Archive for Mei 2018

  • Darkness Under the Sun 2

    0


    Darkness Under the Sun
    By Ayuni Yuukinojo
    Disclaimer @ Masashi Kishimoto
    Warning : Pair belum di tentukan.
    .,.
    .,.
    Friend or Foe?
    Naruto hanya memiliki waktu tak lebih dari tiga hari untuk mempersiapkan diri untuk ujian kelulusan akademi. Selama tiga hari itu dia berlatih dan belajar bersama Shikamaru, Chouji dan bahkan Kiba. Naruto melakukan tanya jawab dengan Shikamaru mengenai soal-soal yang mungkin saja akan keluar. Kiba dan Chouji mengajaknya berlatih lempar kunai dan beberapa ninjutsu dasar, henge, kawarimi dan bunshin. Setelah itu mereka akan  sparing bersama. Dari hasil latihan tersebut Shikamaru dapat menarik kesimpulan bahwa Naruto tidaklah begitu bodoh. Dia bisa menjawab setiap pertanyaan yang ia ajukan dengan baik mungkin kekurangan Naruto adalah dalam melakukan bunshin. Setiap ia melakukan bunshin, bunshin yang ia ciptakan baik wujud maupun warnanya tidak pernah sempurna. Semoga saja bunshin tidak masuk dalam tes yang harus di lakukan.
    Namun sekeras apapun Naruto berusaha, tak ada satupun yang dapat memperkirakan apa yang akan terjadi di esok hari.
    .
    “Kalian memiliki waktu dua jam untuk menjawab soal-soal ini. Yang sudah selesai menjawab dapat menyerahkan kertas jawabannya ke Mizuki-sensei dan pergi ke lapangan untuk ujian taijutsu.” Ujar Iruka-sensei sambil membagikan kertas jawaban kepada para siswa dibantu oleh Mizuki-sensei yang membagikan kertas soal.
    Naruto hanya bisa menatap kertas soal didepannya dengan tatapan memelas. Tak ada satupun dari pertanyaan pertanyaan didepannya yang bisa ia mengerti. Padahal Shikamaru sudah berusaha mengajarinya dengan cukup keras, tapi semuanya sepertinya sia-sia. Dengan perlahan dan hati-hati Naruto meraba permukaan kertas soal didepannya. Dia dapat merasakan suatu aliran energi yang bergerak di bawah tangannya ketika ia meraba permukaan kertas soal. Sepertinya lagi-lagi ia hanya bisa menulis namanya di atas kertas jawaban.
    Naruto menunggu dan terus menunggu hingga semua siswa di ruangan menyerahkan kertas jawaban dan hanya tersisa dirinya didalam ruangan. “Naruto, Jika kau sudah selesai, kau bisa meletakkan jawabanmu di atas meja. Aku harus membantu Iruka-sensei.” Ujar Mizuki sambil meletakkan kertas jawaban yang telah terkumpul di atas meja lalu meninggalkan ruangan.
    “Haah~” Naruto menghela nafas lirih sambil menyandarkan punggungnya ke meja dibelakangnya. Menutup matanya beberapa detik dan menarik nafas dalam-dalam. Naruto bangkit dari duduknya dan meletakkan kertas jawaban yang hanya berisi nama itu di atas meja guru. Perlahan ia berjalan keluar kelas menuju tempat ujian berikutnya dilakukan.
    .
    “Naruto! Akhirnya kau keluar juga. Bagaimana ujianmu? Kau bisa menjawabnya kan?” seru Kiba menyambut kedatangan Naruto.
    “Ya, begitulah.” Jawab Naruto sambil menampilkan senyum lebarnya.
    “Tenang saja, walau hasil ujian tulismu jelek, kau masih punya ujian praktik yang mendukung nilaimu.” Ujar Kiba sambil mengalungkan tangan kanannya di bahu Naruto yang lebih pendek dari dirinya.
    “Yang belum dapat giliran tinggal kau, Sasuke, Ino dan Tsuchida Yuuya.” Gumam Chouji yang tampak kelelahan setelah melakukan ujian.
    “Ujiannya itu melempar kunai dan Shuriken lalu di lanjutkan dengan Taijutsu. Karena yang laki-laki hanya tersisa kau dan Sasuke, jadi ku rasa kau akan melawan anak itu.” Setitik keringat dingin menetes di dahi Naruto, melawan Sasuke di Tajutsu itu sama dengan menjadikan dirinya sebagai samsak tinju. Walau Naruto itu lebih cepat dari anak-anak di kelasnya tapi tenaga Sasuke lebih besar daripada dirinya.
    “Tenang saja Naruto. Kau hanya perlu menghindar dan menyerangnya ketika dia lengah.” Ujar Shikamaru sambil menguap. Dia menatap bosan para siswa yang masih melakukan pertarungan didepannya. Saat ini yang bertarung itu Sakura melawan Hinata. Sakura yang menyerang dengan cepat selalu gagal mengenai Hinata yang terus menerus menghindar. Sampai akhirnya Hinata tersandung dan jatuh terduduk. Kaki hinata yang terlentang mengenai kaki Sakura membuat gadis berambut merah muda itu terjungkal kebelakang, kepala terbentur dan tidak sadarkan diri. Entah itu keberuntungan atau disengaja. “Mendokusai.” Gumam Shikamaru melihat kehebohan para calon kunoichi itu.
    “Tsuchida Yuuya! Yamanaka Ino! Uchiha Sasuke! Uzumaki Naruto!” seru Iruka setelah meminta Mizuki membawa Sakura ke ruang perawatan. Keempat anak tersebut segera berjalan menuju Iruka dan berdiri didepan tiang kayu sasaran lemparan. Mereka masing-masing diberikan sepuluh buah shuriken untuk di lemparkan. “Bersiap. Mulai!”
    Naruto memusatkan indranya. Secara cepat dia melemparkan kesepuluh shuriken ditangannya satu-persatu. Tujuh di antara sepuluh itu mengenai objek sasaran, sisanya melewati sasaran dan tertancap ketanah di belakang tiang.
    .
    .
    Naruto menghela nafas pelan melihat para murid akademi yang dengan gembira keluar dari akademi sambil memamerkan ikat kepala konoha kepada orang tua mereka. Dengan kepala tertunduk dia menjauhi kermaian Konoha menuju apartemennya. Ia tidak menyadari pandangan mata seorang anak yang terus mengikuti kepergiannya.
    Ia tidak berhasil dalam ujian kelulusan, lagi-lagi dia harus mengulang. Hanya karena dia tidak bisa membuat bunshin yang sempurna. Padahal dia sudah melakukan sesuai dengan apa yang diajarkan guru di akademi. Tapi bunshin yang di hasilkannya selalu tampak pucat dan mengenaskan.
    “Naruto-kun!” Menghantikan langkahnya, Naruto berbalik dan melihat Mizuki yang tampak berjalan mendekatinya.
     “Mizuki-sensei. Ada apa?” menatap sang guru pendamping dengan heran. Tak biasanya guru yang selalu memberikan tatapan dingin padanya itu memebrikan senyum kepadanya.
    “Mengenai ujian hari ini. Kau tidak apa-apa? Kau tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan oleh Iruka. Sebenarnya tanpa lulus tes bunshin pun kau sudah bisa menjadi genin.” Naruto menatap guru didepannya dengan terkejut.
    “Benarkah sensei?” apa benar dia tetap bisa menjadi genin tanpa harus lulus tes bunshin? Tapi kenapa bisa?
    “Sebenarnya tahun lalu juga ada kejadian yang sama. Seorang murid tidak memiliki cakra yang cukup untuk melakukan tehnik ninjutsu maupun genjutsu. Tapi anak itu memiliki kemampuan yang sangat baik dalam ninjutsu. Oleh karena itu dia tetap bisa lulus akademi dan menjadi ninja hingga sekarang dengan kemampuan ninjutsunya yang hebat itu. Aku yakin kaupun juga memiliki kemampuan lain yang dapat mendukungmu menjadi seorang ninja. Oleh karena itu aku akan memberikan satu tes yang hanya bisa dilakukan olehmu. Jika kau behasil melakukannya, kau akan dinyatakan lulus.”
    “Apa itu sensei?”Naruto menatap guru didepannya dengan penh harap. Sambil menanti tes apa yang harus dia lakukan agar bisa dinyatakan lulus sebagai murid akademi.
    “Naruto-kun, aku tau kau merupakan anak yang cerdik, kau dengan mudahnya menghias patung hokage di siang hari tanpa ketahuan oleh siapapun. Itu merupakan kemampuan yang sangat langka. Tak banyak orang yang bisa mewarnai patung hokage tanpa di sadari oleh siapapun bahkan oleh ANBU dan Jounin. Oleh karena itu, tesmu kali ini adalah menyelundup ke kediaman Hokage dan mengambil sebuah gulungan jutsu yang tersimpan di gudang milik Hokage. ini merupakan salah satu kemempuan yang dibutuhkan oleh seorang ninja. Jika kau berhasil medapatkannya dan memberikannya padaku, maka kau akan dinyatakan lulus sebagai seorang ninja.”
    “Apa tidak apa-apa jika aku mengambilnya?”
    “Tentusaja tidak apa-apa, hal ini biasa bagi seorang ninja. Tak jarang kau akan mendapatkan misi seperti ini nanti jika kau menjadi ninja.”
    “Baiklah! Seperti apa bentuk gulungannya?”
    .
    .
    “HOKAGE-SAMA!! Uzumaki Naruto telah mencuri gulungan jutsu terlarang dari gudang Hokage!!”
    .
    Naruto berlari menjauhi kediaman Hokage menuju tempat pertemuannya dengan Mizuki. Dia tidak menyangka, mencuri gulungan sebesar ini sangatlah mudah. Gulungan itu terdapat di gudang penyimpanan barang pribadi milik Hokage. Dulu dia sering bermain petak-umpet di kediaman hokage bersama Konohamaru. Gudang itu merupakan salah satu tempat persembunyian terbaiknya.
    Sambil melompat di dahan pohon Naruto dapat mendengat teriakan yang memanggil-manggil namanya dari belakang. Sedikit lagi dia sampai di tempat pertemuannya dengan Mizuki. Jika dia bisa menyerahkan gulungan ini maka dia dinyatajan lulus genin. Dia bisa menjadi ninja.
    Sedikit penasaan Naruto membuka gulungan itu. Siapa tau dia bisa mempelajari tehnik hebat yang dapat dia banggakan dihadapan teman-temannya.
    .
    “Naruto!! Kembalikan gulungan itu sekarang juga!!” seruan dari Umino Iruka menghentikan proses membaca naruto di jutsu berikutnya.
    “Iruka-Sensei!! Lihat aku berhasil mengambil gulungan ini dengan mudah!! Bukankah aku ninja yang hebat!?” Naruto menatap Iruka yang berdiri tak jauh di depannya dengan antusias. Cengiran lebar terlukis diwajahnya.
    “Naruto. Aku tau kau itu sangat nakal dan ceroboh. Tapi apa yang kau lakukan kali ini benar-benar keterlaluan!! Kau membobol kediaman hokage dan mencuri barang yang sangat bahaya!! Apa kau benar-benar seorang ninja!?” geram Iruka marah. Dia tidak percaya Naruto melakukan kejahatan yang besar seperti ini.
    “Tapi ini adalah syarat agar aku bisa lulus ujian akademi. Dengan ini aku bisa menjadi ninja!” seru Naruto membela diri. Ia mulai ragu dengan tindakan yang ia lakukan dengan mencuri gulungan hokage.
    “Berhenti berbohong!! Tidak ada syarat seperti itu untuk lulus ujian!!!!”
    “Aku tidak berbohong!! Mizuki-sensei bilang aku bisa lulus kalau punya bakat khusus!!”
    “Mizuki? Mizuki tidak pernah bilang ada ujian seperti itu Naruto. Kenapa kau selalu membuat masalah? Yang kau lakukan kali ini bisa membuat hokage marah dan melarangmu menjadi ninja selamanya.”
    “Tapi Mizuki-sensei bilang aku bisa lulus jika aku berhasil memberikan gulungan ini padanya!! Kenapa sensei tidak percaya padaku!?” mata biru Naruto mulai mengeluarkan airmata. Padahal dia tidak berbohong. Jelas-jelas Mizuki mengatakan bahwa ia dapat lulus ujian jika berhasil memberikan gulungan ini padanya.
    “Benar Iruka. Kenapa kau tidak percaya pada Naruto? Dia tidak berbohong.” Suara Mizuki yang datang dari belakang Naruto mengejutkan Iruka. “Aku menunggumu di tempat pertemuan tapi kau tidak datang juga Naruto.”
    “Mizuki. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau melakukan hal seperti ini!?”
    “Tentusaja untuk meluluskan Naruto. Walau dia tidak bisa membuat bunshin. Dia tetap bisa menjadi ninja.”
    “Tapi kau telah melanggar pertauran!”
    “Kenapa kau sangat tidak setuju Naruto lulus genin? Padahal tahun lalu juga ada siswa yang lulus genin tanpa bisa melakukan tehnik cakra. Apa kau sebenci itu pada Naruto, Iruka?”
    ‘Iruka-sensei membenciku.’
    ‘Kenapa Iruka-sensei membenciku?’
    “Tidak ada kejadian seperti itu tahun lalu.”
    “Tentusaja ada. Anak itu lulus akademi walau tidak berhasil melakukan tehnik ninja. Dia tidak hanya gagal membuat bunshin, dia bahkan tidak bisa melakukan kawarimi dan henge. Tapi dia tetap lulus dan menjadi genin hingga saat ini. Dia saja diluluskan. Kenapa Naruto tidak?”
    Iruka ingat anak itu. Dia pernah melihat anak itu berlatih taijutsu di akademi hingga sore hari. Ketika anak itu menghilang dari akademi, Iruka kira dia telah mengundurkan diri.
    “Aku tau kau sangat membenci Kyuubi karena telah membunuh orangtuamu. Tapi kau tidak bisa membenci Naruto hanya karena dia terlahir di malam yang sama dengan penyerangan Kyuubi.”
    “Mizuki!! Jaga bicaramu!!” seru Iruka memperingatkan.
    “Kenapa Iruka? Kau takut Naruto mengetahui bahwa kau membencinya?”
    “Kenapa Iruka-sensei membenciku?”
    “Tidak Naruto. Aku tidak me-”
    “Itu karena Kyuubi. Kau taukan, malam ketika kau dilahirkan bersamaan dengan malam ketika Kyuubi menyerang desa dan membunuh orangtau Iruka. Itu sebabnya Iruka membencimu.”
    Jadi itu sebabnya orang-orang desa selalu menyakitinya? Itu sebabnya dia diusir dari panti asuhan? Itu sebabnya dirinya tidak memiliki orangtua. Pikir Naruto ketika mengingat kembali segala perlakuan buruk yang ia terima dari warga desa.
    “Selain itu aku juga mendengar kabar bahwa kau tidak hanya lahir di malam penyerangan Kyuubi. Tapi Kyuubi itu sendiri ada di dalam tubuhmu.” Lanjut Mizuki sambil berjalan mendekati Naruto.
    “MIZUKI!!! KAU SUDAH MELANGGAR ATURAN HOKAGE!!” Iruka menyerang Mizuki yang berusaha mendekati Naruto. Ketika serangan Iruka dihindari, dengan segera Iruka meraih kerah baju Naruto dan melemparkan anak itu menjauh dari Mizuki. Dia tidak akan membiarkan Mizuki mendekati Naruto. Namun fuma shuriken yang dilempar Mizuki berhasil melukai punggungnya membuat Iruka tersungkur ke tanah.
    “Aturan yang dibuat Hokage sudah tidak ada gunanya lagi Iruka. Seluruh warga sudah tau bahwa monster rubah itu ada di dalam Naruto. Kalau Hokage benar-benar ingin merahasiakan kejadian itu. Harusnya dulu dia tidak usah mengumumkan kebenaran itu.” Ucap Mizuki sambal berjalan mendekati Naruto, melewati Iruka yang sedang kesakitan.
    “Aturan apa yang kalian maksud!? Kenapa aku tidak tahu!?” segala emosi bercampur aduk di dalam Naruto. Dia marah karena Mizuki telah menipunya, dia kecewa karena Iruka tidak mempercayainya, dia sedih karena Iruka membencinya. Apakah Hokage pun selama ini berbohong padanya? Jika hokage yang membuat aturan itu, berarti Hokage tahu siapa orangtuanya. Selama ini hokage tidak pernah menjawab setiap kali dia bertanya mengenai siapa dan dimana orangtuanya.
    “Sehari setelah hari kelahiranmu. Hokage mengumumkan kepada warga Konoha siapa yang mengalahkan Kyuubi dan dimana Kyuubi itu di segel. Setelah itu Hokage membuat aturan tingkat S, bahwa siapapun yang membicarakan mengenai Kyuubi dan dirimu akan di kenakan hukuman yang sangat berat. Tapi rahasia itu telah diketahui oleh seluruh warga desa. Aturan yang di buat Hokage tidak berguna sedikitpun. Bahkan para warga tanpa ragu menyerangmu bukan? Katakana Naruto. Adakan luka yang di akibatkan oleh para warga yang membekas di tubuhmu? Adakan luka yang tak bias lenyap dari tubuhmu? Orang-orang desa sangat menjijikkan bukan? Kenapa kau begitu ingin menjadi pemimpin dari desa yang selalu melukaimu? Kenapa kau begitu ingin menjadi ninja untuk melindungi desa yang telah menyiksamu? Katakan Naruto. Kenapa? Sekarang serahkan gulungan itu padauk dan ikutlah denganku pergi jauh dari desa menjijikkan ini. Ketempat dimana kau takkan pernah disakiti oleh siapapun.” Tangan iri yang tidak memegang kunai Mizuki ulurkan kepada Naruto yang masih terduduk di tanah.
    “Naruto!! Jangan dengarkan dia!! Segera kembali ke desa dan kembalikan gulungan itu kepada Hokage. Aku akan menahan Mizuki hingga bantuan datang.” Sambal menahan sakit Iruka berusaha meraih Mizuki yang jauh di depannya.
    “Adakan luka yang di akibatkan oleh para warga yang membekas di tubuhmu?” Tidak. Semua luka yang diakibatkan oleh para warga desa selalu hilang dengan sangat cepat. Sangat cepat hingga ia lupa berapa banyak luka yang telah ditorehkan oleh para warga.
    Adakan luka yang tak bisa lenyap dari tubuhmu?” Ada. Luka yang tidak pernah sembuh. Luka yang tidak dia dapat dari para warga. Luka yang tidak dapat dia lihat. Yang membawa seluruh hidupnya pada kegelapan. Luka yang jika di ketahui oleh orang-rang akan membuatnya takkan bias menjadi ninja.
    Kedua tangan Naruto memeluk gulungan di tangannya dengan erat. Sementara Mizuki masih mengulurkan tangannya kepada Naruto dan Iruka berusahan mendekati mereka berdua.
    Tangan kanan Naruto dengan gemetar bergerak ragu meraih tangan Mizuki. Siapakah yang harus dia percaya kali ini?
    Dengan ragu Naruto meraih tangan Mizuki yang terulur.

    TBC

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan