Archive for September 2015

  • KinGitsune 7

    0

    “Kaguya, anak kita kelak akan memberikan kebahagiaan bagi seluruh dunia.”
    “Dengan kekuatan anda yang ada padanya, anak kita akan menuntun seluruh mahluk dunia ini kepada kebahagiaan.”
    “Dimanapun dia berada, siapapun yang dia pihak, siapapun yang memihaknya akan selalu dipenuhi kebahagiaan.”
    “Anak kami tercinta. Kingitsune”

    Kingitsune
    (Rubah Emas)
    †††
    By : Ayuni Yuukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : ?/Naruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,

    Hutan ini sebenarnya tak asing bagi Naruto. Ia selama ini selalu mencari sumber makanan dari tempat ini, mulai dari buah-buahan, hewan buruan bahkan hingga serangga yang hidup disipun tak jarang dia konsumsi. Jadi jika diminta mencari makanan untuk timnya ini bukanlah hal yang sulit. Bahkan belum sepuluh menit berlalu Naruto telah mendapatkan dua ekor burung merpati dan satu kelinci untuk dikonsimsi.
    Saat ini ia tengah berjalan menuju arah sungai, hendak memotong dan mencuci buruannya, jadi nanti ia dan timnya hanya tinggal memasaknya saja. Namun perjalanan Naruto yang tenang diselingi dengan siulan itu harus terintrupsi oleh tekanan cakra kuat yang ada tak jauh dari jaraknya berada. Ia merasa asing dengan cakra ini, bukan dari Tim Konoha tapi juga bukan dari manusia normalnya. Cakra ini hampir mirip dengan cakra Menma ketika dikendalikan Kurama.
    Dengan bergegas Naruto berlari, mengikuti insting sensornya yang telah bangkit dan ia latih sejak perjalanannya ke desa Nami. Ketika telah sampai ditempat sumber cakra itu ia melihat Tim 10 Konoha tengah berhadapan dengan Tim Suna terutama si pemuda bersurai merah itu. Disekeliling pemuda itu berceceran darah lengkap dengan bau amisnya. Saat pemuda bertato ‘Ai’ itu mengarahkan pasirnya pada Shikamaru dengan cepat Naruto menghalanginya dengan pedang miliknya, suara lonceng mengalihkan perhatian semua orang yang ada disana.
    “Naruto!?” pemuda Nara itu menghela nafas lega saat tahu bahwa yang datang adalah kawannya.
    “Shika sebaiknya kau dan timmu segera pergi. Mereka- bukan, dia bukan lawan yang bsia kau dan timmu hadapi.” Ujar Naruto dengan mata memandang Gaara siaga, pedang di tangnnya telah tercabut dari sarungnya.
    “Bagaimana denganmu?” kali ini anak dengan kelebihan berat badan itu yang bicara, ia tengah menahan tubuh Ino yang tengah tak sadarkan diri.
    “Jangan meremehkanku Chouji. Monster sepertiku takkan muda dibunuh olehnya.” Senyuman lima jari andalan Naruto membuat Shikamaru mengkerutkan alis. Ia tak suka senyum itu, senyuman itu tak sampai pada mata sahabatnya.
    “Baiklah. Kami akan pergi. Kumohon tetaplah bertahan hidup sampai kami kembali bersama bantuan.” Usai mengucapkan itu Shikamaru dengan segera memngambil alih Ino dan berlalu pergi diikuti dengan Chouji yang menunjukkan ekspresi bersalah.
    .
    “Ada yang mencoba jadi pahlawan disini.” Suara dari satu-satunya wanita yang tersisa disana mengembalikan perhatian Naruto.
    “Dan dia akan segera mati ditangan kita. Hahahaha.”pemuda lain dengan coretan diwajahnya itu berusaha memprovokasi.
    “Tutup mulut kalian. Tak ada yang boleh membunuhnya selain aku!” kali ini si pemuda bersurai merah yang bersuara, pasir disekitarnya semakin bergerak aktif. “Kali ini ‘ibu’ pasti akan senang.”
    GRRRRRR~ SEDIKIT SAJA KAU BERANI MENYENTUH JENCHURIKIKU AKAN KU BUNUH KAU BERSERTA JENCHURIKIMU SHUKAKU! geraman dan suara berat tiba-tiba saja muncul didekat Naruto. Disana telah berdiri rubah raksasa setinggi Naruto dengan bulu oranye dan sembilan ekornya yang bergerak liar waspada. “Kurama-nii?”
    KYUUBI. TAK KUSANGKA KAU BISA DITAHLUKKAN MAHLUK MENJIJIKKAN SEPERTI MANUSIA. Suara lain yang berbeda kini muncul dari tubuh Gaara.
    DITAHLUKKAN? KAU SALAH. JUSTRU AKU SUDAH MENDAPATKAN KEBEBASANKU. AKU BAHKAN BISA KELUAR DARI TUBUH ANAK INI SESUKAKU.” Rubah besar itu berjalan mendekati Naruto, melindungi bocah pirang itu dengan ekor-ekornya yang lembut.
    LALU KENAPA KAU MASIH MAU MENURUTI ANAK ITU!?
    TENTUSAJA KARENA ANAK INI ADALAH BETAKU, DAN AKU TAKKAN MENGAMPUNI SIAPAUN YANG BERANI MENYENTUH KAWANANKU.” disekitar tubuh Naruto dan Kyuubi tiba-tiba muncul bola-bola api yang melayang diudara.
    API RUBAH!? JADI KAU SERIUS. BAIKLAH, KALI INI AKU TAKKAN MENYENTUH BETAMU ITU. TAPI LAIN CERITANYA JIKA JENCHURUKIKU SENDIRI YANG MELAKUKANNYA. GRRRRRR~” dengan hilangnya geraman itu tubuh Gaara oleng dan jatuh berlutut. Kedua tangannya meremat surai merahnya erat.
    DAN SAAT JENCHURUKIMU MELAKUKANNYA AKU AKAN LANGSUNG MENCINCANGNYA.” Kyuubi masih memasang posisi siaga namun dengan perlahan menarik tubuh Naruto menjauhi tempat itu. “AYO KITA PERGI GAKI.
    .
    .
    Sementara itu Tim Tujuh lainnya kini tengah terkapar mengenaskan. Menma yang tak sadarkan diri, Sakura yang bersimpuh ketakutan dan Sasuke yang masih berdiri dengan tubuh bergetarnya. Mereka bertiga tengah menghadapi seorang ninja dari desa Oto, ninja itu memiliki kekuatan melebihi genin lainnya. Selain itu ninja itu juga bisa memanggil banyak ular dengan sesuka hatinya. sebelumnya dia sempat memperkenalkan dirinya sebagai Orochimaru, seorang legenda Sannin seperti Jiraiya dan Tsunade tapi Orochiaru telah lama meninggalkan Konoha dan menjadi pengianat karena melakukan percobaan illegal dan terobsesi pada keabadian. “Khukhukhu~ kau sangat lemah Uchiha. Dengan kekuatan seperti itu kau takkan bisa membunuh Itachi. Aku bisa saja memberikan kekuatan yang lebih besar. Tapi aku harus ikut denganku. Khukhukhukhu…. “
    .
    Hari ini Orochimaru sangat-sangat senang. Didepannya ada seorang bocah Uchiha tanpa pertahanan yang sedang tak berdaya. Dengan segel gaib yang telah ditanamnya, ia yakin bocah Uchiha itu akan jatuh ketangannya. Bocah yang haus akan kekuatan itu pasti akan dengan senang hati mengikutinya. Dia tak perlu tubuh dan sharingan milik Itachi. Dengan jiwa penuh dendam Sasuke, pasti dia dapat dengan mudah menjadikannya tumbal.
    .
    Sosok wanita dengan wajah hancur terkelupas itu menilat bibirnya dengan lidahnya yang panjang. Mata keemasannya memandang Sasuke penuh minat. “Bagaimana Uchiha? Ikutlah denganku dan aku akan memberikanmu kekuatan untuk membalaskan dend-”
    DUAAKK
    Sebuah tendangan mengenai perut Orochimaru membuatnya terlempar menabrak pohon dibelakangnya. Seorang pemuda dengan pakaian serba oranyenya berdiri dengan siaga didepan Sasuke. Tangan kanannya menggenggam pedang berlonceng dengan gantungan lambang Uzumaki, sedangkan tangan kirinya memegang sebuah kunai sepanjang 20cm. “Orochimaru si legenda Sannin, buat apa kau ada disini?”
    Penampilan pemuda itu sangat berantakan, rambuat acak-acakkan dengan beberapa daun yang tersangkut, debu yang mengotori baju serta hewan buruan yang tergantung di pinggangnya.
    “Khukukhukhuk… si Namikaze yang terbuang. Bisa apa ninja tanpa cakra sepertimu dihadapanku?” pertanyaan penuh ejekan itu tak sedikitpun mengubah ekspresi Naruto yang tenag. Justru matanya mulai tampak awas saat Orochimaru mulai berdiri tegak didepannya. “Kau hanya akan mati sia-sia karena menghadapiku. Lalu takkan ada yang akan perduli dengan kematianmu. Mereka akan lebih mementingkan bocah Uchiha dan Namikaze yang ada disana itu. Khukhukhuk-.”
    “Dalam lima menit para Anbu akan tiba disini dan mengamankan seluruh perbatasan hutan. Mereka pasti akan sangat senang karena mendapatkan buruan besar sepertimu.” Suara datar tanpa emosi itu menghentikan tawa laknat(?) dari Orochinaru, wajah dengan kulit terkelupas itu tampak berkedut kesal.
    “Bocah sialan. Khukhukhu… tapi taka pa, setidaknya aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan. Khukhukhukhuk…..” tubuh wanita itu perlahan-lahan menyusut tenggelam dalam tanah dan menghilang.
    “Fyuhh~ setidaknya dia tak sadar bila sedang dibohongi.” Gumam Naruto pelat tak didengar oleh anggota timnya yang lain.
    “Kau tak apa Haruno?” gadis bersurai bunga Sakura itu terkejut, tubuhnya jatuh terduduk didasar hutan, nafasnya nampak memburu dengan keringat dingin yang mengucur, setetes air mata jatuh dipipinya. “Jangan menangis Haruno. Takkan ada yang membelamu ataupun menghiburmu dihutan ini. Lakukan sesuatu, buat dirimu beguna sebagai seorang ninja dan anggota Tim.” Naruto berjalan pelan, ia mendekati Sasuke yang masih berlutut dambil menggenggam erat bahu kirinya yang kesakitan. “Aku harap guru membosankan itu tau bagaimana cara mengatasi hal ini.” Gumam Naruto saat menemukan lambing segel kutukan dibahu Sasuke.
    “Haruno, bawa Anmikaze itu dan ikuti aku.”ujar Naruto sambil memapah tubuh Sasuke, membawanya kearah gua tempat biasanya ia beristirahat saat berlatih. Naruto tak perduli pada Sakura, apakah gadis itu bisa membawa kembarannya atau tidak. Setidaknya dia sudah menolong mereka dari Sannin maniak ular itu dan hewan buas yang berkeliaran dihutan ini saat malam hari. Dia juga sudah menyelesaikan tugasnya dalam mencari makananuntuk Tim ini.
    “Lalu, apakah kalian sudah mendapatkan gulungan langit dari tim lain?”Tanya Naruto setelah membaringkan Sasuke dipojok gua. Ia hanya memandang Sakura yang  kesulitan membawa masuk Menma.
    “Jangankan merebut gulungan lawan, gulungan kita saja dihancurkan oleh ninja aneh tadi. Kau sendiri apa sudah mendapatkan makanan untuk kami?” Tanya Sakura sinis berusaha membaringkan Menma disamping Sasuke.
    “Kau buta Haruno? Kau tidak melihat apa yang bargantung dipingganku ini?” jawab Naruto sinis, matanya memandag Sakura datar membuat gadis Haruno itu menegukkan ludah. “Kalian beruntung tengah berada di zona aman hutan sehingga tak banyak hewan berbahaya yang lewat.” Naruto kini tengah berusaha menyalakan api menggunakan dua batu yang dibenturkan. Cara tradisional mengingat Naruto tak bisa menggunakan elemen api. Setelah api menyala Naruto mulai menata hewan buruannya diatas api, membakarnya hingga matang.
    “Kau jaga daging-daging itu” ujar Naruto meninggalkan Sakura tanpa sempat memberikan jawaban. Tak lama kemudian dia kembali dengan semangkuk air dengan wadah batok kelapa. “Kompres mereka, kau bawa kain kan? Bila tidak, robek pakaianmu. Takkan ada yang perduli meskipun kau telanjang bulat di hutan ini.”
    “Bisakah kau menjaga ucapanmu monster!” bentak Sakura marah. Dia memandang Naruto dengan sombong dan congkak.
    “Heh. Kau benar, aku adalah seorang monter. Takkan jadi masalah bila aku membunuhmu disini sekarang.” Ancam Naruto dengan mata birunya yang memandang dingin.
    “Kau takkan berani!” suara gadis bersurai musim semi itu bergetar.
    “tentu saja aku berani. Aku hanya tinggal menusukmu dengan pedangku. Melemparmu ketengah hutan dan membiarkan hewan buas disana memakanmu. Aku hanya perlu membuat alasan bahwa kau tewas di bunuh tim lawan! Jika kau tak ingin hal itu terjadi maka tutup mulutmu dan lakukan hal yang berguna dasar lemah!”
    .
    Untuk kesekian kalinya Naruto menghela nafas. Ia menyusuri gelapnya hutan kematian seorang diri. Berharap menemukan tim lawan yang bukan dari Konoha untuk di ambil gulungannya. Bukannya Naruto perduli dengan tim Konoha lainnya, hanya saja ia tak ingin bertarung dengan tim yang nantinya dapat membocorkan kekuatan aslinya pada pihak lain. Bagaimanapun semua anggota tim Konoha berasal dari keluarga yang berhubungan dengan Hokage dan keluarganya.
    Naruto dapat mendengar dengan jelas langkah-langkah hewan buas yang berkeliaran disekitar hutan, dia juga bisa merasakan keberadaan beberapa ninja Konoha yang sedang tertidur beberapa puluh meter didepannya. Dia beruntung kemampuan sensornya sangat baik, dengan ini dia tak perlu berhadapan dengan ninja yang tak diinginkan.
    Naruto memang dianggap tak memiliki cakra. Tubuhnya yang lahir belakangan dengan Menma mengalami gangguan karena cakra Kyuubi yang masuk ke dalam tubuhya saat dalam kandungan. Hal itu membuat kerusakan pada sistem cakranya, ditambah dengan segel yang dipasang Minato untuk mengekang Kyuubi. Segel yang tertanam itu menggunakan cakra Naruto sebagai penahan.
    Untuk menahan cakra Bijuu berekor Sembilan tentunya memerlukan cakra yang besar juga, itulah alasan kenapa Naruto tak bisa menggunakan cakranya. Sedikit saja dia memaksakan diri maka cakra Kyuubi akan merembes keluar dan melukainya. Bisa dibayangkan seberapa besar cakra Naruto yang digunakan untuk mengekang Kyuubi. Saking besarnya Bijuu berekor Sembilan itupun tak bisa melawannya.
    Kebenaran mengenai hal itu hanya diketahui beberapa orang saja di Konoha. Tsunade Senju yang dulu sempat menjadi perawat Naruto di rumah sakit, Hokage ketiga yang merawat Naruto menggantikan keluarganya dan Itachi, anbu kepercayaan Hokage ketiga yang diberikan kepercayaan untuk melindungi dan melatiih Naruto. Sisanya tak ada yang tahu, baik para tetua yang kolot bahkan Minato sekalipun, padahal lelaki itulah yang memasng fuinjutsu itu.
    Itulah salah satu alasan kenapa Naruto bisa bertemu Kyuubi lebih cepat dari Menma, karena cakra Naruto sejak awal telah tersentuh oleh cakra Kyuubi, dengan sedikit tarikan saja mereka bisa bertemu.
    Untuk melindungi diri, Itachi mengajari tehik berpedang dan bela diri pada Naruto. Berusaha untuk tidak menggunakan cakra sedikitpun agar cakra Kyuubi yang tertekan tidak merembes. Naruto tidak bisa genjutsu, tapi dia tau cara melepakan diri dari genjutsu. Dulu Itachi sering menjebaknya dengan genjutsu saat berlatih, membuat dia melihat hal-hal yang indah penuh kehangatan namun terkadang dia juga melihat mimpi buruk yang paling buruk. Membuat ia terselimuti benci dan dengki tapi berhasil di murnikaan dengan ketabahan dan kesabarannya.
    Naruto tidak bisa ninjutsu itu sudah pasti tapi dia memiliki kemampuan sensor yang tinggi. Berbeda dengan sensor kebanyakan yang mendeteksi cakra disekitar dengan jarak tertentu. Sensor Naruto merasakan niat buruk, ketakutan, dan kejatuhan. Kejatuhan seseorang pada kegelapan, dendam. Sasuke adalah salah satu orang yang telah jatuh, lalu si pemuda Hyuuga. Terkadang Naruto merasa tersedot oleh perasaan dendam dan kesedihan mereka. Membawanya kepada penglihatan gelap dan hawa dingin menyesakkan dada, terkadang sensasi itu terbawa hingga ke mimpinya tapi selalu berhasil di netralisir saat sebuah cahaya keemasan tiba-tiba memenuhi dunia mimpinya.
    .
    SRAK
    Sebuah gesekan semak menarik perhatian Naruto, dia dapat merasakan keberadaan beberapa orang di sana. Tangan kanan Naruto bersiaga dengan pedang panjangnya di tangan. Matanya menatap bayangan hutan itu dengan tajam. “Keluar!” seru Naruto namun tak mendapat tanggapan. Dengan cepat dia melempar sebuah kunai kearah semak itu. Bukan kunai sembarangan, di ujung kunai itu tampak sebuah kertas peledak yang terikat erat,
    Sosok yang bersembunyi di balik semak itu bergerak menghindar dan muncul di hadapan Naruto. Mereka adalah ninja dari desa Kiri dapat dilihat dari ikat kepalanya yang berbentuk empat garis meliuk bagakan aliran air. Ketiga ninja itu menggunakan pakaian identik. Terusan berwarna kekuning dengan penutup mata dan masker udara menutupi mulut dan hidungnya. “Kita menemukan seorang anak tersesat. Kita bunuh dan ambil gulungannya.” Ujar salah satu ninja yang berada di tengah. Dengan cepat ketiga ninja identik itu menerjang Naruto dengan kunai berada di kedua tangan namun mereka berhasil di tahan Naruto dengan pedang panjangnya. Tak hanya menahan, Naruto juga menyerang mereka dengan menebaskan pedangnya ke perut dan kepala mereka.
    Dalam hitungan detik ketiga ninja itu sudah tak bernyawa.  Setelah yakin ninja-ninja itu mati Naruto berjalan mendekati sosok yang sepertinya ketua dari tim itu, mencari gulungan milik mereka. Namun sebelum ia berhasil menyentuh tubuh tak bernyawa itu, ketiga tubuh itu menguap dan menjadi asap. ‘genjutsu!?’
    .
    Naruto sadar dirinya berada dalam genjutsu, ia sudah membunuh tiga ninja itu untuk yang ketiga kalinya tapi mereka tetap saja kembali muncul. Setelah puas bermain-main dia mulai melepaskan genjutsu itu. Dengan bantuan Kyuubi yang muncul dalam wujud rubah mungilnya tepat diatas kepala Naruto.
    Saat dia membuka mata, ia telah berada di tempatnya semula saat mendengar suara semak yang bergesek. Dengan memusatkan pikiran dia melacak dimana keberadaan tiga ninja Kirigakure itu. Dengan pedang di tangan kanan dan langkah yang cepat dalam hitungan detik ia telah berhasil membunuh tiga ninja itu dengan seketika, menyayat leher mereka dengan sekali tebas.
    Setelah kali ini ia yakin bahwa tidak dalam kendali genjutsu, barulah Naruto mendekati tiga maya itu dan menggeledanya. Ia menemukan sebuah gulungan Bumi di kantung si ketua tim.
    Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan ia kembali ke gua persembunyian, tak disangka malam telah berlalu dan matahari menyinari langkahnya menuju tempat persembunyian. Namun saat jaraknya dan gua semakin dekat dia merasakan keberadaan asing di sana. Dua tim Konoha yang ia yakini adalah Tim Shikamaru dan seorang Hyuuga lalu tiga lainnya cakra asing yang bila tak salah adalah ninja Oto.
    Dengan kedua tangan yang kembali memegang pedang panjang di kanan dan kodachi (pedang yang lebih pendek) di tangan kiri dia berlari kencang. Tanpa aba-aba dia dia menebaskan pedang panjangnya di leher seorang lelaki yang mengenakan mantel bulu di punggungnya. Dengan sekali tebas kepala lelaki yang dibalut perban itu jatuh menggelinding di atas tanah membuat Sakura yang dengan berlutut dengan wajah penuh memar dan rambut berserakan berteriak histeris.
    Teriakan gadis bersurai merah muda itu mengalihkan perhatian dua tim lawan yang sebelumnya masih asik bertarung. Seorang lelaki dengan telapak tangan berlubang mengeluarkan angin tengah melawan Shikamaru dan seorang wanita berambut hitam panjang sedang berdiri dihadapan Sakura dengan kedua tangan yang masing-masing membawa kunai dan helaian rambut pink.
    Namun perhatian mereka semua kembali teralihkan saat lawan Shikamaru dengan sekejap mata telah terlempar menabrak pohon, sang pelaku yang tak lain adalah si bungsu Uchiha tampak berdiri dengan cakra gelap yang mengerikan. Naruto dapat merasakan perasaan dendam yang keluar bersama dengan cakranya.
    Pemuda Uchiha itu berjalan mendekati ninja lelaki Oto itu. Dengan sekali pukul dia berhasil membuat ninja Oto itu tak sadarkan diri. Namun Sasuke tidak puas, dia ingin membunuh, menumpahkan darah pada kedua tangannya. Tapi keinginannya itu terpakasa dibatalkan saat sekali lagi Naruto menebaskan  pedangnya kepada ninja Oto itu membuat kedua tangan lelaki itu putus.
    “Hei wanita. Cepat bawa anggotamu ini pergi atau dia akan bernasib sama seperti orang menyedihkan disana.” Tunjuk Naruto dengan dagunya kepada mayat tim Oto yang tak lagi berkepala.
    “Jangan menghalangiku Usuratonkachi! Kau lemah. Menyusahkan.” Suara dingin Sasuke membuat ninja wanita dari Oto itu segera mengambil langkah cepat untuk meninggalkan tempat pembantaian. Sebelum dia pergi dia berkata bahwa gulungan Timnya ada pada teman setimnya yang sudah menjadi mayat.
    Pemuda Uchiha itu hendak mengejar, ingin membunuh dua ninja lawan yang masih tersisa. Tapi langkahnya terhenti saat didepannya Naruto telah berdiri dengan kedua tangan yang memegang pedang siaga. “Kau menyebutku lemah tapi kau sendiri tak bisa menang dari rasa dendam. Kau lebih lemah dariku Uchiha.”
    “Tutup mulutmu Naruto!” bentakan itu bukan datang dari Sasuke melainkan dari Sakura yang saat ini tengah di tolong Ino.
    Naruto tak memperdulikan bentakan itu. Mata biru cerahnya memandang mata kelam Sasuke dalam. Menyelami pekatnya berharap menemukan setitik cahaya.
    “heh…. Karena dengan dendam inilah aku bisa menjadi kuat.” Sebuah tendangan Sasuke berikan kepada Naruto tetapi berhasil di hindari. Naruto membalik posisi pedangnya, ia bertarung dengan punggung pedang, bagian yang tidak tajam. Ia tak ingin melukai si Uchiha, bukan karena ia kasihan atau apa, ia hanya tak ingin di tuntut oleh para tetua karena merusak asset senjata berharga mereka.
    Naruto tidak menyerang, belum menyerang tepatnya. Dia hanya menghindari serangan Uchiha itu dengan kelincahannya. Dia tidak bisa menggunakan seluruh kemampuannya karena disana ada Hyuuga Neji dengan Byakugannya yang aktif. Namun Naruto juga tak bisa menghindar selamanya. Saat puunggungnya merasakan tubrukan pelan pada batang pohon dia mulai menyerang. Memanfaatkan kecepatan yang dimilikinya dan menyerang Uchiha itu tepat di perut dengan punggung pedang dan menendang kaki kanan Sasuke yang dijadikan tumpuan gravitasi. Pemuda Uchiha itu terlempar kebelakang dengan punggung menyentuh tanah pertama kalinya. “Ini bukan sebuah kekuatan Uchiha, ini adalah taktik yang kugunakan untuk menjatuhkan orang yang berharga diri terlalu tinggi sepertimu.” Ucap Naruto dengan tajam. Namun matanya yang memandang Sasuke tampak sangat menenangkan membuat bungsu Uchiha itu bungkam.
    .
    .
    “Naruto aku menemukan gulungan Langit dari mayat lelaki itu.” Suara malas Shikamaru membangunkan Naruto dari istirahatnya. Dia bangkit dan berjalan menuju si pemuda Nara dan mengambil gulungan itu.
    “Berarti kalian tinggal mencari gulungan Bumi ya?” Tanya Ino yang sedang membantu Sakura merawat Lee yang sedang terluka. Sementara anggota Lee yang lain, Neji dan Tenten hanya melihat dari atas pohon.
    “Ya, kami tinggal mencari gulungan Bumi.” Suara dari belakang Sakura menjawab, bukan Sasuke tetapi Menma yang tampakya barus sadar dari pingsannya. “dan waktu kita hanya tinggak dua hari.” Lanjut Sakura.
    “Tak perlu. Aku sudah mendapatkan gulungan Buminya.” Sebuah gulungan berwarna kecoklatan dengan tulisan kanji ‘Bumi’ ada di genggaman Naruto.
    “Darimana kau mendapatkannya?”pemuda jenius tapi malas dari klan Nara itu menyerahkan gulungan 'Langit' yang ia temukan. “Aku sempat khawatir saat kami meninggalkanmu bersama Tim dari Suna itu. Apa kau tak terluka?” walaupun terdengar malas namun dapat dilihat bila Shikamaru mengkhawatirkan Naruto.
    “Tenang saja Shika~ aku hanya mengulur waktu dan kabur setelah merasa aman. Ini kudapatkan setelah membunuh Ninja Kiri yang sedang istirahat.” Bohong Naruto. Ia tak mungkin menceritakan kebenarannyakan. Mengenai Kyuubi, Ichibi dan juga kemampuan sensor nya. Dengan begini kami hanya perlu menuju tengah hutan tempat ujian chunin babak ke dua akan dimulai.

    TBC



  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan