- Home>
- Darkness Under the Sun 2
Posted by : Yuuki
Rabu, 09 Mei 2018
Darkness Under the Sun
By Ayuni Yuukinojo
Disclaimer @ Masashi
Kishimoto
Warning : Pair belum di
tentukan.
.,.
.,.
Friend or Foe?
Naruto hanya memiliki waktu tak lebih dari
tiga hari untuk mempersiapkan diri untuk ujian kelulusan akademi. Selama tiga
hari itu dia berlatih dan belajar bersama Shikamaru, Chouji dan bahkan Kiba. Naruto
melakukan tanya jawab dengan Shikamaru mengenai soal-soal yang mungkin saja
akan keluar. Kiba dan Chouji mengajaknya berlatih lempar kunai dan beberapa
ninjutsu dasar, henge, kawarimi dan bunshin. Setelah itu mereka akan sparing bersama. Dari hasil latihan tersebut
Shikamaru dapat menarik kesimpulan bahwa Naruto tidaklah begitu bodoh. Dia bisa
menjawab setiap pertanyaan yang ia ajukan dengan baik mungkin kekurangan Naruto
adalah dalam melakukan bunshin.
Setiap ia melakukan bunshin, bunshin yang ia ciptakan baik wujud
maupun warnanya tidak pernah sempurna. Semoga saja bunshin tidak masuk dalam tes yang harus di lakukan.
Namun sekeras apapun Naruto berusaha, tak
ada satupun yang dapat memperkirakan apa yang akan terjadi di esok hari.
.
“Kalian memiliki waktu dua jam untuk
menjawab soal-soal ini. Yang sudah selesai menjawab dapat menyerahkan kertas
jawabannya ke Mizuki-sensei dan pergi ke lapangan untuk ujian taijutsu.” Ujar
Iruka-sensei sambil membagikan kertas jawaban kepada para siswa dibantu oleh Mizuki-sensei
yang membagikan kertas soal.
Naruto hanya bisa menatap kertas soal
didepannya dengan tatapan memelas. Tak ada satupun dari pertanyaan pertanyaan
didepannya yang bisa ia mengerti. Padahal Shikamaru sudah berusaha mengajarinya
dengan cukup keras, tapi semuanya sepertinya sia-sia. Dengan perlahan dan
hati-hati Naruto meraba permukaan kertas soal didepannya. Dia dapat merasakan
suatu aliran energi yang bergerak di bawah tangannya ketika ia meraba permukaan
kertas soal. Sepertinya lagi-lagi ia hanya bisa menulis namanya di atas kertas
jawaban.
Naruto menunggu dan terus menunggu hingga
semua siswa di ruangan menyerahkan kertas jawaban dan hanya tersisa dirinya
didalam ruangan. “Naruto, Jika kau sudah selesai, kau bisa meletakkan jawabanmu
di atas meja. Aku harus membantu Iruka-sensei.” Ujar Mizuki sambil meletakkan
kertas jawaban yang telah terkumpul di atas meja lalu meninggalkan ruangan.
“Haah~” Naruto menghela nafas lirih sambil
menyandarkan punggungnya ke meja dibelakangnya. Menutup matanya beberapa detik
dan menarik nafas dalam-dalam. Naruto bangkit dari duduknya dan meletakkan
kertas jawaban yang hanya berisi nama itu di atas meja guru. Perlahan ia
berjalan keluar kelas menuju tempat ujian berikutnya dilakukan.
.
“Naruto! Akhirnya kau keluar juga. Bagaimana
ujianmu? Kau bisa menjawabnya kan?” seru Kiba menyambut kedatangan Naruto.
“Ya, begitulah.” Jawab Naruto sambil
menampilkan senyum lebarnya.
“Tenang saja, walau hasil ujian tulismu
jelek, kau masih punya ujian praktik yang mendukung nilaimu.” Ujar Kiba sambil
mengalungkan tangan kanannya di bahu Naruto yang lebih pendek dari dirinya.
“Yang belum dapat giliran tinggal kau,
Sasuke, Ino dan Tsuchida Yuuya.” Gumam Chouji yang tampak kelelahan setelah
melakukan ujian.
“Ujiannya itu melempar kunai dan Shuriken
lalu di lanjutkan dengan Taijutsu. Karena yang laki-laki hanya tersisa kau dan
Sasuke, jadi ku rasa kau akan melawan anak itu.” Setitik keringat dingin
menetes di dahi Naruto, melawan Sasuke di Tajutsu itu sama dengan menjadikan
dirinya sebagai samsak tinju. Walau Naruto itu lebih cepat dari anak-anak di
kelasnya tapi tenaga Sasuke lebih besar daripada dirinya.
“Tenang saja Naruto. Kau hanya perlu
menghindar dan menyerangnya ketika dia lengah.” Ujar Shikamaru sambil menguap.
Dia menatap bosan para siswa yang masih melakukan pertarungan didepannya. Saat
ini yang bertarung itu Sakura melawan Hinata. Sakura yang menyerang dengan
cepat selalu gagal mengenai Hinata yang terus menerus menghindar. Sampai
akhirnya Hinata tersandung dan jatuh terduduk. Kaki hinata yang terlentang
mengenai kaki Sakura membuat gadis berambut merah muda itu terjungkal
kebelakang, kepala terbentur dan tidak sadarkan diri. Entah itu keberuntungan
atau disengaja. “Mendokusai.” Gumam Shikamaru melihat kehebohan para calon
kunoichi itu.
“Tsuchida Yuuya! Yamanaka Ino! Uchiha
Sasuke! Uzumaki Naruto!” seru Iruka setelah meminta Mizuki membawa Sakura ke
ruang perawatan. Keempat anak tersebut segera berjalan menuju Iruka dan berdiri
didepan tiang kayu sasaran lemparan. Mereka masing-masing diberikan sepuluh
buah shuriken untuk di lemparkan. “Bersiap. Mulai!”
Naruto memusatkan indranya. Secara cepat
dia melemparkan kesepuluh shuriken ditangannya satu-persatu. Tujuh di antara
sepuluh itu mengenai objek sasaran, sisanya melewati sasaran dan tertancap
ketanah di belakang tiang.
.
.
Naruto menghela nafas pelan melihat para
murid akademi yang dengan gembira keluar dari akademi sambil memamerkan ikat
kepala konoha kepada orang tua mereka. Dengan kepala tertunduk dia menjauhi
kermaian Konoha menuju apartemennya. Ia tidak menyadari pandangan mata seorang
anak yang terus mengikuti kepergiannya.
Ia tidak berhasil dalam ujian kelulusan,
lagi-lagi dia harus mengulang. Hanya karena dia tidak bisa membuat bunshin yang
sempurna. Padahal dia sudah melakukan sesuai dengan apa yang diajarkan guru di
akademi. Tapi bunshin yang di hasilkannya selalu tampak pucat dan mengenaskan.
“Naruto-kun!” Menghantikan langkahnya,
Naruto berbalik dan melihat Mizuki yang
tampak berjalan mendekatinya.
“Mizuki-sensei. Ada apa?” menatap sang guru
pendamping dengan heran. Tak biasanya guru yang selalu memberikan tatapan
dingin padanya itu memebrikan senyum kepadanya.
“Mengenai ujian hari ini. Kau tidak
apa-apa? Kau tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan oleh Iruka. Sebenarnya
tanpa lulus tes bunshin pun kau sudah bisa menjadi genin.” Naruto menatap guru
didepannya dengan terkejut.
“Benarkah sensei?” apa benar dia tetap bisa
menjadi genin tanpa harus lulus tes bunshin? Tapi kenapa bisa?
“Sebenarnya tahun lalu juga ada kejadian
yang sama. Seorang murid tidak memiliki cakra yang cukup untuk melakukan tehnik
ninjutsu maupun genjutsu. Tapi anak itu memiliki kemampuan yang sangat baik
dalam ninjutsu. Oleh karena itu dia tetap bisa lulus akademi dan menjadi ninja
hingga sekarang dengan kemampuan ninjutsunya yang hebat itu. Aku yakin kaupun
juga memiliki kemampuan lain yang dapat mendukungmu menjadi seorang ninja. Oleh
karena itu aku akan memberikan satu tes yang hanya bisa dilakukan olehmu. Jika
kau behasil melakukannya, kau akan dinyatakan lulus.”
“Apa itu sensei?”Naruto menatap guru
didepannya dengan penh harap. Sambil menanti tes apa yang harus dia lakukan
agar bisa dinyatakan lulus sebagai murid akademi.
“Naruto-kun, aku tau kau merupakan anak
yang cerdik, kau dengan mudahnya menghias patung hokage di siang hari tanpa
ketahuan oleh siapapun. Itu merupakan kemampuan yang sangat langka. Tak banyak
orang yang bisa mewarnai patung hokage tanpa di sadari oleh siapapun bahkan
oleh ANBU dan Jounin. Oleh karena itu, tesmu kali ini adalah menyelundup ke
kediaman Hokage dan mengambil sebuah gulungan jutsu yang tersimpan di gudang
milik Hokage. ini merupakan salah satu kemempuan yang dibutuhkan oleh seorang
ninja. Jika kau berhasil medapatkannya dan memberikannya padaku, maka kau akan
dinyatakan lulus sebagai seorang ninja.”
“Apa tidak apa-apa jika aku mengambilnya?”
“Tentusaja tidak apa-apa, hal ini biasa bagi
seorang ninja. Tak jarang kau akan mendapatkan misi seperti ini nanti jika kau
menjadi ninja.”
“Baiklah! Seperti apa bentuk gulungannya?”
.
.
“HOKAGE-SAMA!! Uzumaki Naruto telah mencuri
gulungan jutsu terlarang dari gudang Hokage!!”
.
Naruto berlari menjauhi kediaman Hokage
menuju tempat pertemuannya dengan Mizuki. Dia tidak menyangka, mencuri gulungan
sebesar ini sangatlah mudah. Gulungan itu terdapat di gudang penyimpanan barang
pribadi milik Hokage. Dulu dia sering bermain petak-umpet di kediaman hokage
bersama Konohamaru. Gudang itu merupakan salah satu tempat persembunyian
terbaiknya.
Sambil melompat di dahan pohon Naruto dapat
mendengat teriakan yang memanggil-manggil namanya dari belakang. Sedikit lagi
dia sampai di tempat pertemuannya dengan Mizuki. Jika dia bisa menyerahkan
gulungan ini maka dia dinyatajan lulus genin. Dia bisa menjadi ninja.
Sedikit penasaan Naruto membuka gulungan
itu. Siapa tau dia bisa mempelajari tehnik hebat yang dapat dia banggakan
dihadapan teman-temannya.
.
“Naruto!! Kembalikan gulungan itu sekarang juga!!”
seruan dari Umino Iruka menghentikan proses membaca naruto di jutsu berikutnya.
“Iruka-Sensei!! Lihat aku berhasil
mengambil gulungan ini dengan mudah!! Bukankah aku ninja yang hebat!?” Naruto
menatap Iruka yang berdiri tak jauh di depannya dengan antusias. Cengiran lebar
terlukis diwajahnya.
“Naruto. Aku tau kau itu sangat nakal dan
ceroboh. Tapi apa yang kau lakukan kali ini benar-benar keterlaluan!! Kau
membobol kediaman hokage dan mencuri barang yang sangat bahaya!! Apa kau
benar-benar seorang ninja!?” geram Iruka marah. Dia tidak percaya Naruto
melakukan kejahatan yang besar seperti ini.
“Tapi ini adalah syarat agar aku bisa lulus
ujian akademi. Dengan ini aku bisa menjadi ninja!” seru Naruto membela diri. Ia
mulai ragu dengan tindakan yang ia lakukan dengan mencuri gulungan hokage.
“Berhenti berbohong!! Tidak ada syarat
seperti itu untuk lulus ujian!!!!”
“Aku tidak berbohong!! Mizuki-sensei bilang
aku bisa lulus kalau punya bakat khusus!!”
“Mizuki? Mizuki tidak pernah bilang ada
ujian seperti itu Naruto. Kenapa kau selalu membuat masalah? Yang kau lakukan
kali ini bisa membuat hokage marah dan melarangmu menjadi ninja selamanya.”
“Tapi Mizuki-sensei bilang aku bisa lulus
jika aku berhasil memberikan gulungan ini padanya!! Kenapa sensei tidak percaya
padaku!?” mata biru Naruto mulai mengeluarkan airmata. Padahal dia tidak
berbohong. Jelas-jelas Mizuki mengatakan bahwa ia dapat lulus ujian jika
berhasil memberikan gulungan ini padanya.
“Benar Iruka. Kenapa kau tidak percaya pada
Naruto? Dia tidak berbohong.” Suara Mizuki yang datang dari belakang Naruto
mengejutkan Iruka. “Aku menunggumu di tempat pertemuan tapi kau tidak datang
juga Naruto.”
“Mizuki. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau
melakukan hal seperti ini!?”
“Tentusaja untuk meluluskan Naruto. Walau
dia tidak bisa membuat bunshin. Dia tetap bisa menjadi ninja.”
“Tapi kau telah melanggar pertauran!”
“Kenapa kau sangat tidak setuju Naruto
lulus genin? Padahal tahun lalu juga ada siswa yang lulus genin tanpa bisa
melakukan tehnik cakra. Apa kau sebenci itu pada Naruto, Iruka?”
‘Iruka-sensei
membenciku.’
‘Kenapa
Iruka-sensei membenciku?’
“Tidak ada kejadian seperti itu tahun
lalu.”
“Tentusaja ada. Anak itu lulus akademi
walau tidak berhasil melakukan tehnik ninja. Dia tidak hanya gagal membuat bunshin, dia bahkan tidak bisa melakukan
kawarimi dan henge. Tapi dia tetap lulus dan menjadi genin hingga saat ini. Dia
saja diluluskan. Kenapa Naruto tidak?”
Iruka ingat anak itu. Dia pernah melihat
anak itu berlatih taijutsu di akademi
hingga sore hari. Ketika anak itu menghilang dari akademi, Iruka kira dia telah
mengundurkan diri.
“Aku tau kau sangat membenci Kyuubi karena
telah membunuh orangtuamu. Tapi kau tidak bisa membenci Naruto hanya karena dia
terlahir di malam yang sama dengan penyerangan Kyuubi.”
“Mizuki!! Jaga bicaramu!!” seru Iruka
memperingatkan.
“Kenapa Iruka? Kau takut Naruto mengetahui
bahwa kau membencinya?”
“Kenapa Iruka-sensei membenciku?”
“Tidak Naruto. Aku tidak me-”
“Itu karena Kyuubi. Kau taukan, malam
ketika kau dilahirkan bersamaan dengan malam ketika Kyuubi menyerang desa dan
membunuh orangtau Iruka. Itu sebabnya Iruka membencimu.”
Jadi itu sebabnya orang-orang desa selalu
menyakitinya? Itu sebabnya dia diusir dari panti asuhan? Itu sebabnya dirinya
tidak memiliki orangtua. Pikir Naruto ketika mengingat kembali segala perlakuan
buruk yang ia terima dari warga desa.
“Selain itu aku juga mendengar kabar bahwa
kau tidak hanya lahir di malam penyerangan Kyuubi. Tapi Kyuubi itu sendiri ada
di dalam tubuhmu.” Lanjut Mizuki sambil berjalan mendekati Naruto.
“MIZUKI!!! KAU SUDAH MELANGGAR ATURAN
HOKAGE!!” Iruka menyerang Mizuki yang berusaha mendekati Naruto. Ketika
serangan Iruka dihindari, dengan segera Iruka meraih kerah baju Naruto dan
melemparkan anak itu menjauh dari Mizuki. Dia tidak akan membiarkan Mizuki
mendekati Naruto. Namun fuma shuriken yang dilempar Mizuki berhasil
melukai punggungnya membuat Iruka tersungkur ke tanah.
“Aturan yang dibuat Hokage sudah tidak ada
gunanya lagi Iruka. Seluruh warga sudah tau bahwa monster rubah itu ada di
dalam Naruto. Kalau Hokage benar-benar ingin merahasiakan kejadian itu.
Harusnya dulu dia tidak usah mengumumkan kebenaran itu.” Ucap
Mizuki sambal berjalan mendekati Naruto, melewati Iruka yang sedang kesakitan.
“Aturan apa yang kalian maksud!? Kenapa aku
tidak tahu!?” segala emosi bercampur aduk di dalam Naruto. Dia marah karena Mizuki telah menipunya, dia kecewa karena
Iruka tidak mempercayainya, dia sedih karena Iruka membencinya. Apakah Hokage
pun selama ini berbohong padanya? Jika hokage yang membuat aturan itu, berarti Hokage tahu siapa orangtuanya. Selama ini
hokage tidak pernah menjawab setiap kali dia bertanya mengenai siapa dan dimana
orangtuanya.
“Sehari setelah hari kelahiranmu. Hokage
mengumumkan kepada warga Konoha siapa yang mengalahkan Kyuubi dan dimana Kyuubi
itu di segel. Setelah itu Hokage membuat aturan tingkat S, bahwa
siapapun yang membicarakan mengenai Kyuubi dan dirimu akan di kenakan hukuman
yang sangat berat. Tapi rahasia itu telah diketahui oleh seluruh warga desa.
Aturan yang di buat Hokage tidak berguna sedikitpun. Bahkan para warga tanpa
ragu menyerangmu bukan? Katakana Naruto. Adakan luka yang di akibatkan oleh
para warga yang membekas di tubuhmu? Adakan luka yang tak bias lenyap dari
tubuhmu? Orang-orang desa sangat menjijikkan bukan? Kenapa kau begitu ingin
menjadi pemimpin dari desa yang selalu melukaimu? Kenapa kau begitu ingin
menjadi ninja untuk melindungi desa yang telah menyiksamu? Katakan Naruto.
Kenapa? Sekarang serahkan gulungan itu padauk dan ikutlah denganku pergi jauh
dari desa menjijikkan ini. Ketempat dimana kau takkan pernah disakiti oleh
siapapun.” Tangan iri yang tidak memegang kunai Mizuki ulurkan kepada Naruto
yang masih terduduk di tanah.
“Naruto!!
Jangan dengarkan dia!! Segera kembali ke desa dan kembalikan gulungan itu
kepada Hokage. Aku akan menahan Mizuki
hingga bantuan datang.” Sambal menahan sakit Iruka berusaha meraih Mizuki yang
jauh di depannya.
“Adakan luka yang di akibatkan oleh para warga yang
membekas di tubuhmu?” Tidak. Semua luka yang diakibatkan oleh para warga
desa selalu hilang dengan sangat cepat. Sangat cepat hingga ia lupa berapa
banyak luka yang telah ditorehkan oleh para warga.
“Adakan luka yang tak bisa lenyap dari
tubuhmu?” Ada. Luka yang tidak pernah sembuh. Luka yang tidak dia dapat
dari para warga. Luka yang tidak dapat dia lihat. Yang membawa seluruh hidupnya
pada kegelapan. Luka yang jika di ketahui oleh orang-rang akan membuatnya
takkan bias menjadi ninja.
Kedua
tangan Naruto memeluk gulungan di tangannya dengan erat. Sementara Mizuki masih
mengulurkan tangannya kepada Naruto dan Iruka berusahan mendekati mereka
berdua.
Tangan
kanan Naruto dengan gemetar
bergerak ragu meraih tangan Mizuki. Siapakah yang harus dia percaya kali ini?
Dengan ragu Naruto meraih tangan Mizuki
yang terulur.
TBC
