- Home>
- KinGitsune 7
Posted by : Yuuki
Jumat, 25 September 2015
“Dengan kekuatan anda
yang ada padanya, anak kita akan menuntun seluruh mahluk dunia ini kepada
kebahagiaan.”
“Dimanapun dia berada,
siapapun yang dia pihak, siapapun yang memihaknya akan selalu dipenuhi
kebahagiaan.”
“Anak kami tercinta.
Kingitsune”
Kingitsune
(Rubah Emas)
†††
By
: Ayuni Yuukinojo
†††
Naruto
© Masashi Kishimoto
†††
Pair
: ?/Naruto
Warning
:
Typo,
OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,
Hutan ini sebenarnya tak
asing bagi Naruto. Ia selama ini selalu mencari sumber makanan dari tempat ini,
mulai dari buah-buahan, hewan buruan bahkan hingga serangga yang hidup disipun
tak jarang dia konsumsi. Jadi jika diminta mencari makanan untuk timnya ini
bukanlah hal yang sulit. Bahkan belum sepuluh menit berlalu Naruto telah
mendapatkan dua ekor burung merpati dan satu kelinci untuk dikonsimsi.
Saat ini ia tengah
berjalan menuju arah sungai, hendak memotong dan mencuci buruannya, jadi nanti
ia dan timnya hanya tinggal memasaknya saja. Namun perjalanan Naruto yang
tenang diselingi dengan siulan itu harus terintrupsi oleh tekanan cakra kuat
yang ada tak jauh dari jaraknya berada. Ia merasa asing dengan cakra ini, bukan
dari Tim Konoha tapi juga bukan dari manusia normalnya. Cakra ini hampir mirip
dengan cakra Menma ketika dikendalikan Kurama.
Dengan bergegas Naruto
berlari, mengikuti insting sensornya yang telah bangkit dan ia latih sejak
perjalanannya ke desa Nami. Ketika telah sampai ditempat sumber cakra itu ia
melihat Tim 10 Konoha tengah berhadapan dengan Tim Suna terutama si pemuda
bersurai merah itu. Disekeliling pemuda itu berceceran darah lengkap dengan bau
amisnya. Saat pemuda bertato ‘Ai’ itu mengarahkan pasirnya pada Shikamaru
dengan cepat Naruto menghalanginya dengan pedang miliknya, suara lonceng
mengalihkan perhatian semua orang yang ada disana.
“Naruto!?” pemuda Nara
itu menghela nafas lega saat tahu bahwa yang datang adalah kawannya.
“Shika sebaiknya kau dan
timmu segera pergi. Mereka- bukan, dia bukan lawan yang bsia kau dan timmu
hadapi.” Ujar Naruto dengan mata memandang Gaara siaga, pedang di tangnnya
telah tercabut dari sarungnya.
“Bagaimana denganmu?”
kali ini anak dengan kelebihan berat badan itu yang bicara, ia tengah menahan
tubuh Ino yang tengah tak sadarkan diri.
“Jangan meremehkanku
Chouji. Monster sepertiku takkan muda dibunuh olehnya.” Senyuman lima jari
andalan Naruto membuat Shikamaru mengkerutkan alis. Ia tak suka senyum itu,
senyuman itu tak sampai pada mata sahabatnya.
“Baiklah. Kami akan
pergi. Kumohon tetaplah bertahan hidup sampai kami kembali bersama bantuan.”
Usai mengucapkan itu Shikamaru dengan segera memngambil alih Ino dan berlalu
pergi diikuti dengan Chouji yang menunjukkan ekspresi bersalah.
.
“Ada yang mencoba jadi
pahlawan disini.” Suara dari satu-satunya wanita yang tersisa disana
mengembalikan perhatian Naruto.
“Dan dia akan segera mati
ditangan kita. Hahahaha.”pemuda lain dengan coretan diwajahnya itu berusaha
memprovokasi.
“Tutup mulut kalian. Tak
ada yang boleh membunuhnya selain aku!” kali ini si pemuda bersurai merah yang
bersuara, pasir disekitarnya semakin bergerak aktif. “Kali ini ‘ibu’ pasti akan
senang.”
“GRRRRRR~ SEDIKIT SAJA
KAU BERANI MENYENTUH JENCHURIKIKU AKAN KU BUNUH KAU BERSERTA JENCHURIKIMU
SHUKAKU!” geraman dan
suara berat tiba-tiba saja muncul didekat Naruto. Disana telah berdiri rubah
raksasa setinggi Naruto dengan bulu oranye dan sembilan ekornya yang bergerak
liar waspada. “Kurama-nii?”
“KYUUBI. TAK KUSANGKA
KAU BISA DITAHLUKKAN MAHLUK MENJIJIKKAN SEPERTI MANUSIA.” Suara lain yang berbeda kini
muncul dari tubuh Gaara.
“DITAHLUKKAN? KAU
SALAH. JUSTRU AKU SUDAH MENDAPATKAN KEBEBASANKU. AKU BAHKAN BISA KELUAR DARI
TUBUH ANAK INI SESUKAKU.” Rubah besar itu berjalan mendekati Naruto,
melindungi bocah pirang itu dengan ekor-ekornya yang lembut.
“LALU KENAPA KAU MASIH
MAU MENURUTI ANAK ITU!?”
“TENTUSAJA KARENA ANAK
INI ADALAH BETAKU, DAN AKU TAKKAN MENGAMPUNI SIAPAUN YANG BERANI MENYENTUH
KAWANANKU.” disekitar tubuh Naruto dan Kyuubi tiba-tiba muncul bola-bola
api yang melayang diudara.
“API RUBAH!? JADI KAU
SERIUS. BAIKLAH, KALI INI AKU TAKKAN MENYENTUH BETAMU ITU. TAPI LAIN CERITANYA
JIKA JENCHURUKIKU SENDIRI YANG MELAKUKANNYA. GRRRRRR~” dengan hilangnya
geraman itu tubuh Gaara oleng dan jatuh berlutut. Kedua tangannya meremat surai
merahnya erat.
“DAN SAAT JENCHURUKIMU
MELAKUKANNYA AKU AKAN LANGSUNG MENCINCANGNYA.” Kyuubi masih memasang posisi
siaga namun dengan perlahan menarik tubuh Naruto menjauhi tempat itu. “AYO
KITA PERGI GAKI.”
.
.
Sementara itu Tim Tujuh
lainnya kini tengah terkapar mengenaskan. Menma yang tak sadarkan diri, Sakura
yang bersimpuh ketakutan dan Sasuke yang masih berdiri dengan tubuh
bergetarnya. Mereka bertiga tengah menghadapi seorang ninja dari desa Oto,
ninja itu memiliki kekuatan melebihi genin lainnya. Selain itu ninja itu juga
bisa memanggil banyak ular dengan sesuka hatinya. sebelumnya dia sempat
memperkenalkan dirinya sebagai Orochimaru, seorang legenda Sannin seperti
Jiraiya dan Tsunade tapi Orochiaru telah lama meninggalkan Konoha dan menjadi
pengianat karena melakukan percobaan illegal dan terobsesi pada keabadian. “Khukhukhu~
kau sangat lemah Uchiha. Dengan kekuatan seperti itu kau takkan bisa membunuh Itachi.
Aku bisa saja memberikan kekuatan yang lebih besar. Tapi aku harus ikut
denganku. Khukhukhukhu…. “
.
Hari ini Orochimaru
sangat-sangat senang. Didepannya ada seorang bocah Uchiha tanpa pertahanan yang
sedang tak berdaya. Dengan segel gaib yang telah ditanamnya, ia yakin bocah
Uchiha itu akan jatuh ketangannya. Bocah yang haus akan kekuatan itu pasti akan
dengan senang hati mengikutinya. Dia tak perlu tubuh dan sharingan milik Itachi.
Dengan jiwa penuh dendam Sasuke, pasti dia dapat dengan mudah menjadikannya
tumbal.
.
Sosok wanita dengan wajah
hancur terkelupas itu menilat bibirnya dengan lidahnya yang panjang. Mata
keemasannya memandang Sasuke penuh minat. “Bagaimana Uchiha? Ikutlah denganku
dan aku akan memberikanmu kekuatan untuk membalaskan dend-”
DUAAKK
Sebuah tendangan mengenai
perut Orochimaru membuatnya terlempar menabrak pohon dibelakangnya. Seorang
pemuda dengan pakaian serba oranyenya berdiri dengan siaga didepan Sasuke.
Tangan kanannya menggenggam pedang berlonceng dengan gantungan lambang Uzumaki,
sedangkan tangan kirinya memegang sebuah kunai sepanjang 20cm. “Orochimaru si
legenda Sannin, buat apa kau ada disini?”
Penampilan pemuda itu
sangat berantakan, rambuat acak-acakkan dengan beberapa daun yang tersangkut,
debu yang mengotori baju serta hewan buruan yang tergantung di pinggangnya.
“Khukukhukhuk… si
Namikaze yang terbuang. Bisa apa ninja tanpa cakra sepertimu dihadapanku?”
pertanyaan penuh ejekan itu tak sedikitpun mengubah ekspresi Naruto yang tenag.
Justru matanya mulai tampak awas saat Orochimaru mulai berdiri tegak
didepannya. “Kau hanya akan mati sia-sia karena menghadapiku. Lalu takkan ada
yang akan perduli dengan kematianmu. Mereka akan lebih mementingkan bocah
Uchiha dan Namikaze yang ada disana itu. Khukhukhuk-.”
“Dalam lima menit para
Anbu akan tiba disini dan mengamankan seluruh perbatasan hutan. Mereka pasti
akan sangat senang karena mendapatkan buruan besar sepertimu.” Suara datar
tanpa emosi itu menghentikan tawa laknat(?) dari Orochinaru, wajah dengan kulit
terkelupas itu tampak berkedut kesal.
“Bocah sialan. Khukhukhu…
tapi taka pa, setidaknya aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan.
Khukhukhukhuk…..” tubuh wanita itu perlahan-lahan menyusut tenggelam dalam
tanah dan menghilang.
“Fyuhh~ setidaknya dia
tak sadar bila sedang dibohongi.” Gumam Naruto pelat tak didengar oleh anggota
timnya yang lain.
“Kau tak apa Haruno?”
gadis bersurai bunga Sakura itu terkejut, tubuhnya jatuh terduduk didasar
hutan, nafasnya nampak memburu dengan keringat dingin yang mengucur, setetes
air mata jatuh dipipinya. “Jangan menangis Haruno. Takkan ada yang membelamu
ataupun menghiburmu dihutan ini. Lakukan sesuatu, buat dirimu beguna sebagai
seorang ninja dan anggota Tim.” Naruto berjalan pelan, ia mendekati Sasuke yang
masih berlutut dambil menggenggam erat bahu kirinya yang kesakitan. “Aku harap
guru membosankan itu tau bagaimana cara mengatasi hal ini.” Gumam Naruto saat
menemukan lambing segel kutukan dibahu Sasuke.
“Haruno, bawa Anmikaze
itu dan ikuti aku.”ujar Naruto sambil memapah tubuh Sasuke, membawanya kearah
gua tempat biasanya ia beristirahat saat berlatih. Naruto tak perduli pada
Sakura, apakah gadis itu bisa membawa kembarannya atau tidak. Setidaknya dia
sudah menolong mereka dari Sannin maniak ular itu dan hewan buas yang
berkeliaran dihutan ini saat malam hari. Dia juga sudah menyelesaikan tugasnya
dalam mencari makananuntuk Tim ini.
“Lalu, apakah kalian
sudah mendapatkan gulungan langit dari tim lain?”Tanya Naruto setelah
membaringkan Sasuke dipojok gua. Ia hanya memandang Sakura yang kesulitan
membawa masuk Menma.
“Jangankan merebut
gulungan lawan, gulungan kita saja dihancurkan oleh ninja aneh tadi. Kau
sendiri apa sudah mendapatkan makanan untuk kami?” Tanya Sakura sinis berusaha
membaringkan Menma disamping Sasuke.
“Kau buta Haruno? Kau
tidak melihat apa yang bargantung dipingganku ini?” jawab Naruto sinis, matanya
memandag Sakura datar membuat gadis Haruno itu menegukkan ludah. “Kalian beruntung
tengah berada di zona aman hutan sehingga tak banyak hewan berbahaya yang
lewat.” Naruto kini tengah berusaha menyalakan api menggunakan dua batu yang
dibenturkan. Cara tradisional mengingat Naruto tak bisa menggunakan elemen api.
Setelah api menyala Naruto mulai menata hewan buruannya diatas api, membakarnya
hingga matang.
“Kau jaga daging-daging
itu” ujar Naruto meninggalkan Sakura tanpa sempat memberikan jawaban. Tak lama
kemudian dia kembali dengan semangkuk air dengan wadah batok kelapa. “Kompres
mereka, kau bawa kain kan? Bila tidak, robek pakaianmu. Takkan ada yang perduli
meskipun kau telanjang bulat di hutan ini.”
“Bisakah kau menjaga
ucapanmu monster!” bentak Sakura marah. Dia memandang Naruto dengan sombong dan
congkak.
“Heh. Kau benar, aku
adalah seorang monter. Takkan jadi masalah bila aku membunuhmu disini sekarang.”
Ancam Naruto dengan mata birunya yang memandang dingin.
“Kau takkan berani!”
suara gadis bersurai musim semi itu bergetar.
“tentu saja aku berani.
Aku hanya tinggal menusukmu dengan pedangku. Melemparmu ketengah hutan dan
membiarkan hewan buas disana memakanmu. Aku hanya perlu membuat alasan bahwa
kau tewas di bunuh tim lawan! Jika kau tak ingin hal itu terjadi maka tutup
mulutmu dan lakukan hal yang berguna dasar lemah!”
.
Untuk kesekian kalinya
Naruto menghela nafas. Ia menyusuri gelapnya hutan kematian seorang diri.
Berharap menemukan tim lawan yang bukan dari Konoha untuk di ambil gulungannya.
Bukannya Naruto perduli dengan tim Konoha lainnya, hanya saja ia tak ingin
bertarung dengan tim yang nantinya dapat membocorkan kekuatan aslinya pada
pihak lain. Bagaimanapun semua anggota tim Konoha berasal dari keluarga yang
berhubungan dengan Hokage dan keluarganya.
Naruto dapat mendengar
dengan jelas langkah-langkah hewan buas yang berkeliaran disekitar hutan, dia
juga bisa merasakan keberadaan beberapa ninja Konoha yang sedang tertidur
beberapa puluh meter didepannya. Dia beruntung kemampuan sensornya sangat baik,
dengan ini dia tak perlu berhadapan dengan ninja yang tak diinginkan.
Naruto memang dianggap
tak memiliki cakra. Tubuhnya yang lahir belakangan dengan Menma mengalami
gangguan karena cakra Kyuubi yang masuk ke dalam tubuhya saat dalam kandungan.
Hal itu membuat kerusakan pada sistem cakranya, ditambah dengan segel yang dipasang
Minato untuk mengekang Kyuubi. Segel yang tertanam itu menggunakan cakra Naruto
sebagai penahan.
Untuk menahan cakra Bijuu berekor Sembilan tentunya
memerlukan cakra yang besar juga, itulah alasan kenapa Naruto tak bisa
menggunakan cakranya. Sedikit saja dia memaksakan diri maka cakra Kyuubi akan
merembes keluar dan melukainya. Bisa dibayangkan seberapa besar cakra Naruto
yang digunakan untuk mengekang Kyuubi. Saking besarnya Bijuu berekor Sembilan itupun tak bisa melawannya.
Kebenaran mengenai hal
itu hanya diketahui beberapa orang saja di Konoha. Tsunade Senju yang dulu sempat
menjadi perawat Naruto di rumah sakit, Hokage ketiga yang merawat Naruto
menggantikan keluarganya dan Itachi, anbu kepercayaan Hokage ketiga yang
diberikan kepercayaan untuk melindungi dan melatiih Naruto. Sisanya tak ada
yang tahu, baik para tetua yang kolot bahkan Minato sekalipun, padahal lelaki
itulah yang memasng fuinjutsu itu.
Itulah salah satu alasan
kenapa Naruto bisa bertemu Kyuubi lebih cepat dari Menma, karena cakra Naruto
sejak awal telah tersentuh oleh cakra Kyuubi, dengan sedikit tarikan saja
mereka bisa bertemu.
Untuk melindungi diri, Itachi
mengajari tehik berpedang dan bela diri pada Naruto. Berusaha untuk tidak
menggunakan cakra sedikitpun agar cakra Kyuubi yang tertekan tidak merembes.
Naruto tidak bisa genjutsu, tapi dia
tau cara melepakan diri dari genjutsu.
Dulu Itachi sering menjebaknya dengan genjutsu
saat berlatih, membuat dia melihat hal-hal yang indah penuh kehangatan namun terkadang
dia juga melihat mimpi buruk yang paling buruk. Membuat ia terselimuti benci
dan dengki tapi berhasil di murnikaan dengan ketabahan dan kesabarannya.
Naruto tidak bisa ninjutsu itu sudah pasti tapi dia
memiliki kemampuan sensor yang tinggi. Berbeda dengan sensor kebanyakan yang
mendeteksi cakra disekitar dengan jarak tertentu. Sensor Naruto merasakan niat
buruk, ketakutan, dan kejatuhan. Kejatuhan seseorang pada kegelapan, dendam.
Sasuke adalah salah satu orang yang telah jatuh, lalu si pemuda Hyuuga.
Terkadang Naruto merasa tersedot oleh perasaan dendam dan kesedihan mereka.
Membawanya kepada penglihatan gelap dan hawa dingin menyesakkan dada, terkadang
sensasi itu terbawa hingga ke mimpinya tapi selalu berhasil di netralisir saat
sebuah cahaya keemasan tiba-tiba memenuhi dunia mimpinya.
.
SRAK
Sebuah gesekan semak
menarik perhatian Naruto, dia dapat merasakan keberadaan beberapa orang di
sana. Tangan kanan Naruto bersiaga dengan pedang panjangnya di tangan. Matanya
menatap bayangan hutan itu dengan tajam. “Keluar!” seru Naruto namun tak
mendapat tanggapan. Dengan cepat dia melempar sebuah kunai kearah semak itu.
Bukan kunai sembarangan, di ujung kunai itu tampak sebuah kertas peledak yang
terikat erat,
Sosok yang bersembunyi di
balik semak itu bergerak menghindar dan muncul di hadapan Naruto. Mereka adalah
ninja dari desa Kiri dapat dilihat dari ikat kepalanya yang berbentuk empat
garis meliuk bagakan aliran air. Ketiga ninja itu menggunakan pakaian identik.
Terusan berwarna kekuning dengan penutup mata dan masker udara menutupi mulut
dan hidungnya. “Kita menemukan seorang anak tersesat. Kita bunuh dan ambil
gulungannya.” Ujar salah satu ninja yang berada di tengah. Dengan cepat ketiga
ninja identik itu menerjang Naruto dengan kunai berada di kedua tangan namun
mereka berhasil di tahan Naruto dengan pedang panjangnya. Tak hanya menahan,
Naruto juga menyerang mereka dengan menebaskan pedangnya ke perut dan kepala
mereka.
Dalam hitungan detik
ketiga ninja itu sudah tak bernyawa. Setelah yakin ninja-ninja itu mati
Naruto berjalan mendekati sosok yang sepertinya ketua dari tim itu, mencari
gulungan milik mereka. Namun sebelum ia berhasil menyentuh tubuh tak bernyawa
itu, ketiga tubuh itu menguap dan menjadi asap. ‘genjutsu!?’
.
Naruto sadar dirinya
berada dalam genjutsu, ia sudah
membunuh tiga ninja itu untuk yang ketiga kalinya tapi mereka tetap saja
kembali muncul. Setelah puas bermain-main dia mulai melepaskan genjutsu itu. Dengan bantuan Kyuubi yang
muncul dalam wujud rubah mungilnya tepat diatas kepala Naruto.
Saat dia membuka mata, ia
telah berada di tempatnya semula saat mendengar suara semak yang bergesek.
Dengan memusatkan pikiran dia melacak dimana keberadaan tiga ninja Kirigakure
itu. Dengan pedang di tangan kanan dan langkah yang cepat dalam hitungan detik
ia telah berhasil membunuh tiga ninja itu dengan seketika, menyayat leher
mereka dengan sekali tebas.
Setelah kali ini ia yakin
bahwa tidak dalam kendali genjutsu,
barulah Naruto mendekati tiga maya itu dan menggeledanya. Ia menemukan sebuah
gulungan Bumi di kantung si ketua tim.
Setelah mendapatkan apa
yang ia inginkan ia kembali ke gua persembunyian, tak disangka malam telah
berlalu dan matahari menyinari langkahnya menuju tempat persembunyian. Namun
saat jaraknya dan gua semakin dekat dia merasakan keberadaan asing di sana. Dua
tim Konoha yang ia yakini adalah Tim Shikamaru dan seorang Hyuuga lalu tiga
lainnya cakra asing yang bila tak salah adalah ninja Oto.
Dengan kedua tangan yang
kembali memegang pedang panjang di kanan dan kodachi (pedang yang lebih pendek)
di tangan kiri dia berlari kencang. Tanpa aba-aba dia dia menebaskan pedang
panjangnya di leher seorang lelaki yang mengenakan mantel bulu di punggungnya.
Dengan sekali tebas kepala lelaki yang dibalut perban itu jatuh menggelinding
di atas tanah membuat Sakura yang dengan berlutut dengan wajah penuh memar dan
rambut berserakan berteriak histeris.
Teriakan gadis bersurai
merah muda itu mengalihkan perhatian dua tim lawan yang sebelumnya masih asik
bertarung. Seorang lelaki dengan telapak tangan berlubang mengeluarkan angin
tengah melawan Shikamaru dan seorang wanita berambut hitam panjang sedang
berdiri dihadapan Sakura dengan kedua tangan yang masing-masing membawa kunai
dan helaian rambut pink.
Namun perhatian mereka
semua kembali teralihkan saat lawan Shikamaru dengan sekejap mata telah
terlempar menabrak pohon, sang pelaku yang tak lain adalah si bungsu Uchiha
tampak berdiri dengan cakra gelap yang mengerikan. Naruto dapat merasakan
perasaan dendam yang keluar bersama dengan cakranya.
Pemuda Uchiha itu
berjalan mendekati ninja lelaki Oto itu. Dengan sekali pukul dia berhasil
membuat ninja Oto itu tak sadarkan diri. Namun Sasuke tidak puas, dia ingin
membunuh, menumpahkan darah pada kedua tangannya. Tapi keinginannya itu
terpakasa dibatalkan saat sekali lagi Naruto menebaskan pedangnya kepada
ninja Oto itu membuat kedua tangan lelaki itu putus.
“Hei wanita. Cepat bawa
anggotamu ini pergi atau dia akan bernasib sama seperti orang menyedihkan
disana.” Tunjuk Naruto dengan dagunya kepada mayat tim Oto yang tak lagi
berkepala.
“Jangan menghalangiku
Usuratonkachi! Kau lemah. Menyusahkan.” Suara dingin Sasuke membuat ninja
wanita dari Oto itu segera mengambil langkah cepat untuk meninggalkan tempat
pembantaian. Sebelum dia pergi dia berkata bahwa gulungan Timnya ada pada teman
setimnya yang sudah menjadi mayat.
Pemuda Uchiha itu hendak
mengejar, ingin membunuh dua ninja lawan yang masih tersisa. Tapi langkahnya
terhenti saat didepannya Naruto telah berdiri dengan kedua tangan yang memegang
pedang siaga. “Kau menyebutku lemah tapi kau sendiri tak bisa menang dari rasa
dendam. Kau lebih lemah dariku Uchiha.”
“Tutup mulutmu Naruto!”
bentakan itu bukan datang dari Sasuke melainkan dari Sakura yang saat ini
tengah di tolong Ino.
Naruto tak memperdulikan
bentakan itu. Mata biru cerahnya memandang mata kelam Sasuke dalam. Menyelami
pekatnya berharap menemukan setitik cahaya.
“heh…. Karena dengan
dendam inilah aku bisa menjadi kuat.” Sebuah tendangan Sasuke berikan kepada
Naruto tetapi berhasil di hindari. Naruto membalik posisi pedangnya, ia
bertarung dengan punggung pedang, bagian yang tidak tajam. Ia tak ingin melukai
si Uchiha, bukan karena ia kasihan atau apa, ia hanya tak ingin di tuntut oleh
para tetua karena merusak asset senjata berharga mereka.
Naruto tidak menyerang,
belum menyerang tepatnya. Dia hanya menghindari serangan Uchiha itu dengan
kelincahannya. Dia tidak bisa menggunakan seluruh kemampuannya karena disana
ada Hyuuga Neji dengan Byakugannya yang aktif. Namun Naruto juga tak bisa
menghindar selamanya. Saat puunggungnya merasakan tubrukan pelan pada batang
pohon dia mulai menyerang. Memanfaatkan kecepatan yang dimilikinya dan
menyerang Uchiha itu tepat di perut dengan punggung pedang dan menendang kaki
kanan Sasuke yang dijadikan tumpuan gravitasi. Pemuda Uchiha itu terlempar
kebelakang dengan punggung menyentuh tanah pertama kalinya. “Ini bukan sebuah
kekuatan Uchiha, ini adalah taktik yang kugunakan untuk menjatuhkan orang yang
berharga diri terlalu tinggi sepertimu.” Ucap Naruto dengan tajam. Namun
matanya yang memandang Sasuke tampak sangat menenangkan membuat bungsu Uchiha
itu bungkam.
.
.
“Naruto aku menemukan
gulungan Langit dari mayat lelaki itu.” Suara malas Shikamaru membangunkan
Naruto dari istirahatnya. Dia bangkit dan berjalan menuju si pemuda Nara dan
mengambil gulungan itu.
“Berarti kalian tinggal
mencari gulungan Bumi ya?” Tanya Ino yang sedang membantu Sakura merawat Lee
yang sedang terluka. Sementara anggota Lee yang lain, Neji dan Tenten hanya
melihat dari atas pohon.
“Ya, kami tinggal mencari
gulungan Bumi.” Suara dari belakang Sakura menjawab, bukan Sasuke tetapi Menma
yang tampakya barus sadar dari pingsannya. “dan waktu kita hanya tinggak dua
hari.” Lanjut Sakura.
“Tak perlu. Aku sudah
mendapatkan gulungan Buminya.” Sebuah gulungan berwarna kecoklatan dengan
tulisan kanji ‘Bumi’ ada di genggaman Naruto.
“Darimana kau
mendapatkannya?”pemuda jenius tapi malas dari klan Nara itu menyerahkan
gulungan 'Langit' yang ia temukan. “Aku sempat khawatir saat kami
meninggalkanmu bersama Tim dari Suna itu. Apa kau tak terluka?” walaupun
terdengar malas namun dapat dilihat bila Shikamaru mengkhawatirkan Naruto.
“Tenang saja Shika~ aku
hanya mengulur waktu dan kabur setelah merasa aman. Ini kudapatkan setelah
membunuh Ninja Kiri yang sedang istirahat.” Bohong Naruto. Ia tak mungkin
menceritakan kebenarannyakan. Mengenai Kyuubi, Ichibi dan juga kemampuan sensor
nya. Dengan begini kami hanya perlu menuju tengah hutan tempat ujian chunin
babak ke dua akan dimulai.
TBC
