
    "Jika ibu menelfon hanya untuk menyindirku. Lebih baik hentikan saja. Walaupun aku terasingkan. Uchiha masih mau mengirimkan uang bulanan dalam jumlah cukup besar padaku. Ibu sendiri bagaimana? Apakah ayah masih mau mengurusmu?"ucap Sakura sarkastik lalu menutup sambungan telepon begitu saja. Ia menatap berita gosip tv. Memperlihatkan Sasuke dan Naruto yang sedang tersenyum bahagia dengan dua bayi di tangan mereka.
    "Sabar Sarada. Ibu pasri akan menjemputmu.
    .
    TBC
    A/N:
    Chap depan kemungkinan akan dipercepat beberapa tahun.
  • Empress Of Uchiha Family 9

    0


    Bulu kuduk sasuke meremang ketika menerima kabar buruk itu dari Kagero. Ia ingin sekali memenggal kepala Kagero walau ia tau itu mustahil untuk dilakukan.
    [Saat ini Naruto-sama dan Sakura-sama telah dibawa ke RS Konoha. Tsunade-sama dan Orochimaru-sama yang menangani Naruto-sama secara langsung. Untuk Sakura-sama dia-]
    "Aku akan segera ke sana. Kau siaga di tempat Sakura saja bersama Satoshi."
    Sasuke mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dalam hatinya berkecambuk berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi pada Naruto dan anak-anaknya. Bagaimana jika Menma tidak selamat? Bagaimana jika Sarada juga tidak selamat? Bagaimana jika ia kehilangan Naruto?
    .
    Sai duduk termenung di depan ruang operasi Naruto. Masih terbayang kejadian beberapa menit lalu yang hampir membuatnya jantungan. Ia melihat jelas Naruto didorong dari belakang oleh Torune lalu menabarka Sakura dan mereka berdua terjatuh. Ketika sampai di tengah kerumunan, yang Sai dengar pertama kali adalah teriakan sakit Naruto dan darah yang mengalir. Ia bahkan tidak sempat melihat Sakura yang juga tengah merintih kesakitan. Ia segera memapah Naruto dan memasukkannya ke mobil, membawanya secepat mungkin menuju RS Konoha. Ketika sampai di RS Konoha, para perawat dan dokter segera memanggil Tsunade Senju. Sepertinya mereka sudah mengetahui keadaan Naruto. 
    Tangan pucat Sai terkepal erat. Ia masih ingat dengan apa yang telah dilakukan Torune tadi sore. Bukankah Torune mengenal Naruto? Mereka bahkan sering melakukan kegiatan berasama saat di kampus dulu. Ini semua pasti perbuatan Danzo. Setelah Shin sekarang ia ingin mencelakai Naruto.
    "Yugao-san. Aku ingin minta tolong. Tolong selidiki kejadia yang terjadi tadi sore di Taman Konoha." Ucap Sai kepada wanita yang ada di sebrang telfon. "Pastikan semuanya terungkap."
    .
    Ketika Sasuke tiba di depan ruang oprasi, ia bisa melihat Kagerou dan Sai yang sedang terduduk gelisah. Dengan langkah cepat ia menerjang Kagerou dan menahannya di dinding. "Mengapa. Kau. Tidak. Menjaga. Istriku!!" ucap Sasuke penuh penekanan. Kagerou dapat melihat amarah dan kebencian di mata Sasuke yang mulai berubah warna.
    "Maaf, Sasuke-sama. Saat kejadian saya sedang membelikan pesanan yang diminta Naruto-sama." Ucap Kagerou jujur. Naruto memang sempat meminta dibelikan beberapa cemilan sebelum sampai di kursi taman tempat biasanya ia duduk.
    "Lalu kenapa kau tidak melindunginya?" kali ini Sasuke menatap Sai yang masih terduduk.
    "Aku tiba saat Naruto sudah ada didalam kerumunan orang. Aku segera berlari kearahnya ketika aku melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke kerumunan. Ketika aku sampai di kerumunan, Naruto dan Sakura sudah tersimpuh di tanah."
    "Orang mencurigakan? Kau tahu seperti apa penampilannya?" Sasuke melepaskan cengkramannya dan kini menatap Sai dengan curiga.
    "Aku ingat. Rambutnya hitam, lebih tinggi beberapa centi dariku. ia mengenakan mantel hitam berkerah tinggi yang menutupi hingga mulutnya dan ia juga mengenakan kacamata hitam."
    "Kita akan bahas ini nanti. Apa sudah ada info mengenai Naruto dan Sakura?"
    "Sakura-sama telah selesai melahirkan. Bayi erempuan anda lahir prematur dan sedang di rawat intensif. Saat ini Sakura-sam sedang di jaga oleh Satoshi. Untuk Naruto-sama sampai saat ini belum ada perkembangan."
    Tak selang 35 menit Fugaku, Mikoto, Itachi dan kembar Namikaze telah datang. Mereka datang dengan terburu-buru. Mereka berdelapan masih menunggu operasi Naruto sembari menyampaikan kabar kepada kerabat mereka.
    Setelah menunggu selama kurang lebih dua jam akhirnya Tsunade keluar dari ruang operasi. ia disambutu deretan pertanyaan dari Sasuke dan Fugaku.
    "Bayinya selamat. Naruto perlu banyak istirahat. Tadi ia empat tak sadarkan diri dan kekuarngan darah. Tapi tak perlu khawatir. Kami punya banyak persediaan donor darah khusus untuk Naruto. Setelah dipindah ke ruang perawatan. Kalian bisa masuk satu-persatu untuk melihat Manma."
    .
    "Kakashi. Aku ingin menyelidiki seluruh kamera CCTV yang ada di taman hari ini. Terjadi sesuatu pada Naruto dan aku ingin kau menemukan pelakunya. Jika ini berhubungan dengan Danzo, maka selidiki sampai ke akar-akarnya. Aku ingin lelaki tua itu mendekam di penjara."
    MataMinato berkilat tajam. Seusai mendapat kabar dari Tsunade mengenai Naruto, ia segera memerintahkan Kakashi untuk bergerak. Aapun yang terjadi dia akan melindungi putra bungsu manisnya.
    .
    Sasuke menatap Naruto yang terbaring di atas kasur rumah sakit. tubuhnya tampak lemah tapi ekspresi bahagia tersirat jelas dari matanya. Pemuda pirang itu tidak sedikitpun melepaskan pandangan dari sosok bayi mungil yang tertidur di samping ranjangnya. Bayi mungil berambut hitam legam dengan tiga garis halus di masing-masing sisi wajahnya.
    Sasuke menghampiri Naruto dan mencium kening pemuda berambut pirang itu. Membisikkan kata-kata penuh pujian dan ucapan terimakasih kepada lelaki yang amat ia cintai.
    "Bayi yang sehat." Ucap Madara yang datang paling terakhir, menata Menma dengan binar mata kagum. "Semoga dia mengikuti sifat Fugaku yang stoik ataw Hashirama yang dobe." gumam lelaki tua itu sambil mengelus pipi gempal Menma yang tertidur.
    Fugaku hanya mengerutkan alis mendengar gumaman ayahnya. Kapan ayah tuanya ini akan sadar bahwa dialah sumber segala kekakuan di keluarga ini.
    "Yang pasti dia akan semanis Naru-chan." Kurama menatap keponakan barunya dengan mata berbinar haru. Itachi masih setia menemani wanita berambut jingga itu, membatin kapan ia akan bisa seperti Sasuke. Merasakan kebahagiaan ketika anak pertama mereka lahir. Yah, masih ada banyak waktu untuk menundukkan hati liar Kurama yang senang berpetualang.
    "Apa sudah ada yang menengok Sarada?" tanya Mikoto yang sedang duduk di sofa panjang bersama Fugaku.
    "Aku sudah melihatnya." Madara mensusukkan dirinya di sofa single disamping Fugaku. Ruang VVIP yang disediakan Tsunade memberikan fasilitas lengkap bagaiakn rumah sendiri. "Penampilannya tidak ada bedanya dengan para Uchiha lainnya. Tidak ada fariasi sedikitpun. Mungkin karena gen Uchiha terllau kuat."
    Mikoto hanya bisa speechless mendengar pendapat mertuanya.
    "Mau bagaimana lagi. Sakura kan bukan berasal dari kaln yang kuat. Sampai saat ini klan yang berhasil menandingi gen Uchiha hanya Uzumaki, Senju dan Hyuuga. Itupun karena mereka berasal dari akar yang sama." ujar Fugaku tenang. Menyeruput kopi hitam yang sebelumnya dibuatkan oleh Kurama.
    "Karena ini pernikahan diluar klan Uchiha pertama, pasti Menma yang paling beda ya." Mikoto menatap cucunya dengan berbinar. Ia sangat menginginkan bayi mungil yang berbeda dengan Uchiha kebanyakan. Rambut hitam, kulit putih, wajah stoik. Itu semua sudah biasa ada di klan Uchiha. Mikoto dan Fugaku menginginkan keturunan yang unik. Berbeda dengan keluarga Uchiha lainnya. "Aku harap matanya tidak onix." lanjut Mikoto lagi.
    "Tenang saja. Matanya sangat indah. Bagitu bagaikan langit dimusim panas. tapi juga begitu gelap seperti lautan dalam. Mata seorang Namikaze." ucap Naruto bangga. Diantara mereka diruangan itu, hanya Naruto yang sempat melihat mata Menma. Mata seorang Namikaze.
    "Kapan Sarada bisa dipindahkan dari ruang inkubator?" Tanya Fugaku kepada Sasuke.
    "Kata Sizune, Sarada suda 6 - 10 hari lagi sudah bisa dibawa keluar."
    "Kalau begitu, setelah keluar nanti. Segera bawa kemari. Jangan beritahu Sakura. Aku akan mengurus akte Sarada sesuai perjanjian dengan Kizashi. Mulai hari ini Sarada akan diasuh dan dibesarkan oleh Naruto, bersama dengan Menma." Ujar Fugaku mutlak.
    TBC
  • Empress Of Uchiha Family 8

    1

    Sai berdiri dihadapan lelaki yang telah menjadi walinya sejak ia berusia enak tahun. Lelaki itu tampak membaca sebuah kertas dengan foto seorang pemuda berambut pirang. Dalam hatinya Sai berpikir resah. Apa yang diinginkan oleh lelaki tua di hadapnnya ini. "Sai, sesuai janjimu dulu. Kau akan melakukan apapun perintahku jika aku mengijinkamu mengambil jurusan seni lukis." Ucap lelaki itu pelan. Mata kirinya yang tidak tertutup perban menatap Sai tajam. Ia melempat dokumen yang di bacanya kehadapan Sai. Tersebar di bawah kaki pemuda berkulit pucat yang berdiri mematung melihat sosok yang ada di dalam foto. "Aku ingin kau melakukan sesuatu-" ujar lelaki itu keji.
    .
    .
    Flashback
    Sai menatap bocah berambut abu-abu gelap didepannya dengan senyum cerah. Shin, teman pertama sekaligus satu-stunya yang ia miliki tengah bebincang mengenai gambar yang dirinya buat di kertas kusam. Mengagumi gambar sederhana namun indah yang di buat oleh anak berusia 6 tahun tersebut.
    "Sai, kau sangat pintar menggambar. kau pasti cocok dan bisa menjadi seorang pelukis. Suatu saat nanti aku ingin melihat lukisanmu yang indah." ujar anak itu dengan senyum secerah mentari.
    Masa kanak-kanak yang menyenangkan dalam wilayah kumuh tempat mereka yang terlantar berkumpul. Nonou Yakushi, wanita yang menjadi ibu kepala tempat ia dibesarkan merawat mereka penuh kasih sayang, selalu ada senyum lebit di wajah wanita itu ketika menatap anak-anak yang bermain dihalaman panti yang berdebu. Namun senyum itu tak selamanya terlukis. Saat lelaki tua penuh perban itu datang dan mengambil Yakushi-kun, putra satu-satunya dari Nonou, senyum itu menghilang. Nonou, sosok yang sudah Sai anggap sebagai ibunya kini selalu menatap anak-anak panti dengan senyum sendu. Seberapa keraspun ia dan anak yang lainnya untuk menyenangkan hati sang Ibu, tak ada satupun yang berhasil melenyapkan kesedihan itu.
    Sai kecil yang malang, dengan pemikirannya yang masih kanak-kanak ia membuat kesimpulan sendiri. Bila ia tersenyum maka sang ibu akan membalas senyumnya. Maka ia mulai memasang senyuman itu di wajahnya. Hari pertama ia sulit mengendalikan senyumnya. Hari ke tiga ia mulai terbiasa. setelah satu minggu ia bisa melakukannya tanpa harus memikirkannya. Minggu ke tiga itu menjdi kebiasaan barunya dan setelah sebulan ia mulai kesulitan memasang ekspresi lain selain senyum itu.
    Shin, kakak angkatnya menyadari keanehan Sai. anak itu mulai berusaha membuat Sai memasang ekspresi lain tapi gagal. Senang, sedih, marah, kesal, kecewa semuanya diperlihatkan dengan senyum yang sama.
    "Sai. Jika kau tidak bisa lagi mengubah ekspresimu maka terusah tersenyum, tapi teruslah melukis. Melukislah sesuai suasana hatimu. Sedih, senang, kesal, kecewa, marah. luapkan semuanya pada lukisanmu. Aku akan selalu bisa mengerti arti dari setiap gambarmu."
    Kata-kata Shin saat itu melekat erat ke otaknya. 'Teruslah menggambar, aku ingin melihat lukisanmu suatu saat nanti.', 'Teruslah melukis, tumpahkan semua perasaanmu disana.'
    Maka Sai terus menggambar, ia terus melukis. Nonou sangar senang akan lukisannya. Selalu ada rasa bangga di hati Sai ketika ia berhasil membuat sang ibu kagum dengan lukisannya. Ia mulai bisa menemukan impian dan kebahagiaannya.
    Tapi semua kembali di hancurkan ketika lelaki penuh perban itu datang. Merebut dirinya dan Shin dari tangan sang ibu.
    'Shin, Sai. Kalian adalah saudara. Apapun yang terjadi dimasa depan nanti. Kalian harus saling mendukung dan mendampingi. Ingatlah. Kalian adalah Saudara.'
    Pesan terakhir sang Ibu sebelum mereka meninggalkan panti untuk selamanya menjadi tali kekang yang mengikat hubungan dua anak itu.
    End Flashback
    .
    .
    Kandunga Naruto menginjak bulan kesembilan. Seminggu duakali ia akna pergi ke taman dan bertemu dengan Sai. Menceritakan banyak hal tentang masakecil mereka masing-masing. Tentang kese3harian mereka  dengan Shin dulu, tentang Ino danyang lainnya.
    sampai saat ini isu mengenai pernikahan Sasuke masih hangat dibicarakan. Bahkan ada beberapa fans yang sampai menstalker kediaman Uchiha untuk mengungkap isu tersebut. Untungnya para penjaga dan pelayan berhasil menanganinya. Hal ini membaut Naruto tidak bebas walaupun berada di dalam rumah. Ia selalu mengenakan dress panjang dan wig untuk menyembunyikan identitasnya. 
    Sasuke juga sangat menghawatirkan kesehatan Naruto. Pemuda pirang itu dilarang keluar dari kediaman Uchiha. Pemeriksan Narutopun dilakukan di kediaman Uchiha. Tsunade dan Orochimaru datang sendiri ke kediaman Uchiha untuk memeriksa Naruto. Sementara Sakura juga harus ikut menyesuaikan. Ia juga tidak diijinkan untuk meninggalkan kediaman tanpa penjagaan karena usia kandungannya memasuki usia 8 bulan. Hal ini membuat Sakura jengah, apalagi sasuke memberikan perhatian penuh kepada naruto yang beberapa hari lagi akan melahirkan. 
    .
    Sabtu sore. Sakura meminta ijin untuk jalan-jalan ke taman. Ia ditemani Satoshi pemuda dari keluarga cabang Uchiha. Sakura merasa bosan dikediaman yang luas tanpa kegiatan, berbeda dengan naruto yang masih harus mengerjalan laporan keuangan restorannya dan Sasuke yang memiliki tugas kantor yang di kerjakan di rumah.
    "Suke, aku mau ke taman, kau ikut?" ajak Naruto ketika ia telah menyelsaikan laporan keuangannya.
    "Hmm. Sepertinya tidak bisa. Kau pergilah duluan, nanti aku akan menyusul. Ingat ajak Kagero" jawab Sasuke, laporan yang harus ia kerjakan tidak banyak, tapi ada beberapa bagian yang harus diperiksa dengan teliti. Itu memperlambat pekerjaannya.
    .
    Taman sangat ramai sore itu. Seperti biasa Naruto datang dengan dress dan rambut pirang panjang, topi jerami lebarnya melindungi matanya dari silaunya sinar matahari Kyuubi berjalan dengan riang di sampingnya. Ia berjalan menuju kursi taman tempat ia biasa berbincang dengan Sai. Duduk dengan tenang ia melihat pemandangan taman yang ramai. Matanya mengelilingi taman, melihat hal yang menarik sampai ia melihat seorang wanita berambut pink sedang duduk di kursi taman dengan tiga orang wanita mengerumuninya. 'Sakura?'
    Naruto dapat melihat tiga wanita itu tengah mengatakan sesuatu yang membuat Sakura menunjukkan ekspresi geram.
    Apapun yang dikatakan tiga wanita itu, Naruto tidak menyukainya. Maka Naruto bangkit dari duduknya, berjalan menuju tempat Sakura dan tiga wanita itu berada. Kyuubi masih mengikuti di sampingnya. "Sakura?" Sapa Naruto tenang.
    "Naruto?" Sakura menatap Naruto dengan terkejut. IA tahu jika Naruto sering datang kemari. Tapi ia tak menyangka bahwa Naruto akan menemukannya dalam posisi yang sedang tidak menyenangkan.
    "Ada apa? Diaman Satoshi-kun?" Tanya Naruto lagi, tidak memperhatikan tatapan kesal dari tiga wanita di sampingnya.
    "Satoshi seda-"
    "Nona. Kau kenal wanita murahan ini?" satu dari tiga wanita itu menatap Naruto.
    "Begitulah, kalian ada perlu apa dengannya?" tanya Naruto santai, wajah manisnya memancarkan keramahan.
    "Wanita ini yang memaksa untuk menikah dengan Sasuke-ku. Aku tidak terima dia menikai Sasuke-kun. Pasti dia mengencam Sasuke-kun dengan kehamilannya ini. Aku yakin anak yang di kandungnya bukanlah anak Sasuke-kun." Seru wanita itu emosi, jari telunjuknya yang berkuku runcing teracung di hadapan Sakura membuat istri kedua Sasuke terhina.
    "Enak saja kau bicara. Anak ini jelas-jelas anak Sasuke-kun! Aku sudah menikah sah dengannya." Ucap Sakura keberatan. Ia bangkit dari duduknya dan berkacak pinggang.
    "Heh. Kau? Istri sah Sasuke-kun? Yang benar saja! Istri Sasuke-kun itu putra Namikaze-sama! Dan aku yakin dia bukan wanita murahan sepertimu!" seru wanita itu lagi, dangunya terangkat tinggi dan matanya menatap Sakura merendahkan.
    "Heh! Kau tau apa tentang Aku dan Sasuke-kun? Kau kan hanya orang luar." Seru Sakura tak mau kalah. Sementara Naruto hanya bisa menatap kebingungan. Dia paling tidakbisa mengahadapi wanita yang tengah bertengkar.
    "Aku tahu siapa kau! Kau! Haruno Sakura perebut pacar orang! Jangan bilang kau lupa pada Akira Ishiwaka! Gara-gara kau pernikahan kami batal. Kau wanita tidak tahu diri yang merebut calon Suamiku! Dan sekarang kau merusak keluarga Uchiha."
    Wajah Sakura merah padam. Ia tidak menyangka aib nya di masalalu akan di bongkar dihadapan banyak orang. Ditambahlagi Naruto yang menatapnya dengan tidak percaya. Padahal dia sudah berusaha untuk menutip hal itu. Dia sudah memutuskan Akira Ishiwaka sebelum mendekati Sasuke. Ia tidak percaya bahwa calon istri lelaki itu akan menemuinya. "Oh, jadi kau Tayuya Hirosuke, wanita yang di khianati menjelang hari pernikahannya itu. Kasian sekali nasibmu." ucap Sakura meremehkan wanita berambut merah yang sedari awal mengcacimakinya.
    "Kau! Dasar wanita murahan!" Seru Tayuya dan mendorong Sakura hingga wanita itu hampir terjatuh. Tak mau kalah Sakura balas melawan dan aksi dorongpun terus terjadi.
    Naruto menatap bingung. Ia tidak mau terlibat dalam pertengkaran tapi ia juga tidak bisa membuarkan Sakura disakiti. Ia tidak mau Sasuke kehilangan bayinya. Sementara Naruto tengah kebingungan, dua teman dari Tayuya malah sibuk mengabadikan aksi pertengharan itu dengan smartphone-nya.
    Orang-orang mulai berkerumun. Menonton pertengkaran dua wanita dengan berbisik-bisik penuh tanya. Namun tak ada yang melerai. Naruto menatap kerumunan orang yang semakin banyak. ia harus segera menghentikan pertengkaran itu sebelum mereka saling melukai. Baru saja ia hendak berteriak, ia merasakan dorongan dibelakang punggungnya membuat ia jatuh menabrak Sakura yang hendak menampar Tayuya.
    "NARUTO-SAN!!!"
    .
    Sai baru saja tiba di taman saat orang-orang berkerumun di dekat tempat ia biasanya menunggu Naruto. Awalnya ia tidak perduli, tapi ia melihat lelaki yang dikenalnya mengendap-endap menuju remunan dan ia menemukan sosok berambut pirang di tenngah kerumunan itu.
    Perasaan buruk langsung menyebar keseluruh tubuhnya membuat bulu kuduknya meremang. Lelaki itu, Torune. Tangan kanan Danzo. Apa yang dilakukan tangan kanan Danzo disini?
    Sai berlari dengan cepat menuju kerumunan, berusaha menghentikin firasat buruk yang mungkin saja terjadi. Tapi Sai terlambat, saat ia tiba dikerumunan itu ia telah menemukan Naruto terduduk memebang perutnya dengan darah yang mengalir dari sela kakinya.
    "NARUTO-SAN!!!"
    TBC

  • Empress Of Uchiha Family 7

    0
    .,.
    Naruto menyusuri jalan setapak ditaman dekat kediaman Uchiha. Ia berjalan dengan santai bersama Kyuubi, rubah peliharaannya. Terkadang ia akan tekikik geli ketika mengingat bahwa nii-chan nya sendiri yang menghadiahkan rubah itu padanya dan menaminya dengan namanya sendiri.
    Sore itu Naruto mengenakan dress ibu hamil  berwarna biru muda, rambut pirang pendeknya ditutupi wig pirang sepinggang. Ia mengenakan topi jerami lebar dengan pita merah. Sekilas ia akan terlihat seperti Kushina jika saja wignya berwarna merah.
    Kandungannya sudah hampir menginjak bulan ke-8. beberapa minggu lagi putranya akan segera lahir. Ia tak sabar menimang putra yang telah ia idam-idamkan.
    Naruto mendudukkan dirinya di kursi taman. Ia berjalan tidak terlalu jau dari kediaman Uchiha, tapi itu tetap membebaninya. Selain itu ia juga tidak mau membuat Sasuke menghawatirkannya. Ia dapat melihat sosok Kagerou Uchiha yang diminta Fugaku menjadi bodyguard-nya.  Ia makin yakin bahwa klan Uchiha dulunya adalah seorang ninja.
    Naruto menghela nafas pelan. Sesekali mengelus perutnya yang besar. Sejak menyebarnya isu dirinya menikah dengan Sasuke, ia dilarang meninggalkan kediaman seorang diri. Selalu saja ada satu atau dua orang Uchiha yang akan mengawasinya kemanapun dia pergi.
    "Menam-kun. Bersabarlah. Saat kau lahir nanti. Dunia akan meneriakkan namamu dengan penuh kekaguman." ujar Naruto merasakan tendangan dari bayinya. "Dan akakn aku pastikan tak akan ada satupun orang yang bisa menyakitimu."
    .
    Sai sedang berjalan-jalan disekitar taman. Ia baru saja selesai melukis pemandangan danau buatan di taman itu. Lukisannya sudah ia letakkan di mobil dan kali ini ia hanya ingin menikmati udara sore.
    Sambil menggumamkan lagu ia menebar senyuman kepada seluruh pengunjung taman yang memperhatikannya, sampai akhirnya ia melihat sosok yang dikenalnya duduk di kursi taman tepat dibawah pohon rindang.
    "Naruto-san?" Sapa Sai ragu, pasalnya sosok yang ada di depannya ini memiliki rambut panjang. Berbeda dengan Naruto yang ia temui di pesta Uchiha beberapa mingu lalu.
    "Hm? Sai-san? Lama tak bertemu." ujar Naruto sopan. Kyuubi tengah bermain di hadapannya mengejar kupu-kupu yang terbang.
    "Ah, Naruto-san. Anda sendirian? Sasuke-kun dimana?" Sai mendudukkan dirinya tepat disamping Naruto. Menatap wajah berbingkai rambut pirang itu dengan seksama. Tanpa sadar rona merah samar terlukis di wajahnya.
    "Sasuke sedang di kantor. Hari ini aku diam di rumah bersama Mikoto-kaa-san. Tapi karena bosan, makanya aku keluar."
    "Apa tak masalah anda keluar seorang diri?"
    "Kau tenang saja. Taman ini tidak terlalu jauh dari kediaman Uchiha, selain itu ada Kyuubi yang ikut denganku. Ngomomg-ngomong, Sai-san sedang apa disini?" Mata biru Naruto menatap Sai dengan penasaran. Sejak pertama kali melihat pemuda didepannya ini, ia merasa tidak asing. Ia merasa pernah melihat pemuda ini tapi ia lupa kapan tepatnya. "Sai-san. Apa sebelumnya kita pernah bertemu?"
    "Tentusaja. Kita sebelumnya bertemu di pesta keluarga Uchiha kan?" jawab Sai menampilkan senyumnya.
    "Tidak. Aku yakun pernah bertemu denganmu sebelum acara itu. Sai, siapa kau sebenarnya?"
    "....." Sai tak menjawab, hanya menampilkan senyuman yang tak juga hilang dari wajahnya, membuat Naruto semakin curiga.
    .
    "Aku pulang." Seru Sasuke ketika memsuki kediaman Uchiha-nya yang megah. Ia disambut oleh Sakura yang datang dari arah dapur membawa semangkuk salad. "Selamat datang, Sasuke-kun. KAu mau makan dulu atau mandi?" Sakura meletakkan saladnya di atas meja dan  membantu Sasuke melepas mantel mepergiannya,
    "Diaman Naruto?" Memang tak seperti biasanya Sakura yang menyambut kepulangannya. Biasanya setiap ia pulang, Naruto sudah menunggunya di ruang tamu sambil menonton acara hiburan di tv berasam ibunya, Mikoto.
    "Naruto-kun sedang jalan-jalan ke taman." Sakura melipat mantel bepergian di tangannya dan membawanya menuju kamar Sasuke *kamar SasuNaru tepatnya*.
    "Sendirian?" Sasuke mengikuti Sakura yang berjalan di depannya.
    "Dia pergi bersama Kyuubi. Ibu sudah mengijinkan."
    Mendengar laporan itu Sasuke segera berbalik arah menuju ruang kerja. Meletakkan tasnya diatas meja dan bergegas mencari Naruto. Ia tidak suka Naruto-nya keluar tanpa penjagaan.
    Menyusuri taman dekat mansion yang dulu sering ia kunjungi bersama sahabat pirangnya, Sasuke mencari sosok Naruto diantara kerumunan orang.
    'Kenapa sulit sekali menemukan dobe itu. Biasanya dia sangat mudah ditemukan.' Maklum saja. Naruto dari dulu memang sangat mudah ditemukan jika sedang bermain petak-umpet. Pemuda itu memiliki rambut pirang yang menarik perhatian dan tidak bisa diam bahkan hanya untuk satu menit. Tingkah aktif dan suaranya yang bernada tinggi bila sedang bermain membuat ia mudah ditemukan. Bahkan hinga mereka menikah sifat Naruto yang begitu aktif dan tidak bisa diam itu tidak kunjung hilang.
    Tapi sejak Naruto hamil sifatnya mulai berubah. Ia mulai lebih tenang dan berhati-hati. Lebih lebih mulai mengontrol emosinya. Mungkin karena dia trauma melihat wajah Sasuke yang babak belur sehabis dihajar Kyuubi. Salahkan mood-swing Naruto dan penyakit brocon Kyuubi. Naruto yang menangis karena salah satu ikan koinya mati dan sikap Sasuke yang tidak memperdulikan kesedihan-kegalauan-nya membuat Kyuubi berburuk sangka dan menghajar wajah tampan Sasuke hingga lebam-lebam. Untung ada Itachi dan Shihui yang memisahkan dua pemuda yang sedang bergulat panas itu.
    Sejak saat itu Naruto mulai belajar mengendalikan emosinya. Ia tau Kyuubi sangat membenci Sasuke karena menduakannya. Setiap kakak sulunya melihat Sasuke, pandangan matanya selalu menajam penuh rasa membunuh. Ia tidak mau menjanda di usia mudah.
    Kembali ke Sasuke. Pemuda itu mulai resah. Istri pirangnya itu tidak ada dimanapun. Apa dia tidak datang ke taman ini? Tapi hanya ini taman terdekat di kediamannya. Atau ia sudah pulang? Tapi tak mungkin mereka berselisih jalan. Atau Sakura berbohong? Tidak. Wanita itu tidak mungkin berbohong karena pelayan pasti akan melapor jika ia berbohong. Lalu dimana Naruto? Apa jangan-jangan dia diculik? Naruto itu cantik dan tubuhnya sangat seksi. hanya tinggal menambahkan wig panjang dan di kenaan dress saja dia sudah menjelma menjadi wanita yang melebihi kecantikan boneka barby.
    "Dobe!" Seru Sasuke mulai kalap. Hell. Ini tidaklah berlebihan. Posisi Naruto akhir-akhir ini sedang tidak aman. mungkin saja ada stalker yang menculiknya lalu dijadikan model majal porn*. Sasuke saja kadang tidak tahan melihat tubuh sintal Naruto yang menggoda, apalagi lelaki diluar sana. Shit. Otaknya mulai berfikir tak jelas.
    "Dobe!!" Ia terus memanggil Naruto. Tidak mungkin ia menyerukan nama si pirang dihadapan orang banyak. Naruto bisa berada dalam masalah. Ditambah lagi pere pengunjung taman mulai memandangnya dengan heran. Seorang Uchiha Sasuke mengelilingi lapangan dengan pakaian kantor -minus jas- sambil mengumpat.
    .
    "Jadi kau Shimura Sai si pelukis terbaik lulusan Royal College of Art yang terkenal itu. Shin-senpai sering sekali mencerikan dirimu." Seru Naruto semangat. Pantas saja ia merasa pernah mengenal pemuda di hadapannya. Ternyata pemuda ini adalah adik angkat Shin seniornya di University of Tokyo.
    "Jadi perkiraan saya benar bahwa andalah Naru-chan yang sering diceritakan Shin-nii. Dia dulu sering sekali memperlihatkan foto-foto kegiatannya dengan anda dan teman-teman seangkatannya di kampus." Sai tersenyum lebut. Pembicaraan mereka mengalir begitu lancar. Tak ada kegugupan walaupun cara bicara Sai yang begitu formal. Seolah mereka sudah kenal dan berteman cukup lama.
    "Lalu bagaimana kabar Shin-senpai?" Naruto penasaran. Senior yang sudah seperti kakaknya itu setelah lulus tak ada terdengar kabarnya. Padahal terkadang Naruto masih m,endengar kabar tentang teman seniornya yang lain di media sosial. Seperti Fuu-senpai dan Torune-senpai yang kini terjun di dunia politik misalnya.
    "Shin-nii menghilang setelah kudengar ia bertengkar dengan Ayah." Ujar Sai lirih. Sai dan Shin bukanlah saudara kandung. Mereka saudara yang diangkat oleh salah satu keluarga Shimura yang tidak memilki keturunan. Keluarga Shimura memang terkenal dengan kebiasaan mengangkat anak yatim-piatu ketika istri mereka tidak bisa melahirkan keturunan. Dan tentu itu tidaklah murah. Ada konsekwensi yang harus dibayar oleh si anak.
    "Be-bertengkar?"
    "Ya. Anda tahu keluarga utama Shimura tidak memiliki penerus sah. Mereka mengangkat anak yatim-piatu dan mendidik mereka dibidang politik dan hukum. Yang terbaik akan di jadikan penerus keluarga. Shin-nii lebih menyukai dunia bisnis dan kemanusiaan. Ia bertengkar sengit dengan ayah yang memaksanya melanjutkan kuliah dibidang politik. Setelah bertengkar, keesokan harinya ia menghilang. Bahkan namanya telah dihapis dari daftar keluarga."
    "Lalu, kau sendiri bagaimaan Sai-san?"
    "Aku- membuat beberapa kesepakatan dengan Ayah agar aku diijinkan mengambil program studi seni lukis." Senyum diwajah Sai tidak luntur. Seolah senyum itu sudah terlukis abadi diwajahnya. Tak ada raut sedih ataupun terluka. Tapi Naruto tetap dapat merasakan kesedihan dari mata Sai. Tidak hanya ada kesedihan, tapi juga amarah dan dendam yang pastinya Naruto tidak tahu apa penyebabnya.
    "Dobe. Disini kau rupanya." Suara bariton yang tak asing menghentikan aksi tatap mata galau kedua pemuda itu. Sasuke datang dengan tubuh berbalut kemeja kerja berpeluh tak lupa Kyuubi yang ada di gendongannya. Sepertinya Kyuubi mengajak Sasuke mengelilingi lapangan terlebiuh dahulu sebelum mengantarkannya ke hadapan Naruto. "Ini sudah hampir gelap. Ayo pulang." Ajak Sasuke menurunkan Kyuubi dan memasangkan tali di leger si rubah.
    "Baiklah." Naruto meraih tangan Sasuke dan menggandengnya. Kyuubi sudah siap menuntun mereke kembali ke kediaman Uchiha. "Sampai jumpa lagi Sai-san. Tolong kabari aku jika kau mendapat kabar tentang Senpai." Ujar Narito berpamitan.
    Sai menatap kepergian pasangan suami istri itu menjauh. perlahan ia mengambil dompetnya dan membukanya. Matanya memandang lembut pada dua figur yang tercetak jelas di foto didalam dompernya. Dua orang pemuda dengan latar rak-rak penih buku bisnis dan manajemen. Seorang pemuda yang lebih tinggi memiliki rambut abu-abu gelap tengan menutupi mulutnya dengan buku manajemen tingkat lima dan headset menyumbat teingana. Sementara seorang pemuda lagi bermabut pirang dengan tigar garis halus di masing-masing pipi nya bersandar di pundak lelaki sebelumnya. Mata pemuda pirang itu terpejam tenang dengan mengenakan headphone.
    "Shin-nii. Benar yang kau katakan. Saat aku bertemu dengannya, saat itulah akan mengerti betapa kau menciantai pemuda ini." Ujar Sai lirih mengelus wajah pemuda berambut abu-abu gelap.
    TBC
    Denpasar, 4 Maret 2017
    1509k

  • Empress Of Uchiha Family 6

    0

    Empress of Uchiha Family
    †††
    By : Ayuni Yukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : SasuNaruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, Shonen-ai,
    Judul tak sesuai dengan cerita –mungkin-
    .,.
    Wanita itu duduk dengan anggun di hadapan lelaki dengan tubuh penuh perban. Mata lelaki itu menatap tajam wanita didepannya. "Katakan apa yang kau inginkan Mebuki." lelaki itu berujar tenang sambil meminum kopi yang tinggal setengah di dalam cangkir.

    "Aku ingin kau membantuku menyingkirkan seseorang."Mebuki, wanita yang tengah berbicara dengan tenang itu menatap balik tatapan tajam dari lelaki di depannya. "Namanya Naruto Namikaze. Putra dari Namikaze Minato, sainganmu dalam memperebutan posisi Gubernur di Konoha."

    "Hmmm~ apa yang membuat kau sangat ingin melenyapkan anak itu?"

    "Dia adalah benalu dalam pernikahan putriku. Jadi aku ingin kau menyingkirkannya sesegera mungkin sebelum dia melahirkan anak yang akan menyulitkan jalanku merebut kekuasaan Uchiha." Mebuki mengesap earl grey tea nya dengan tenang. seulas senyum senang terukir saat aroma teh itu memberinya ketenangan. "Bukankah, ini juga akan menguntungkanmu di pemilihan nanti?"

    "Kau benar. Aku bisa memanfaatkan pemuda itu untuk menjatuhkan ayahnya. Selama ini Minato selalu menyembunyikan keberadaan keluarganya. Tak banyak yang tahu bahwa ia memiliki seorang putra yang telah menikah. Publik hanya tahu putra pertamanya yang bekerja di Amerika dan putrinya yang bekerja di organisasi WHO."

    "Kalau begitu kita sepakat. Untuk biaya, aku akan mendanai seluruh proses kampanyemu. Senang bekerjasama dengamu Shimura Danzo-san."

    .

    Tak berselang beberapa minggu kemudian media di internet telah di hebohkan tentang berita kehamilan putra dari Minato Namikaze. Berita itu menyebar dengan cepat karena selain membawa nama calon gubernus Konoha tapi juga bangsawan Uchiha. Isu bahwa putra Minato menikan dengan Uchiha Sasuke banyak membuat para pengagum Uchiha membenci sosok pemuda yang masih dirahasiakan penampilannya itu. Minato sendiri selalu diserbu awak media ketika muncul di muka umum. Ia sangat mengutuk siapapun yang telah mengganggu kedamaian kehidupan putra kesayangannya.

    .

    Kediaman Uchiha sedang heboh. Para tetua sampai mengadakan pertemua penting untuk menyelesaikn masalah isu ini. Mereka berkumpul di kediaman utama Uchiha di Konoha yang menjadi tempat tinggal Madara dan Obito.

    Para tetua sibuk mendiskusikan masalah isu yang menyebar di masyarakat. Madara, Fugaku dan Obito. Tiga orang pemimpin klan Uchiha hanya menatap para tetua klan yang sibuk beradu argumen satu sama lain. Tak jarang beberapa argumen mereka malah memberatkan bagi Naruto.

    "Fugaku-sama. Anda harus segra melakukan sesuatu. Bila dibiarkan terus menerus maka nama Uchiha akan tercoreng." seorang tetua yang terlihat telah memasuki usia setengah abad mengajukan pendapatnya. lelaki itu bahkan terlihat jauh lebih muda dari Obito.

    "Anda harus segera mengumumkan bahwa istri putra anda tidak hanya Naruto. Masih ada Sakura yang bisa di perlihatkan di muka umum sebagai menantu Uchiha." seorang wanita dengan rambut yang mulai memutih. Wanita tu bernama Satomi. Putri dan anak satu-satunya dari tetua Saito yang wafat lima tahun lalu dan menggantika posisi ayahnya sebagai penasehat klan Uchiha. Sejak awal menjabat sebagai tetua klan, wanita itu memang sangat membenci Naruto. Karena Naruto telah menggagalkan rencananya untuk menikahkan pitrinya Saya dengan Sasuke. "Harusnya anda dulu menikahkan putra anda dengan Saya. Dengan begitu isu seperti ini tidak akan pernah muncul dan anda tidak perlu menunggu bertahun-tahun untuk menimang cucu." lanjut wanita itu berusaha menghasut pemikiran Fugaku.

    Para tetua yang lain mulai menahan nafas saat merasakan hawa dingin yang menyebar dari Madara. Seluruh keluarga Uchiha tahu bahwa sangat dilarang untuk menghina Naruto di hadapan Madara. Mereka mulai melirik satu sama lain saling menyalahkan. Obito hanya bisa berkeringat dingin. Jujur ia sangat kesal akan perkataan para tetua yang menghina Naruto, tapi buka itu yang membuatnya berkeringat dingin. Fugaku adalah orang yang tegas. Dia selalu berpikir dengan tenang dan mempertimbangkan segala sebab dan akibat dengan baik dan ia akan sangat marah jika keputusannya dipermasalhakan begitu saja.

    "Satomi-san. Jika kita melakukan apa yang kau sarankan itu, masalah isu ini memang akan segera hilang. Tapi apa kau bisa bertanggung jawab jika para Uzumaki dan Senju kembali mengibarkan bendera perang kepada Uchiha?" Madara berujar dengan nada monoton. Ia berusaha dengan sangat keras untuk menahan amarahnya agar tidak meledak. "Setelah berpuluh tahun Uchiha bermusuhan dengan Senju dan berperang dingin dengan Uzumaki. Akhirnya aku bisa memutus rantai kebencian itu berasama Hashirama. Apa sekarang kau ingin Uchiha memulai perang lagi?"

    "Tapi ini tidak ada hibungannya dengan Senju dan Uzumaki. Ini masalah Namikaze Naruto. Dia hanya seorang Namikaze yang bukan merupakan keturunan bangsawan jepang. Kita harusnya tidak dengan mudah menerimanya di keluarga ini!" wanita itu masih bersikeras. Baginya, walau putrinya tidak jadi menikah dengan Sasuke, setidaknya yang menjadi istri Sasuke bukanlah seorang lelaki.

    "Apa kau lupa siapa yang telah melahirkan Namikaze Naruto!?" Fugaku akhirnya membuka suaranya. Dia sudah bersabar selama beraa di ruangan itu.

    "U-uzumaki Kushina." Satomi berujar pelan.

    "Dan kau tahu siapa Uzumaki Kushina itu?" tanya Fugaku lagi dengan nada suara yang lebih tenang.

    "Cu-cucu dari Uzumaki Mito dan Senju Hashi-rama."

    "Dengan kepintaranmu, kau tentu tahu apa yang menjadi alasan Naruto di terima dikeluarga ini." lanjut Fugaku.

    "Tapi kenapa tidak dinikahkan dengan Namikaze Kurama saja? Bukankah publik lebih mengenalnya dibandingkan Naruto?" wanita itu mesih berusaha.

    "Terakhir ku ingat Itachi sedang berusaha mencairkan hati es gadis itu." Obito berujar pelan. Teringat dengan curhatan Itachi pada dirinya dan Shihui tentang ratu es keluarga Namikaze. "Kalian tentu tidak mau membuat Itachi murka kan?"

    "Ti-tidak."seluruh tetua menundukkan kepala. Mereka masih ingat kekacauan yang di akibatkan oleh kemarahan Itachi. Sulung Uchiha itu mengamuk beberapa tahun lalu di ruang rapat itu ketika para tetua menyarankan agar ialah yang menikah dengan Naruto. Dan Obito serta Shisui yang harus menangani kemarahan pemuda itu. Beberapa lebam dan lecet memenuhi tubuh mereka sementara Itachi pergi begitu saja setelah mematahkan tiga kursi dan satu meja. Itachi tidak pulang selama seminggu dan tanpa kabar. Ketika para tetua akhirnya menyetujui Sasuke yang akan menikah dengan Naruto. Barulah Itachi menunjukkan batang hidungnya, bahkan ia datang dengan senyuman lebar tanpa henti. Setelah Shisui selidiki ternyata calon penerus klan Uchiha itu menginap di apartemen Kurama di Amerika.

    "Jika tidak ada pendapat lagi maka aku akan mengambil keputusanku. Naruto akan dijaga dengan ketat. Aku tidak mau menantu dan cucuku terluka sedikitpun. Biarkan Aku dan Minato mengurus masalah isu ini. tugas kalian para Uchiha adalah memastikan menatu dan cucuku dalam keadaan baik dan tidak lecet sedikitpun. Pertemuan ini selesai!"

    .

    .

    Sakura menatap layar tv di kamarnya. Berita di setiap stasuin tv dipenuhi dengan scandal *apa termasuk scandal?* menikahnya putra Namikaze Minato dengan Sasuke. Ia tidak tahu siapa yang menyebarkan berita ini tapi yang pasti beluarganya mulai menuding ibunyalah dalangnya. Perlahan ia mengelus perut besarnya yang dibalas dengan tendangan pelan. "Sabarlah Sarada. Apapun yang terjadi ayahmu pasti akan mencintaimu."

    .

    Sasuke duduk gelisah di kursi kebesarnnya. Menatap tumpukan berkas yang tak enyah juga semenjak ia menginjakkan kaki di kantornya. Sesekali ia menatap naruto yang tampak merajuk di sofa panjang. Pemuda yang dicintainya itu tengah sibuk merajut syal merah sambil menggerutu ke overprotektivannya.

    Sasuke hanya bisa menghela nafas. Ia tahu bahwa ia terlalu berlebihan. Tapi posisi Naruto saat ini sedang tidak aman. Banyak penggemarnya yang akan berbuat nekat jika berhasil mengetahui siapa putra Minato itu. "Naru, jangan merajuk seperti itu. Ini sudah jam makan siang. Bagaimana jika kita keluar?"

    "Kenapa kau membawaku kemari Sasuke? Kau tahu aku harus menjalankan restoranku kan?"

    "Paman Teuchi dan Ayame pasti bisa menggantikanmu dengan baik. Kau tahu aku tidak bisa membiarkan kau pergi tanpa pengawasan siapapun."

    "Tapi di restouran ada banyak orang yang akan menjagaku Suke~"

    "Aku tahu. Tapi banyak juga orang luar yang makan di sana. Ada saja kemungkinan orang-orang media menyelinap ke dalam kantormu." Sasuke bangun dari kursinya. Berjalan pelan menuju sofa panjanjang yang diduduki Naruto.

    "Kau terlalu berlebihan Suke. "

    "Aku seperti ini karena mengkhawatirkanmu dan juga anak kita. Bersabarlah hingga masalah ini selesai. Kumohon."

    "Hhh~ Baiklah."

    TBC
  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan