Archive for 2016
Empress of Uchiha Family 2
0
Empress of Uchiha Family
†††
By : Ayuni
Yukinojo
†††
Naruto © Masashi
Kishimoto
†††
Pair : SasuNaruto
Warning :
Typo, OOC, EYD
berantakan, Shonen-ai,
Judul tak sesuai dengan cerita –mungkin-
.
Sebulan lebih sudah berlalu sejak pernikahan
itu dilangsungkan, tak ada yang banyak berubah. Sasuke tetap tidur dikamar
pribadinya dengan Naruto. Terkadang dia akan tidur di kamar Sakura. Tetapi
setelah lewat tengah malam, ia akan kembali ke kamar pribadinya. Terkadang
Sakura akan berusaha untuk membujuk Sasuke agar tidur dengan dirinya.
Naruto juga masih bisa menghadapi sikat menjengkelkan
Sakura. Beruntung siang hari Naruto habiskan di restoran miliknya hingga Sasuke
menjemputnya di sore hari. Walau Sasuke sudah menikah lagi. Pemuda Uchiha itu
tetap mencintai Naruto. Kegiatan pulang pergi ke kantor selalu bersama dengan
Naruto dengan meninggalkan Sakura dirumah bersama dengan Mikoto dan Fugaku.
Sakura sangat pintar mencari muka dan
berakting. Dihadapan para Uchiha wanita berambut senada dengan bunga sakura itu
akan berikap lembut kepada Naruto. Tetapi, saat hanya ada dirinya dan Naruto
dirumah -para pelayan tidak dihitung. Maka wanita itu akan bertingkah layaknya
ratu dan bersikap sinis pada Naruto, Naruto tak masalah, selama perkataan
wanita itu tidak mengacaukan keadaan damai milik kediaman Uchiha, maka Naruto
tidak akan ambil tindakan.
Pagi hari dimeja makan digemparkan dengan
pengakuan Uchiha Sakura yang mengatakan bahwa dirinya tengah mengandung satu
bulan. Berita itu membuat seluruh keluarga Uchiha bahagia. Akhirnya penerus Uchiha
akan segera lahir. Perlakuan Mikoto kepada Sakurapun juga membaik. Seharian
penuh Nyonya Besar Uchiha itu menemani dan memanjakan Sakura. Semua itu demi
calon cucunya.
Naruto tidak berkata apapun saat mendengar
berita itu. Mata sapphire pemuda pirang itu hanya menatap Sakura dengan kosong
walau wajahnya melukiskan senyum teduh. Ia juga tak menghiraukan Sasuke yang
tampak mengelus perut Sakura dengan lembut. matanya hanya menatap kosong,
sementara batinnya menenangkan emosi sarat akan kesedihan dan kekecewaan.
Harusnya dirinyalah yang memberikan kabar baik itu pada keluarganya. Bukan
wanita itu.
.
.
Beberapa minggu ini Naruto merasakannya.
Perubahan sikap Sasuke pada Sakura. Pemuda Uchiha kini lebih memanjakan Sakura.
Setiap malam Sasuke selalu menemani Sakura di kamarnya dan tidak kembali
setelah tengah malam berlalu. Itu membuat Naruto merasa kesepian. Apalagi
setiap ia dan Sasuke hendak berangkat kerja, ia harus melihat pemandangan
dimana Sasuke mengelus perut Sakura dengan senyum lembut. ia menginginkan
perlakuan itu. Ia ingin tatapan lembut penuh mendamba Sasuke itu. Ia
menginginkan elusan lembut yang seharusnya diberikan pada bayinya.
Kesibukan Sasuke dalam menangani pekerjaan
dan memanjakan Sakura secara tidak langsung telah membuat pemuda Uchiha itu
melupakan keberadaan Naruto. Ia lupa bahwa ia biasanya akan kembali ke kamarnya
dan Naruto ketika tengah malam telah berlalu. Ia lupa untuk mengecup bibir
Naruto ketika berpisah didepan restoran Naruto. Ia lupa menanyakan kabar sang
blonde. Dan ia tak sadar bahwa setiap ia berbicara dengan Naruto, topiknya
selalu berubungan dengan calon anaknya.
.
Akhir-akhir ini Naruto sering sekali
kelelahan. Ia juga merasa malas untuk pulang ke kediaman Uchiha. Entah kenapa
ia ingin bertemu dengan Uchiha Madara, kakek Sasuke yang kini tinggal di
kediaman utama Uchiha. Rasanya Naruto ingin sekali surai pirang lembutnya
dielus olah tangan keriput sang kakek. Akhir-akhir ini juga Naruto merasa
sangat kecanduan
akan tomat. Padahal dulu dia sangat merasa jijik setiap kali melihat Sasuke
memakan buah merah kesukaannya itu.
Tanpa memberi kabar pada sang suami dan
orang rumah, Naruto meminta salah satu karyawannya Konohamaru untuk
mengantarkannya ke kediaman utama Uchiha. Kedatangan Naruto di kediaman Uchiha
yang besar itu membuat para pelayan sibuk. Mereka tak menyangka akan kedatangan
nona muda kesayangan sang Tuan Besar.
Ketika memasuki ruang tamu Naruto di sambut dengan
gelak tawa Madara dan Hashirama-kakek Naruto. Dengan tanpa ragu pemuda pirang
itu menerjang punggu si kepala keuarga Uchiha. “Madara-jii~” seru Naruto keras
membuat kedua kakeknya terkejut.
“Narurin!?” Hashirama berseru senang. Ia
sangat jarang bisa bertemu dengan cucu pirang kesayangannya itu. Tak menyangka
kedatangannya ke kediaman utama Uchiha dapat membuatnya bertemu dengan si cucu
pirang.
“Hashirama-jii lama tak bertemu. Kenapa
jii-chan bisa ada dini? Bukankah harusnya bersama Tsunade-baachan?”
“Kakek bodoh mu itu kabur Naru-chan.”
Naruto mengambil
posisi duduk disamping Madara, menatap sang kakek dari keluarga Senju dengan tatapan
menyipit.
“He~ aku akan lapor pada Nenek Mito~” seru Naruto
tenang sambil meletakan tangan Madara di kepalanya. Menggerakkan tangan tuan
dari kepala keluarga Uchiha seperti sedang mengelus.
“Jangan dong Narurin. Oh, Narurin sedang
apa kemari?” mengalih pembicaraan, Madara menatap sahabatnya dengan tatapan
jijik sementara tangannya mulai mengelus kepala Naruto dengan perlahan. “Aku
ingin kepalaku dielus Madara-jiichan.”
“Kau tidak mau aku mengelus kepalamu juga
Narurin?” Hashirama pindah tempat duduk, yang awalnya bersebarangan dengan
Madara dan Naruto kini duduk disebelah Naruto membuat pemuda pirang itu kini
berada di tengah-tengah kekaknya.
“Tidak. Entah kenapa aku sedang merasa
sangat kesal dengan Hashirama-jii.” Jawab Naruto ketus, menyenderkan kepalanya
pada bahu Madara.
Hal itu membuat Hashirama menjadi sedih dan
kecewa, duduk dipojok sofa sendrian dengan aura berat yang membuat orang-orang
yang melihatnya menyernyit miris. “Cucuku memang seorang Uchiha~” ujar Madara
bangga, menyombongkan diri di hadapan sahabatnya.
Naruto hanya tersenyum lembut. walaupun
terlihat sering memaki sebenarnya kedua kakeknya ini adalah sahabat karib, bila
sedang berdua atau bertiga dengan Naruto, tingkah mereka ana menjadi seperti
bocah. Itu membuat Naruto senang berkumpul dengan kedua kakeknya ini.
“Ngomong-ngomong kapan Narurin terakhir
kali control ke tampat Tsuna-chan? Dia menanyakanmu terus loh.” Akhirnya kepala
keluarga Senju itu keluar dari dunia madesu nya. Kembali mendekati Naruto dan
mencoba untuk ikut mengelus kepala Naruto. “hem~ satu tahun yang lalu.” Jawab
Naruto pelan, dia terlau menikmati elusan dari Madara.
“Berarti selama satu tahun ini kau tidak
ada mengkonsumsi obat. Apa tak apa?”
Dahi Naruto mengerut pelan. Sepertinya dia
sedang memikirkan sesuatu. Bangun dari posisinya yang menyender pada Madara,
pemuda pirang itu menatap lantai ruangan. “Sebenarnya itu juga alasan aku
datang kemari.”
Madara dan Hashirama saling tatap penuh
tanda tanya. Ada sesuatu yang ingin dibicarakan cucunya tapi pemuda itu merasa
ragu untuk mengutarakannya. “Tidak apa Naru-chan. Kami akan mendengarkan dan
membantu.”
“Sudah dua bulan berlalu sejak…. .sejak
Sasuke terakhir kali tidur denganku.” Bisik Naruto pelan. Wajahnya memerah dan
ia tampak mengingit bibir bawahnya kerena cemas.
“hemm. Lalu kenapa?” Tanya Hashirama tidak
mengerti. Memangnya kenapa bila Naruto tidur dengan Sasuke sebulan lalu? ”Jadi
selama ini Sasuke terus tidur di tempat Sakura?” Hashirama tampak kesal. Bocah
ayam Uchiha itu telah berani membuat cucu kesayangannya sedih.
“Dobe.” Seru Madara menatap sahabatnya
dengan tatapan meremehkan.
“APA MAKSUDMU TEME!?”
“Jangan dengarkan kakek dobe mu itu
Naru-chan. Aku mengerti, bagaimana bila kita hubungi Tsunade untuk memeriksamu
sekaligus menyeret si bodoh itu pergi dari sini.” Madara menenangkan Naruto,
mengelus kembali surai pirang jabrik tapi halus sang cucu. Kepala pirang yang
mulai tampak mengantuk itu mengangguk sebelum akhirnya menyender pada dada sang
kakek.
.
.
Kediaman Uchiah lagi-lagi digemparkan, kali
ini dengan kedatangan tiba-tiba dari mantan kepala keluarga Uchiha, Madara
bersama dengan sang sahabat, Hashirama Senju. Mereka tidak datang hanya berdua.
Tsunade Senju putri pertama Hashirama juga datang, sedangkan Naruto berjalan dengan
menggandeng tangan Madara dengan erat. Pemuda pirang itu tampak gugup.
Para Uchiha tepatnya Fugaku, Mikoto dan
Itachi menatap heran kedatangan dua sesepuh klan itu sedangkan Sasuke menatap
Naruto dengan heran. Kenapa pemuda pirang itu tampak sangat cemas dan gugup?
Sementara Sakura menatap kedekatan Naruto dengan Madara dengan kesal.
“Tou-sama. Tuben Tou-sama berkunjung tanpa
memberi kabar dan kenapa Naruto bisa bersama anda?” Fugaku datang menyambut
tamu dadakan itu. Menjabat tangan Tsunade dan Hashirama, memeluk sang ayah dan
mencoba untuk meraih Naruto tapi pemuda pirang itu malah bersembunyi di
belakang pungsung Madara.
“Ini adalah kejutan. Karena hari ini aku
sangat senang. Aku akan memiliki cucu!” seru Madara senang, sementara anggota
keluarga Fugaku mengernyit heran. Bukankah kabar itu sudah lama diketahui.?
“Tentu sajakan. Sakura sedang mengandung sekarang.” Fugaku menjelaskan heran.
“Bukan. Bukan yang itu. Akhirnya cucu yang
ku nanti-nanti akan segera hadir. Naruto sedang mengandungnya dua bulan lebih.”
Jelas Madara dengan wajah berseri-seri, tumben sekali ayah dari Fugaku itu
menunjukkan wajah bahagia secara terang-terangan. Dia mendekap tubuh Naruto
erat bersama dengan terlukisnya senyum bangga.
.
Petir bagaikan menyambar hati Sakura. Apa
maksudnya dengan Naruto tengah mengandung? Naruto itu seorang lelaki. Lelaki
mana ada yang bisa mengandung!? Kebahagiaan yang Sakura dapatkan beberapa
minggu ini terasa lenyap seketika. Ia kira dengan kondisinya yang sedang
mengandung dia akan bisa merebut perhatian para Uchiha dan membuat Naruto
tersingkir. Padahal semuanya sudah berjalan sesuai dengan rencannya. Sasuke
juga sudah mulai perhatian dengannya dan mulai melupakan keberadaan Naruto.
Tapi kenapa sekarang pemuda pirang itu datang dan membawa kabar yang penuh
dusta itu.?
.
“Bisa dijelaskan apa yang sebenarnya
terjadi? Kenapa Naru-chan bisa tiba-tiba hamil?” Itachi membuka suara.
Melenyapkan kesunyian yang di akibatkan oleh kabar bahagia yang dibawa oleh para kakeknya. “Kita
bicarakan di ruang tamu.” Itachi menuntun seluruh keluarga dan para tamu ke
ruanga tamu yang ada di dekat ruang makan. Naruto tidak mau jauh-jauh dari
Madara dan Hashirama. Tidak, sebelum masalah ini selesai dibicarakan dan dia
mengetahui tanggapan dari keluarganya.
“Sejak awal Naruto memang memiliki
kelebihan. Aku,Jiraiya, Kushina, Minato, Hashirama-tousan, Madara-sama dan Mikoto sudah
mengetahui ini sejak awal. Hanya saja kami tidak bisa membeberkannya. Kami
hanya ingin Naruto sendiri yang memilih nantinya.” Jelas Tsunade, Mikoto yang
duduk di sebelah Fugaku bangun dari duduknya. Berjalan menuju Naruto yang
berdiri di belakang Madara yang duduk di single sofa.
“Kalau memang Naruto bisa hamil. Lalu
kenapa tidak dari awal pernikahan saja dia hamil?” Sakura yang duduk di antara
Sasuke dan Itachi sambil menatap Naruto ragu, dia tidak berani terang-terangan
menatap Naruto karena Madara membentengi pemuda pirang itu.
“Dia setiap hari meminum obat penstabil
hormone yang aku dan Orochimaru buat. Obat itu membuat hormonnya stabil dan
memperkecil kemungkinan hamil. Seharusnya bila Naruto terus mengkonsumsi obat
itu maka dia takkan mengandung sekarang.” Tsunade menatap Naruto tajam membuat
pemuda pirang yang di hampiri Mikoto itu bersembunyi di balik tubuh sang ibu
mertua.”Tapi dia telah berhenti meminum obat itu setahun yang lalu. Dan dia
juga tidak datang untuk cek-up. Bisa jelaskan apa mau mu Gaki?”
“Gomen Baa-chan.”
“Naru-chan bisa kau jelaskan kenapa kau
basi hamil.” Mikoto menuntun Naruto untuk duduk di antar dirinya dan Fugaku.
“Jadi Naru-chan harus menceritakan proses
kenapa dia bisa hamil~?” celetukan Itachi membuat wajah Naruto memerah semerah
tomat dan Sasuke tersedak ludahnya sendiri. Bungsu Uchiha itu menatap kakaknya
dengan sengit. ‘Kuso-aniki’.
“Naru berhenti meminum obat kira-kira satu
tahun yang lalu dan berjhenti cek-up karena takut Baa-san akan tahu bahwa naru tidak lagi meminum
obat. Naru sedih melihat Tou-san dan Kaa-san sangat menginginkan cucu. Jadi
Naru berhenti mengkonsumsinya.” Jelas Naruto dengan wajah yang masih merona.
“Bila kau berhenti meminumnya sekitar satu
tahun yang lalu maka jeda waktu satu tahun itu cukup untuk menghilangkan efek
obat itu sepenuhnya. Kapan kau terkhirkali melakukannya bersama Sasuke?”
Tsunade bertanya terang-terangan, dia dalam mode seorang dokter jadi tidak
sedikitpun merasa malu ataupun risih dengan pertanyaan yang ia ajukan.
“Se-seminggu sebelum Sasuke dan Sakura
menikah.” Jawab Naruto dengan muka memerah. Sama halnya dengan Sasuke yang
wajahnya yang agak merona.
“Bila benar kau berhenti meminum obat itu satu
tahun yang lalu dan kau berhubungan dengan Sasuke 2 bulan yang lalu maka umur
kandunganmu sekarang ada satu bulan lebih. Tsk. Aku akan segera menghubungi
Orochimaru untuk mempersiapkan kemungkinan buruk yang kau hadapi saat
persalinan nanti.” Dan Tsunade meninggalkan kediaman Uchiha tanpa berpamitan
dengan yang lainnya. Tampaknya wanita awet muda itu sedang terburu-buru. Mau
bagaimana lagi, ini menyangkut nyawa cucu dan calon cicitnya.
.
Selepas kepergian Tsunade, Madara bangkit
dan berjalan menuju meja makan dimana hidangan telah siap sedia. “Cucu-cucuku
akan segera lahir dan dia akan menjadi penerus Uchiha!” serunya senang.
“Kalau begitu kita tak perlu cemas masalah
penerus Uchiha.” Fugaku mengikutin ayahnya menuju meja makan.
“Naru-chan gomenne, karena kami kau harus
memaksakan diri. Padahal aku dan Kushina sudah sepakat untuk tidak memaksamu.”
Mikoto mengelus punggung Naruto pelan sebelum akhirnya menyusul suami dan ayah
mertuanya. “Anak-anak ayo kita makan malam.”.
“Jadi aku akan punya dua keponakan? Semoga
tidak merepotkan~” ujar Itachi malas sambil berjalan menuju ruang makan. Mikoto
menasehatinya agar tidak bersikap seperti itu. “Tapi siapa yang akan menjadi
penerus Uchiha?” Tanya Itachi lagi saat sudah memasuki meja makan. Fugaku tak
dapat menjawab. Dia sendiri masih belum memikirkan sampai disana.
“Tentu saja anak Naruto yang akan menjadi
penerus.” Jawab Madara dengan tegas, tak ingin di bantah. Perkataan Madara
membuat semua orang membisu. Merasa tak enak pada Sakura. “Aku hanya menerima
anak Naru-chan sebagai penerus Uchiha.”
.
“Naruto. Maaf.” Sasuke yang masih berada di
ruang tamu bersama kedua istrinya bangkit. Berjalan mendekati Naruto dan
mencium kening pemuda pirang itu. “Pasti berat bagimu. Maafkan aku.”
“Tak apa Suke. Aku tahu hal ini cepat atau
lambat pasti akan terjadi. Lagipula aku tidak ingin terus menerus melihat
Tou-san dan Kaa-san bersedih karena menginginkan cucu.”
“Tapi kan sudah ada Saskura.”
“Memang. Tapi saat aku memutuskan hal ini,
kau belum menikah dengan Sakura.”
Naruto mengelus pelan rambut biru Sasuke.
Berusaha menghilangkan rasa bersalah yang ada di hati suaminya. Suara panggilan
Itachi membuat Sasuke harus meninggalkan Naruto bersama dengan Sakura.
Ruang tamu itu kini hanya diisi keheningan.
Merasa tak ada yang perlu dilakukan lagi di ruangan itu, Naruto memutuskan
untuk menyusul keluarga yang lainnya ke ruang makan. Lagi pula dia sudah sangat
lapar. Namun baru beberapa langkah berjalan dia berbalik dan memandang Sakura
dengan meremehkan. “Dengan ini kau takkan bisa berlagak sebagai ratu di
keluarga ini. Kau bisa berada di sini karena keluarga ini membutuhkan penerus.
Jangan besar kepala hanya karena Sasuke beberapa hari ini lebih
memperhatikanmu. Itu semua hanya demi anak yang dalam kandungamu.”
Lalu Naruto meninggalkan Sakura sendiri di
belakang. Tidak perduli akan tatapan penuh amarah dari si wanita berambut musim
semi itu.
TBC
By : Yuuki
Empress of Uchiha Family 1
0
Empress of Uchiha Family
†††
By : Ayuni Yukinojo
†††
Naruto © Masashi Kishimoto
†††
Pair : SasuNaruto
Warning :
Typo, OOC, EYD berantakan, Shonen-ai,
Judul tak
sesuai dengan cerita –mungkin-
Hari ini Naruto menjadi korban ke-egoisan suaminya. Pernikahan
yang telah ia jaga selama 3 tahun harus dikotori dengan kehadiran orang ketiga
dalam rumah tangganya. Dengan alasan menginginkan keturunan, lelaki berdarah Uchiha
itu meminta ijin untuk menikah lagi setelah sebelumnya menggempur tubuhnya
semalaman. Naruto tidak dapat menolak mengingat sang suami meminta dengan nada
penuh permohonan. Ia juga tak dapat terus-menerus melihat ibu dan ayah
mertuanya menatap setiap bocah yang lewat didepan kediamannya dengan wajah
sendu.
Maka
tepat sebulan setelah si bungsu Uchiha memohon, pernikahan itu dilakukan. Kali
ini hanya dihadiri oleh empat keluarga saja. Keluarga mempelai wanita, Haruto.
Keluarga mempelai lelaki, Uchiha dan Uzumaki serta Namikaze yang merupakan
keluarga Naruto.
Sebelum
pernikahan dilakukan, tepatnya sehari setelah Naruto menyetujui permohonan Sasuke,
pertemuan besar antar keluarga terjadi. Kakak Naruto, Kurama yang turut hadir
sampai menghantam wajah Sasuke dengan tinjunya karena mendengar permintaan Sasuke.
Sementara Mikoto, ibu dari para pemuda Uchiha hanya bisa menangis. Menangisi
menantu kesayangannya karena harus menjadi korban dari keegoisan dari suaminya
dan merasa bersalah karena dia dan suaminya juga menjadi salah satu alasan
kenapa Naruto menyutujui pernikahan Sasuke.
Perang
emosi antar ketiga keluarga (yang ikut pertemuan adalah keluarga Uchiha,
Namikaze dan Uzumaki) itu akhirnya berakhir setelah Naruto angkat bicara dan
berhasil menenangkan seluruh peserta rapat. Dengan senyum lembut namun terlihat
sangat sendu itu Naruto menenangkan seisi penghuni ruangan dan mengambil
keputusan bahwa ia setuju mengenai pernikahan ini. Saat itu Sasuke hanya bisa
menatap sang istri denga tatapan bersalah, dan penuh rasa terimakasih.
Naruto
menatap suami dan calon madunya yang tengah berdiri di depan altar. Naruto mungkin
merasa di khianati dengan diadakannya pernikahan ini tapi ia takkan membiarkan orang
ketiga itu menguasai istananya.
.
Malam
harinya resepsi pernikahan diadakan dikediaman Uchiha. Para tamu undangan yang
datang kebanyakan adalah teman-teman dari mempelai wanita. Wanita mantan
penyandang marga Haruto itu dengan sombongnya membanggakan pernikahan yang
dilakukannya dengan Sasuke. Ia menyeret Sasuke dari satu tempat ke tempat
lainnya, memperkenalkan suaminya pada teman-temannya yang berdandan glamor.
Membanggakan pencaipian memuaskan yang selama ini ia dambakan. Menikahi Sasuke
dan menjadi anggota dari keluarga bangsawan Uchiha, membuat semua
teman-temannya memandang iri dan benci.
Sasuke
sangat lelah, sejak resepsi di mulai ia belum sempat beristirahat. Sakura
menyeretnya kesana kemari. Andai saja ada alasan untuk menghindari seretan
wanita itu.
“Sasuke-kun
kau tahu aku sangat-” perkataan Sakura terpotong saat melihat sekumpulan
keluarga berambut serba pirang memasuki ruang resepsi. Sasuke tidak pernah
melihat keluarga itu sebelumnya.
“Suke~”
suara yang lembut nan merdu terdengar di telinganya. Ah, suara Naruto memang
yang terbaik. Ia menatap Naruto yang mendekatinya. Pemuda berambut pirang dan
bermata sapphire itu mengenakan setelan kemeja dan jas serba putih mengingatkan
Sasuke pada upcara pernikahannya dengan Naruto beberapa tahun lalu. Itu memang
setelan yang dikenakan Naruto saat itu.
“Suke
aku ingin memperkenalkanmu pada seseorang.” Naruto menuntun Sasuke dengan
mendekap lengan kanan lelaki Uchiha itu melupakan Sakura yang menatapnya dengan
kesal. Gadis Haruto itu tidak tahu siapa pemuda pirang yang telah merebut
perhatian suaminya itu. Tapi ia tidak bisa mengambil perhatian Sasuke kembali
karena keluarga berambut serba pirang itu telah tiba di depan mereka.
“Suke
perkenalkan, mereka kerabatku dari keluarga Namikaze. Keluarga Yamanaka.” Naruto
memperkenalkan Sasuke pada kepala keluarga tersebut. Seorang lelaki berambut
pirang kusam panjang dengan wajah tegas Inoichi Yamanaka menggandeng sang
istri. Di sampingnya seorang gadis berambut pirang panjang tengah menggandeng
lelaki berambut sama panjangnya. Mereka memperkenalkan diri sebagi Ino Yamanakan dan
Deidara Yamanaka.
“Paman,
perkenalkan ini Sasuke Uchiha. Suamiku.”
Perkataan
Naruto bagaikan pertir yang menyambar di telinga Sakura. ‘suamiku?’ bukankah yang menikah saat ini adalah dirinya? Kenapa
lelaki ini seenaknya mengaku-ngaku Sasuke sebagai suaminya?
“Selamat
atas pernikahanmu Uchiha-san. Semoga makin langgeng dengan Naru-chan.” Ujar Deidara
menjabat tangan Sasuke sedangkan Ino tengah memeluk Naruto erat, mengutarakan
seberapa rindunya gadis itu pada si pirang.
“A-Aku
lah yang manikah disini!” seru Sakura gugup. Ia sangat kesal karena perbuatan
pemuda pirang yang ia tahu bernama Naruto itu.
“Kami
tahu.” Deidara menyahut. Pemuda pirang berambut panjang itu menatap Sakura dari
ujung kaki hingga ujung rambut. “Kau memang istri Sasuke.” Lanjutnya.
“tapi
istri kedua~” Ino di samping Naruto menjawab dengan nada yang terdengar seperti
penghinaan di telinga Sakura.
Sakura
tidak mengerti. Ia adalah istri sah Sasuke. Ia telah menikahi Sasuke. Tapi Sasuke
telah memiliki istri sebelumnya? Dia menikahinya tanpa bercerai dengan si istri
pertama? Dan pemuda ini orangnya? Harusnya Sasuke menceraikan pemuda ini dulu
sebelum menikahi dirinya!
“Ceraikan!
Ceraikan dia Sasuke-kun!” seru Sakura keras menarik semua perhatian para
undangan. Mereka menatap kumpulan orang-orang berambut pirang dengan satu raven
satu pink di pintu masuk.
“Ada
apa Sakura?” kepala keluarga Haruto darang bersama dengan Fugaku dan Minato.
menatap putrinya dengan khawatir.
“Ayah!
Sasuke manikahiku tanpa menceraikan pemuda ini! Harusnya Sasuke menceraikannya!
Ceraikan dia Sasuke!”
“Sakura
apa yang kau katakana? Sasuke-kun tidak mungkin menceraikan istrinya.” Haruno
Hiashi mencoba menenangkan sang putri satu-satunya.
“Kenapa
tidak!? Sasuke menikahiku. Dia sudah tidak mencintai lelaki ini. Jadi dia harus
menceraikan pemuda gay ini!” wajah Sakura memerah. Ia sangat marah dan kesal.
Yang benar saja. Ia tak penah mau mengakui pemuda pirang ini sebagai madu-nya.
Hanya dia yang boleh menyandang posisi sebagai menantu keluarga Uchiha.
“Kau
tidak punya hak untuk memutuskannya Sakura-san.” Suara berat dari kepala
keluarga Uchiha membuat Sakura menegang. Mertua lelakinya sebelumnya tidak
pernah berbicara dengannya. Tapi kini untuk pertama kalinya pria itu berbicara
dan menatapnya langsung dengan mata dinginnya. Tidak hanya Sakura yang
menegang, semua orang yang mendengar percekcokan itu turut menegang mendengar
suara dingin kepala keluarga Uchiha.
“Maa~
maa~ jangan tegang seperti itu. Ini kan pesta pernikahan.” Suara cempreng Naruto
terdengar mencairkan kebisuan. Dia menjadi pusat dari seluruh perhatian. Dengan
wajah lembut dan senyum cerianya, Naruto berjalan mendekati Fugaku.
“Tou-chan
jangan marah-marah. Tidak baik untuk jantung Tou-chan. Ayo Naru temani
berkeliling.” Naruto menuntun Fugaku menuju para saudara lain yang berasal dari Suna. Keluarga
Sabaku, sepupu dari keluarga Uzumaki. Sementara Minato tampak berbincang dangan
Inoichi dan istrinya serta Deidara dan Ino mengakrabkan diri dengan Sasuke.
Sakura
hanya bisa menatap semuanya dengan tercengang. Hanya dengan sepatah dua patah
kata dari pemuda pirang itu telah berhasil mencairkan suasana yang sebelumnya
bagaikan kuburan ini. Sakura menatap sang ayah dengan pandangan menuntut
penjelasn. Dengan helaan nafas, Hiashi menuntun Sakura ke kursi terdekat dan
mulai menjelaskan semuanya.
.
Pagi
menjelang di kediaman Uchiha. Para Uchiha telah bersiap memulai hari mereka, begitu
pula dengan Sasuke yang saat ini tengah bersiap mengenakan pakaian kantor
pilihan istrinya. Lebih tepatnya istri tuanya. Pemuda pirang penyandang nama Uchiha
itu yang kini tengah memasangkan dasi dongker sementara Sasuke tengah
mengenakan jas hitamnya.
Kemarin
malam tepat setelah jam menunjukkan pukul 10 malam, Sasuke mengajak Sakura ke
kamar baru milik Sakura. Namun saat jam menunjukkan pukul tiga pagi Uchiha
bungsu itu pindah kekamar pribadinya yang dugunakan oleh dirinya dan Naruto.
Memasuki kamar dengan pelan lalu merebahkan diri di belakang Naruto. Memeluk
tubuh ramping tapi berisi si pemuda pirang. Samar dalam tidurnya ia dapat
merasakan keberadaan Sasuke di belakangnya dan bau harum sabun mandi.
Sasuke
cukup mengerti dengan keadaan Naruto. Istri pertamanya sudah berkorban banyak
untuk dirinya dan keluarga Uchiha. Ia tak ingin membebani istrinya lebih dari ini.
Oleh karena itu sebelum memasuki kamarnya, ia madi terlebih dahulu. Ia juga
memastikan Sakura tak menyisakan satupun jejak kepemilikan di tubuhnya. Hanya
istri pertamanyalah yang ia izinkan untuk menandai tubuhnya.
Semua
orang telah duduk di meja makan. Uchiha Fugaku ada di kepala meja. Disamping
kirinya ada Mikoto dilanjutkan oleh Naruto dan Sakura. Sedangkan di samping
kanan Fugaku ada Itachi dan Sasuke. “Siapa yang memasak hari ini?” Fugaku
bertanya melihat masakan kali ini dipenuhi dengan olahan tomat.
“Kaa-chan~
aku tau kaa-chan sangat menyayangi Sasuke, tapi menu sarapan jangan olahan
tomat semua dong~” Itachi mengeluh, dia memang tidak pilih-pilih makanan tapi
bukan berarti dia bisa memakan semua olahan tomat ini. Dia bukan Sasuke yang
maniak tomat.
“Bukan
kaa-chan yang memasak.” Ujar Mikoto tenang. Alis kiri Fugaku terangkat pelan.
Tanda bahwa ia butuh penjelasan. “Naru-chan yang memasaknya.”
“Naru-chan
kau demam? Tak seperti biasanya. Kau kan anti makan tomat.” Itachi tampak
cemas. Ia tahu dengan jelas adik ipar kesayangannya sangat benci dengan
buah-sayuran yang tak jelas jenisnya ini.
Pipi
chabi Naruto mengembung, ia sedang merajuk terlihat sangat imut di mata Sasuke “Naru
tidak sakit nii-chan. Entah kenapa Naru ingin makan banyak tomat.”
.
.
Naruto sudah mengenal keluarga Uchiha sejak
dia lahir. Bahkan saat ia masih berada di kandungan ibunya, ia sudah di
kenalkan dengan para wajah stoic keluarga Uchiha. Tentang Fugaku tou-chan yang seperti lemari es –itu
kata Papa Minato. Mikoto kaa-san yang lembut, Itachi-nii yang penyayang. Bahkan
Sasuke yang sejak awal sudah dijodohkan dengan dirinya.
Semenjak kecil, hari-harinya selalu
dipenuhi dengan anggota keluarga Uchiha. Kebanyakan dengan Itachi-nii dan Sasuke
juga Mikoto
kaa-san. Jadi ketika para orangtua memutuskan untuk menikahkan dirinya dengan Sasuke.
Dia tidak terlalu terkejut. Apalagi mereka juga saling mencintai.
Oleh karena itu, ia tidak takut jika harus
bersaing dengan Sakura masalah merebut perhatian Sasuke. Sasuke itu pemuda yang
bertanggung jawab. Dia takkan berani mencampakan dirinya. Dan keluarga suaminya
takkan mungkin meninggalkan dirinya yang sudah dianggap sebagai anak kandung
dikeluarga itu.
Yang perlu dia lakukan sekarang hanya
memastikan bahwa istri muda suaminya itu tahu dimana posisinya di dalam
keluarga.
TBC
By : Yuuki

