• Darkness Under the Sun 2

    0


    Darkness Under the Sun
    By Ayuni Yuukinojo
    Disclaimer @ Masashi Kishimoto
    Warning : Pair belum di tentukan.
    .,.
    .,.
    Friend or Foe?
    Naruto hanya memiliki waktu tak lebih dari tiga hari untuk mempersiapkan diri untuk ujian kelulusan akademi. Selama tiga hari itu dia berlatih dan belajar bersama Shikamaru, Chouji dan bahkan Kiba. Naruto melakukan tanya jawab dengan Shikamaru mengenai soal-soal yang mungkin saja akan keluar. Kiba dan Chouji mengajaknya berlatih lempar kunai dan beberapa ninjutsu dasar, henge, kawarimi dan bunshin. Setelah itu mereka akan  sparing bersama. Dari hasil latihan tersebut Shikamaru dapat menarik kesimpulan bahwa Naruto tidaklah begitu bodoh. Dia bisa menjawab setiap pertanyaan yang ia ajukan dengan baik mungkin kekurangan Naruto adalah dalam melakukan bunshin. Setiap ia melakukan bunshin, bunshin yang ia ciptakan baik wujud maupun warnanya tidak pernah sempurna. Semoga saja bunshin tidak masuk dalam tes yang harus di lakukan.
    Namun sekeras apapun Naruto berusaha, tak ada satupun yang dapat memperkirakan apa yang akan terjadi di esok hari.
    .
    “Kalian memiliki waktu dua jam untuk menjawab soal-soal ini. Yang sudah selesai menjawab dapat menyerahkan kertas jawabannya ke Mizuki-sensei dan pergi ke lapangan untuk ujian taijutsu.” Ujar Iruka-sensei sambil membagikan kertas jawaban kepada para siswa dibantu oleh Mizuki-sensei yang membagikan kertas soal.
    Naruto hanya bisa menatap kertas soal didepannya dengan tatapan memelas. Tak ada satupun dari pertanyaan pertanyaan didepannya yang bisa ia mengerti. Padahal Shikamaru sudah berusaha mengajarinya dengan cukup keras, tapi semuanya sepertinya sia-sia. Dengan perlahan dan hati-hati Naruto meraba permukaan kertas soal didepannya. Dia dapat merasakan suatu aliran energi yang bergerak di bawah tangannya ketika ia meraba permukaan kertas soal. Sepertinya lagi-lagi ia hanya bisa menulis namanya di atas kertas jawaban.
    Naruto menunggu dan terus menunggu hingga semua siswa di ruangan menyerahkan kertas jawaban dan hanya tersisa dirinya didalam ruangan. “Naruto, Jika kau sudah selesai, kau bisa meletakkan jawabanmu di atas meja. Aku harus membantu Iruka-sensei.” Ujar Mizuki sambil meletakkan kertas jawaban yang telah terkumpul di atas meja lalu meninggalkan ruangan.
    “Haah~” Naruto menghela nafas lirih sambil menyandarkan punggungnya ke meja dibelakangnya. Menutup matanya beberapa detik dan menarik nafas dalam-dalam. Naruto bangkit dari duduknya dan meletakkan kertas jawaban yang hanya berisi nama itu di atas meja guru. Perlahan ia berjalan keluar kelas menuju tempat ujian berikutnya dilakukan.
    .
    “Naruto! Akhirnya kau keluar juga. Bagaimana ujianmu? Kau bisa menjawabnya kan?” seru Kiba menyambut kedatangan Naruto.
    “Ya, begitulah.” Jawab Naruto sambil menampilkan senyum lebarnya.
    “Tenang saja, walau hasil ujian tulismu jelek, kau masih punya ujian praktik yang mendukung nilaimu.” Ujar Kiba sambil mengalungkan tangan kanannya di bahu Naruto yang lebih pendek dari dirinya.
    “Yang belum dapat giliran tinggal kau, Sasuke, Ino dan Tsuchida Yuuya.” Gumam Chouji yang tampak kelelahan setelah melakukan ujian.
    “Ujiannya itu melempar kunai dan Shuriken lalu di lanjutkan dengan Taijutsu. Karena yang laki-laki hanya tersisa kau dan Sasuke, jadi ku rasa kau akan melawan anak itu.” Setitik keringat dingin menetes di dahi Naruto, melawan Sasuke di Tajutsu itu sama dengan menjadikan dirinya sebagai samsak tinju. Walau Naruto itu lebih cepat dari anak-anak di kelasnya tapi tenaga Sasuke lebih besar daripada dirinya.
    “Tenang saja Naruto. Kau hanya perlu menghindar dan menyerangnya ketika dia lengah.” Ujar Shikamaru sambil menguap. Dia menatap bosan para siswa yang masih melakukan pertarungan didepannya. Saat ini yang bertarung itu Sakura melawan Hinata. Sakura yang menyerang dengan cepat selalu gagal mengenai Hinata yang terus menerus menghindar. Sampai akhirnya Hinata tersandung dan jatuh terduduk. Kaki hinata yang terlentang mengenai kaki Sakura membuat gadis berambut merah muda itu terjungkal kebelakang, kepala terbentur dan tidak sadarkan diri. Entah itu keberuntungan atau disengaja. “Mendokusai.” Gumam Shikamaru melihat kehebohan para calon kunoichi itu.
    “Tsuchida Yuuya! Yamanaka Ino! Uchiha Sasuke! Uzumaki Naruto!” seru Iruka setelah meminta Mizuki membawa Sakura ke ruang perawatan. Keempat anak tersebut segera berjalan menuju Iruka dan berdiri didepan tiang kayu sasaran lemparan. Mereka masing-masing diberikan sepuluh buah shuriken untuk di lemparkan. “Bersiap. Mulai!”
    Naruto memusatkan indranya. Secara cepat dia melemparkan kesepuluh shuriken ditangannya satu-persatu. Tujuh di antara sepuluh itu mengenai objek sasaran, sisanya melewati sasaran dan tertancap ketanah di belakang tiang.
    .
    .
    Naruto menghela nafas pelan melihat para murid akademi yang dengan gembira keluar dari akademi sambil memamerkan ikat kepala konoha kepada orang tua mereka. Dengan kepala tertunduk dia menjauhi kermaian Konoha menuju apartemennya. Ia tidak menyadari pandangan mata seorang anak yang terus mengikuti kepergiannya.
    Ia tidak berhasil dalam ujian kelulusan, lagi-lagi dia harus mengulang. Hanya karena dia tidak bisa membuat bunshin yang sempurna. Padahal dia sudah melakukan sesuai dengan apa yang diajarkan guru di akademi. Tapi bunshin yang di hasilkannya selalu tampak pucat dan mengenaskan.
    “Naruto-kun!” Menghantikan langkahnya, Naruto berbalik dan melihat Mizuki yang tampak berjalan mendekatinya.
     “Mizuki-sensei. Ada apa?” menatap sang guru pendamping dengan heran. Tak biasanya guru yang selalu memberikan tatapan dingin padanya itu memebrikan senyum kepadanya.
    “Mengenai ujian hari ini. Kau tidak apa-apa? Kau tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan oleh Iruka. Sebenarnya tanpa lulus tes bunshin pun kau sudah bisa menjadi genin.” Naruto menatap guru didepannya dengan terkejut.
    “Benarkah sensei?” apa benar dia tetap bisa menjadi genin tanpa harus lulus tes bunshin? Tapi kenapa bisa?
    “Sebenarnya tahun lalu juga ada kejadian yang sama. Seorang murid tidak memiliki cakra yang cukup untuk melakukan tehnik ninjutsu maupun genjutsu. Tapi anak itu memiliki kemampuan yang sangat baik dalam ninjutsu. Oleh karena itu dia tetap bisa lulus akademi dan menjadi ninja hingga sekarang dengan kemampuan ninjutsunya yang hebat itu. Aku yakin kaupun juga memiliki kemampuan lain yang dapat mendukungmu menjadi seorang ninja. Oleh karena itu aku akan memberikan satu tes yang hanya bisa dilakukan olehmu. Jika kau behasil melakukannya, kau akan dinyatakan lulus.”
    “Apa itu sensei?”Naruto menatap guru didepannya dengan penh harap. Sambil menanti tes apa yang harus dia lakukan agar bisa dinyatakan lulus sebagai murid akademi.
    “Naruto-kun, aku tau kau merupakan anak yang cerdik, kau dengan mudahnya menghias patung hokage di siang hari tanpa ketahuan oleh siapapun. Itu merupakan kemampuan yang sangat langka. Tak banyak orang yang bisa mewarnai patung hokage tanpa di sadari oleh siapapun bahkan oleh ANBU dan Jounin. Oleh karena itu, tesmu kali ini adalah menyelundup ke kediaman Hokage dan mengambil sebuah gulungan jutsu yang tersimpan di gudang milik Hokage. ini merupakan salah satu kemempuan yang dibutuhkan oleh seorang ninja. Jika kau berhasil medapatkannya dan memberikannya padaku, maka kau akan dinyatakan lulus sebagai seorang ninja.”
    “Apa tidak apa-apa jika aku mengambilnya?”
    “Tentusaja tidak apa-apa, hal ini biasa bagi seorang ninja. Tak jarang kau akan mendapatkan misi seperti ini nanti jika kau menjadi ninja.”
    “Baiklah! Seperti apa bentuk gulungannya?”
    .
    .
    “HOKAGE-SAMA!! Uzumaki Naruto telah mencuri gulungan jutsu terlarang dari gudang Hokage!!”
    .
    Naruto berlari menjauhi kediaman Hokage menuju tempat pertemuannya dengan Mizuki. Dia tidak menyangka, mencuri gulungan sebesar ini sangatlah mudah. Gulungan itu terdapat di gudang penyimpanan barang pribadi milik Hokage. Dulu dia sering bermain petak-umpet di kediaman hokage bersama Konohamaru. Gudang itu merupakan salah satu tempat persembunyian terbaiknya.
    Sambil melompat di dahan pohon Naruto dapat mendengat teriakan yang memanggil-manggil namanya dari belakang. Sedikit lagi dia sampai di tempat pertemuannya dengan Mizuki. Jika dia bisa menyerahkan gulungan ini maka dia dinyatajan lulus genin. Dia bisa menjadi ninja.
    Sedikit penasaan Naruto membuka gulungan itu. Siapa tau dia bisa mempelajari tehnik hebat yang dapat dia banggakan dihadapan teman-temannya.
    .
    “Naruto!! Kembalikan gulungan itu sekarang juga!!” seruan dari Umino Iruka menghentikan proses membaca naruto di jutsu berikutnya.
    “Iruka-Sensei!! Lihat aku berhasil mengambil gulungan ini dengan mudah!! Bukankah aku ninja yang hebat!?” Naruto menatap Iruka yang berdiri tak jauh di depannya dengan antusias. Cengiran lebar terlukis diwajahnya.
    “Naruto. Aku tau kau itu sangat nakal dan ceroboh. Tapi apa yang kau lakukan kali ini benar-benar keterlaluan!! Kau membobol kediaman hokage dan mencuri barang yang sangat bahaya!! Apa kau benar-benar seorang ninja!?” geram Iruka marah. Dia tidak percaya Naruto melakukan kejahatan yang besar seperti ini.
    “Tapi ini adalah syarat agar aku bisa lulus ujian akademi. Dengan ini aku bisa menjadi ninja!” seru Naruto membela diri. Ia mulai ragu dengan tindakan yang ia lakukan dengan mencuri gulungan hokage.
    “Berhenti berbohong!! Tidak ada syarat seperti itu untuk lulus ujian!!!!”
    “Aku tidak berbohong!! Mizuki-sensei bilang aku bisa lulus kalau punya bakat khusus!!”
    “Mizuki? Mizuki tidak pernah bilang ada ujian seperti itu Naruto. Kenapa kau selalu membuat masalah? Yang kau lakukan kali ini bisa membuat hokage marah dan melarangmu menjadi ninja selamanya.”
    “Tapi Mizuki-sensei bilang aku bisa lulus jika aku berhasil memberikan gulungan ini padanya!! Kenapa sensei tidak percaya padaku!?” mata biru Naruto mulai mengeluarkan airmata. Padahal dia tidak berbohong. Jelas-jelas Mizuki mengatakan bahwa ia dapat lulus ujian jika berhasil memberikan gulungan ini padanya.
    “Benar Iruka. Kenapa kau tidak percaya pada Naruto? Dia tidak berbohong.” Suara Mizuki yang datang dari belakang Naruto mengejutkan Iruka. “Aku menunggumu di tempat pertemuan tapi kau tidak datang juga Naruto.”
    “Mizuki. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau melakukan hal seperti ini!?”
    “Tentusaja untuk meluluskan Naruto. Walau dia tidak bisa membuat bunshin. Dia tetap bisa menjadi ninja.”
    “Tapi kau telah melanggar pertauran!”
    “Kenapa kau sangat tidak setuju Naruto lulus genin? Padahal tahun lalu juga ada siswa yang lulus genin tanpa bisa melakukan tehnik cakra. Apa kau sebenci itu pada Naruto, Iruka?”
    ‘Iruka-sensei membenciku.’
    ‘Kenapa Iruka-sensei membenciku?’
    “Tidak ada kejadian seperti itu tahun lalu.”
    “Tentusaja ada. Anak itu lulus akademi walau tidak berhasil melakukan tehnik ninja. Dia tidak hanya gagal membuat bunshin, dia bahkan tidak bisa melakukan kawarimi dan henge. Tapi dia tetap lulus dan menjadi genin hingga saat ini. Dia saja diluluskan. Kenapa Naruto tidak?”
    Iruka ingat anak itu. Dia pernah melihat anak itu berlatih taijutsu di akademi hingga sore hari. Ketika anak itu menghilang dari akademi, Iruka kira dia telah mengundurkan diri.
    “Aku tau kau sangat membenci Kyuubi karena telah membunuh orangtuamu. Tapi kau tidak bisa membenci Naruto hanya karena dia terlahir di malam yang sama dengan penyerangan Kyuubi.”
    “Mizuki!! Jaga bicaramu!!” seru Iruka memperingatkan.
    “Kenapa Iruka? Kau takut Naruto mengetahui bahwa kau membencinya?”
    “Kenapa Iruka-sensei membenciku?”
    “Tidak Naruto. Aku tidak me-”
    “Itu karena Kyuubi. Kau taukan, malam ketika kau dilahirkan bersamaan dengan malam ketika Kyuubi menyerang desa dan membunuh orangtau Iruka. Itu sebabnya Iruka membencimu.”
    Jadi itu sebabnya orang-orang desa selalu menyakitinya? Itu sebabnya dia diusir dari panti asuhan? Itu sebabnya dirinya tidak memiliki orangtua. Pikir Naruto ketika mengingat kembali segala perlakuan buruk yang ia terima dari warga desa.
    “Selain itu aku juga mendengar kabar bahwa kau tidak hanya lahir di malam penyerangan Kyuubi. Tapi Kyuubi itu sendiri ada di dalam tubuhmu.” Lanjut Mizuki sambil berjalan mendekati Naruto.
    “MIZUKI!!! KAU SUDAH MELANGGAR ATURAN HOKAGE!!” Iruka menyerang Mizuki yang berusaha mendekati Naruto. Ketika serangan Iruka dihindari, dengan segera Iruka meraih kerah baju Naruto dan melemparkan anak itu menjauh dari Mizuki. Dia tidak akan membiarkan Mizuki mendekati Naruto. Namun fuma shuriken yang dilempar Mizuki berhasil melukai punggungnya membuat Iruka tersungkur ke tanah.
    “Aturan yang dibuat Hokage sudah tidak ada gunanya lagi Iruka. Seluruh warga sudah tau bahwa monster rubah itu ada di dalam Naruto. Kalau Hokage benar-benar ingin merahasiakan kejadian itu. Harusnya dulu dia tidak usah mengumumkan kebenaran itu.” Ucap Mizuki sambal berjalan mendekati Naruto, melewati Iruka yang sedang kesakitan.
    “Aturan apa yang kalian maksud!? Kenapa aku tidak tahu!?” segala emosi bercampur aduk di dalam Naruto. Dia marah karena Mizuki telah menipunya, dia kecewa karena Iruka tidak mempercayainya, dia sedih karena Iruka membencinya. Apakah Hokage pun selama ini berbohong padanya? Jika hokage yang membuat aturan itu, berarti Hokage tahu siapa orangtuanya. Selama ini hokage tidak pernah menjawab setiap kali dia bertanya mengenai siapa dan dimana orangtuanya.
    “Sehari setelah hari kelahiranmu. Hokage mengumumkan kepada warga Konoha siapa yang mengalahkan Kyuubi dan dimana Kyuubi itu di segel. Setelah itu Hokage membuat aturan tingkat S, bahwa siapapun yang membicarakan mengenai Kyuubi dan dirimu akan di kenakan hukuman yang sangat berat. Tapi rahasia itu telah diketahui oleh seluruh warga desa. Aturan yang di buat Hokage tidak berguna sedikitpun. Bahkan para warga tanpa ragu menyerangmu bukan? Katakana Naruto. Adakan luka yang di akibatkan oleh para warga yang membekas di tubuhmu? Adakan luka yang tak bias lenyap dari tubuhmu? Orang-orang desa sangat menjijikkan bukan? Kenapa kau begitu ingin menjadi pemimpin dari desa yang selalu melukaimu? Kenapa kau begitu ingin menjadi ninja untuk melindungi desa yang telah menyiksamu? Katakan Naruto. Kenapa? Sekarang serahkan gulungan itu padauk dan ikutlah denganku pergi jauh dari desa menjijikkan ini. Ketempat dimana kau takkan pernah disakiti oleh siapapun.” Tangan iri yang tidak memegang kunai Mizuki ulurkan kepada Naruto yang masih terduduk di tanah.
    “Naruto!! Jangan dengarkan dia!! Segera kembali ke desa dan kembalikan gulungan itu kepada Hokage. Aku akan menahan Mizuki hingga bantuan datang.” Sambal menahan sakit Iruka berusaha meraih Mizuki yang jauh di depannya.
    “Adakan luka yang di akibatkan oleh para warga yang membekas di tubuhmu?” Tidak. Semua luka yang diakibatkan oleh para warga desa selalu hilang dengan sangat cepat. Sangat cepat hingga ia lupa berapa banyak luka yang telah ditorehkan oleh para warga.
    Adakan luka yang tak bisa lenyap dari tubuhmu?” Ada. Luka yang tidak pernah sembuh. Luka yang tidak dia dapat dari para warga. Luka yang tidak dapat dia lihat. Yang membawa seluruh hidupnya pada kegelapan. Luka yang jika di ketahui oleh orang-rang akan membuatnya takkan bias menjadi ninja.
    Kedua tangan Naruto memeluk gulungan di tangannya dengan erat. Sementara Mizuki masih mengulurkan tangannya kepada Naruto dan Iruka berusahan mendekati mereka berdua.
    Tangan kanan Naruto dengan gemetar bergerak ragu meraih tangan Mizuki. Siapakah yang harus dia percaya kali ini?
    Dengan ragu Naruto meraih tangan Mizuki yang terulur.

    TBC

  • Darkness Under the Sun 1

    0


    Darkness Under the Sun
    .,.
    .,.
    Anak itu bernama Naruto, bocah yang hidup dalam kegelapan tapi tawa cerahnya mengherankan banyak orang.
    Anak itu bernama Uzumaki, satu-satunya yang tersisa namun tak ada yang menyadarinya.
    Anak itu adalah Jinchuuriki, sumber kebencian seluruh warga yang selalu tertawa tanpa perduli akan kegelapan di sekelilingnya.
    Dia adalah Uzumaki Naruto, Ninja yang berdiri dalam kegelapan di bawah siraman cahaya matahari.
    .,.,.
    “Kalian takkan bisa menangkapku!!!” seru anak bersurai pirang sambil berlari menjauhi para ninja yang mengejarnya. Wajahnya yang belepotan cat tertawa riang tanpa memperdulikan bisikan orang-orang di sekitarnya.
    “Anak itu berulah lagi. Ini sudah ke tiga kalinya dalam minggu ini dia mengacaukan monumen Hokage. Kenapa Sandaime-sama tidak menghukum anak itu juga?”
    “Ku dengar dia lagi-lagi tidak lulus tes di akademi.”
    “Harusnya anak seperti itu tidak usah masuk akademi.”
    “Kenapa Sandaime-sama mengijinkannya?”
    “Anak rubah itu....”
    “Anak Kyuubi itu.....”
    “Anak Monster itu....”
    .
    .
    “Naruto! Berapa kali harus ku katakan untuk menghentikan kenakalanmu itu!” Chunin dengan wajah luka melintang di tulang hidung menggurui Naruto di depan ruang kelas. Lagi-lagi dia harus berdiri di luar ruangan kelas sambil mendengar ceramah dari wali kelasnya ini.
    “Hehe... Maaf Sensei~” walau sedang dimarahipun dia tidak sedikitpun menunjukkan wajah sedih atau takut.
    “Kau apa benar-benar ingin menjadi ninja? Jika kau terus berbuat seperti ini, kau akan selalu gagal dalam ujian. Kau tau itu?”sejak awal Iruka Umino –nama guru itu- memang tidak begitu menyukai sikap Naruto. Selain karena apa yang ada didalam tubuh anak itu lah yang membuatnya kehilangan keluarganya, tapi juga sikap dan prilaku Naruto sangat mengganggu proses belajar-mengajar. Anak itu selalu bernuat onar di sekolah hingga akhirnya harus di keluarkan dari kelas, dia mengajak teman-temannya membolos hanya untuk dapat bermain di hutan belakang akademi. “Jika kau hanya ingin berbuat onar, jangan lakukan di akademi dan mengganggu teman-temanmu yang sedang belajar. MEREKA ADA DISINI UNTUK MENJADI NINJA! BUKAN MENJADI BIANG ONAR!”
    Tidak maksud Iruka untuk berkata kasar, tapi apa yang didengar dan dirasakan Naruto adalah kata-kata penuh amarah dan kebencian. Tanpa memperdulikan seruan Iruka yang memanggilnya untuk kembali dan tatapan teman-teman sekelasnya yang mengintip dari jendela ruang kelas, Naruto meninggalkan Akademi.
    Diantara berpasang-pasang mata yang mengintip kejadian itu, satu pasang mata menatap dengan menyelidik, sebelum akhirnya menghela nafas dan kembali menutup matanya, melanjutakan tidurnya yang terganggu oleh teriakan Iruka Umino.
    .
    .
    “Naruto-kun?”
    “Jii-chan...”
    Lelaki itu bernama Hiruzen Sarutobi, Hokage Ketika Konoha dan merupakan sosok kaki bagi Naruto yang tidak memiliki sanak saudara. Tidak biasanya Hiruzen Sarutobi merasakan keberadaan Naruto di sekitar monumen Hokage di jam-jam seperti ini. Biasanya dia akan berada di Akademi atau membolos bersama teman-temannya. “Kau kabur dari akademi lagi? Ada apa?”
    “.....”
    “Sudah lama sekali aku tidak melihat Konoha dari atas sini.” Hiruzen mendudukkan dirinya di samping Naruto, matanya menatap pemandangan luas didepannya yang memperlihatkan segala kesibukan d posat Konoha.
    “Ne Jii-chan, Kenapa aku harus masuk akademi? Kenapa aku harus menjadi ninja?”
    “Naruto-kun, aku memasukkanmu ke Akademi agar kau bisa melindungi dirimu jika sesuatu yang buruk terjadi padamu. Di Akademi kau di ajarkan untuk bertahan mengahadapi serangan-serangan musuh. Aku ingin kau bisa bertahan jika kau di serang.”
    “Kenapa bertahan? Apa aku tidak boleh menyerang? Apa karena aku monster makan aku tidak boleh tau bagaimana cara menyerang? Tak ada satupun sensei di akademi yang mengajariku cara bertarung atau mempertahankan diri.” Mata biru itu terpejam dengan kedua tangan yang berusaha memeluk tubuhnya sendiri. Kepalanya tertunduk, menyembunyikan ekspresinya dari jangkauan penglihatan sang kakek.
    “Naruto-kun, kau tahu. Ketika Ibumu pertama kali menginjakkan kaki di desa in, dia tidaklah di sambut dengan hangat oleh orang-orang desa. Saat itu perang shinobi ke-2 baru saja selesai dan para warga masih cemas dengan adanya penyusup yang ingin menghancurkan desa. Tidak hanya ibumu saja yang di sambut dengan tidak hangat. Ibumu sendiripun awalnya tidak senang tinggal di Konoha. Untuk anak seusia ibumu, itu adalah hal yang sangat menakutkan untuk tinggal di desa baru dengan orang-orang yang tidak dikenal seorang diri. Tapi setelah beberapa tahun berlalu dan ibumu tumbuh menjadi kunoichi yang hebat, ia mulai menjalin pertemanan dengan warga dan para ninja. Para warga juga mulai sadar dan mengerti, ibumu bukan lagi di anggap sebagai orang luar, dia sudah menjadi bagian dari warga konoha.” Tangan tua Hiruzen mengelus lembut rambut pirang Naruto, mata tuanya menatap dengan sedih pada anak yang sudah dianggapnya sebagai cucunya sendiri. “Aku mendaftarakanmu ke Akademi dengan harapan kau tau cara untuk melindungi dirimu sendiri, aku juga berharap agar kau menemukan teman yang dapat mengerti dirimu apa adanya dan bersedia selalu berada disampingmu. Sosok yang akan menjadi teman dan juga sahabat untukmu.”
    “Jii-chan, apa aku akan dapat memiliki teman?” masih menyembunyikan wajahnya Naruto bertanya. Suaranya sarat akan harapan.
    “Bukankah kau sudah memilikinya? Kiba-kun, Chouji-kun, Shikamaru-kun juga temanmu kan?”
    “Eh mereka temanku?” wajah mungil itu penuh dengan ekspresi terkejut.
    “Tentu saja, jika tidak. Mereka takkan mencarimu kemari.”
    “Eh?”
    “NARUTO!!!” dari kejauhan naruto mendengar suara Kiba yang berteriak kencang memanggil namanya dan Shikamaru serta Chouji yang mengikuti dibelakang.
    “Kiba! Shikamaru! Chouji!” seru naruto melambaikan tangan. “Sampai nanti jii-chan.” Ujar Naruto sebelum menghampiri teman-temannya yang mulai sampai di puncak bukit Hokage.
    Bagi Naruto, dunia itu terlihat begitu hitam-putih. Tak ada warna yang dapat mencerahkan hari-harinya yang suram. Tapi ketika teman-temannya ada di sisinya. Sedikit saja dia berharap agar bisa merasakan indahnya warna dari persahabatan.
    .
    Keempat anak itu bermain hingga sore di bukit Hokage, berlari dan bersembunyi. Sesekali mereka beristirahat sebelum akhirnya kembali bermain. Ketika hari mulai beranjak sore mereka menghentikan permainan dan kembali menuju desa. “Hei hei, apa kalian sudah siap untuk ujian kelulusan minggu depan?” tanya Kiba sambil menggendong Akamari di tangannya.
    “Aku belum, kira-kira tesnya akan seperti apa ya?” Chouji sambil mengusap perutnya yang bulat bertanya. Anak itu tampaknya sudah sangat kelaparan.
    “Paling-paling ujian tulis, Jutsu dan taijutsu seperti biasanya. Merepotkan sekali.”
    “Aku paling tidak bisa ujian tulis.” Lirih Naruto yang berjalan di samping Shikamaru dan Chouji.
    “Kalo ujian ninjutsunya Bunshin pun kau juga tidak bisa, hahaha” canda Kiba menyindir Naruto. Mereka berempat tahu jika Naruto tidak begitu mahir dalam membuat bunshin, tapi bukan berarti Naruto tidak bisa menjadi ninja. Diantara murid sekelas, Naruto lah yang staminanya paling kuat, dia juga memiliki insting yang cukup tajam untuk mengetahui keberadaan seseorang. Terkadang secara tanpa disadari Naruto akan mejauhi hal-hal atau orang yang memberikannya perasaan buruk. Bisa dibilang insting Narutolah yang paling tajam di antara teman sekelas selain Kiba. Tapi sayangnya yang menyadari hal itu hanya Shikamaru.
    Perbincangan mereka terus dilanjutkan hingga mereka tiba di taman konoha, disana mereka masih bisa bermain sambil menunggu orangtua mereka menjemput. “Ah, itu Hana-nee! Bye bye Naruto...” seru kiba sambil berlari menuju kakaknya yang datang menjemput.
    Tak lama kemudian ayah Shikamaru datang menjemput. “Chouji, Chouza sedang ada misi, ibumu memintaku untuk menjemputmu.” Ucap Shikaku Nara mengajak bocah kembul keluarga Akimichi itu pulang bersama.
    “Bye-bye Naruto.” Seru Chouji meninggalkan Naruto yang masih duduk diayunan seorang diri, dia menghampiri Shikamaru yang sudah ada di samping Shikaku.
    “Naruto. Kalau kau kesulitan untuk ujian tulisnya, aku bisa mengajarimu. Itupun kalau kau mau.” Untuk sekejap waktu di sekitar Naruto terasa bergerak lebih lambat. Untuk pertama kalinya Naruto mendengar ada orang yang masih perduli pada dirinya selain Sandaime Hokage dan pemilik Ichiraku.
    “Terimakasih Sikamaru!” senyum ceria membutakan mata itu membuat jantung bocah Nara itu seakan berdetak cepat. Perasaannya saja atau Naruto terlihat begitu mempesona dihadapannya.
    “Me-merepotkan, Jaa Naruto. Sampai jumpa besok.” Berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya, Shikamaru berjalan meninggalkan taman meninggalkan Narut5o yang masih tersenyum ceria dan Chouji serta Shikaku yang membatu melihat kejadian di depan mereka.
    TBC

    Denpasar
    25/4/18

  • Empress Of Uchiha Family 14

    0

    Sakura menatap remaja yang sedang berbincang dengan temannya dengan lembut. Wanita itu telah menanti bertahun-tahun agar dapat menemui putrinya. Berharap bisa masuk kedalam kehidupan putrinya yang sempurna. Awalnya tujuan ia menemui putrinya adalah untuk membongkar kebohongan yang disimpan para Uchiha tapi saat menyadari betapa putrinya sangat bahagia hidup didunia dibawah bayang-bayang Uchiha itu membuatnya ragu. Apakah ia tega mengancurkan kebahagiaan yang telah didapat putrinya?
    Jika dulu dia tidak terima dengan keputusan Uchiha dan memaksa mengambil Sarada, apakah putrinya akan sebahagia ini? Apa dirinya bisa membesarkan putrinya tanpa sosok seorang ayah? Bagaimana tanggapan orang-orang ketika Sarada tidak mengenal sosok ayahnya?
    .
    .
    Sasuke memeluk perut buncit istrinya dengan erat diatas ranjang queen size mereka. Lelaki adik Uchia Itachi itu mengenang kembali masa-masa bahagia dan sulit yang dulu ia alami bersama sang istri sekaligus sahabatnya sedari kecil. Saat masa pacaran dulu ia hanya mengharapkan kehidupan norma dengan istrinya. Dirinya bekerja di kantor ayahnya sedangkan sang istri akan mengelola restoran yang ia miliki. Saat pulang kantor ia akan menjemput istrinya di restoran dan mengajaknya makan malam romantis. Tak ada sedikitpun pemikiran untuk memiliki keturunan karena ia tahu kondisi Naruto.
    Selama masa pernikahan merekapun sebenarnya ia tidak pernah memiliki pemikiran untuk meneruskan keturunan. Ia sudah siap dengan resiko yang ia terima ketika menikahi Naruto. Tapi tak selamanya hari-hari bahagia mereka berjalan lancar.
    Tahun ke dua Pernikahan SasuNaru
    Rapat keluarga besar Uchiha dilakukan sebulan sekali. Para tetua akan membahas masalah keluarga besar dan mengambil jalan untuk mengatasinya. Hari itu masalah yang diambil adalah bagaimana medapatkan penerus untuk keluarga inti Uchiha.
    Berbagaimacam saran dan pendapat telah diutarakan. Tak jarang saran-saran itu memberatkan pihak Naruto. Siapa yang tidak tahu Naruto di keluarga besar Uchiha. Keberadaannya dihormati sekaligus dibenci. Dihormati karena ia adalah begian dari keluarga inti Uzumaki-Senju, tapi juga dibenci karena posisinya sebagai istri Sasuke membuat banyak gadis Uchiha patah hati.
    Gadis-gadis yang sedari kecil telah didik untuk menjadi calon istri bagi Itachi dan Sasuke itu harus kehilangan mimpinya ketika Naruto masuk kedalam keluarga inti. Jangan tanya sudah berapa kali Naruto diculik dan dilukai. Hal itu tentu membuat Madara dan Fugaku tidak tenang. Jika sampai terjadi sesuatu pada cucu kesayangan Hashirama itu, maka Senju dan Uzumaki takkan tinggal diam.
    Sasuke hanya ingin melindungi Istrinya. Uchiha adalah keluarga bangsawan yang memegang teguh aturan kerajaan. Calon kepala klan hanya bisa di berikan kepada keturunan keluarga inti. Walau bagi keluarga Sasuke tidak masalah jika Naruto tidak bisa memberin keturunan tapi para tetua dan Uchiha yang lain tidak. Mereka selalu berusaha mengusik kedamaian pernikahan Sasuke dengan menyindir kekurangan Naruto. Bahkan terang-terangan mereka menawarkan putri, adik atau kakak perempuan mereka sebagai istri kedua Sasuke. Jika saja bukan karena tatapan mematikan dan ancaman dari Fugaku dan Madara, mereka pasti sudah melakukan berbagai macam hal licik untuk membuat Sasuke jatuh ketangan mereka.
    Sementara para lelaki-suami sedang rapat para istri dan gadis-gadis Uchiha sedang berkumpul di ruang keluarga. Berbincang mengakrabkan diri. Walau terlihat sangat harmonis tetapi Mikoto yang duduk di sofa ditengah ruangan dapat mendengar bisikan dan sindiran yang di bicarakan oleh keponakan dan sepupunya. Mata onix Mikoto menatap Naruto yang duduk tenang di sampingnya. Nyonya Uchiha itu sudah mengenal Naruto sejak pemuda itu dilahirkan. Mikoto adalah orang ke lima setelah Minato, Kushina, Hashirama dan Madara yang menggendong bayi mungil dari Namikaze itu. Mikoto juga yang terkadang menggantikan peran ibu untuk si pirang ketika Kushiha sedang tidak ada dirumah. Jelas Mikoto tau benar sikap, sifat dan tabiat Naruto. Dia tahu arti dari senyum yang saat ini ditampilkan pemuda pirang duduk di sampingnya ini.
    Seorang wanita Uchiha yang merupakan sepupu Mikoto tiba-tiba datang mendekati Nyonya Besar Uchiha itu. Wanita itu mendekat perlahan dengan angkuh yang jelas-jelas ditujukan kepada Naruto. "Mikoto, bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu." ucap wanita itu dan mengambil tempat duduk tepat disamping Naruto.
    "Sumiko. Kau benar, sudah lama kita tak bertemu. Bagaimana keadaan keluargamu? Aku dengar kau semakin sibuk sejak pindah ke Eropa." ucap Mikoto sambil tersenyum. walau dalam Mikoto sudah curiga dengan kedatangan sepupunya itu.
    "Iya. Akhir-akhir ini aku semakin sibuk. Apalagi sejak kelahiran cucu pertamaku. Dia sangat manis dan menggemaskan. Aku dan Satoshi sangat memanjakan anak itu. Bagaimana kabar putra-putramu? Kudengar Sasuke-kun sudah menikah ya? Maaf aku tidak bisa hadir dalam pernikahannya."
    "Tidak masalah kau tidak datang. Pernikahannya dilakukan dengan sederhana, hanya keluarga inti dan para tetua yang diundang."
    "Sederhana? Kau pasti bercanda, manamungkin kau membiarkan pernikahan putra kesayanganmu dilakuakn dengan sederhana. Pernikahan putraku saja hampir menggemparkan setengah dari eropa. Ngomong-ngomong mana menantumu? Pasti dia gadis yang sangat cantik hingga bisa menarik perhatian Sasuke-kun yang dingin itu."
    "Benar juga, kau belum pernah bertemu dengan menantuku." dengan senyum yang penuh arti Mikoto memperkenalkan Naruto dihadapan seluruh wanita dan gadis-gadis di ruangan itu. "Perkenalkan ini menantuku, Naruto. Beberapa diantara kalian pasti sudah mengenalnya. Dia adalah putra bungsu keluarga Namikaze-Uzumaki. Mungkin dia belum begitu bisa menyesuaikan diri dengan keadaan disini mengingat sebelumnya dia tinggal di istana klan Uzumaki. Jadi kalian bisa membantunya menyesuaikan diri dilingkungan keluarga Uchiha."
    Perkataan Mikoto jelas-jelas menyindir para gadis Uchiha, derajat Naruto jauh lebih tinggi dari gadis-gadis yang hanya bagian dari keluarga Uchiha biasa.
    "Oh iya Sumiko. kau bilang pernikahan putramu sangat besar ya. Apa kau berhasil mengundang salah satu anggota bangsawan keluarga Namikaze? keluarga mereka sangat dekat dengan Anggota kerajaan Inggris dan juga merupakan keluarga konglomerat." Mikoto melirik Naruto dari ekormatanya, jelas sekali mengirimkan tanda untuk ikut bermain.
    "O-oh. Te-tentu saja kau berhasil mengundangnya. Bahkan putra pertama sekaligus penerusnya berhasil ku undang. Dia sangat takjub dengan acara pernikahan putraku." ucap Sumiko gugup merasa diserang oleh sepupunya.
    "Benarkah Bibi? Kyuu-nii tidak cerita bahwa dia pernah menghadiri undangan pernikahan. Kapan pernikahannya dilakukan Bi?" dengan senyuman polos dan pandangan mata tanpa dosa Naruto memainkan perannya.
    "Pe-pernikahannya dilakukan Oktober tahun lalu."
    "Wah! Benarkah? seingatku Oktober tahun lalu Kyuu-nii dan Kura-nee mengambil cuti satu bulan untuk merayakan ulang tahunku. Bukankah mereka sempat menginap dirumah juga kan Kaa-san?"
    "Hum? Kau benar Naru, waktu itu Kyuubi dan Kurama menginap selama seminggu dirumah untuk merayakan ulang tahunmu sebelum kembali ke kediaman Namikaze. Apa deidara yang datang mewakili ya??"
    "Tapi saat itu Dei-nii kan menemani Ino berbelanja ke paris, Kaa-san."
    "Mungkin saja saat itu dia datang mewakili Kyuubi kan?" dan percakapan mertua dan menantu itu terus berlangsung melupakan keberadaan Sumiko yang merasa jengkel. Padahal niatnya berbicara dengan Mikoto adalah untuk membanggakan cucu pertamanya juga pernikahan mewah putranya. Ia tidak menyangka bahwa menantu dari Mikoto adalah adik dari Kyuubi Namikaze sang pangeran keluaraga Namikaze.
    Sudah bukan lagi menjadi rahsia jika keberadaan Naruto tidak diterima sepenuhnya di keluarga Uchiha. Para Uchiha tahu bahwa beberapa dari anggota keluarga mereka bahkan pernah mencoba melakukan tindak kekerasan dan kecurangan pada menantu pertama keluarga Fugaku itu. Tapi mereka semua menutup mata. Bagi mereka itu bukanlah masalah mereka. Mereka tidak ingin terlibat dengan masalah yang dibuat oleh Uchiha yang lain, tapi mereka juga mendukung jika posisi Naruto digantikan oleh anggota keluraga Uchiha yang lain. Bagi mereka, mereka lebih baik tunduk dan hormat pada menantu yang merupakan kerabat mereka sendiri dari pada menantu dari pihak luar.
    .
    .
    .
    Sasuke masih ingat perbuatan mengerikan yang dilakukan oleh salah satu kerabatnya yang mengakibatkan kemurkaan keluarga Senju. Saat itu Konoha tengah mengadakan festifal musim gugur. Sesuai dengan tradisi kepala klan Uchiha akan membuka festifal tersebut. festifal itu sangat ramai dipenuhi warga konoha yang tak hanya ingin menikmati perayaan tapi juga ingin melihat secara langsung para penerus klan Uchiha. Awalnya festival tersebut berjalan dengan lancar hingga secara tiba-tiba sebuah tembakan terdengar samar dan Naruto terjatuh dengan tubuh bersimbah darah. Tembakan itu tak hanya terjadi sekali tetapi lima kali. Sasuke yang saat mengetahui istrinya terluka tanpa pikir panjang langsung menjadikan dirinya sebagai tameng untuk keselamatan Naruto. Tembakan itu menybabkan kepanikan yang membuat semua pengunjung lari meninggalkan lokasi perayaan. Tapi mereka tak bisa pergi jauh karena para bodyguard keluarga Uchiha telah bersiaga di pintu keluar, melarang seluruh pengunjung pulang ke kediaman mereka. Malam itu menjadi malam yang sangat mencekam di kediaman Uchiha. Tak hanya karena mereka hampir kehilangan Sasuke dan Naruto tetapi juga mereka harus dihadapi dengan kemarahan Madara dan Hashirama.
    Setelah memeriksa dan mengintrogasi seluruh pengunjung yang hadir dalam festifal itu akhirnya pelaku penembakan itu tertangkap. Pelakunya adalah salah satu kerabat Fugaku, lelaki itu ingin membunuh Naruto dan menggantikan posisi Naruto sebagai menantu keluarga Uchiha dengan putri sulungnya. Tak tanggung-tanggung hukuman yang diterima oleh lelaki itu. Madara menghapus nama lelaki itu dan keluarganya dari daftar nama klan Uchiha dan mengasingkan mereka ke sebuah desa terpencil yang di jaga ketat oleh pengawal khusus klan Uzumaki.
    Percobaan pembunuhan itu tidak hanya terjadi sekali, bahkan berkali-kali hingga akhirnya keluarga Otsutsuki- kerabat keluarga Uchia, Senju dan Uzumaki- turuntangan mengakhiri percobaan pembunuhan itu. Dengan kekuasaan yang dimiliki keluarga yang dikatakan sebagai akar dari tiga keluarga bangsawan konoha itu akhirnya percobaan pembunuhan terhadap Naruto berhenti. Tapi bukan berarti semuanya kembali berjalan sesuai dengan harapan Sasuke dan Naruto. Para tetua Uchiha masih tetap berusaha menikahkan putri atau cucu mereka dengan Sasuke.
    Selain masalah yang disebabkan oleh orang-orang Uchiha. Keluarga Uzumaki juga tampak tak terima ketika posisi Naruto terancam di keluarga Uchiha. Tatua Uzumaki berusaha merebut Naruto kembali dari tangan Uchiha demi bisa melindungi darah murni Uzumaki yang mengalir di tubuh Naruto. Senju juga tidak tinggal diam. Naruto adalah cucu favorit Hashirama, Kepala Keluarga Senju itu selalu bertengkar dengan Madara untuk dapat merebut Naruto. Untungnya Naruto dapat menenagkan pihak Senju dan Uzumaki tanpa harus mengorbankan pernikahannya.
    .
    Setelah kelahiran Menma dan Sarada, para Uchiha yang menentang pernikahan Naruto mulai bungkam. Dengan kelahiran Menma menjadi bukti bahwa Naruto masih dapat memberikan keturunan walaupun dia lelaki. Apalagi kini Naruto tengah mengandung untuk kedua kalinya dan juga tampaknya Itachi mulai serius dengan hubungannya dan Kurama. Para tetua klan Uchiha tidak lagi berbuat macam-macam untuk mencelakai dan menjatuhkan nama Naruto. Tapi akhir-akhir ini ada satu yang mengusik ketenangan Sasuke. Kabar dari mata-matanya mengatakan bahwa Sakura akhir-akhir ini sering terlihat di dekat sekolah Menma dan Sarada selain itu masih ada Mebuki dan Danzo yang tampaknya akan merencanakan sesuatu.
    Membayangkan kembali kedua orang itu membuat darah Sasuke mendidih. ia masih ingat dulu Mebuki pernah hampir membuat dirinya hampir kehilangan Naruto dan Menma. Dalam tidurnya Sasuke mengeratkan pelukannya di tubuh Istrinya yang tertidur lelap.
    TBC

  • Frozen Heart 5

    1
    Frozen Heart
    FROZEN and Rise of The Guardians "Not Mine"
    Waning : Typo, Alur berantakan, OOC

    Toothiana menatap sosok ratu Arendel yang berjalan diatas laut yang membeku, dibelakang Elsa tampak sosok bayangan hitam yang mengikuti kemanapun gadis itu pergi. Walau samar Toothiana mengenal sosok dingin itu. Dirinya lah dulu yang mengumpulkan gigi pertama milik Elsa yang copot. Ia tahu ingatan masa kesil Elsa saat bertemu dengan Jack Frost.
    "Jack kau tidak mengenalnya?" Tanya Toothiana heran. Harusnya Jack mengenal gadis itu karena mereka bertemu saat jack telah menjadi roh salju.
    "Hah? Tidak. Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya." Jawab Jack Frost heran. Seingatnya, ini pertama kalinya Jack Frost bertemu dengan gadis itu. Walau ia sebenarnya merasa ragu.
    "Kau tidak mengenal gadis itu? Dulu kau pernah bertemu dengannya."
    "Apa maksudmu Toothiana??"
    .
    .
    Elsa menatap sosok kecil dalam gendongan ibunya yang terbaring di atas tempat tidur. Sosok itu sangat mungil dan lemah. Ayahnya berkata bahwa ia telah menjadi seorang kakak. Dan dia harus menjaga adiknya Anna dengan baik. Saat itu Elsa kecil memutuskan bahwa ia akan melindungi adiknya dari segela ancaman yang akan datang. Meski itu dari dirinya sendiri.
    .
    Siang di penghujung tahun itu salju berhenti turun untuk sejenak. Para anak-anak mulai keluar dari rumahnya yang hangat untuk bermain salju di halaman. Begitupula dengan Elsa dan Anna. Besama Kristof dan Sven mereka bermain di halaman istana yang luas diawasi oleh sang Ratu.
    "Elsa! Tunjukkan sihirmu! Tunjukkan sihirmu!" Seru Anna kegirangan. Gadis kecil itu ingin menunjukkan kekuatan yang dimiliki kakaknya pada sahabat lelakinya.
    "Sihir itu tidak ada Anna." Ejek Kristof pada Anna yang cemberut.
    "Ada! Elsa bisa melakukannya."
    "Anna, aku tidak bisa men-"
    "Hanya orang bodoh yang percaya sihir~ Sihir itu tidak ada. Anna kau mau saja di bohongi!" Ejek Kristof sambil melemparkan bola salju ke tubuh Anna dan perang bola salju itupun dimulai melupakan Elsa yang tampak mematung.
    .
    Elsa menatap hamparan hutan didepannya dengan takjub. Dia barusaja memisahkan diri dari adiknya dan Kristof yang tengah bermain perang salju. 'Hanya orang bodoh yang percaya sihir~' sindiran Kristof masih terngiang di telinga Elsa.
    "Hanya orang bodoh yang percaya sihir." Bisik Elsa sambil memandang kedua tangannya yang mungil.
    .
    Elsa menari-nari kecil di bawah hujan salju yang turun perlahan. Hari itu ayah dan ibunya harus menyambut tamu penting kerajaan dan Anna sedang membuat kue dengan cheft kerajaan. Ini satu-satunya kesempatan Elsa untuk dapat bermain dengan bebas dihutan dan menggunakan kekuatanya.
    "Hei, Kau sedang apa?" Suara pemuda itu meghentikan tarian kecil Elsa.
    Itu adalah saat pertamakalinya putri mahkota kerajaan Arendel itu bertemu dengan Jack Frost. Sang roh salju dan pembawa musim dingin.
    "Jack. Apa besok kau akan datang lagi?" Tanya Elsa ketika hendak kembali ke istana.
    Pemuda berambut silver cloud itu hanya menatap Elsa dan tersenyum penuh arti. Elsa tak pernah mendapatkan jawaban pasti dari pertanyaannya itu dan ia tak pernah tahu arti dari senyuman itu. Dan kesokan harinya, kesokannya lagi, lagi dan lagi. Jack tak pernah muncul lagi. Meninggalkan Elsa dalam kesendirian dan kesepian tak tahu bagaimana harus menghadapai hati yang dipenuhi keriduan.
    .
    Elsa menatap Anna yang sedang bermain di halaman istana dari jendela kamarnya. Hari itu musim semi yang cerah, tapi tak sedikitpun panas sinar matahari memberikan kehangatan pada kamarnya yang membeku. Ia hanya bisa meilhat Ayah dan Ibunya bermain bersama snag adik sementara dia hanya bisa terkurung di kamarnya seorang diri dengan tumpukan buku yang harus ia pelajari. "Jack." Bisik Elsa kesepian.
    Hati rapuhnya yang semakin tumbuh bersama dengan kekuatan sihirnya yang semakin berkembang. Ia harus melindungi adik lemahnya. Oleh karena itu ia harus mengurung dirinya. Ia tak lagi ingin menyakiti satu-satunya adik yang ia miliki.
    .
    Umur Elsa saat itu tepat 11 tahun ketika ia mulai diperkenalkan dengan ilmu kepemimpinan dan aturan-aturan pemimpin kerajaan. Ia sadar ayahnya tak memiliki putra yang bisa di warisi tahta. Maka dia harus melupakan semua mimpinya untuk hidup di luar dinding istana untuk selamanya dan mulai memutuskan untuk manjadi putri mahkota yang sesuai dan dibutuhkan oleh rakyat-rakyartnya.
    .
    Semua berlalu begitu cepat. Baru sebulan lalu ia menginjak usia 17 tahun dan kini dia harus dihadapi dengan pemakaman kedua orangtuanya. Semua bagaikan mimpi buruk. Hari-hari bahagianya lenyap secara perlahan bersamaan dengan hatinya yang membeku. Semua berawal dengan hilangnya Jack berlanjut dengan Anna yang terluka lalu kematian kedua orangtuanya. Kini yang tersisa hanya Anna seorang. Dan akan ia pastikan bahwa dia akan melindungi adiknya itu dari berbagai macam bahaya yang datang dan memastikan sang adik selalu ada di sampingnya.
    .
    "Kau memiliki kekuatan yang sangat unik, Ratu." Pertama kali Elsa mendengar bisikan itu adalah tepat beberapa minggu setelah pemakaman kedua orang tuanya. Kekuatannya semakin tak terkontrol dan berbagai mimpi buruk selalu menghantui tidurnya dan sejak saat itu sosok hitam itu terus mengikuti setiap hari-harinya.
    "Aku takkan pernah meninggalkanmu seperti yang lainnya." Sosok itu selalu berusaha masuk ke dalam kehidupannya. Memberikan janji-janji menggiurkan yang dapat menyesatkannya. "Aku Pitch Black takkan pernah meninggalkanmu."
    .
    Elsa menatap bongkahan es yang sebelumnya mengurung Anna. Kini penjara dingin itu kosong tak berpenghuni.
    "Para Guardian itu merebut adikmu." Ucap sosok hitam yang berdiri di belakang Elsa. Sedari tadi sosok yang di ketahui sebagai Pitch Black itu hanya mengamati reaksi yang di timbulkan Elsa.
    "Hans masih ada di dalam istana. Bisa saja dia menculik Anna." Dengan tergesa-gesa Elsa menuju balkon istana esnya. Menatap gundukan salju yang berserakan. Dengan lambaian lembut dari kedua tangannya Elsa membentuk monster salju yang besar dan mengerikan. "Aku ingin kalian merebut kembali adikku dan bawa ia kemari bagaimanapun caranya kecuali melukai warga Arendell"
    "Kenapa kau melarang mereka melukai orang-orang? Bukankah mereka lah yang memulai semua tragedi ini?" Pitch Black berusaha menghasut Elsa.
    "Mungkin mereka lah yang memulai semua tragedi ini. Tapi sebagai Ratu yang menduduki kekuasaan di negeri ini, sudah menjadi tugasku untuk melindungi mereka." Mata azure Else menatap langit gelap di atas hutan. "Selain itu mereka sudah cukup menderita dengan badai salju abadi ini." Senyum sinis terlukis diwajah cantik ratu Arendell. Ia menatap Pick Black untuk sejenak memberikan peringatan gara tidak menyakiti warganya sebelum kembali memasuki istana."Akan ku pastikan mereka bergantung padaku hingga mereka lupa akulah yang membuat mereka menderita."
    Pitch Black menatap pasukan monster salju yang mulai meninggalkan istana Elsa. Tidak menyangkan bahwa gadis yang dulu terlihat ceria itu bisa menjadi sedingin ini. Tapi bukankah ini yang ia inginkan?
    .
    .
    Kristof menatap Anna yang terbaring di atas tempat tidurnya. Tubuhnya tertutup selimut tebal nan hangat dan perapian menyala terang memberikan kehangatan di kamat itu. Dari jendela Kristof juga dapat melihat anggin yang berhembus kencang membawa kepingan salju dan udara dingin. Di ruangan itu juga ada para Guardian yang tampak sedang berfikir bagaimanacara menghentikan badai salju itu.
    "Kurasa satu-satunya cara adalah dengan mengalahkan Elsa. Jika kalian tak bisa menyadarkannya, maka terpaksa kita harus membunuhnya." Seluruh mata para Guardian tertuju pada Kristof. Pemuda itu terlihat jelas sangat terluka saat mengatakan pendapatnya.
    "Tapi kami tidakmungkin membunuh." Toothiana berujar lirih. "Kami adalah roh penjaga. Tugas kami adalah menjaga para anak-anak. Dulupun kami berhasil mengalahkan Pitch Black dengan bantuan anak-anak. Kami tidak boleh membunuh, Kristof." Menjadi sebuah aturan mutlak bahwa roh penjaga tidak boleh memnuh manusia. Mereka hanya bisa mengalahkan dan membunuh sesama roh penjaga.
    "Satu-satunya cara untuk menolong negeri ini adalah dengan mengalahkan Elsa dan satu-satunya cara untu menyadarkannya adalah dengan membunuh Pitch Black kembali."
    TBC 
  • Frozen Heart 4

    0

    Kutub Utara
    Kurub utara, tempat dimana sang Santa 'North' berada tengah dipenuhi dengan ketegangan ketika sang Man in the Moon muncul memberikan petunjuk. Sang kelinci paskah Bunnymund terlihat kesal dan para peri kecil miliki Toothiana tampak ketakutan bersembunyi di balik punggung Toothiana. Sandyman terlihat tegang dan North sang tuan ramah tampak menghela nafas.
    Man in the Moon barusaja memberikan petunjuk mengenai keanehan yang terjadi di sebuah nergara yang didatangi oleh Jack Frost. Negara yang jatuh ketangan kekuasaan seorang ratu yang dingin dan peranan Pitch Black dalam kasus ini membuat para guardian menegang. Masih terbayang dipikiran mereka katika salah satu dari teman mereka hampir musnah karena Pitch Black dan kini roh mimpi buruk itu muncul kembali disebuah negeri tentram untuk mengacaukannya. Apalagi ditambah dengan sosok Ratu Elsa yang tidak mereka ketahui kekuatannya membuat mereka semakin risau.
    "Yang pasti kita harus menyusul Jack." Ujar Toothiana sambil menenangkan para bayi peri giginya.
    "Apapun yang direncanakan Pitch Black dengan Ratu Elsa ini pasti bukan sesuatu yang baik. Kita harus segera menyusul Jack secepatnya sebelum dia berhadapan terlebih dahulu dengan Pitch Black."
    Sandy tampak mengangguk setuju dan North yang dengan sengaja memerintahkan para kurcaci dan Yetinya untuk mempersiapkan kereta luncur saljunya. Dalam kepala lelaki bertubuh besar itu masih jelas tergambar petunjuk apa yang diberikan oleh Man in the Moon.
    Flashback
    Cahaya bulan masuk dari lubang diruang pertemuan itu. Menyinari lantai dan membuka kunci sihir dan mengeluarkan kristal biru yang tersembunyi didalamnya. Kristal biru yang tersirami cahaya bulan itu berpendar indah dan membentuk wujut Pitch Black dan bayangan samat Elsa juga Anna dan berlanjut dengan menampilkan sosok Jack Frost.
    End Flashback
    .
    .
    Arendell
    Kristof memeluk Anna dengan erat sementara Sven terus melangkahkan keempat kakinya dengan cepat. Mereka berdua berlari menembur lebatnya hutan yang terselimuti salju menuju istana kerajaan Arendell. Jack Frost mengikuti mereka dibelakang dengan sosok Ratu Elsa yang tak sadarkan diri di tangan Jack.
    Kedatangan mereka diistana disambut dengan terkejut oleh penghuni istana. Para prajurit dan pelayan dengan segera membantu Kristof dan Jack yang kini dapat dilihat dengan jelas oleh para manusia. Mingkin ini juga disebabkan oleh kekuatan Elsa yang menyebar dengan kuat.
    Tubuh lemas Anna ditidurkan diatas sofa panjang ditengah ruangan dengan perapian yang menyala terang. Api perapian itu menghangatkan suhu ruangan dan tubuh Anna yang membeku. Sementara Anna sedang tak sadarkan diri, Pangeran Hans dan Doke Weselton memaksa agar Elsa diletakkan dipenjara bawah tanah dengan kedua tangan terborgol. Mereka tidak ingin sang Ratu menggunakan kekuatannya lagi. Para pelayan dan penjaga sebenarnya tidak ingin melakukan itu. Bagaimanapun Elsa adalah ratu mereka. Tapi mereka tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menentang dua orang penting dari kerajaan tetangga tersebut.
    Jack terus menunggu sosk Ratu Elsa itu sadarkan diri. Mata berwarna deep sky blue pemuda itu menatap wajah tertidur Elsa yang tenang. Begitu terlihat indah dan menawan. Sayang wajah tenang itu terganggu dengan kerutan di dahi Elsa yang semakin jelas. Gadis itu mengalami mimpin buruk.
    .
    .
    Elsa's Dream
    Elsa kecil yang baru berusia 7 tahun berdiri ditengah hutan yang tertutup salju. Hutan itu ada dibelakang istana Arendell dan saat itu sedang musim salju. Hanya kali ini Elsa dapat dengan leluasa menggunakan kekuatan sihirnya tanpa harus mengmunculkan kecurigaan dari orang-orang disekitarnya. Dengan kekuatan sihirnya Elsa menciptakan hujan kepingan salju berbagai bentuk yang berpendar kebiruan, kepingan salju itu jatuh ke atas tumpukan salju dan kehinalan pendarannya. Dengan riang Elsa menari dibawah hujan salju ciptaannya.
    "Hei kau sedang apa?" Suara seorang pemuda menghentikan tarian Elsa. Didekatnya telah berdiri sosok pemuda berambut silver cloud dengan mata indah berwarna deep sky blue. Pemuda itu mengenakan hoody berwarna persian blue. Pemuda itu menatap Elsa dengan tertarik. "Aku Jack Frost. Kau siapa?" Tanya pemuda itu lagi memperkenalkan diri.
     Kau siapa?" Tanya pemuda itu lagi memperkenalkan diri
    .
    Jack merasakan kedatangan teman-teman guardiannya. Walau enggan meninggalkan Elsa seorang diri tapi ia harus menemui teman-temannya.
    "North! Sandy! Bunny! Toothiana!" Seru Jack ketika berhasil menemui teman-teman guardiannya. Mereka berada di atas laut membeku yang tepat berada di samping istana Arendell.
    "Jack! Bagaimana keadaan disini? Apa kau bertemu dengan Pitch Black?" Tanya Bunny tak sabaran.
    "Pitch Black? Jadi Pitch Black ada disini!?"
    "Man in the Moon mengatakan bahwa dia ada disini dan dia turut andil dalam masalah ini." Jelas North. "Jack kita harus segera menemukannya. Sebelum-"
    "Jack Frost!" Suara Kristof menghentikan perkataan North. Lelaki pengumpul balok es itu berlari mendekati Jack dan terkagum-kagum melihat tiga sosok lain yang ada di sana. "Wooww~"
    "Ada apa Sven? Apa Anna sudah sadar?"
    "Ah! Anna belum sadar. Dan dia terus mengigil kedinginan. Apa kau tahu bagaimana cara membangunkannya? Dia seperti sedang mengalami mimpi buruk!" Mendengar penjelasan Kristof, seluruh mata para guardian langsung tertuju pada Sandyman. Sementara yang ditatap tampak gugup.
    "Sandy. Kurasa kau bisa membantu Anna." Ucap Jack santai. Menikmati kegugupan yang ditampilkan diwajah polos Sandy.
    Kristof membawa keempat guardian itu menuju tempat Anna ditidurkan. Ketika sampai disana mereka menemukan Hans yang tengah menuangkan air ke atas bara api Perapian yang menyala. Membuat api itu padam dan ruangan menjadi dingin.
    "HANS APA YANG KAU LAKUKAN!!" Seru Kristof dan memukul Hast tepat di rahang membuat pengeran ke-12 kerajaan tetangga itu tak sadarkan diri.
    Nort segera melepas mantel bulu merah yang ia kenakan dan menyelimuti tubuh Anna yang semakin mendingin. Sementara Toothiana dan Bunny sedang berusaha menyalakan pai perapian kembali.
    "Kristof. Apa yang terjadi dan siapa mereka?" Kepala perlayan istana Arendell datang dengan tergesa-gesa ketika mendengar seruan kencang Keristof. Dibelakangnya beberapa orang prajurit juga turut serta.
    "Amankan Pangeran Hans segera. Dia berusaha memadamkan api perapian dan membahayakan Putri Anna." Kepala pelayan dan prajurit itu segera melakukan apa yang diminta Kristof. Sejak awal mereka memang tidak begitu menyukai pangeran muda itu.
    Dengan kekuatan pasir mimpi yang dimilikinya, Sanndy berusaha masuk kedalam mimpi Anna. Didalm mimpi itu dia bukannya melihat apa yang Anna lihat. Melainkan melihat apa yang Elsa lihat dan rasakan. Mengumpulkan seluruh kekuatannya, Sanndy berusaha menarik kesadaran Anna dari alam mimpi Elsa.
    Tak berselang lama Anna mulia sadar, tubuhnya mulia agak menghangat walau masih merasakan kedinginan.
    "Apa yang kau lihat Sandy?" Tanya Jack. Dengan cepat Sandy membentuk wujud Elsa, kepingan salju, dan Pitch Black secara terus menerus membuat teman-temannya kebingungan. "Okay. Okay. Jadi kau melihat Elsa dan Pitch Black didalam mimpi Anna?" Ujar Jack meminta kepastian yang dibalas dengan anggukan dan dua thumbs up.
    Walau Anna telah sadar tapi ia masih merasakan dingin disekujur tubunya bahkan rambutnya mulai memutih secara perlahan. "Jantungku.....terserang....Elsa..." Ujar Anna lirih.
    "Jika itu benar maka satu-satunya cara untuk menyelamatkan Anna adalah mengalahkan Elsa." Ujar North dengan tajam.
    "Tapi kau tidak bisa menyakiti Ratu kami." Kepala pelayan kerajaan Arendell tidak mungkin membiarkan sosok Elsa yang sudah ia rawat sejak kecil disakiti begitu saja.
    "Ratu kalian? Jadi dia benar-benar Ratu kalian? Kenapa kalian mau di pimpin oleh wanita jahat seperti dia!?" Bunny bukannya bermaksud untuk menghina Ratu Arendell tapi ia heran kenapa para rakyat masih mau di perintah oleh Ratu yang menyebabkan musim dingin itu.
    "Jangan... hina... kakakku!" Seru Anna lirih.
    "Apakah kalau kita berhasil melemahkan sihir Elsa maka Anna akan berhasil diselamatkan?" Toothiana memberi saran.
    "Kau benar. Kekuatan Elsa dikendalikan oleh ketakutan yang diciptakan Pitch Black. Kalau kita bisa menghilangkan ketakutan itu pasti Elsa dapat mengendalikan kekuatannya dan Anna bisa diselamatkan." Ucap Jack menjelaskan. Mungkin inilah sebenarnya yang ingin dikatakan Man in the Moon?
    "Tapi kekuatan Elsa semakinlama semakin kuat~" suara bisikan yang tak asing terdengar diruangan itu. Tanpa sadar para guardian telah memegang senjata mereka masing-masing dengan bersiaga.
    "Pitch Black." Desis Bunny kesal.
    "Lama tak berjumpa teman-teman guardian-ku. Apa kalian menikmati musim dingin yang indah ini?" Sosok bayangan hitam terbentuk di pojok ruangan yang tak diterangi cahaya perapian. Bayangan hitam itu membentuk sosok yang para guardian sangat kenal.
    "Kalian takkan bisa meghentikan Elsa. Karena kau-" jsri kurus Pitch Black terarah langsung pada Jack "-karena kau sendiri tidak ingat apapun mengenai Elsa. Hahahahahahahh!"
    Sebuah ledakan keras menciptakan gunjangan di dalam kastil Arendell, ledakan itu diiringi dengan aliran energi sihir kuat yang membuat Anna semakin kesakitan.
    "Pertempuran akna segera dimulai, teman-teman guardianku. Aku harap kalian siap." Pitch Black kembali menghilang didalam bayang-bayang kegelapan. Para guardian yang terlalu terfokus pada Pitch Black tidak menyadari kebaradaan burung hantu putih yang bertengger di jendela kamar tersebut.
    .
    Sebelumnya...
    Elsa's Dream
    "A-aku Elsa." Mata azure Elsa mengamati penampilan pemuda didepannya itu. Mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Untuk pertama kalinya ia menemui seseorang dengan warna rambut yang sangat unik. Merasa penasaran Elsa tanapa sadar telah menyentuh surai silver cloud itu dan menciptakan beberapa keping salju diatas kepala Jack Frost. Jack menatap Elsa dengan terkejut sementara Elsa tampak tegang dan ketakutan.
    "Hei! Kau punya kekuatan seperti itu juga!?" Seru Jack senang. Menatap Elsa dengan kagum.
    "Juga?"
    "Ya. Aku juga punya. Lihat ini." Dengan senang hati Jack memperlihatkan kekuatan sihirnya membuat Elsa terkagum-kagum. Mereka terus bermain bersama hingga petang tiba, keesokan harinya pun mereka kembali bertemu hingga suatu hari Jack tak lagi muncul dan tragedi itu terjadi. Anna adiknya terluka dan semua ini salah dirinya.
    'Dia meninggalkanmu karena kekuatan mengerikanmu.' Bisikan itu kembali terdengar.
    "Tidak."
    'Adikmu terluka juga karenamu.'
    "Tidak."
    'Jelas-jelas kaulah yang telah melukai kepala adikmu.'
    "Hentikan"
    'Pemuda itu satu-satunya temanmu kan? Dia juga meninggalkanmu'
    "Hentikan"
    'Sama seperti keluargamu.'
    "Hentikan!"
    'Dan sekarang mereka merebut adikmu.'
    "Jangan!"
    'Pangeran bodoh itu akan merebut adikmu dan Kerajaanmu akan jatuh ketangan lelaki tua itu.'
    "Hentikan!"
    Ledakan energi dingin menyelimuti ruang bawah tanah membuat seluruh ruangan diselimuti es dan mengancurkan jendela kecil disana menciptakan lubang besar yang terhubung ke laut Arendell yang membeku. Elsa terduduk diatas tempat tidur kayu dengan selimut tipis dan kusam dipangkuannya.
    'Lihat. Mereka bahkan meletakkanmu di penjara. Penjara kerajaanmu sendiri. Ini Kudeta!' Suara bisikan itu terdengar lagi. Dengan kekuatan sihirnya Elsa merusak borgol yang membelenggu kedua tangannya. Kedua tangan yang telah bebas itu berpendar biru dan menciptakan sebuah topeng seputih salju lalu mengenakannya. Mata azure Elsa terpejam, dalam kepalnya terbayang pemandangan diluar penjara itu.
    "Dan teman masa kecilmu sendiri bahkan tidak mengingatmu
    "Dan teman masa kecilmu sendiri bahkan tidak mengingatmu. Kau sendirian Elsa."Suara itu bukan lagi terdengar seperti bisikan. Suara itu kini muncul dari sosok lelaki yang muncul dari kegelapan. "Tapi aku Pitch Black akan selalu menemanimu." Kegelapan yang dibawa oleh sosok itu menjalar kepenjuru ruangan menyelimuti tubuh Elsa hingga tubuh dingin Ratu Arendell itu ada dalam rengkulan Pitch Balck.
    "Selamanya aku akan besamamu didalam kegelapan ini." Bisik Pitch Black ditelinga Elsa.
    TBC
  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan