• Posted by : Yuuki Selasa, 09 Desember 2014




    BAB 12

    Ditengah tumpukan salju yang tebal, laki-laki itu terus menggerakkan kaki-kakinya. Melangkah terhuyung-huyung berusaha bertahan hidup dalam neraka dingin beku dan berharap datangnya pertolongan dari siapapun dan apapun yang ada di dunia ini.
    Pemuda itu, yang kita kenal sebagai Sebastian Michel Michaelis, pangeran kedua dari kerajaan Leviath. Kini pangeran yang malang itu harus terjebak dalam keadaan tak jelas apakah ia sudah mati atau belum. Tubuh yang melangkah perlahan dalam badai salju itu sudah tak bisa merasakan sakit dan dingin. Hanya tekad yang membuat tubuh ‘beku’ itu terus melangkah. Tekad untuk terus hidup dan menemukan ‘malaikat-nya’ yang telah ia khianati, malaikat yang telah beberapa kali melindungi nyawanya, malaikat yang telah memberikan arti sebuah hidup yang baru bagi dirinya yang telah kehilangan harapan sejak kepergian ibunda tercintanya. Malaikatnya yang hanya satu-satunya dia miliki, malaikat dengan surai kelabu dan batu sapphire indah menghias keindahan rupanya. Maliakatnya, Ciel Vinc Phantomhive.
    Langkah pelannya terhenti begitu ia melihat sebuah bangunan megah layaknya kastil-kastil tua berdiri kokoh didepannya. Tinggi menjulang hingga ia takbisa melihat ujung tertingggi dari bangunan tersebut.
    Dengan langkah gontai ia mendekati bangunan megah itu hingga ia akhirnya berdiri didepan sebuah pintu kayu yang besarnya melebihi pintu gerbang Istananya di ibukota. Dengan susah payah dia mengetuk pintu kayu besar itu, menghasilkan bunyi ketukan pelan yang bahkan di kalahkan oleh suara hembusan angin dingin.
    Tak bisa menahan beban tubuhnya yang mungkin kini sudah memeku ia lalu terjatuh tepat didepan pintu kayu besar itu. Matanya perlahan terpejam, nafasnya mulai terputus-putus. Perlahan sebelum kegelapan menjemputnya ia menggumamkan nama malaikat tercintanya yang kini entah dimana sambil berharap orang yang ada di dalam bangunan megah itu mendengar ketukan pelannya.

    —―—o0o—―—

                Disebuah kastil tua di pegunungan bersalju yang lain tampak Ciel, malaikat yang kini telah menjadi bagian dari kegelapan tengah membaca sebuah laporan yang dikirim oleh Undertaker dari ibu kota di depan meja kerjanya, terlihat di sampingnya seorang pemuda berkacamata kotak dengan ambut piranng dan aksen hitam di bagian bawahnya, Ronald Knox.
                “Your Highnesss, hari ini hamba telah menyiapkan Fortnum and Mason’s Darjeling tea dan juga Apple and Raisin deep pie. Sialakan menikmati.” Ujar sosok Ronald yang kini telah menghidangkan sepotong kue pie dan sedang menuangkan secangkir teh lalu meletakkannya di meja didepan Ciel.
                “Hmm~” gumam Ciel sambil tetap membaca laporan dari Undertaker serta sesekali mengesap teh yang telah dihidangkan Ronald.
    “jadi begitu. Claude diberi wewenang khusus oleh Ratu untuk mencari Sebastian yang sampai kini keberadaannya belum diketahui. Apa mungkin dia masih ada di rumah wanita itu?” iner Ciel ketika membaca laporang dari Undertaker.
                “Ronald.”
                “Ya Yang Mulia?”
                “Panggil William Spare kemari segera.” Ujar Ciel meletakkan kertas laporan dimeja dan melahap kue yang telah sedari tadi terhidang di depannya.
                “Yes, Your Highness.” Ujar Ronald lalu berjalan meninggalkan Ciel mencari sosok ‘William Spare’ yang mungkin saat ini tengah berada di tempat persembunyiannya – perpustakaan.
                Beberapa lama kemudian terdengar suara pintu di ketuk yang megusik waktu makan siang Ciel.
    “Masuk.”ujranya tanpa menghentikan kegiatannya. Setelahnya tampak Ronald datang bersaa seorang lelaki berambut hitam klimis di sisir rapi dengan kaca mata bertengger di wajahnya,William Spare.
    “Hamba menghadap, Your Highness?”hormat William di depan meja tempat Ciel tengah makan.
    “Hmm~ William, aku perintahkan kau untuk mencari keberadaan Sebastian Michael Michaelis sesegera mungkin lalu laporkan padaku. Setelahnya aku ingin kau menemui Gorgon bersaudara dan minta mereka untuk bekerja sama dengan kita. Kau paham?”ujar Ciel memerintahkan William sambil ytrus menikmati secangkir the di depannya.
    “Yes Your Highness. Tapi, apa alasan anda meminta bantuan Iblis melata itu yang Mulia?”tanya William samnil membenarkan letak kacamatanya yang sebenarnya tak ada yang salah.
    “Arakhne. Kau tahu siapa dia kan?”tanya Ciel menghentikan kegiatannya dan meletakkan cangkir tehnya kembali keatas meja.
    “Ya, dia adalah iblis yang menentang anda dan menginginkan kematian anda, Yang Mulia.”
    “Kau juga tahu siapa yang paling tepan untuk melawannya kan?”dengan senyum manis terukir diwajahnya dan kedua tangan terjalin di atasmeja ia berbicara, senyum yang seolah-olah tengah menikmati sebuah permainan.
    “Aa~ ya, hamba paham sekarang. Baiklah bila begitu hamba akan melaksanakan tugas ini segera.”
    “Ya, pergilah.”ujar Ciel sambil memejamkan mata dan kembali menikmati teh yang telah disiapkan kembali oleh Ronald.
    “Yes, Your Highness.”dan William pun menghilang dengan menyisakan beberapa helai bulu sayap hitam.

    —―—o0o—―—

    Sementara itu di ibukota, tepatnya di sebuah lorong kosong di Istana kerajaan –tepatnya didepan lorong kamar Claude-tampak sosok sang pemilik kamar sedang mencium panas sosok pemuda berambut pirang-Alois. Tangan besarnya perlahan menyingkap pakaian yang di kenakan oleh Alois, meraba kulit halusnya mencari dua titik sensitive di tubuh pemuda manis itu sementara bibirnya terus mencumbu dalam.
    “Humm~ ahh~” desah sosok pirang itu saat tangan nakal Claude dengan sengaja mencubit putting kanan Alois, mengrimkan sinyal-sinyal nikmat yang memebuat sosok pemuda itu merasakan kenikmatan.
    Dalam ciuman dalamnya, lidah Claude yang sudah sangat lihai terus-menerus bermain di dalam rongga mulut Alois, mengabsen gigi putih rapinya, menyapu langit-langit sensitifnya, memlintir lidahnya, mendorong dan sesekali menghisap kuat lidah Alois.
    Tangannya yang sudah puas memllintir, menarik dan mencubit kedua titik sensitive di dada sosok pirang itu perlahan-lahan mulai turun, meraba pelan dari dada, perut dan sedikit memutar di pusar menciptakan rasa geli yang membuat Alois hendak tertawa tapi tertahan ciuman panas Claude. Tangannya yang sudah puas membuat geli lalu perlahan turun masuk melewati celah kulit dan celana meraba mencari benda yang paling sesitive pada sosok pirang itu.
    Rasa hangat menyambut tangan Claude saat menemukan benda sensitive itu. Sedikit menegang dan panas. Tangan nakal itu lalu meraba benda atau yang lebih kalian ketahui sebaagi kejantanan itu. Menggenggamnya perlahan, memijatnya sesekali dan menaik turunkan tangannya pelahan-lahan yang semakin lama temponya semakin cepat namun sesekali menurunkan temponya juga.
    Tubuh mungil nan halus itu terasa semakin panas, bergetar-getar dalam kanikmatan. Mendesah erotis membangkitkan libido milik pemuda bersurai hitam pasangannya. Setelah puas menghisap dan mencumbu bibir manis Aois, tangan kiri yang awalnya menekan kepala Alois agar memperdalam ciuman kini perlahan meraba punggung sosok pirang itu lalu turun kepinggang dan sekali lagi masuk antara celah kulit dan celana.
    “Eenghh ahhhh~~” erang nikmat Aois saat tangan kiri Cloaude meremas bokong kenyal nan halusnya juga kenjantanannya serta menghisap kuat-kuat putingnya.
    “C-clau-claudehhh~~” desahan kembali atau terus meluncur dari bibir mungil yang membengkak karena cumbuan itu. Tubuhnya sedikit mengejang saat merasakan sesuatu telah memasuki lubang belakangnya, bergerak keluar masuk member kenikmatan, putingnya silih berganti terus di hisap oleh Claude sesekali juga mengukir kiss-mark di kulit putih poselen itu sedangkan kenjantanannya di remas-remas halus di kocok dan dari ujung keujung.
    Saat merasakan tubuh kecil di dekapannya menegang  secara bersamaan Claude menghentikan ketiga aktifitas memuaskannya, membuat sosok yang lebih muda penanmpilannya itu kesal menciptakan ekspresi lucu terukir di wajahnya yang masih memerah menahan nafsu.
    “Cla-claude kenapa berhenti!” protes Alois tak terima. Tubuhnya yang sudah mencapai puncak harus tertahan karena ulah jahil Claude.
    “tidak adil kalau hanya kau yang merasa nikat kann~?”ujar Claude menampilkan seringai menggodanya. “kau ingin di lanjutkan? Tapi ada syaratnya.” Lanjutnya.
    “Syarat? A-apa?” tanggap Alois malu-malu. Tubuhnya sudah sangat panas dan hasratnya sudah tak dapat di bendung lagi. Tak ada pilihan lain selain menuruti apapun syaat yang di ajukan oleh manusia didepannya.
    “Aku ingin setelah ini kau mencari Sebastian dan mengantarkannya menemui ayah dan ibunya.” Ujar Claude erotis sedangkan tangan kirinya secara tiba-tiba menerobos lorong anal Alois.
    “Ahhhh~~~” tubuh itu bergetar merasa nikmat tapi belum bisa membantunya mengeluarkan hasratnya, dia membutuhkan-menginginnkan- yang lebih. Tapi-
    “A-aku tak mau! Aku tak sudi mengotori tanganku dengan darah busuk kalian!” bentaknya sengit, menolak syarat yang bagi sosok pirang itu jelas-jelas seperti menghinanya.
    “Kau menolak hemm~~??” bisisk Claude di telinga Alois sambil meremas kejantanannya dan menambahkan jarinya menjadi dua dan langsung menusuknya dalam. “Apa kau yakin~??” lanjutnya.
    “Ahnnnn~~ ba-baikhhh. A-akhuu akan bantu. Tapi ha-hnya memberitau keberadaanya. Kha-kau suruh saja orang lain yang membhu-membhunnuhnya!”
    “Hmmm~ baiklah.” Ujar Claude lalu secara tiba-tiba menggerakkan kedua tangannya dengan tempo cepat dan dalam mengocoh dan meremas sedangkan bibirnya sibuk menghisap dalam kembali kedua putting Alois bergantian.
    “Cla-claudehhhh~ ahhh~ ahh~ hnn~mhh~” desahan demi desan kembali meluncu dari mulut manis itu.”Enggghhhh~” erangnya saat Claude menambahkan jarinya menjadi tiga didalam lubang hangat itu. Sekali lagi saat tubuh mungil itu sudah bergetar hendak mencapai puncak Claude kebali emnghentikan kegiatannya.
    “KAU-“ proter Alois terhenti saat bibirnya dilumat ganas oleh Claude, dirasakannya tubuhnya mulai terangkan di gendong ala pengantin. Tangan kurusnya yang mungil mendekap leher Claude sembari mendalamkan ciumannya.
    BRUUGGHH~
    Dalam sekejap saja tubuh pemuda pirang itu sudah dibaringkan di atas ranjang king size milik Claude. Sembari terus berciuman Claude perlahan-lahan mulai melepas pakaian yang dikenakan oleh Alois begitu juga dengan dirinya hingga kini mereka telah bertelanjang tanpa satupun benang yang menutupi tubuh indah mereka.
    Perlahan-lahan Claude merangkak mendekatkan tubuhnya ke kepala Alois dan menyodorkan kejantanannya yang telah menegang. Tanpa pikir panjang Alois meraih kenjantanan itu dan memijatnya, menjilatnya dari ujung ke ujunng hingga penuh dengan saivanya lalu melahapnya, menghisap dan menaik turunkan kepalanya.
    Merasa tubuhnya tak mendapat kenikmatan, tangan kanan Alois perlahan mengnyentuh tangan kanan Claude lalu menuntunnya, membawanya kearah bokongnya. Namun karena tangan Caude tak juga bergerak saat sudah tiba di bokong Alois, dengan kesal sosok pirang itu meraih jari tengah tangan di bokongnya dan menuntunnya masuk kedalam lubang analnya.
    Kerluar-asuk terus menerus, ia gerakkan tangan sosok bersurai gelap itu sembari ia menghisap kejantanan di mulutnya. Merasa kurang puas Alois lalu menambahkan jumlah jari di analnya menjadi tiga sekaligus. “Engghhh~” erangnya sakit tapi juga nikmat.
    “Ukh!” desah tertahan meluncur dari bibir Claude saat mulut Alois mengerang menyalurkan getara nikmat ke kenjantannanya. Perlahan ia rasakan tangannya di gerakkan kembali oleh Alois maju mundur dengan tiga jari menancap dalam di lubang hangat malaikatnya.
    “C-claude~ a-aku mohon, akkhu sudhah tak-tak tahanhh~” ujar Alois dalam desahan menghentikan kulumannya sementara tangannya terus menggerakkan tangan Claude di bokongnya.
    “Tak tahan apa? Apa yang kau inginkan?” ujar Claude datar. Padahal dalam hati sudah sangat ingin untuk memporak porandakan isi lubang nikmat Alois.
    “A-aku mohon. Se-setubuhi aku.” uajr Alois dengan wajah yang memerah entah karena malu atau nafsu.
    “aku kurang mengerti. Katakan lebih jelas dan terperinci.” Ujar Claude lagi yang sepertinya benar-benar ingin menyiksa uke-nya.
    “PUASKAN AKU SIALAN! Masuki lubangku dengan penismu yang beasar dan panjang itu! Genjot aku sampai aku puas! Penuhi analku dengan semen-mu! LUBANGKU KELAPARAN KAU TAHU!” bentak Alois dengan kata-kata kotor, kesal akan sikap Claude yang mempermainkannya.
    “Baiklah kalau itu maumu.” Ujar Claude datar dan tanpa aba-aba langsung mengubah posisi Alois menjadi menungging, bokongnya terangkat memperlihatkan lubang anal yang berwarna kemerahan sedikit membuka-menutup ingin di masuki.
    Melihat pemandangan didepannya entah kenapa membuat Claude manjadi sangat lapar. Dengan usil dia jilat pintu masuk lubang kenikmatan itu lalu tanpa aba-aba langsung ia memasukkan kejantannya yang besar dan panjang itu kedalam lubang yang tampak kelapara.
    “Aaaaahhhh~”lenguhan panjang terdengar saat kejantanan Claude tepat mengenai sweet spot milik Alois. Tanpa menunggu Alois terbiasa dengan penis besarnya, Claude langsung menggerakkan badannya maju mundur, menghujami sweet spot Alois dengar keras. Gerakannya yang semakin cepat dan dalam menciptakan suara berderit pada sendi-sendi ranjang king size itu.
    Tak hanya menggenjot lubanng hangat Alois, Claude juga menggunakan tangan kanannya untuk memanjakan kejantanan Alois yang ada di bawahnya sedangkan bibirnmya sibuk member kiss masrk pada punggung mulus Alois.
    “Ahh~ aah~ hnnnn~ hnn~ ahhh~” desahan erotis terus meluncur dari bibir Alois yang memebengkak. Wajahnya kemerahan, maatnya setengah tertutup menikmati kabut nafsu yang menghalangi pandangannya, air iur menetes dari bibirnya yang terbuka yang terus menerus mengeluarkan desahan.
    “Hnn~ kau menggiurkan Al-chan. Lubangmu memijat erat penisku. Kau benar-benar kelaparan ya?”ujar Claude menggoda, dengan usil sambil terus menggerakkan tubuh dan tangannya ia menjilat lubang telinga Alois yang tentunya membuat si empu mengerang geli.
    "Hah… auuh… aaaah…" Alois yang terdorong-dorong karena hentakkan dari Claude menjerit dan mengerang-ngerang sambil mencengkram seprai ranjang yang tak berdosa dengan kasar.
    "Kau mau lebih?" goda Claude. Ia lalu melipat kedua kaki Alois hingga sedatar dengan kedua tangan mungilnya. "Rasakanlah yang ini, Al-chan~" jelas Claude sambil mengocok penisn Alois lebih cepat dan menghujami sweet spot Alois dengan sangat keras dan cepat.
    "Aaaah… kyaaaaa ~" Alois merasakan yang berbeda dari biasanya. Apalagi, saat jari-jari Claude juga ikut berpartisipasi dengan penisnya di lubang itu,memasukkan beberapa jarinya dan ikut memuaskannya. Ia sampai memekik hebat dan tak kuat untuk mengeluarkan air matanya dan menangis nikmat hingga akhirnya secara tiba-tiba dia merasakan penisnya sudah tak tahan menahan kenikmata sehingga mennyemburkan semen yang sudah dia bedung sedari tadi. Bersamaan dengan itu ia juga dapat merasakan penis yang ada di dalam tubunya berkedut-kedut dan akhirnya mengeluarkan semennya yang sangat banyak memenuhi lubang Alois hingga tercececr ke ranjang.

     —―—o0o—―—

    “Hannah. Bagaimana pergerakan di Dunia Kegelapan?”Ujar Alois yang kini tengah tertidur di atas Claude tanpa sehelai benangpun yang mentupi tubuh mereka. Tampak bercak-bercak merah menghiasi kulit putih Alois dan penis Claude yang masih menancap didalam analnya.
    “Tak ada yang berubah, semua berjalan normal. Tapi akhir-akhir ini ada isu mengenai Ratu ‘Utara’ yang menghilang dari Dimensi kegelapan.” terdengar suara wanita dari pojok gelap kamar mereka dibarengi dengan hembusan angin dingin.
     “Ratu utara itu- pasangan Raja Utara?”
    “Bukan Danna-sama. Ratu Utara bernama Aquilonis. Ratu yang menguasai wilayah bersalju di dimensi kegelapan dan juga di dimensi Manusia. Berbeda dengan Raja Utara yang menguasai seluruh daratan utara baik yang tertutup salju maupun tidak, Ratu Utara hanya menguasai wilayah bersalju.”
    “Seperti Ratu Salju begitu?”tanya Alois yang teringat tentang dongeng Ratu Salju yang ada di Dunia Manusia.
    “Ah~ yaa danna-sama.” jawab Hannah sambil menyelimuti tubuh Alois dan Claude yang masih bersatu tersebut.
    “Begitu. Apa itu bisa menjadi ancaman?”waspada, Alois harus selalu waspada dengan semua pergerakan yang kemungkinan dapat menggagalkan rencannya.
    “Hamba rasa tidak Danna-sama. Ratu Utara tak bisa berbuat banya bila tak berada di daratan bersalju.”
    “Hmm~ begitu. Baiklah, kita lupakan apa yang terjadi dengan Ratu Salju itu. Hannah, aku punya tugas untukmu. Cari tahu keberadaan Sebastian segera. Aku tunggu laporanmu besok pagi.”
    “Baik, Danna-sama”jawab Hannah sambil menunduk hormat dan perlahan-lahan tubuhnya mulai memudar lalu menghilang.

    —―—o0o—―—

    Seorang pemuda berambut Raven-Sebastian. Tengah berjalan di jalan setapak di sebuah hutan lebat di wilayah utara. Pakaiannya lusuh dan banyak luka goresan kecil di tubuhnya. Dia berjalan terhuyung-huyung menggunakan sebelah tangannya sebagai tumpuan pada pohon-pohon di dekatnya.
    Tak selang berjalan beberapa lama akhirnya Sebastian tak dapat lagi menahan rasa lelah dalam tubuhnya. Bersandar pada sebuah pohon terdekat, perlahan tubuh Sebastian merosot jatuh dan terduduk di lantai hutan. Perlahan-lahan kegelapan menghampiri penglihatannya hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.
    Setelah beberapa lama tak saadarkan diri akhirnya mata pemuda bersurai raven itu terbuha, memperlihatkan mata merah rubinya yang indah yang kini tampak pancaran kelelahan. Perlahan pemuda itu kembali Sebastian bengkit perlahan dengan bertumpu pada pohon yang menjadi sandarannya. Tertatih-tatih ia berjalan hingga akhirnya ia tiba di pintu keluar hutan. Pemandangan desa yang sejuk, lading-ladang yang siap panen dan rumah kayu para warga terjejer rapi dengan cerobong asap yang mengeluarkan asap.
    Langkah pelannya menyusuri jalan setapak menuju rumah warga terdekat. Namun belum sampai beberapa meter seorang lelaki berbadan besar dan gelap penuh otot telah menghadangnya. Tangan kanannya menggenggam sebuah kapak yang cukup besar.
    “Pangeran Sebastian, eh?”ujar sosok itu dengan padangannya yang merendahkan. Memandang sinis dan jijik kepada sosok Sebastian yang tengah berdiri kelelahan.
    “Siapa kau?”ragu Sebastian bertanya. Harusnya tak ada orang awam yang mengetahui siapa dirinya mengingat dia memang tak diijinkan membeberkan identitas aslinya di muka umum.
    “Aku hanya seorang penebang kayu miskin yang membutuhkan banyak uang-“sosok itu mendekat dengan kapaknya yang siap di ayunkan.”-dan aku mendapat tawaran menggiurkan dari seorang pemuda berambut pirang dengan mata sapphirenya dari kerajaan untuk mengantarkan anda untuk menemui seseorang.”lanjutnya sambil melangkah perlahan mendekati Sebastian. Tatapan membunuh yang dimunculkannya cukup membuat Sebastian sadar bahwa keadaannya kini berada dalam bahaya.
    “Me-menemui siapa?”tanya Sebastian sambil berjalan mundur perlahan dengan ketakutan. Berusaha mencari jalan kabur dari sosok besar didepannya.
    “Ayah dan Ibu anda!”seru sosook itu yang langsung berlari kearah Sebastian dengan kapak yang siap diayunkan. Sebatian yang berusaha kabur dengan berlari harus tersungkur ketanah mengingat ia tak memiliki tenaga untuk membuat kaki-kakinya berlari.
    Dalam sekejap mata tubuh Sebastian yang tersungkur di tanah kini telah bermandikan cairan merah pekat dengan sebuah kapak besar yang menancap di perutnya.
    Perlahan sosok besar itu mencabut kapaknya yang telah bermandikan darah. Saat kapak itu terlepas dari tubuh Sebastian, tampak cipratan darah segar mecuat(?) dari dalam luka itu. Pandangan mata Sebastian tampak syok dan ketakutan dengan wajah dan tubuhnya yang pucat serta mulai mendingin.
    “Tugas telah di jalankan. Tuan Alois.”ujar sosok besar itu lalu berjalan meninggalkan Sebastian menuju arah hutan. Kini ia-lelaki besar itu- mungkin tak perlu menebang kayu untuk beberapa bulan kedepan Karena di saku celananya telah berisi penuh uang yang di dapatkannya dari ‘tuan Alois’ yang baiki hati, yang dengan belas kasihnya mau memberikan ia sekantong uang yang hanya perlu di bayar dengan membunuh seorang ‘Pangeran Manja’.
    Ia tidak perduli siapa yang ia bunuh. Mau dia pelacur, bangsawan, pangeran bahkan raja sekalipun ia tidak perduli. Karena hidupnya yang sebagai penebang kayu takkan berubah sedikitpun hanya karena telah membunuh seorang manusia.

    TBC

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan