Archive for Juli 2017

  • Frozen Heart 2

    0

    FROZEN HEART
    (Hati Yang Beku)

    Ayuni Yuukinojo

    FROZEN & ROG Not Mine

    Warning : Lama Update, OOC, Dark Elsa

    Anna menunggangi kudanya dengan kencang. Sudah berlalu hampir 1 jam sejam sejak Elsa meninggalkan kastil Arendel dan sejak saat itu salju terus turun mulai menyelimuti permukaan tanah musim semi. Aneh sekali. Musim dingin sudah berlalu beberapa minggu yang lalu udara dingin sudah menghangat, tapi tiba-tiba saja cuaca berubah. Air laut membeku menyelimuti seluruh permukaan laut Arendel dan salju tebal terus turun. Tak sampai satu jam seluruh permukaan tanah telah diselimuti salju setebal 30 cm. 
    Udara dingin yang berhembus tidak menjadi halangan bagi putri ke-2 kerajaan Arendel itu. Ia terus memacu kudanya hingga ia tiba di kaki gunung. Sebuah toko kelontong menjadi pembatas antara jalanan desa yang dihiasi pepohonan dengan hutan lebat yang memenuhi kaki gunung. 
    “Hei Anna apa yang kau lakukan disini?” Seorang lelaki bertubuh besar tampak sadang bermain dengan rusa peliharaannya. 
    “Kristof? Sven? Apa yang sedang kalian lakukan disini?" Anna menghampiri lelaki teman masa kecilnya itu. 
    “Kami sedang menikmati keajaiban alam!” Seru Kristof riang. Sven, rusa sahabatnya berjingkrak riang diatas salju. 
    “Keajaiban alam?” 
    “Ya! Kapan lagi kau bias menikmati salju turunan dan air membeku pada saat musim semi? Semua itu karena keajaiban yang dibawakan oleh peri cantik itu!” Ucap Kristof sambil menjatuhkan tubuhnya dengan santai diatas hamparan salju. 
    “Peri? Apa peri itu berambut kepirangan?” 
    “Ya! Kenapa?” 
    “Apa dia mengenakan jubah ungu?” 
    “Ya! Kenapa?” 
    “Apa matanya berwarna biru?” 
    “Ya! Kenapa kau tahu hal itu? Hanya aku yang melihat peri itu lewat tadi.” 
    “Kristof! Itu buka peri! Itu kakakku Elsa!” 
    “Eh? Ratu elsa?” 
    Anna menceritakan semua hal yang terjadi kepada sahabatnya. Mulai dari betapa gembiranya ia karena akhirnya seluruh pintu dan jendela istana dibuka. Betapa senangnya dia bisa bertemu dengan pangeran Hans, cinta sejatinya. Betapa gugupnya dia saat harus meminta restu untuk menikah dengan pangeran tercintanya, serta betapa sedih dan kecewanya dia saat Elsa tidak merestui hubungannya dengan Hans. Yang paling Anna sesali adalah karena dirinyalah sang kakak menghilang dan kerajaannya diselimuti salju. 
    Kristof menghela nafas berat. Sahabat naifnya ini sangat sulit untuk dinasehati. Ia kenal Anna dan Elsa sejak kecil. Dulu mereka merupakan sahabat yang dekat. Mereka sering bermain di dermaga bersama. Terkadang mereka juga akan bermain dihalaman istana ditemani oleh mendiang Ratu Arendel. Tapi entah karena apa tiba-tiba saja gerbang istana yang selalu terlihat terbuka itu kini tampak tertutup rapat dan Anna serta Elsa takpernah lagi ia lihat di kota. Memang terkadang ia akan bertemu dengan Anna saat sedang mengirimkan balok es pesanan kerajaan tapi itu hanya sebentar. Ia tak lagi diijinkan terlalu lama berada di istana. 
    Kristof mengerti bahwa ini pertamakalinya Anna mengagumi seseorang. Rasa kagum yang ia kira merupakan rasa cinta. Diantara mereka bertiga, Kristof rasa Elsa lah yang paling mengerti apa itu cinta. karena jauh sebelum Anna mengenal cinta, Elsa telah terlebih dahulu menambatkan hatinya kepada seseorang. Sayang orang itu tiba-tiba menghilang saat Elsa berusia 8 tahun. “Kau tahu Anna. Kurasa apa yang dikatakan kakakmu adalah benar.” 
    “Kata-kata kakakku yang mana?” 
    “Bahwa kau tidak bisa menikah dengan orang asing yang baru pertama kali kau temui.” lelaki itu duduk diatas salju, menatap rusanya yang masih bermain-main. 
    “Kalau itu cinta sejati. Pasti bisa!” Ahh~ betapa polos dan keras kepalanya sahabatnya yang satu ini. 
    “Anna kau tidak tahu apa-apa mengenai cinta!” 
    “Tentu saja aku tahu! Aku lebih tahu daripada Elsa! Aku lebih tahu daripada kau!  Kenapa kau malah membela Elsa? Jangan-jangan kau menyukainya!?” entah kenapa jantung Anna terasa tercubit saat mengatakan bahwa sahabatnya ini mencintai kakaknya. 
    “Anna kau jangan bercanda! Manamungkin aku menyukai Elsa!” 
    “Tapi kau membelanya! Kau pasti mencintainya. Tapi tidak bisa mengatakannya karena Elsa sangat dingin dan tidak memiliki hati untuk merasakan cinta dan membalas cintamu!” 
    “ANNA CUKUP!!” bentakan itu mengejutkan Anna. ini pertama kalinya sahabatnya itu membentaknya. Ini semua karena Elsa. 
    “Anna kau tidak mengerti apa itu cinta. Tidak mengerti, sama seperti kau tidak mengerti rasa cinta yang dimiliki oleh kakakmu!” Kristof berkata dengan lirih. Ia masih ingat bagaimana dulu Elsa kecil menangis tanpa sebab karena kepergian ‘orang itu’. 
    “Manamungkin Elsa mengetahui kebahagiaan yang didapatkan oleh rasa cinta” ucap Anna lirih sambil melihat hamparan salju dikejauhan. Ia masih belum berani menatap Kristof yang menatapnya tajam. 
    “Kakakmu mungkin tidak tahu kebahagiaan yang diberikan oleh rasa cinta. Tapi kakakmu tahu rasa sakit yang diakibatkan oleh cinta.” dengan mengucapkan hal tersebut Kristof bangun dari duduknya memanggil Sven yang masih bermain di kejauhan. “Ayo, ku antar kau menemui kakakmu.” 
    “Kau tahu dimana Elsa?” 
    “Tidak. Tapi aku tau kearah mana dia pergi.” 
    Anna dan Kristof menatap istana indah di hadapannya. Istana itu terbangun dengan begitu megahnya. Berkilau dengan cahaya matahari yang dipantulkan oleh kristal es. Sebuah karya seni yang tak bisa di remehkan. Kristof menatap istana itu dengan mulut ternganga. Sebagai seorang pengumpul balok es, ini pertamakalinya ia melihat sebuah karya megah dengan bongkahan es sebagai dasarnya. 'Ini surga!'  
    Sementara Anna menatap istana di depannya dengan ragu. Istana itu begitu indah nan megah. Ia tak bisa mempercayai bahwa kakaknya bisa membangun istana seindah ini. Didekat istana itu Anna melihat sebuah boneka salju yang tak asing. 'Olaf?' 
    Perlahan Anna menyeberangi jembata es yang membentang diatas jurang dalam yang ada dihadapan istana megah itu. Mengetuk keras pintu masuk besar yang berkilauan. Pintu itu terbuka dengan sendirinya."Kristof. Lebih baik kau tunggu disini." Ujar Anna sebelum memasuki istana. 
    "Kenapa?" 
    "Terakhir kali aku membawa lelaki ke hadapan kakakku, semua berakhir dengan Arendel yang membeku." 
    "Tapi Anna! Ini istana Es! Istana impianku! Lagipula aku sudah mengenal Elsa sejak lama." 
    "Tidak Kristof. Kau harus menunggu disini." Meninggalkann Kristof didepan pintu masuk. Anna memberanikan diri memasuki istana itu. Bagian dalam istana itu sangat dingin tapi juga indah. Seperti memancarkan hati dari pembuatnya. Dingin, kosong, sepi, tapi juga indah dan menawan
    "Elsa? Kau dimana?" Suara Anna bergema di seluruh penjuru ruangan. Beberapa mahluk kecil berbentuk silinder tampak berhamburan dari sudut tangga yang ada di depan Anna. 
    "Apa yang kau inginkan Anna?" Elsa muncul dari ujung tangga. Ratu kerajaan Arendel itu terlihat sangat menawan dengan gaun kehitamannya yang berkilau. Rambut panjangnya di jalin dengan hiasan kristal salju. Ia tak pernah melihat kakanya semenawan ini. "Elsa ayo kembali." 
    "Kembali kemana? Ini tempatku." Sulung keluarga kerajaan Arendel itu menatap adiknya yang berusaha menaiki tangga yang licin-mendekati dirinya. 
    "Tidak. Kita akan kembali ke Arendel dan menghentikan salju dingin ini." 
    "Tidak Anna. Aku akan tetap disini dan kau akan kembali ke Arendel sendirian. Pergilah!" Dengan nada mengusir Elsa meninggalkan Anna menaiki lantai tertinggi istananya tapi Anna masih mengejar di belakang. 
    "Elsa. Jika kau marah padakau. Maka marahlah hanya padaku. Jangan bawa-bawa warga Arendel yang tak bersalah. Kau tidak bisa terus bersembunyi di istana kosong ini!" 
    "Aku tidak bersembunyi. Kau bilang ingin menikah dengan pangeran ke tujuh itu kan? Maka menikahlah dan pergi dari kerajaan ini. Arendel tidak membutuhkan seorang putri yang terbutakan oleh cinta buta seperti dirimu." 
    "Cinta buta!? Tau apa kau tentang Cinta? Kau hanya mengurung dirimu didalam kamar tanpa berinteraksi dengan siapapun. Kau selalu mengurung diri bahkan disaat hari pemakaman ayah dan ibu! Kau tidak memiliki hati untuk mencintai! Hatimu itu sudah dibekukan oleh kekuatan mengerikanmu itu!" 
    Tau apa! Tau apa adiknya ini dengan hatinya? Tau apa adiknya yang manja dan naif ini tentang perasannya? 
    "Sebenarnya apa tujuanmu kemari? Membawaku kembali ke istana? Menghinaku? Meminta restu? Atau kau kemari ingin menangkapku?" 
    "Aku ingin kau mengembalikan semuanya seperti semula. Mengembalikan Arendel kembali ke keadaan awalnya. Tanpa ada salju turun dimusim panas ini! Kau membuat orang-orang takut pada ku. Mereka mengira aku juga memiliki kekuatan mengerikan itu. Mereka mengira aku sama mengerikannya denganmu!" 
    DEG 
    'Kau dengar? Adikmu sendiri menyebutmu mengerikan. Mereka semua membencimu.' 
    Mata biru indah itu menunjukkan kilau merahnya seiring dengan amarah yang semakin menjalar ke setiap sudut hatinya. Sementara sang adik tak sadar bahwa kali ini ia telah membangkitkan kakuatan yang paling mengerikan dari kakanya sendiri. 
    Kristof menatap langit diatas istana es yang mulai menggelap. Udara dingin berhembus dengan kencang dengan salju yang turun semakin lebat. Ada yang tak beres. Ia juga merasakan bulu kuduknya meremang karena sasuatu hal yang mengrikan. 
    BLARRRRR 
    Puing-puing kristal es jatuh dari teras di atasnya. Dengan secepat yang ia bisa, pemuda pengumpul balok es itu memasuki istana es dan mencari sosok Anna. Menaiki tangga tinggi menuju lantai dua. "ANNA!" Disana ia menemukan sosok Anna yang terkurung didalam es, sementara Elsa menatap kehadirannya dengan sengit. 
    Dengan sekali hentakan tangan sosok monster salju muncul dihadapat Kristof. Menghalangi langkahnya saat hendak mendekai Anna.
    "Bawa dia keluar dari pegunungan utara ini!" Perintah Elsa yang langusng di turuti oleh mahluk ciptaannya. Moster itu meraih tubuh Kristof dengan tangan dingin bercakar es nya. Membawa pemuda itu menjauhi pegunungan utara dengan Sven yang mengikuti dibelakangnya. "Katakan kepada siapapun di Arrendel agar jangan pernah menggangguku!" Ucapan Elsa masih ia dengar walaupun ia telah dibawa pergi oleh monster salju itu, meninggalkan Anna yang membeku didalam kristal es. 
    Pangeran Hans menatap Kristof yang datang ke Istana Arendel. Merasa heran  kenapa pemuda dengan status sosial rendah itu bisa memasuki istana dengan satai. 
    "Kristof. Apa kau bertemu dengan Putri Anna?" Penasehat kepercayaan kerajaan Arendel itu mendekati Kristof yang datang tertatih di bantu Sven. 
    "Sebenarnya ada beberapa hal yang ingin aku ceritakan. Tapi sebaiknya kita lakukan itu didalam." 
    Didalam ruang pertemuan yang sunyi dengan kursi tahta yang kosong. Diruangan itu berkumpul beberapa orang anggota kepercayaan keluarga Arendel termasuk Kristof, pangeran Hans dan Duke Weselton. Sebenarnya kedua orang itu telah diminta untuk menunggu di kamar tamu hingga masalah internal kerajaan ini selesai tapi tampaknya kedua orang itu sangat suka ikut campur urusan kerajaan orang lain. "Jadi, Kristof bisa kau ceritakan apa yang kau ketahui?" 
    "Sebenarnya aku bertemu dengan Anna dan-" 
    "Tunggu!" Pangeran Hans menyela. Tampak ia sangat tidak suka akan kedekatan Kristof dengan anggota kerajaan. "boleh aku tahu siapa sebenarnya pemuda ini?" 
    "Ah benar. Anda yang bukan dari Arendel tentu tidak tahu siapa Kristof. Pangeran Hans, Duke Weselton perkenalkan. Dia adalah Kristof, sahabat Putri Anna dan ratu Elsa sejak kanak-kanak." Pangeran Hans mentap Kristof dengan dingin. Lelaki dihadapannya ini bisa menjadi batu pengganggu baginya dalam mendapatkan kekuasaan di kerajaan Arendel. 
    "Jadi Kristof bisa kau lanjutkan?" 
    Kristof menceritakan tentang pertemuannya dengan Anna tiga hari yang lalu. Menceritakan bagaimana ia mengantar Anna mencari Elsa karena Kristof melihat sendiri Elsa berjalan menuju pegunungan utara. Menceritakan bagaimana ia diminta untuk menunggu di luar Istana es, serta saat ia melihat dengan mata dan kepalanya sendiri Anna terkurung didalm balok es. Ia juga menyampaikan pesan dari sang Ratu Arendel kepada orang-orang dikerajaannya. 
    Keesokan harinya Hans telah beriap dengan para prajurit dari kerajaannya, jangan lupa dua ajudan milik Duke Weselton yang turut serta. Mereka akan merebut Anna dari Elsa dan membawanya kembali ke kerajaan Arendel. Kristof dan Sven masih memulihkan diri di dalam istana. Ia sebenarnya ingin ikut tapi mustahil mengingat ia sedang terluka. Dan lagi ia ingat jelas apa pesan yang di katakan Elsa. Ia tak ingin membuat Elsa semakin murka dan untungnya anggota kerajaan Arendel menyetujuinya. 
    Pangeran Hans memimpin rombongannya menuju pegunungan utara. Rombongan itu menyusuri hutan yang diselimuti es. Hingga tiba dihadapan istana berkilauan yang membuat pangeran kerajaan tetangga itu berdecak kagum. Tanpa menunggu lama, ia segera memerintahkan prajuritnya untuk mencari Anna. Namun sebelum mereka sempat menyeberangi jembatan es indah itu, tiba-tiba sosok monster es muncul dari tumpukan salju di dekat jembatan. 
    Para prajurit mulai menyebar berusaha menghalau monster salju yang berusahan menghalau mereka mendekati istana. Sementara Pangeran Hans mengambil kesempatan untuk menerobos memasuki istana es. 
    Didalam istana Hans dibuat lebih kagum lagi dengan keindahan arsitektur dari Istana es tersebut. Sibuk memperhatikan keindahan ruangan hingga ia melihat sosok Elsa yang berlari menaiki tangga tinggi. Tanpa buang waktu ia mengejarnya. 
    Di lantai dua istana es tersebut ia disambut dengan dua buah sosok monster es dan Elsa yang berdiri di belakang dua monster itu. 
    Mata Hans tertuju pada bongkahan es dengan Anna yang terkurung didalamnya. Mata putri Arendel itu terpejam tenang. Seolah tidak memperdulikan kekacauan yang ada didepannya. "ANNA!" 
    "Dia tidak akan mendengarmu." Elsa dengan santai duduk di singgasananya. Menumpu dagunya pada kedua tangan, menatap HAns dengan meremehkan. 
    "Pangeran Hans. Aku dengar kau sering di hukum kakak-kakakmu karena kekacauan yang kau lakukan. Kau juga sering mengecewakan Ayahmu karena kelemahanmu." Elsa, walaupun tidak pernah muncul ke hadapan publik tapi ia tahu perkembangan di kerajaannya serta diluat kerajaannya. Tentu dia juga tahu kabar apa yang tersebar di kerajaan tetanggal. "Aku takkan membiarkan Anna jatuh ke tanganmu dan membiarkanmu menguasai kerajaan ini suatu saat nanti." 
    Senyum manis yang terukir di wajah ayu milik Ratu Arendel itu membuat Pangeran Hans merinding. Senyum itu tidak sampai ke mata dan ke hati. Senyum itu membahayakan. "Jadi, cepat kalian bawa lelaki ini dan prajuritnya kembali ke Istana Arendel dan kurung di dalam Istana!" Seru Elsa, dua sosok raksasa es di ruangan itu bergerak mendekati Hans. Meraih sosok itu dan membawanya keluar istana. Di luar istana ternyata sudah berkumpul banyak raksasa es yang juga tengah menggenggam para parjurit bawahan Hans. Rombongan raksasa itu membawa Hans dan bawahannya kembali ke istana. Memenjarakan mereka di istana dan berjaga disetiap sudut istana dan kota. Duke Weselton hanya bisa menatap dua ajudannya yang terkurung di ruang bawah tanah, sementara dirinya terkurung di kamar tamu. Para pelayan dan pejabat kerajaan Arendel hanya bisa pasrah akan masa depan mereka di tangan sang Ratu yang baru. Sambil berharap Putri Anna mereka dalam keadaan baik-baik saja. 

    TBC
  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan