Archive for Juni 2017
FROZEN HEART 1
0
FROZEN HEART
(Penobatan)
Ayuni Yuukinojo
FROZEN & ROG Not Mone
Warning : Lama Update, OOC, Dark Elsa
Anna
menatap kumpulan tamu yang mulai memasuki gerbang istana. Setelah 5 tahun
akhirnya istana ini terbuka untuk para tamu. Setelah 5 tahun terkurung didalam
istana. Setelah 5 tahum tidak pernah berjumpa. Akhirnya ia bisa bertemu dengan
sang kakak. Dihari penobatan Ratu Arendel yang baru ini, dia akan memperbaiki
ikatannya dengan sang kakak.
Memandang
kesekeliling Ballroom Anna bertemu pandang dengan seorang pemuda. Pemuda itu
tampaknya seorang pangeran, dapat dilihat dari penampilannya yang berkelas.
Menurut tangan kanan Ratu yang bertugas menyambut para tamu, pemuda itu adalah
pangeran ke-13 dari kerajaan tetangga. Pangeran Hans namanya. Memberanikan
diri, Anna mendekati pemuda itu untuk berbincang-bincang.
_._._
Elsa
menatap orang-orang yang memasuki istana dari jendela kamarnya. Kedua tangan
bersarungnya saling menggenggam erat karena gugup. ‘Semua akan baik-baik
saja. Mereka tidak akan tahu. Mereka tidak boleh tahu.’Bisikknya
menenangkan diri. ‘Mimpi buruk itu takkan terjadi’ lanjutnya.
Pintu
kamar sang calon Ratu itu diketuk pelan, seorang pelayan wanita menunggu
disana. “Yangmulia, Acara Penobatan akan segera dimulai.”
Elsa
dituntun menuju gereja di dalam istana, gereja itu khusus dibangun untuk acara
penobatan, pemberkatan, pernikahan dan pemakaman untuk para keluarga keajaan.
Memasuki bagian dalam kerajaan, Elsa telah dinanti oleh para pejabat, bangsawan
serta kolega kerja kerajaan yang hadir di hari itu. Adiknya Anna telah menunggu
di bawah anak tangga penobatan dan seorang pendeta berada telah menantinya di
atas panggung penobatan.
Mata
seluruh orang yang hadir memandang calon Ratu Arendel itu penuh kagum. Dengan
rambut pirang keperakan dan mata biru bagai sapphirenya Elsa berhasil mempesona
seluruh para undangan. Bahkan Pangeran Hans pun dibuat terposana.
Berjalan
dengan pelan dan anggun. Elsa tiba di depan pendeta yang telah menantinya.
Lagu-lagu pemberkatan dinyanyikan oleh para paduan suara membuat suasana makin
terasa khidmat.
.
Malam
pesta pernikahan berlangsung dengan sangat meriah, para tamu bersenda gurau,
menari dan bersenang-senang. Setelah sekian lama akhirnya Anna bisa berada
begitu dekat dengan sang kakak. Memandang kemeriahan pesta bersama-sama. Ia
harap malam seperti ini akan terus berlangsung. “Yangmulia, Duke dari
Weaseltown” ujar si tangan kanan Ratu memperkenalkan seorang lelaki tua dengan
mata mencurigakan kehadapan Elsa.
“Weselton,
Duke dari Weselton.” Koreksi lelaki tua itu. “Yangmulia, Sebagai rekan bisnis
terdekatmu. Sepertinya akan cocok bagiku untuk menjadi pasangan dansa pertamamu
sebagai Ratu.” Lelaki tau itu membuat gerakan lincah yang aneh hingga hampir
membuat wig yang ia kenakan hampor copot. Elsa hanya bisa terheran menatap
orang didepannya ini.
“Terimakasih.
Hanya saja aku tak bisa berdansa. Tapi adikku bisa.” Ah, Elsa menjadikan
adiknya tumbal dari dansa aneh si lelaki tua. Ia sangat senang, bisa berada
sedekat ini dengan sang adik. Ia memperhatikan bagaimana adiknya berdansa
dengan lelaki tua itu. Beberapa kali kaki adiknya harus terinjak karena gerakan
si lelaki tua yang terlalu enerjik. Elsa merasakan ada yang aneh dengan lelaki
tua itu. Lelaki itu sedang merencanakan sesuatu yang membahayakan dirinya dan
kerajaannya. Terlihat dari beberapa kali lelaki itu menunjukkan ekspresi licik
sambal berbicara dengan Anna, untungnya Anna tidak mengerti apa yang dimaksud
oleh lelaki itu.
Satu
lagu selesai di mainkan. Anna kembali ke samping Elsa dengan tertatih-tatih
meninggalkan si lelaki tua yang masih bersemangat untuk menari. “Hari ini
sangat luarbiasa. Aku harap bisa seperti ini terus.” Ujar Anna senang.
“Aku
juga berharap seperti itu.” Elsa memang menginginkannya, kehangatan dan
keramaian yang menyenangkan didalam istananya. “Tapi aku tidak bisa.”
“Tapi
Elsa, kenapa?”
“Yang
jelas aku tidak bisa!” tegas Elsa tidak ingin di bantah oleh sang adik.
“Baiklah,
aku permisi sebentar.”
Elsa
menatap kepergian adiknya dengan sendu, ia menginginkan hal yang sama dengan
Anna, tapi itu tidak bisa. Segala sesuatu bisa sangat kacau jika tiba-tiba
terjadi hal yang tak terduga. Kekuatannya yang bagaikan kutukan ini akan
mebahayakan seluruh negerinya jika ia tidak bisa mengendalikannya. Dan Anna
adalah satu-satunya orang yang dapat membuatnya bisa mengendalikan kekuatan
mengerikan itu.
“Elsa!
Maksudku Ratu!” Anna datang dengan bersemangat, tampaknya ia sudah tidak sedih
lagi.”Perkenalkan Pangeran Hans dari Southern Isles.” Anna datang dengan
seorang pengeran yang menggandeng tangannya.”Kami menginginkan restu dari anda
untuk pernikahan kami.”ujar mereka bersama-sama.
Menikah?
Anna ingin menikah dengan lelaki didepannya ini? Lelaki yang bahkan tidak bisa
membuktikan kemampuannya dihadapan para kakak-kakaknya?
“Tidak.
Anna kau tidak bisa menikah dengan seserang yang baru kau kenal.” Ujar Elsa
dengan tegas. Lelaki didepannya ini tidak memiliki kemempuan untuk menjaga
Anna. Dan lagi Elsa belum bisa menyerahkan Anna kepada orang lain. Ada sasuatu
hal yang harus dia lakukan dan ini menyangut sang adik.
“Bisa
saja jika itu adalah cinta sejati.”
“Anna,
tahu apa kau tentang cinta sejati?”
“Lebih
tahu darimu. Yang kau tahu hanyalahmenajuhi seseorang.” Menjauhi seseorang?
Jadi dirinya slah keran menjauhi seseorang? Dia sediri tidak ingin menajuhi
adiknya sendiri. Keadaan yang tidak memungkinkan yang memaksakannya untuk
melakukan itu.
“Jika
kau meminta restu dariku. Maka jawabanku adalah tidak. Kurasa aku harus pergi
sekarang. Permisi.” Elsa tidak suka hal ini. Ini mengganggu ketenangan yang
telah ia bangun. Ini tidak baik. “Pesta berakhir. Tutup pintu gerbangnya.” Ujar
Elsa tegas meninggalkan sang adik yang menatapnya dengan tidak percaya.
“Elsa
kumohon, aku tidak bisa hidup seperti ini lagi.” Sarung tangan kanan Elsa di
genggam Anna dengan erat. Ini tidak baik.
Ini tak
sesuai rencana yang telah di bangun Ratu Arendel itu. Harusnya tak ada acara
meminta restu. Pesta akan terus berlangsung hingga subuh jika saja Anna tidak
datang dengan pangeran ke enam itu. “Kalau begitu pergilah.” Ucapnya lalu
berjalan meninggalkan ruangan.
“Elsa
tunggu!” Hentikan.
“Kenapa
kau menutup diri dari duani luar?” Hentikan..
“Apa
yang kau takutkan?” Hentikan!
“Elsa!?”
“AKU
BILANG CUKUP!” udara dingin berhembus dengan cepat, secepat Elsa mengayunkan
tangannya. Sihir es mengalir dengan cepat menciptakan bongkahan es beku yang
meruncing hampir mengenai sang adik.
“Penyihir!
Sudah kuduga ada yang aneh disini!” ucap DukeWeselton bersembunyi dibelakang
dua ajudannya.
“Elsa?”
“Kau
yang memulai semua ini Anna.” Ujar Elsa dingin lalu berjalan dengan cepat
meninggalkan ballroom.
“Elsa
tunggu!”
“Tangkap
Dia! Tangkap monster itu!” seru Duke Weselton memerintahkan dua ajudannya.
“Menjauh
dariku!”
Elsa
berjalan cepat tidak memperdulikan orang disekitarnya. Tidak memperdulikan Anna
yang mengejarnya. Langkahnya berhenti di teluk dibelakang istana.
“Elsa
tunggu!”
Ia bisa
mendengar Anna yang memanggilnya dibelakang. Dengan ragu Elsa melangkahkan
kakinya diatashampaan air yang membeku karena ia injak. Cukup kuat dan tebal
hingga ia bisa berlari diatasnya.
Elsa
terus berlari menyeberangi teluk dan mendaki bukit menuju gubung tertinggi di
kerajaannya. Meninggalkan salju yang menyebar setiap ia menginjakkan kaki.
Hingga ia tiba di puncak tertinggi gunung bersalju itu.
“Dulu
tidak seperti ini. Dulu kami masih bisa bermain dengan bahagia, membuat boneka
salju dan Olaf.” Tangan tak bersarungnya mengayun pelan membentuk boneka salju
kesayangan sang adik. “Harusnya tidak seperti ini.”
‘Tapi
kenyataannya memang seperti ini’ sebuah bisikan kembali terdengar di telinga
Elsa. Bisikan yang terus mengganggunya dan memberikannya mimpi buruk. Bisikan
yang terus muncul sejak ia secara tidak sengaja menyakiti adiknya dengan sihir
dulu.
‘Mereka
akan membencimu. Lelaki tua itu akan mengambil kerajaanmu dan pangeran lemah
itu akan merebut adikmu’
“Hentikan.”
Elsa menggenggam kepalanya yang berdenyut sakit. Suara itu mulai mengganggunya
lagi.
‘Kau
akan sendirian dan tidak akan memiliki siapapun.’
“Hentikan”
‘Ayah
dan Ibumu meninggalkanmu karena mereka takut padamu.’
“Hantikan…”
‘Kau
akan sendirian disini.’
“HENTIKAN!!”
‘Mereka
hanya memanfaatkanmu’
“….”
‘Tidak
ada yang mencintaimu.’
“Benar. Tak ada yang mencintaiku.” Mata biru indah itu
kini memerah karena marah dan kecewa. Hati penuh kelembutan dan rasa sepi itu
kini telah membeku. Tak akan ada yang bisa mencairkannnya.
By : Yuuki
