Archive for 2014
Angel Tears Wasted 16
0
Ciel tak pernah membayangkan saat-saat
seperti ini akan benar-benar datang pada dirinya. Selama ia hidup, ia hanya
memikirkan mengenai balas dendam Raja Utara dan kekecewaannya pada Alois. Ia
tak pernah membayangkan akan dibuai dengan lembut dan dimanjakan oleh seorang
manusia, karena baginya manusia adalah mahluk fana yang sangat singkat usianya.
Tak sebanding dengan usianya yang bisa dikatakan sudah mencapai ratusan tahun.
Namun ia tak pernah menyesal diturunkan
didunia penuh dengan manusia ini. Ditempat ini ia mengenal kehidupan. Ditempat
ini ia mengenal penderitaan, kebahagiaan, nafsu dan yang lainnya. Hal-hal yang
takkan ia temukan didunia langit tempat kelahirannya. Dan ia tak pernah
menyesal menjadi pengganti Raja Utara. Dengan menjadi Pengganti Raja Utara itu
membuatnya memiliki tujuan untuk tetap hidup di dunia ini.
Begitu pula dengan keputusannya untuk
berada disisi sang pangeran pertama kerajaaan Leviath ini. Ia tak pernah
menyangka bahwa dengan berada disisi sosok manusia ini ia bisa bertemu dengan
saudara kembarnya Alois. Ia takkan pernah menyianyiakan kesempatan untuk
membalas dendamnya ini. Akan ia pastikan bahwa Alois akan mati ditangannya.
“Angel Tears Wasted”
.,.
By : Ayuni Yukinojo
.,.
Black Butler© Yana Toboso
Pairing: Sebastian/Ciel, Claude/Alois
“talk”
‘mind’
OC :
Tenebris = OC
Lady ‘D = OC
Charline & Duzel = Manga
Vampire Game.
Warning : OOC, Typo, MxM, EYD
hancur. Kata-kata tak layak di baca untuk anak di bawah umur. Lemon SebbyCiel
–setelah sekian lama-
.
.
Disebuah kamar penginapan sederhana
ditengah pemukiman kumuh Ibu Kota Kerajaan Leviath. Didalam kamar dengan
penerangan minim tersebut tampak dua sosok pemuda tengah bercumbu mesra tak
memperduliakan keadaan apapun yang ada disekitar mereka.
Sang dominan yang bersurai raven dengan kulit
putihnya itu tengah menindih sesosok pemuda yang lebih muda dengan tubuhnya
yang telah tak lagi berbusana. Surai biru tua sosok lebih muda itu tampak
acak-acakkan akibat remasan lembut tangan besar nan hangat milik si surai
raven.
Sebastian, nama sosok bersurai raven itu.
Ia tak penah membayangkan mimpinya untuk menyentuh sosok mungil Ciel ini akan
terwujud. Selama ini, sejak pertama kali bertemu dengan Ciel di gereja, ia sudah
terpikat akan sosok indah penuh kemisteriusan ini. Setiap malam ia selalu membayangkan
bisa membelai tubuh berkulit porselin indah ini, menatap mata biru lautnya yang
dalam hingga tenggelam dalam pesonanya, melumat bibir semanis ceri yang selalu
berkata seenaknya ini, merengkuh sepenuhnya hingga kesetiap inci tubuh yang
terlihat rapun ini.
Malam ini setelah berpisah selama
berhari-hari akhirnya mimpinya terwujud. Kali ini ia takkan melepaskan sosok
yang menjadi candunya ini, sosok malaikatnya yang akan selalu menjadi miliknya
sampai hari kiamat tiba. Setelah berhasil menghancurkan Claude ia akan meminang
sosok malaikat manis ini dan menyekapnya dalam kamar luas nan indah dimana
hanya ia dan sang malaikat yang boleh masuk. Setiap malam ia akan mencumbu
sosok idamananya ini sampai pagi menjelang. Ia akan memberikan segala kemewahan
untuk penyelamatnya ini dan mengurungnya dalam rengkuhan penjara hangat
miliknya selamanya.
.
Sebuah ciuman penuh nafsu lagi Sebastian
berikan membuat sosok dibawahnya, Ciel cukup kewalahan. Sementara bibirnya
terus mencumbu bibir semanis ceri dibawahnya. Jemari tangan kirinya sibuk
memainkan nipple kemerahan yang menegang, mengelusnya, memelintiranya,
mencubitnya dan menariknya kencang menuai desahan indah penuh nafsu yang
tertahan oleh bibirnya. Semetara tangan kanannya sibuk memijat pelan titik
sensitive yanga ada dibagian selatan Ciel menambah rangsangan yang tak bisa ia
tangani dan menimbulkan desahan penuh kenikmatan.
“Ngghh~ akh~ Se-sebashh~”desahan manis
meluncur mulus dari bibir Ciel membuat Sebastian yang ada diatasnya
menyeringai.
“Nee~ Ciel. Apa kau juga melakukan ini pada
lelaki nerambut perak panjang itu?” tanya Sebastian sembari menggenggam penis
mungil Ciel lebih erat, “Apa lelaki itu telah memasuki dirimu? Disini?” lanjut
Sebastian lagi sambil memasukkan satu jarinya kedalam lubang kenikmatan Ciel.
“Ngghhh~” lenguh Ciel tak dapat menjawab
pertanyaan Sebastian.
“Pasti ia. Tapi tak apa. Aku akan membuat
tanda baru. Aku akan menghapus keberadaan laki-laki itu dari pikiranmu. Hanya
aku yang akan selalu kau pikirkan. Kau akan memikirkan setiap perkataan ku, kau
akan selalu merindukan sentuhanku, kau akan merindukan saat-saat dimana aku
memasukimu dan memberikan rasa nikmat yang hanya aku yang dapat memberikannya.
Tubuhmu, pikiranmu, jiwamu. Semuanya hanya tertuju padaku.” Kata-kata penuh
rasa kepemilikan meluncur mulus dari mulut Sebastian sementara tanganya tetap
dengan lihai memberikan kenikmatan pada dua titik yang dapat membuat Ciel
merasa gila. Memasukkan jari-jari panjangnya kedalam lubang hangat yang tak
lama lagi akan ia jarah, meremas setiap inci pusat gairah Ciel dengan pijatan
yang memabukkan sementara bibirnya menghisap dan menggigit kedua nipple Ciel
silih berganti menikmati desahan penuh nafsu yang menjadi music terindah yang
pernah didengarnya.
Puas dengan kedua nipple yang telah membengkak
dan merah itu Sebastian beralih pada bibir manis yang terbuka penuh dengan
desahan itu. menciunya lalu mengulum dan menghisapnya menimbulkan celah yang
langsung ia gunakan untuk memasukkan lidahnya. Menginfasi rongga hangat panuh
saliva yang dirasa manis itu, menyapu jejeran rapi gigi putih nan bersih dan
bermain dengan lidah mungil yang tak dapat menandingi permainannya. Dengan
gemas ia menghisap kencang lidah Ciel menuai erangan yang menambah frekuensi peningkatan
libido-nya.
Setelah merasa cukup dengan bibir Ciel, Sebastian
lalu memberikan jilatan dan kecupan pada leher Ciel, memberikan banyak kiss-mask
yang mewarnai leher putih penuh keringat itu. berjalan turun dari leher menuju
nipple-nya, lagi-lagi Sebastian memberi hisapan kencang disana lalu turun
menuju arah pusar.
Diatas lubang pusar itu Sebastian
mempermainkan lidahnya. Menciumnya lembut, menjilatnya lalu memutarinya dengan
lidah yang penuh saliva, tak lupa Sebastian juga menusuk-nusuk pelan cerukan
kecil pusar itu membuat tubuh Ciel menggelinjang geli sekaligus nikmat.
Merasa bosan dengan pusar Ciel, Sebastian
lalu menuju arah kejantanan Ciel yang telah basah karena pre-cum hasil
pijatannya. “Lihatlah Ciel. Penis mungilmu begitu tegang hanya karena
pijatanku. Apa sangat nikmat? Kau suka saat tanganku menggenggamnya dan
mengocoknya seperti ini kan?” ujar Sebastian sembari mempraktekkan apa yang ia
katakana.
“aaanggg~ ahh~”
“kau juga suka saat tiga jariku ini
memasuki lubangmu dan melebarkannya kan? Rasakanlah tiga jariku di dalam tubuhmu.
Mereka bergerak-gerak menggelitik dinding rectum-mu dan melebarkannya. Begitu
hangat dan sempit didalam sini. Bayangkan jika jari-jari ini diganti dengan
penis ku Ciel. Bayangkan rasa nikmat yang akan kau dapatkan.”
“Angg~ se-sebastian ahh… cu-cukup- aku- aku
tak bisa- akh”
“Tak bisa apa sayang? Tak bisa menahan rasa
nikmat yang kau bayangkan saat penisku memasukimu?” tangan Sebastian memijat
penis Ciel secara pelan-sangat pelan membuat Ciel frustasi akan rasa nikmat
yang tak dapat ia capai. Tiga jari Sebastian yang menjamah lubangnya bergerak
sangat kencang dan tanpa sengaja menabrak sweet-spot nya.
“AANGGGGHHH~”
“Ahh. Aku mendapatkan titik ternikmatmu
yaaa. Bagaimana rasanya? Nikmat bukan? Apa teman berambut perakmu pernah
memberikan kenikmatan yang seperti ini? Kau ingin lebih bukan? Katakan Ciel apa
yang kau inginkan?” bisik Sebastian mesra ditelinga Ciel sembari memberikan
jilatan penuh saliva pada telinga mungil yang memerah itu.
“Se-Sebastian sudah-ahhh-aku mohon
hentikan-ahh-engg-tak cukup-angg-aku ingin lebihhh ahh! disana! Sebasti-ahh-an
ku-mohon-angg-jangan-ukh-permainkan aku ha-ahh~ anggg.” Rancau tak jelas Ciel
penuh frustasi.
“Baiklah. Tapi sebelum itu kau harus
memanjakan dia dulu.” Ujar Sebastian mengubah posisi Ciel yang terbaring
menjadi terduduk dihadapan Sebastian yang telah duduk terlentang denga kaki
yang terbuka. Tangannya membuka semua baju yang ia kenakan dan setelahnya
membebaskan sosok yang sedari tadi terkurung didalam celannya.
Begitu tegang dan besar juga ber-urat.
Wajah Ciel merona merah saat melihat penis milik Sebastian yang terancung
menantang. Sebelah tangan Sebastian tampak memijat penisnya perlahan sementara
tangannya yang lain menuntun tangang Ciel untuk memanjakan penisnya. “Ayo Ciel.
Kalau kau tak mulai, kapan bayangan mengenai lubangmu yang ku mauki dengan ini
menjadi kenyataan?” ujar Sebastian dengan seringai mesum diwajahnya.
Denga rasa ragu Ciel manggenggam penis itu.
‘Rasanganya hangat juga agak keras’ batin Ciel sementara tangannya mulai
memijat dan menggerakkannya naik turun. ‘berdenyut!?’ batin Ciel polos tak
sadar bila sedari tadi Sebastian memandangnya dengan wajah yang penuh dengan
seriangi. Memandang wajah polos Ciel seperti melihat seorang anak yang baru
menemukan mainan yang sangat unik, dalam hati Sebastian terkekeh. “Gunakan
mulutmu juga Ciel.” Ujar Sebastian mendorong kepala Ciel menunduk hingga penis
itu mencium bibirnya.
“Ng!” bau yang agak ‘aneh’ menyambut indra
penciuman Ciel, bau yang memabukkan. Bibirnya yang tersentuh oleh ujung peninya
terasa hangat. sedikit penasaran Ciel menjilat ujung penis itu, berlanjut
dengan mejilati seluruh batang kera itu, membasahinya dengan saliva. Dan tak
lama kemudian Ciel sudah memasukkan penis itu didalam mulutnya.
“Ukh. Tak kusangka didalam mulutmu juga
terasa hangat. Gunakan lidahmu Ciel, lalu hisap.” Ujar Sebastian sembari menaik
turunkan kepala Ciel perlahan tak ingin menyakitinya.
Rasanya sangat aneh bagi Ciel. Ini pertama
kalinya ia merasaan sebuah benda seperti ini didalam mulutnya. Entah karena
alasan apa Ciel menghisap benda itu kencang sambil menaik turunkan kepalanya.
Rasanya begitu memabukkan dan membuatnya ketagihan, benda itu berdenyut-denyut
dalam mulutnya membuat Ciel menikmati dan menginginkannya lagi dan lagi, dengan
hisapan yang kencang dan kepala yang ia gerakkan dengan cepat Ciel mulai
mengelurakan lenguhan tanpa ia sadari.
“Ukh! Aku tak tahu kau sangat pintar
menghisap penis Ciel. Aku rasa ini sudah cukup.” Kata Sebastian dan memarik
penisnya dari kungkungan rongga hangat mulut Ciel. Desahan protes dan tatapan
kesal Ciel pancarkan kepada Sebastian membuat pemuda yang ditatapnya itu
terkekeh dan mengelus bibirnya yang belepotan saliva.
“Kau ketagiahn ya?” tanya Sebastian sambil
mencium bibir Ciel dan membaringkan tubuh itu dengan kaki yang mengangkang.
“Tenang saja. Lain kali kau boleh menikmatinya sepusamu. Tapi tidak sekarang.”
Ujar Sebastian sambil menjilati lubang rectum Ciel dan memasukkan tiga jarinya
kedalam sana.
“Akh! Se-sebastian~ haahh.. angg..”
“Tak tahan ya? Tak sabar merasakan
rectum-mu ini dipenuhi penis-ku ya? Baiklah kalau kau suah tak sabar.” Ucap
Sebastian dan meposisikan ujung penis-nya tepat dipintu masuk Ciel. “Tahan
sedikit. Ini agak sakit.” Ujar Sebastian yang dibalas anggukan oleh Ciel.
.
.
Dunia
Langit
Di sebuah kediaman mewah dengan dinding dan
atap putih bersih di atas dunia langit sana tampak dua orang malaikat
berpakaian siap perang tengah berbicara dengan seorang peria bersuari kelabu
dengan tahi lalat di bawah mata kirinya. Ekspresi yang ditunjukkan lelaki itu
terliah sangatlah terkejut sedangkan tak jauh di bekanganya, seorang wanita
berambut kecoklatan tengah bersimpun dengan tangis airmata penuh kesedihan.
“Mr. Phantomhive. Sesuai dengan keputusan
rapat. Kami mengharapkan keikut sertaan anda dalam pembasmian yang akan di
lakukan esok hari. Kami sangat mengharapkan partisipasi anda untu membantu
kami, karena kemungkinan asukan akan dipersulit oleh mahluk-mahluk dunia
bawah.” Ucap salah satu malaikat yang berada paling dekat dengan si lelaki
bersurai kelabu itu.
“Tapi aku sudah lama berhenti dari pasukan
peperangan kan. Lagipula dibawah sana ada Alois yang akan membantu kalin.” Ucap
kepala keluarga Phantomhive itu hendak emnoak permintaan dari utusan malaikat
itu.
“Sebenarnya sudah sangat lama kami tidak
menerima lapporan dari putra anda Alois dan lagi kami juga kehilangan
keberadaan Ciel. Harusnya kami masih bisa melacak keberadaan malaikat itu namun
sejak beberapa bulan lalu keberadaannya hilang tanpa jejak. Terakhir kami
rasakan keberaaannya ada di sebuah peperang yang terjadi di perbatasan kerajaan
Leviath.”
“A-apa? Nahkan Ciel juga tak ada kabarnya?
Sebenarnya apa yang terjadi dibawah sana!?” pertanyaan bernada pilu itu terucap
dari sang Nyonya Phantomhive, Rachel.
“Maaf nyonya. Kami juga belum tahu. Para
anggota penyelidik tengah mencari tahu hal itu. kemungkinan Ciel menjadi korban
dalam peperangan itu. oleh karena itu kami mengharapkan keikut sertaan Mr.
Phantomhive guna mencari tahu keberadaan putra-putra anda. Sebagai orang tua
mereka, anda pasti bisa merasakan keberadaan mereka.” Ucap malaikat yang ada
paling jauh dari Vincent. Lama mereka menunggu jawaban dari sang kepala
keluarga Phantomhive tersebut hingga akhirnya sang kepala keluarga menyetujui
permintaan mereka. Vincent Phantomhive akan turut serta dalam peperangan nanti.
.
Dunia
Manusia.
Sementara para malaikat di atas sana sedang
mengumpulkan para tentara mereka, keadaan didunia mulai kacau, waktu untuk
matahari bersinar muali berkurang dan malam semkin terasa panjang. Banyak
hewan-hewan liar yang mulai memasuki perkotaan dan ibu kota kerajaan. Mulai
dari kelelawar yang terus menerus terlihat terbang di langit walau saat itu
adalah siang hari. Banyak laba-laba yang kini mulai memperlihatkan keberadaan
mereka, membuat sarang yang besar dan emngganggu pemandangan di tempat-tempat
terbuka, setiap saat terdengar lolongan serigala silih berganti dan keadaan
laut di wiliayah selatan ibu kota kerajaan yang semakin mengganas sehingga taka
da satupun nelayan yang berani untuk melaut.
Suhu udara mulai turun dan persediaan
makanan mulai menitis, disetiap sudut kota tampak sebuah taman mawar aneh yang
berwarna hitam dai ujung akar sampai unjung bunga. Tak ada yang berani medekati
bunga itu setelah emlihat banyak hewan yang terbunuh di sekitar bunga itu.
tanamna itu bukan hanya timbuh di ibu kota saja tapi hampir diseluruh tempat di
kerajaan Leviath.
.
Sementara diluar sana keadaan sedang kacau,
lain halnya dengan keadaan disebuah penginapan kecil di wilayah pemukiman kumuh
ini. Didalam kamar yang pencahayaannya sengaja diremangkan tampak dua pemuda
yang tengah bergumul denga panasnya. Sebastian Michel Michaelis sang pangeran
kedua kerajaan Leviath itu terlihat tengah menindih seorang pemuda berparas
manis yang kini terlihat sedang menggeliat nikmat saat Sebastian menggerakkan
tubuhnya, maju-mundur, keluar-masuk tarus menerus tanpa henti, semakin cepat
dan keras menghantam kenikmata yang membuat Cile mengarang nikmat dalam
rengkuhan lengan kokoh Sebastian.
“Ng~ ahh~ ho-oh Sebas~ukh-tian~ akhh~” desahan
penuh nikmat itu meluncur mulus dari bibir mungil kemerahan milik Ciel, saliva
menetes membasahi sekitar dagunya dengan mata terpejam dan keringat yang
mengucur diseluruh tubuhnya Ciel mengalungkan lengannya erat di leher Sebastian.
Tubuh mungil berbalut kulit putih porselen itu menggelinjang setiap sang
dominan memasukkan dirinya. Menghentak keras dan cepat ,menuju tutuk terdalam
di ruanghangat dengan pijatan memabukkan dibawah sana.
“Akh!” desahan nikmat lirih terdengar dari bibir
Sebastian yang tak henti-hentinya memberi tanda pada sekujur tubuh Ciel. Sudah
lama ia memimpikan hal ini dan akhirnya mimpinya terwujud. Tak kan ia
sia-siakan akan ia nikmati, sampai puas.
Cengkraman pada area bawah tubuhnya semakin
ketat seiting dengan tubuh Ciel yang muali bergetar. Tahu akan pasangannya yang
akan sampai di puncaknya, Sebastian semakin memperceoat dan memperkeras
gerakannya. Menarik tubuhnya sampai di bagian ujung lalu mendorong kembali
dengan kecepatan tinggi, terus berulang-ulang membuat desahan yang terdengar
menjadi teriakan nikmat. “Akh! Angg~ Ha-ahh~ Ahh~ Aahhh~ Sebas-ukhh~tian~ akhu~
akhu~ Anggg~”
“Ssshhhh~ keluarkan Ciel jangan di tahan.”
Ujar Sebastian dengan desissan saat merasakan bagian penisnya dipijat dengan
erat oleh rectum hangat Ciel. Ia angkat kaki Ciel ke atas, meenkuknya hingga
menyentuh dada Ciel, dengan posisi itu ia bisa menjengkau tubuh Ciel lebih
dalam dan dapat memompa dengan lebih cepat. Ia benar-benar menjadi gila akn
kenikmatan tubuh Ciel.
“Akng~ Ahh~ Ukh! ANNGGGGGGGGG!!!!!!” Tak
berselang lama tubuh Ciel bergetar hebat dan cairan putih penuh lenguhan nikmat
itu keluar, membasahi perut dan dadanya bahkan hingga mengotori sedikit
wajahnya. Tubuh ringkih itu masih bergetar saat Sebastian menjilat cairan semen
yang ada di wajah Ciel. “Manis.” Ujarnya dengan seringai mesuk terukis di
wajah.
Tak menunggu hingga Ciel selesai sepenuhnya
dari klimaksnya Sebastian kembali menggerakkan tubuhnya dengan kencang.
Menghantarkan aliran listrik pada dinding rectum Ciel yang sensitive. “ANGG!
AKHH~ SE-SEBAS-Ukh! AKHU! THAK-AAHHH~”
“Ssshhhh~ Sabar –ukh- Ciel-ng-aku-belum-keluar-uhh.”
Kata Sebastian sambil merubah posisi Ciel mejadi memunggunginya, ia angkat
pinggul Ciel membuatnya bertumpu pada kedua lututnya sementara kepalanya terkulai dengan bantal
sebagai penopang, yangannya menggenggam erat pembungkus bantal.
Kembali Sebastian memsukkan dirinya pada
diri Ciel dengan kencang. Tubuh di bawahnya itu sudah kehabisan tenaga, hanya
bisa pasrah menerima serangan dari Sebastian dengan erangan yang luncur dari
bibirnya yang menetskan saliva, pandangan matanya tak fokur, hanya menikmati
kenikmatan yang ia terima dari sosok di atasnya.
“Ah Ciel~ Kau sungguh nikmat~ setelah ini
kau takkan ku laspkan~” ujar Sebastian memalingkan wajah Ciel dan mencium
bringat bibir mungul kemerahan itu yang di balas dengan penuh nafsu oleh Ciel.
“Ciel~ Ciel~ Ciel~” nama yang di ucapkan bagaikan mantra sementara ia menciumi
dan menandai bagian punggung Ciel.
“Ciel~ Lihat aku-“ kata sebatian mengubah
posisi Ciel kambali menjadi terlentang.”Sebut namaku~” lanjutnya mencium wajah Ciel
perlahan dari dahi menuju kedua pipi lalu hidung, sementara tubuhnya masih
bergerak dibawah sana, tak mau berhenti.
“Sebas~ tian~ ukh Se-bastianh~” bibir mungl
itu memanggil di sela desahannya, memeluk leher sebatian dan melumat bibir sang
dominan yang di sambut dengan senang hati oleh Sebastian.
“Ciel-uh-kau bisa men-dengarku?” pertanyaan
itu terucap saat kedua bibir yang saling melumat itu terlepas dan menyisakan
untaian benang saliva yang menghubungkan mereka, sebuah anggukan kecil menjawab
pertanyaan Sebastian. “Aku Mengiginkanmu. Hiduplah Denganku. Jadilah Ratuku.
Teruslah Ada Disisiku. Aku Mencintaimu.” Untauan kata penuh curahan hati itu
terucap saat Sebastian menghentikan gerakannya. Mata crisonnya memandang mata
deep sapphire Cile penuh harap.
“A-aku juga.” Ucapan lembut itu terdengar
membuat hati Sebastian berbunga-bunga. Kahirnya sosok didepannya ini akan
menjadi milikinya. Ah tidak. Sosok ini telah
menjadi miliknya dan untuk selamanya. “Aku- Juga Mencintaimu. Tak Ingin
Berpisah Denganmu. Selamanya Berasama.” Lanjut Ciel dengan senyum manis di
wajahnya. Bagitu indah, bagaikan malaikat. Ah salah, Ciel ‘memang’ Malaikat
tercantik dan terindah yang pernah ada.
Bibir yang sebelumnya tersenyum lebut itu
kini telah diraup kembali dengan rakus oleh Sebastian yang mulai menggerakkan
tubuhnya, erangan erotis penuh nikmat itu teralun kembali saat postatnya si
tumbuk dengan kencang dank eras membuatnya menggila. Tubhnya yang awalnya sudah
lemas sehabis klimas kini menegang kembali. Dapat ia rasakan penis sebatian
yang berenyut didalam tubuhnya, semakin menegang dan membesar menghantarkan
kenikmatan tiada tara yang sebelumnya tak pernah ia gapai. Tak berselang lama
tubuh ringkih Ciel bergetar kembali dengan semen yang meluncur mulus tanpa
halangan, menghantarkan kenikmatan pada Sebastian karena rectum Ciel yang
menyempit.
Tak sabar menunju puncaknya Sebastian
menunmbuk rectum Ciel yang sensitive tak memperdulikan Ciel yang masih dalam
masa menikmati klimaksnya. Setelah beberapa kali tumbukan, sebatian mendorong
dirinya begitu keras masuk kedalam dan mamuntahkan semua semen yang selama ini
ai tahan. Memenuhi riang hangat nan lembut itu dengan beribu-ribu benihnya bahkan
saking banyaknya hingga meluap keluar. Tubuh Sebastian ambruk dan menindih Ciel
yang dengan lembut memeluknya, kedua tubuh pemuda yang dibasahi oleh keringat
itu bergetra halus akan kenikmatan.
Tak memperdulikan tubuh yang masih lengket
karena keringat juga bekas cairan cinta dan bagian tubuh mereka yang masih
bersatu, Sebastian dan Ciel terlelap dala tidurnya, salimg memeluk satu sama
lain, dengan senyum lembut diwajah mereka menikmati tidur terindah yang tak
pernah mereka rasakan sebelumnya. Kehangatan, kebahagiaan, kasihsayang dan
cinta. Semuanya akhirnya dapat mereka miliki. Tak perduli akan kekacauan yang
ada diluar sana. Untuk kali ini saja mereka akan besikap tak perduli. Sebelum
perang yang di nanti tiba.
.
.
H-2
Sebastian terbangun di pagi hari saat
langit masih terlihat gelap. Ciel yang seharusnya masih terlelap dalam
pelukannya telah menghilang. Padahal seingatnya kemarin saat mereka tertidur,
keadaan mereka masih ‘menyatu’. Sebastian bahkan tak merasa bahwa ia telah
‘ditarik’ keluar oleh Ciel. Apa karena saking nyenyaknya ia tidur, ia menjadi
tak sadar? Entahlah, namun keadaan kamar ini sudah rapi minus tempat tidur yang
masih acak-acakan dan basah. Lantai sudah bersih bahkan pakaian Sebastian yang
seingatnya tercecer dilantai kamar kini telah dilipat rapi di meja nakas. Dalam
hati Sebastian bertanya-tanya. Kemana perginya Ciel.
Merasa kesadarannya sudah pulih sepenuhnya,
Sebastian mamutuskan untuk membersihkan dirinya di kamar mandi. Setelah
mengenakan pakaiannya kembali –yang ternyata sudah dicuci dan disetrika oleh Ciel-
Sebastian lalu membaca sepucuk sudat yang sebelumnya ia temukan terselip di
antara tumpukan pakaiannya yang terlipat rapi.
‘To : Sebastian
Maaf aku pergi meninggalkanmu saat kau masih terlelap.
Ada beberapa hal yang harus aku urus.
Kau tak perlu cemas.
Aku pasti akan kembali dua hari lagi saat malam bulan
purnama.
Setelah malam bulan purnama itu berlalu dan semua
masalah terselesaikan, aku akan selalu disisimu.
Seperti yang ku katakana kemarin malam.
Setelah ini kita akan selalu bersama.
Selamanya.
Aku janji.
Jadi, sampai tiba saat aku kembali.
Tetaplah hidup, apapun yang terjadi.
Tak usah mencemaskanku, karena aku akan baik-baik
saja.
Salam cinta, Ciel
V Phantomhive’
Begitulah isi surat yang ditinggalkan oleh Ciel
diatas meja. Sebastian tak tahu kemana sosok malaikatnya itu pergi namun ia
percaya bahwa mereka pasti akan bertemu kembali, karena Ciel telah berjanji.
Setelah mengenakan seluruh pakaiannya,
Sebastian lalu meninggalkan penginapan itu. ia berjalan perlahan menuju arah
Istana Kerajan. Sudah waktunya ia mengambil apa yang seharusnya menjadi
miliknya. Ia akan membersihkan istana itu dari campur tangan orang luar. Tak
ada yang bisa mengambil apa yang memang haknya, sekalipun itu Calude. Karena
kerajaan ini hanya memiliki satu pangeran sekalibus putra mahkota yang sah.
Hanya ia satu-satunya yang memiliki darah sang Raja didalam tubuhnya. Bukan
Claude.
.
.
Sementara Sebastian sedang melakukan
rencananya di Istana Kerajaan, Ciel kini tengah terduduk di atas sebuah
singgasana hitam di tengah tanah lapang bertaburan salju putih. Kaki kanannya
teangku di atas kaki kirinya sedangkan kepalanya bersandar pada tangannya yang
juga bersabdar pada pegangan singgasana.
Kelopak matanya terpejam sedangkan senyuman
kecil terukir diwajahnya. Tubuh mungilnya yang bersandar pada sandaran
singgasana terbalut kemeja engkap dengan mantel yang berwarna hitam, kakinya
yang jenjang tertutupi celana hitam sepanjang lutut, sebuah sepatu pantofel
hitam setinggi lima centi lengkap dengan kaus kaki setinggi lima belas centi
melindingi kakinya dari tumpukan salju yang dingin.
Disamping tempat ia terduduk terdapat
sebuah meja bundar terbuah dari kayu dengan sebuah vas berhias bunga mawar
hitam tertata indah di sana, didekat cas itu terdapat sebuah gelas wine dengan
cairan berwarna merah kehitaman.
Dibelakang tepat Ciel berada tampak
Undertaker, Grell, William dan Ronald tengah berbincang lengkap dengan
ejekan-ejekan mereka. Semetara dibelakang empat sosok kepercayaan raja Utara
itu terdapat jejeran pasukan beragam bentuk, mulai dari sosok Cyclops yang
mempunyai satu mata ditengah-tengah dahinya, Ogre hijau besar yang memanggul
palu besar di bahunya, Goblin dengan tubuh hijau mungil mereka, Orc mahluk
raksasa seerti ha;nya manusia namun memiliki wajah layaknya babi, Troll, mahluk
besar yang hidup di gua-gua sekitar istana Ratu Aquilonis, juga ada beberapa
Ghoul yang merupakan bawahan Raja Utara yang selama ini hidup di dunia bawah.
Tak jauh dari barisan mahluk-mahluk
mengerikan itu disebelah kiri juga tampak barisan lain yang terdiri dari
anak-anak buah Gorgon Bersaudara yang, lalu ada Chimera hasil pecobaan William
dan Minotaur mahluk serupa manusia dengan kepala banteng yang membawa senjata
berupa kapak, gada, dan pedang.
Mereka semua adalah para tentara yang
didapat dari seluruh penjuru dunia. Sementara itu ujung sebelah kanan tampak
barisan yang jumlahnya hanya dua puluh sosok, mereka adalah para vampire Origin
dan Alter juga Slave yang diutus Lady ‘D untuk mebantu Ciel. Walau jumlah
bereka paling sedikit dari jejeran pasukan yang lain. Pasukan-pasukan itu
sangatlah kuat. Apalagi dipimpin oleh Duzel dan Charline yang dikatakan
merupakan Komandan dan Wakil Komandan perang barisan satu milik Lady ‘D.
.
Yang
kini dipertanyakan adalah alasan Ciel mengumpulkan pasukan-pasukannya di tanah
lapang ditengah hutan itu. Apa yang tenah dinanti oleh Ciel?
Tak
ada yang tahu. Semua itu masih merupakan kejutan yang direncanakan oleh sang
Raja Utara.
.
T.B.C
By : Yuuki
Angel Tears Wasted 15
0
H-3
Alois
Ranch Phantomhive atau yang lebih dikenal seagai Alois Trancy. Seorang malaikat
yang ditugaskan oleh Malaikat Tinggi dari Timur, Tanaka turun kedunia untuk
membasmi kaum iblis yang mengacau akibat lenyapnya pemimpin mereka Raja Utara
saat perang perebutan kekusaan di Under World beberapa
tahun silam. Saat pertama kali turun kedunia manusia ia sama
sekali tidak tahu apa-apa.
Flashback.
Hari
itu bulan purnama
dan ia mendarat disebuah gereja kecil di desa dekat ibu kota Negara. Dirinya
yang baru pertama kali turun kedunia
tidak tau apapun mengenai kehidupan orang-orang disana. Namun berkat darah
turunan ayahnya Vincent, ia dapat menyesuaikan dirinya dengan cepat.
Pada
malam-malam berikutnya Alois mulai berburu, memburu para kaum underworld yang
berkeliaran di dunia manusia. Masih ia ingat saat ia membunuh kaum-kaum bawah
itu. salah satu yang paling dia ingat adalah saat membunuh-membasmi- sekeluarga
vampire pure blood yang tak sengaja ia temukan saat tengah berkeliaran di
sebuah desa. Memang tak mudah, sangat tak mudah malah. Vampire pure blood itu
sangat lihai dan pandai, mereka memiliki kemampuan untuk berfikir dan memiliki
akal untk mengelabui. Sangat berbeda dengan vampire kelas bawah yang hanya
mengandalkan insting dan nafsunya akan darah.
Keluarga
vampire yang ia bantai saat itu terdiri dari sepasag suami istri beserta
seorang putrinya yang dari postur tubuh berusia 10 tahun, namun Alois sangat
yakin bahwa usia sesungguhnya anak itu tak sampai satu tahun.
Yang
pertamakali ia lawan adalah kepala keluarga vampire itu. dengan kekuatannya
yang besar vampire itu menghalangi Alois untuk menyentuh keluarganya. Sedangkan
sang istri bersiap tak jauh dari sang suami sembari melindungi putrinya.
Alois
sendiri cukup kepayahan melawan sepasang vampire itu, namun semua berjalan
lancar walau ia mengalami luka yang cukup parah di seluruh tubuhnya, apalagi saat ia bisa membunuh putri dari
vampire itu. Ia sangat menikmati perannya untuk menyikasa vampire muda yang
belum memiliki kemampuan bertarung dan bahkan untuk konsumsi darah pun ia masih
meminta darah ibunya.
Semenjak
Alois berhadapan dengan vampire pure blood itulah Aois menjadi lebih
berhati-hati saat berhadapan dengan vampire terutama pure blood karena ia
sadar, tubuh malaikatnya sangat lemah terhadap racun yang berada di kuku dan
taring vampire. Butuh waktu lebih dari seminggu untuk Alois memulihkan tubuhnya
dari luka-luka serta efek samping dari pertarungannya dengan keluarga vampire
tersebut.
Jelang
masa pemulihan itulah Alois bertemu dengan Claude. Saat itu bulan bersinar
redup ditambah lagi awan hitam yang menggantung. Kala itu ia tengah melakukan
pengintaian di ibu kota dekat istana kerajaan. Ia dengan waspada serta
hati-hati menyusuri gang-gang sempit diantara deretan bangunan tinggai di ibu
kota. Memastikan tak ada satupun mahluk under word yang lolos dari
pengamatannya. Hingga akhirnya ia mencium bau darah segar di sebuah
gang gelap di semping sebuah bar yang lengkap dengan wanita pelacurnya.
Saat Alois memeriksa bau darah itu disana ia melihat
seorang pemuda beriris emas tengah kewalahan melawan seorang
wanita yang sedang menyerangnya, kuku jari tangan wanita itu memanjang dan
menyambar-nyambar tubuh si pemuda, mulutnya terbuka meneteskan saliva dengan
taring panjang yang menanti intuk mencabik seonggok daging, pupil matanya
mengecil penuh dengan urat-urat mata yang timbuk karena ketegangan sedangkan
suaranya serak dan mengerikan desahan nafasnya terdengar serak bagai tak minum
sekama beberapa minggu.
Hanya dengan sekali lihat Alois tahu
bahwa sosok wanita yang menyerang pemuda beriris emas itu bukanlah manusia.
Dengan perlahan ia mengambil sebuah tongkat besi yang tak sengaja ia temukan
tergeletak didekatnya, dengan menambahkan sedikit sihir putih ia menyerang
sosok wanita itu tepat dibagian jantung lalu dikepala dengan keras hingga wanita
itu jatuh tersungkur dilantai gang dan berubah menjadi debu.
‘Vampire Outcast yang haus darah rupanya’ batin Alois saat melihat bagaimana wanita itu
musnah dengan mudahnya tanpa adanya perlawanan. Sedangkan pemuda didepannya
hanya tempak terkejut sekaligus syok saat melihat sosok wanita itu musnah.
“Terima kasih.” Ujar pemuda
itu setelah sadar dari terkejutnya dan dapat berdiri kembali.
“Hn” ujar Alois tanpa memandang pemuda itu. Sikapnya
dingin dan memancarkan aura ketidak sukaan pada sosok didepannya. Hahh~ Alois
benar-benar membenci manusia eh?
“Namaku Claude, Claude Michaelis. Siapa namamu?” sosok
pemuda yang bernama Claude itu dengan senyum agak sedikit ramah mengukurkan
tangannya hendak berkenalan dengan Alois.
“Bukan urusanmu.” Dan berlalulah Alois tanpa
memperdulikan tangan milik pemuda itu yang masih dalam posisi menggantung.
Cukup lama Claude tertegun akan aksi Alois. Ini pertama
kalinya ia diacuhkan seperti ini, padahal selama ini banyak sekali orang-orang
yang ingin mendekatinya. Menginginkan kenaikan derajat karena bisa bergaul
dengan seorang pengeran seperti dirinya ini.
“Hei! Tunggu!” dengan cepat Claude menyongsong sosok
Alois yang tenyata sudah berada didepan mulut gang.
“Apa maumu!” tanya Alois kesal melihat kelakuan pemuda
dibelakngnya ini. Ia benci keramaian, ia benci berisik dan ia benci manusia. Ia
kesal, sangat kesal karena kini ia tengah diikuti oleh seorang manusia yang
tanpa sengaja telah ia tolong dari mahluk underworld.
“Tentu saja ingin berkenalan denganmu.” Ujar Claude yang
kini mengekor dibelakang Alois dengan santainya sambil sesekali menebarkan
senyum mempesona kearah seluruh penduduk kota-tepatnya para wanita-.
“Aku tidak perduli dan tidak mau perduli siapa kau dan
apa maumu. Sekarang berhenti mengikutiku dan enyahkah.” Bentak Alois kesal dan
jengah. Dia sangat kerepotan dengan sosok pemuda seenaknya yang terus menerus
mengikutinya ini. Bila terus seperti ini ia akan kesulitan untuk berburu karena
tak mungkin ia menunjukkan kekuatannya dan keberadaan para mahluk underworld yang
berkeliaran.
“Sayang sekali kau tak bisa memerintahku. Dan aku takkan
pernah pergi sampai kau memperkenalkan siapa dirimu yang sebenaranya.” Ujar Claude dengan seringai licik terpatri
diwajahnya.
Merasa kesal akan perkataan dan sikap pemuda edan yang mengikutinya
Alois pun mengambil langkah seribu dan meninggalkan Claude, namun sial pemuda
yang menurut Alois itu edan, kurang kerjaan dan menyebalkan itu tetap saja
mengikutinya.
End
Flashback.
Alois masih
ingat sejak saat itulah sosok Claude terus menerus mengikutinya dan membuat ia
kesulitan dalam menjalankan perburuannya. Namun semua kekesalannya berubah saat
Claude yang telah ia ketahui sebagai seorang pangeran itu menolongnya dari
serangan seekor Werewolf yang sedang diburunya. Sejak saat itu ia mulai menerima
keberadaan Claude di sisinya dan tanpa sadar ia lah yang telah membuat Alois
melalui masa kedewasaannya.
---...---
Saat ini
Alois tengah terang di angkasa. Mengepakkan sayap putihnya yang indah
menunggangi udara. Dibawahnya terbentang deretan rumah penduduk yang berjejer
dengan jaraj yang konstan. Dijalanan yang terbuat dari tanah, terlihat beberapa
kereta kuda penuh penuh dengan jerami tengah berjalan perlahan dan sesekali
berhenti untuk menyapa kenalan yang kebetulan berpapasan dengan mereka.
Dari atas
udara Alois dapat melihat bentangan sungai yang mengalir tenang. Sungai itu
akan bermuara di laut dekat kerajaan Leviath sedangkan hulunya tepat berada
dibalik hutan yang ada jauh didepan Alois kini. Setelah beberapa menit terbang
pemandangan dibawah Alois mulai berubah, rumah-rumah penduduk mulai berkurang
digantikan dengan jajaran peohon-pohon yang lebat. Beberapa kilometer
didepannya tampak hutan-hutan telah tertutup ditutupi salju juga dapat
dirasakan oleh Alois suhu uadara yang muali turun.
Saat tengah
mengamati keadaan hutan yang ada dibawahnya Alois tiba-tiba merasakan tekanan
udara yang meningkat diikuti dengan hembusan angin kencang, tajam dan cepat
bagai pedang, dengan sedikit oleng Alois berhasil mengindar dan mendarat
disebuah tanah lapang ditengah hutan yang tertutup tebalnya salju. Begitu
mendarat Alois segera mengeluarkan pedangnya dan bersiap dalam posisi siaga.
“Tunjukkan
dirimu pengecut!” seru Alois dengan penuh amarah.
Perlahan-lahan
dari balik kegelapan hutan yang ada didepannya muncul sosok entah itu lelaki
atau perempuan yang mengenakan pakaian serba merah. Rambut panjang semerah
darahnya berkibar tertiup angin dingin dari pegunungan. Seringai lebar
terpampang diwajahnya memperlihatkan deretan gigi-gigi tajamnya yang
menyermakan, mata hijau kekuningnnya yang terbingaki bulumata yang lentik
tampak memandang tajam sosok Alois dari balik kacamata bergagang merahnya.
Tangan kirinya tampak masuk kedalam kantong celana panjang kemerahannya
sedangkan tangan kanannya tengah menenteng sebuah alat pemotong kayu berwarna
merah yang belum dinyalakan.
“khukhukhukhu....
Malaikat tlah tersesat~ tersesat~ tersesat~ Malaikat tlah tersesat~ My dear
Master~ “ nyanyian lembut yang harusnya terdengar indah itu kini terdengar mengerikan
ditelinga Alois, apalagi yang menyanyikannya adalah sosok tak jelas gender yang
dengan senangnya memampang seringai kejam di wajahnya yang terus berjalan
semakin mendekati dirinya.
“khukhukhukhukhu.....
Grell mendapat mangsanya~ mangsanya~ mangsanya~ Grell mendapat mangsanya~ My
dear Ciel~ hiiiaaaahhhhhh!” tepat seusai nyanian itu sosok merah yang diketahui
sebagai Grell Sutcliff mulai menyeran Alois dengan pemotong kayunya yang
berputar menimbulkan suara bising.
“Kau!
Antek-antek Raja Utara! Jangan menghalangiku!” seru Alois kesal dengan tangan
kanan yang sudah bersiaga.
“O..o..o~
memangnya kau mau kemana malaikat manis? Tempat ini wilayah kekuasaan Raja
Utara kau tak boleh sembarangan memasuki wilayah ini bila tak ingin kehilangan
nyawamu.” Ujar Grell sing a song.
“Huh!
Aku tak perduli dengan mahluk rendahan macam kalian. Aku datang kemari untuk
membunuh Raja Utara. Lalu apa maksudmu dengan menyebutkan nama Ciel! Kau
mengetahui sesuatu tentangnya ya! Cepat jelaskan padaku!” Tuntut Alois dengan
pandangan matanya yang enakutkan.
“Uhh~
kau sombong sekali yaaa~ tak taukah kau bahwa kami bisa membunuhmu dengan
sangat mudah! Lagipula memangnya kenapa bila aku memberi tahu hubunganku dengan
my dear Ciel? Apa yang ingin kau lakukan padanya?”
*smirk*
”Tentusaja
aku akan membuatnya menderita! Itulah tujuanku datang kedunia ini.
Hahaahhaahahahaha~” tawa jahat Alois terdengar kencang membuat Grell cukup
kesal.
“Mahluk
lemah sepertimu ingin membunuh my dear Ciel tanpa tahu siapa sebenarnya Ciel?
Bodoh. Seribu tahunpun kau lalui untuk berlatih tetap takkan bisa membunuh
Ciel. Karena my dear Ciel adalah Raja Utara yang memiliki kekuatan jiwa abadi
yang akan tetap hidup walau jantungnya terlusuk pasak perak seklipun. Dan kau
akan mati ditangaku hari ini. Ditangan Grell si Dewa Kematian merah yang cantik
ini. DEATH!”
.
.
Sementara
itu di Ibu Kota Kerajaan.
Sesosok
pemuda bersurai kelabu tengah berjalan ditengah keramaian kota. Wajahnya tampak
tanpa ekspresi namun matanya tampak jeli memperhatikan keadaan kota bahkan
sampai kesudut terkecilnya. Penampilannya yang tampak mencolok tampak tidak
membuat orang-orang terpengaruh, bahkan seolah-olah orang-orang yang berlalu
lalang dikota itu seperti tidak melihat sosok itu.
Sekelebat
bayangan hitam yang melaju kencang di sebuah gang kecil yang gelap walau saat
itu tengah sore hari berhasil menarik perhatian pemuda bersurai kelabu itu.
dilangkahkannya kaki mungilnya menuju gang kecil tempat bayangan hitam tadi
terlihat. Perlahan mata pemuda yang awalnya berwarna sapphire itu berubah warna
menjadi merah menyala dengan pupil verticalnya .
‘Antek-antek anak bulan sudah bergerak, eh?
Kalau begitu aku harus lebih waspada.’ Batin sosok bersurai kelabu yang
kita kenal sebagai Ciel tersebut.
Setelah
merasa cukup puas dengan informasi yang didapatnya dari gang kecil itu ia mulai
kembali berjalan ke jalan untama dan melanjutkan perjalanannya menyusuri
keramaian.
Keadaan
kota itu tidaklah banyak berubah bagi Ciel, tetap seramai dan sesibuk yang ia
lihat saat pertama kali menjejaki wilayah itu. penuh akan manusia yang berlalu
lalang dengan tujuan masing-masing dan tak begitu memperhatikan keadaan
disekitar. Yang berubah hanyalah ada nuansa warna hitam berupa bendera setengah
tiang yang terdapat disetiap pintu masuk toko maupun rumah, hal itu mungkin
disebabkan karena kematian Ratu kerajaan itu yang hingga kini pelakunya belum
diketahui dan ditemukan.
Saat
Ciel tengah lewat disekitar kawasan penginapan sederhana, hidung sensitive nya
mencium aroma yang tak asing. Dengan perlahan Ciel mengikuti aroma itu melawati
jalan-jalan yang akhirnya membawanya kehadapan sebuah bar kecil disekitar
pemukiman agak kumuh.
Tanpa
ragu pemuda mungil itu memasuki bar kecil nan tua itu. Saat ia berjalan
menyusuri deretan meja-meja, pandangan para penghuni bar baik para tamu maupun
para pekerja tampak terarah padanya. Memunculkan banyak pertanyaan pada benak
para manusia itu. ‘Mau apa seorang anak
dibawah umur datang ketempat seperti ini?’ atau ‘Siapa
anak bangsawan yang tersesat itu?’ dan banyak pertanyaan sejenis lainnya
yang penuh dengan sarat kebingungan dan keingintahuan.
Tak
salah memang. Walau usai Ciel telah mencapai lebih dari lima ribu tahun tapi
sosoknya terlihat seperti seorang anak manusia yang berusia 13 tahun. Seorang
bocah dengan pakaian bangsawan terbuat dari sutra indah berwarna biru dongker
lengkap dengan aksesorisnya mengmbalut tubuh mungil berkulit porselinnya.
Mata
deep blue sapphire Ciel menyapu seluruh ruangan mencari sosok dengan aroma yang
ia ikuti selama ini. Setelah sekitar beberapa detik mencari akhirnya Ciel
menemukan sesosok pemuda berpakaian serba hitam dengan topi hitam menutupi
surai hitamnya yang merupakan sumber dari aroma yang diikutinya sedari tadi.
Dengan
perlahan dan langkah yang anggun sekaligus tegas Ciel mendakati sosok itu
mengacuhkan bisikan dan pandangan penasaran para manusia yang ada diruangan
itu. “Selamat Sore. Bisa berbicara sebentar.” Ujar Ciel sopan meminta perhatian
dari sosok serba hitam tersebut.
Jeda
beberapa lama barulah sosok hitam itu bereaksi. Ditolehkannya kepala dengan
surai raven nya itu kearah Ciel dengan seringai kecil terukir diwajahnya. Mata
rubynya memandang Ciel dengan intens. “Ya. Tuan Muda. Ada yang bisa saya
bantu?” Tanya sosok itu.
“Bisa
ikut saya sejenak. Ada hal yang ingin saya bicarakan.” Ujar Ciel tampak sedikit
kesal.
“Hm~ Bila
hal yang ingin anda bicarakan sangatlah penting, bagaimana bila kita bicara di
penginapan yang saya sewa saja?” tawan sosok itu sambil membayar minuman yang
dibelinya namu pandangannya masih terarah kepada Ciel dengan alis kiri yang
sedikit terangkat.
“Baikalah.”
Jawab Ciel lalu menggikuti sosok itu dari belakang menuju tempat lelaki itu
menginap.
Saat
keluar dari bar itu Ciel tak menyangka bahwa langit sudah menggelap. Memang
akhir-akhir ini malam terasa cepat sekali tiba dan siang terasa sangatlah pendek.
Keanehan itu mungkin tidak begitu diperhatikan oleh para manusia yang sibuk
akan urusan mereka itu tanpa menyadari bahwa perbedaan itu adalah awal dari
kehancuran yang akan tiba beberapa hari lagi.
Perjalanan
menuju penginapan lelaki itu terasa sangat sunyi. Lelaki didepan Ciel tampak
berjalan tenang tapa memperhatiakn apapun yang ada disekitarnya kemungkinan ia
sedang memikirkan sesuatu, sedangkan Ciel sesekali tampak mengedarkan
pandangannya kesekeliling memperhatikan aktifitas mahluk-mahluk bukan manusia
yang berlalu-lalang didalam kegelapan gang kecil.
Setelah
lama berjalan akhirnya Ciel tiba disebuah penginapan yang cukup mewah
bertingkat tiga. Ia kemudian dibawa memasuki lorng-lorong penginapan sampai
akhirnya dipersilakan untuk masuk kedalam sebuah kamar bernomer 12.
Dengan
santai Ciel memasuki ruangan itu diikuti lelaki itu stelah terlebih dahulu
mengunci pintu masuk. “Nah, Tuan Muda. Apa yang ingin anda bicarakan dengan
saya?” Tanya sosok itu berjalan mendekati Ciel sambil melepas topi juga jubahnya
dan membuangnya kesembarang arah.
“Cukup
main-mainnya Sebastian. Ada beberapa hal penting yang ingin kubicarakan
padamu.” Ujar Ciel saat tubuh mungilnya dipeluk dari belakang oleh lelaki yang
ternyata adalah Sebastian tersebut.
“Kau
jahat sekali padaku Ciel. Kau membuatku terjebak di kastil dingin itu dan
menyebarkan isu bahwa aku telah mati sementara kau sedang bersenang-senang
dengan lelaki codet peliharaanmu itu.” ujar Sebastian menyandarkan kepalanya
dikepala Ciel, menghirup wangi khas milik Ciel yang sudah lama ia rindukan.
“Ini
semua untuk melindungimu Sebastian. Kau tahu sendiri lawanmu kali ini bukan
hanya manusia.” Ujar Ciel tenang, ia putar tubuhnya menghadap Sebastian lalu
melingkarkan tangan mungilnya dipinggang Sebastian.
“Aku
tahu itu.” senyum kecil terukir diwajah Sebastian bersamaan dengan pelukan
mereka yang semakin erat.
**Flashback**
(Beberapa menit setelah Sebastian dibunuh oleh seorang tukang kayu. Chap 12)
“Jadi
ini maksud dari kalimat ‘Kau akan tahu nanti’ yang di katakana Yang Mulia~”ujar
sosok tubuh yang –harusnya- tak bernyawa itu. Perlahan ia bangkit dari
terlentangnya.”Memang sih tidak ber-efek. Tapi kan tetap sakit.”ujarnya lagi
saat masih dapat merasakan rasa kesemutan dari luka yang ada di tubuhnya karena
ulah seorang Tukang Kayu gadungan yang haus akan uang.
“Yang
Mulia memang kejam padaku ya~”sosok itu kini telah berdiri tegap, tak terlihat
bahwa dia telah terluka. Perlahan-lahan rambut hitam sosok itu- Sebastian-
mulai memanjang dan berubah warna menjadi merah. Mata ruby nya yang indah
perlahan berubah menjadi hijau kekuningan dengan bulu mata yang lentik serta suaranya
yang berat berubah menjadi sedikit ‘nyaring’.
“Yah~
tak apalah. Sekali-kali Grell yang cantik ini berubah menjadi manusia. Apalagi
manusianya cakep hihihi~ sayang efek ramuannya sudah hilang~”ujar sosok itu
yang kini perlahan-lahan tubuhnya menghilang dan meninggalkan beberapa helai
bulu hitam yang hilang di terbangkan angin kencang.
Flashback On.
(Bertepatan
dengan malam Alois memerintahkan Hannah untuk mencari keberadaan Sebastian
*setelah lemon* chap 12.)
Salju
turun perlahan menyelimuti bumi utara. Di kastil megah yang tertutup tumpukan
salju putih itu, tampak seorang pemuda bersurai kelabu dan mata sapphire-nya
tengah terduduk di depan meja kerjanya sambil mebaca sebuah kertas berwarna
kekuningan di tangannya.
“Salam
Hormat
My
Highness, hamba mengirimkan pesan bahwa hamba telah mengetahui keberadaan
Sebastian Michael Michaelis. Kini pemuda itu tengah berada di kastil putih
milik Ratu Aquilonis. Dia mengalami radang dingin yang parah sehingga
membuatnya belum sadarkan diri sampai waktu di mana saya mengirimkan surat ini.
Demikian
laporan hamba Yang Mulia, kini hamba sedang dalam perjalanan menuju sarang
Gorgon Bersaudara. Hamba akan kembali segera setelah mengetahui jawaban dari
dua bersaudara itu.
Dengan
Hormat.
William.
S”
“Ronald.”
ujar Ciel-pemuda bersurai biru itu- memanggil pelayannya. Tak selang beberapa
detik pintu ruangan itu telah diketuk pelan.”Masuk.” ujar Ciel pelan lalu
tampak pintu ruangan terbuka pelan dan masuklah pemuda bersurai pirang dengan
aksen hitam dibawahnya.
“Hamba
menghadap, Your Highness.” ujarnya membungkuk hormat tepat begitu sampai di
hadapan Ciel.
“Bawa
Grell kemari segera.” ungkapnya yang kini tengah mengambil sebuah tabung kaca
kecil berisi cairan berwarna merah terang yang bercahaya dalam kegelapan dari
laci mejanya.
“Yes,
Your Highness.” ujar Ronald yang langsung menghilang dari hadapan Ciel.
Setelah
Ronald menghilang, Ciel kembali mengambil tabung kaca lainnya yang lebih kecil
dari saku celananya. Tabung kaca tersebut berisi sedikit cairan berwarna merah
pekat yang kemudian ia tuangkan kedalam tabung kaca yang berisi cairan merah
terang.
Saat
cairan merah pekat itu telah bercampur dengan cairan merah terang, perlahan-lahan
campuran kedua cairan berwarna merah tersebut bercahaya keunguan dan berubah
warna menjadi bening. Ciel yang melihat perubahan campurang tersebut tampak
tersenyum senang.
Suara
pintu diketuk yang diikuti dengan masuknya Ronald bersama dengan seseorang yang
entah ia pria atau wanita mengingat penampilannya yang sedikit unik, rambut
merah panjang dan bulumata lentik juga jangan lupakan gerak-gerik tubuhnya yang
terlalu ‘gemulai’ untuk ukuran seorang peria.
“Yang
Muliaaa~”seru sosok itu dengan gaya centilnya yang membuat bulu kuduk Ciel
meremang dan Ronald yang senyum-senyum gaje(?).”Ada yang bisa hamba
bantu~?”ujar sosok serba merah itu lagi yang entah sejak kapan kini telah
mengglayut manja pada salah satu lengan Ciel.
“Grell
Sutcliff! Enyahkan tubuhmu dari tubuhku!”bentak Ciel kesal penuh dengan aura
membunuh yang membuat Grell yang awalnya mengglayut manja menjadi menjauh
sesegera mungkin dengan tampang ketakutan sedangkan Ronald hanya dapat berdiri
mematung dengan keringat dingin yang mengucur.
“Ma-maaf,
Ya-yang Mulia.”ujar Grell terbata-bata yang kini tengah berdiri ketakutan di
depan Ciel.
“Aku
ada tugas untukmu. Ini ramuan Sanguinem Impersonata-“ujarnya sambil menyodorkan tabung kaca
berisi cairan bening yang sedari tadi di genggamnya.”-Terbuat dari getah
tanaman Herb Chamaeleontis. Dengan
ramuan ini aku ingin kau menjadi Sebastian Michael Michaelis dan berpura-pura
melakukan perjalanan ke Ibu Kota Kerajaan.”lanjut Ciel.
“Bila
hamba boleh tahu. Apa yang anda rencanakan dengan penyamaran ini yang Mulia.”ujar
Grell dalam mode serius tanpa ada nada-nada centil yang biasanya,
memperdengarkan suara baritonnya yang kata autor ‘cowo banget’.
“Kau
akan tahu nanti.”senyum Ciel manis membuat Grell merasakan firasat buruk.
Flashback
Off
(Kembali
kewaktu semula.)
**Flashback
Off**
“Terimakasih
karena telah menyelamatkakku lagi Ciel. Aku sunggguh berhutang nyawa padamu.”
Ujar Sebastian yang kini masih tetap memeluk ubuh Ciel.”Aku kira kau masih marah
dan membenciku. Aku benar-benar minta maaf. Saat itu aku dijebak. Aku
benar-benar tidak tahu kalau wanita itu akan berbuat seperti itu. maafkan aku
Ciel.”
“Aku
tahu. Aku sudah melihat semuanya. Lagipula, wanita itu kini pasti sudah tewas.
Kau tak perlu merasa bersalah seperti itu lagi.” Ujar Ciel mengelus lembut
punggung Sebastian.
Merasa
elusan lebut dipunggungnya membuat Sebastian mengeratkan pelukannya pada Ciel.
Tak selang lama ia melepas pelukannya itu dan menangkup (?) kedua sisi wajah
Ciel. Dipandangnya dengan intens manik sspphire yang telah memikatnya itu
sembari mengeleminasi jarak di antara mereka.
.,.
.,.
.,.
.,.
Tak
pernah Alois sangka bahwa Ciel kembarnnya itu akan memberikan dampak yang
sangat besar pada rencana-rencananya. Ia tak pernang mengira kembarannya itu
akan memiliki kekuatan untuk menghalangi rencana-rencana yang ia susun.
Ia juga
tak pernah menyangka, bahwa kembarannya itu akan memiliki sekutu macam iblis
seperti mahluk yang dihadapinya kini.
“An~
An~ An~ sayan sekali aku bukan Iblis, bocah~ aku adalah Dewa Kematian! DEATH!”
ujar sosok merah yang kini terus menyerang Alois dengan gergaji kayu nya.
Sungguh Alois tak tau harus bersikap apa ketika melihat mahluk yang tak jelas
gendernya itu.
“Persetan
dengan Iblis atau Dewa Kematian! Kau tak lebih dari sampah dimataku.” Ujar
Alois sarkatis, tangan kanannya yang menggenggam pedang sepanjang tujuh puluh
centimeter bergerak lincah menyerang Grell yang dapat ditahan dengan gergaji
pemotong kayunya.
“Mulutmu
memang tak memiliki sopan santun yaaaa~~ ingin sekali aku merobeknya hahaha.
Lalu tubuhmu akan ku cabik dan kuberikan pada hewan peliharaan William yang
menjijikkan itu~ khukhukhu~” seringai mengerikan terpampang di wajah Grell.
Serangan-serang yang lancarkannya bertambah cepat membuah Alois cukup
kewalahan.
Terlalu
focus pada serangan yang dilancarkan oleh Grell membuat Alois tidak focus pada
apa yang ada disekitarnya sehingga ia tak menyadari sebuah sabit hitam besar
menyerangnya dari belakang.
“Ukh.”
Rintih Alois saat ia rasakan serangan tak terduga itu mengenai punggungnya.
Dengan segera ia berpindah tempat mengambil posisi agar ia tak terkena serangan
yang berikutnya.’Kenapa aku bisa terluka?’ batinnya.
“Hihihihihi~
Grell anda lama sekali yaa~ anda tahu, Master sangat jengkel lohh~”ujar sosok
lelaki bersurai keperakan yang memangku sebuah sabit hitam bergagang pajang dipudaknya,
mata hujau kekuningannya bersinar terang menatap Alois dengan jijik.”Dan tentu
saja anda terluka. Sabit yang saya bawa ini adalah sabit milik Dewa Kematian.
Death-Scythe. Sabit yang dapat memotong segalanya. Termasuk Malaikat sekalipun.
Hihiihi~”
“Ara.
Undertaker~ kenapa kau bisa disini? Kaukan mahluk kesayangan Master~ kau datang
kesini untuk kubunuh yaa~? Dengan begitu aku bisa menjadi mahluk kesayangan
Master~” ucap Grell sembari berjalan mendekati Undertaker mengacuhkan Alois
yang tengah berusaha mengatur pernafasannya.
“Ini
karena anda yang tak juga menyelesaikan pekerjaan anda ini! Master sekarang
sudah tak ada di kastil lagi, ia sudah pergi ke ibu kota.”
“Aaaahhh-
padahal aku ingin bermain dengan Master. Jahat sekali dia meninggalkan Grell
yang cantik ini bersama dengan mahl-“
“JANGAN
MENGABAIKANKU SIALAN!” teriakan kencang dari Alois mengintrupsi percakapan
Grell dan Undertaker. “KALIAN MAHLUK RENDAHAN BERANI-BERANINYA MENGABAIKANKU.
AKAN KU BUNUH KALIAN!” lanjutnya penuh emosi.
“Hihihihihihi~
menghadapi Grell saja anda sudah kesulitan, apalagi menghadapi saya. Anda benar-benar
akan dicincang dan jadi makanan peliharaannya William loo~”
“TUTUP
MULUTMU BANGSAT.” Dan sebuah serangan diluncurkan kembali oleh Alois. Pedang
ditangannya bersinar dan mengeluarkan cahaya putih menerjang ketempat
Undertaker dan Grell berada.
“Ups!”
ucap kedua mahluk bersurai panjang itu menghindari serangan Alois. Sedangkan
serangan yang menerjang mereka tadi tetap melaju lurus kearah jejeran pepohonan
dibelakang mereka menghasilkan ledakan yang lumayan besar membuat salju berhamburan
keudara.
“Hoooaaaaa~
Kowai!” seru Grell pura-pura ketakutan yang dibalas dengan tawa aneh khas
Undertaker.
“KALIAN
BENAR-BENAR MEMPERMAINKANKU! KALIAN TAKKAN KU AMPUNI!” ujar Alois lagi penuh
kesal. Kedua tanganya menggenggam pedangnya dengan erat dan mengacungkannya
lurus kearah Grell dan Undertaker berada. “Aditus Magicam Sanctam. Ductu, in Tenebris
est. Sanctifica!” seru Alois bersamaan dengan bercahayanya kembali pedang
digenggamanya disusul dengan sebuah sinar layaknya laser beam melesat kencang
kearah Grell dan Undertaker.
BLAAARRRRR
Ledakan
amat besar terjadi akibat serangan Alois itu. salju-salju yang tertimbun diatas
permukaan tanah berterbangan menghalangi penglihatan Alois. Namun malaikat itu
yakin serangannya tidaklah meleset, ia yakin duo sosok iblis itu pasti sudah
hancur tak bersisa.
Namun
sepertinya itu semua tak sesuai dengan apa yang diperkirakan Alois. Saat
butiran salju yang bertrebangan mulai menipis ia hanya bisa melihat sosok yang
terbaring diatas tanah coklat dengan rambut kemerahan. Hanya satu mahluk saja yang
berhasil ia lumpuhkan, lalu dimana mahluk yang satunya?
“Hihihii
Apa yang tengah anda pikirkan Malaikat?” lagi-lagi tawa aneh itu terdengar kembali
dari arah belakang Alois membuatnya terkejut dan langsung membalik badan hendak
menyerang.
Namun
sebelum ia sempat mengayunkan pedangnya lagi, tangan kanannya yang tengah
memegang pedang telah ditahan oleh sosok bersurai perak panjang itu sedangkan tubuhnya
di kelilingi oleh bagian tajam dari sabit hitam milik Undertaker.
“Ba-bagaiman
kau bisa selamat?” ucap Alois tak percaya, tubuhnya bergetar takut dengan
keringat dingin yang bercucuran. Sedangkan sosok yang ditanyanya hanya
menyeringai gila (?).
“Hihihi~
kalau serangan begitu saja saya tak bisa hindari. Maka saya tak pantas menjadi
tangan kanan kepercayaan Master~” ucap Undertaker dengan seringai diwajah yang
makin melebar.
“Ukh!
Si-sial!” ringis Alois saat ia rasakan pergelangan tangan yang digenggam oleh
sosok didepannya terluka akibat kuku hitam panjang milik Undertaker.
“Nahh~
Tuan Malaikat, apa ada pesan-pesan yang ingin anda sampaikan sebelum saya
memusnahkan anda?” Tanya Undertaker sembari mengambil ancang-ancang untuk
menebas tubuh Alois.
“MUSNAHLAH
KAU BANGSAT!”
“Hihi
Terimaksih!” dan sabit besar itupun bergerak kencang menorehkan luka dalam pada
tubuh Alois menciptakan hujan darah disekeliling tubuh mungil yang kini
bergetar menahan sakit itu. “Sayonara. Tuan Malaikat.” Lanjut Undertaker membiarkan
tubuh Alios merosot jatuh tersungkur diatas tumpukan salju yang telah berwarna
merah karena darah.
“Grell!
Sampaikapan anda akan pura-pura mati?”Tanya Undertaker mendekti Grell dan
menoel-noel unggokan tubuh itu dengan ujung gagang sabitnya yang panjang.
“Ukh!
Undertaker. Kau jahat sekali menjadikanku umpan.” Ucap onggokan daging
dihadapan Undertaker itu.
“Hihiihiihi~
tak apa. serangan seperti itu takkan membuat wajah anda berubah kok~ tetap menjijikkan
seperti kata Master~ Hihiihihi~” ejek Undertaker lalu meninggalkan Grell yang
masih berusaha untuk brerdiri.
“Tu-tubuhku
gosong karena kau dan kau masih bisa meninggalkanku! Dasar sialan kau
Undertaker! Akan kulaporkan pada Master!” seru Grell penuh amarah memandang
tubuh Undertaker yang mulai berubah menjadi bulu-buku hitam.
“Hihihihi~
Silakan saja. Da-dah~” dan sosok Undertaker-pun lenyap sepenuhnya.
“AWASKAU
TACKYYYYYYYY!!!!!!”
TBC
.
.
.
.
.
.
OMAKE
Di sebuah
bangunan tua di tenang hutan rawa perbatasan sebelah timur kerajaan Leviath dan
Filiann. Disebuah ruangan besar didalam kastil tersebut terlihat seorang wanita
berparas cantik dengan kulit tannya yang terbalut pakaian minim tengah duduk di
atas sofa berwarna unngu dengan tiga sosok pemuda berwajh identic dengan rambut
ungu nya tengah memijat bahu, tangan dan kaki si wanita.
Rambut
perak panjang si wanita bergerak lembut saat angin malam menyusip memasuki
ruangan dari jendela yang terbuka. Di depan tempat wanita dan tiga pelayannya
itu terdapat sebuah meja hitam dengan sebuah gelas tepat berada ditengah-tengah
meja. Didalam gelas tersebut terdapat sebuah cairan berwarna merah yang menyala
dalam gelap. Mata merah wanita itu terlihat terus-menerus memandang gelas
beserta isinya itu dengan penuh minat hingga sebuah angin kencang tiba-tiba
masuk dan tanpa ada sebab apapun gelas yang menampung cairan itu retak namun
tidak pecah.
Pandangan
wanita tersebut langsung menajam, ia berdiri dengan tergesa-gesa mengundang
tandatanya dari ketiga peyannya itu.
“Danna-sama-”
ujarnya dan ia tiba-tiba mengihal dari tempat itu.
.
.
‘Belum
waktunya kau mati Danna-sama. Aku akan menyelamatkanmu.
Aku
lah yang akan melanjutkan rencanamu.
Hingga
saat itu tiba, tidurlah kau dalam kedamaian.’
.
.
INFO
Sanguinem
Impersonata adalah ramuan untuk mengubah seseorang
menjadi orang lain hanya selama beberapa saat saja. Tergantung berapa banyak
ramuan yang di minum dan apa campurang yang di gunakan umtuk sampel dari Gen
seseorang yang ingin wajanya di pinjam. Biasanya sampel yang paling sederhana
adalah rambut dan yang paling kuat adalah darah.
Semakin
kuat sampel gen yang di gunakan maka perubahan warna pada campuran nantinya
akan semakin bening. Dan yang di gunakan oleh Ciel sebelumnya adalah darah
Sebastian yang dia dapatkan wuktu perang melawan pasukan Filiann beberapa bulan
yang lalu. Dan yang membuat ramuan ini lebih unggul adalah orang-mahluk- yang
meminum ramuan ini bukan hanya berwajah mirip tapi juga aura, kekuatan, daya
tahan dan yang lainnya. Itu lah yang menyebabkan Hannah tidak bisa membedakan
apakah ‘Sebastian’ yang berkeliaran itu asli atau tidak, padahal Sebastian yang
asli tengah berada di Istana Putih milik Ratu Aquilonis yang terselubung kekai
yang kuat hingga tak bisa di masuki oleh mahluk apapun kecuali mahluk-mahluk
yang sudah hampir mendekati kematian.
By : Yuuki

