Archive for April 2017

  • Empress Of Uchiha Family 11

    0

    Hari terus berlalu Menma dan Sarada telah tumbuh dari bocah kecil menggemaskan menjadi remaja yang menarik perhatian banyak orang. Salahkan gen Uchiha dan Namikaze yang mengalir di tubuh mereka. Saat ini mereka menginjak usia 15 tahun. Naruto telah berusaha dengan keras agar kedua putra putrinya mendapat kasih sayang yang seimbang dan tidak ada yang mengungkit mengenai ibu kandung Sarada.


    Para Uchiha sebenarnya sudah tahu akan itu semua. Tapi di luar keluarga inti (keluarga Madara), Uchiha-Uchiha yang lain sedang melakukan berbagai macam cara untuk mendekati dua penerus klan besar itu. Mereka membentuk fraksi-fraksi yang mendukung salah satu dari dua penerus untuk menjadi kepala keluarga. Mereka saling menjatuhkan satu sama lain tanpa memperdulikan pendapat dari orang yang mereka dukung.

    Sampai saat ini hubungan keluarga kecil Naruto masih damai penuh kebahagiaan. Awalnya ia merasa ragu apakah keluarganya dapat bertahan dengan keberadaan Sarada di tengah-tengah mereka. Tapi Naruto adalah pemuda yang dibesarkan penuh dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Naruto tidak akan tega menyisihkan Sarada dan membuatnya kesepian. Ia takut jika ia melakukannya, Sarada akan merasa dianak tirikan dan akan memberontak.

    "Sara-chan, akhir-akhir ini kau sedang dekat dengan anak bernama Boruto itu ya." ucap Menma saat mereka sedang sarapan pagi. Sarada yang mendengar perkataan kakaknya hampir saja tersedak sup tomat yang dibuat sang ibu.

    "Ka-kata siapa!?" Wajah putih sarada memerah ketika menyadari seluruh perhatian ruang makan tertuju padanya.

    "Baruto siapa, Menma?" tanya Naruto penasaran. Seingatnya tidak ada satupun teman putrinya yang bernama Boruto.

    "Itu loh Kaa-san. Pemuda berambut pirang seumuran Sara-chan yang datang saat acara ulang tahun perusahaan Mina-jiichan." Naruto mengingat-ingat lagi sosok pirang yang datang di acara ayahnya itu. Diantara para tamu, hanya keluaraga Namikaze saja yang memiliki rambut pirang

    "Berarti salah-satu dari keluarga kita ya." jelas Naruto. 'Aku akan tanya ayah nanti.'

    "Sudah Kaa-san, jangan di bahas." Ujar sarada merajuk, dengan cepat ia mengahabiskan makanannya dan meninggalkan meja makan."Aku selesai. Terimakasih atas makanannya."

    Menma memandang kepergian adiknya dengan seringai terlukis diwajah. Ia sangat senang menggoda adik perempuannya itu. Membuat wajah datar turunan kakek Fugaku merona atau kesal.

    Diantara Menma dan Sarada yang paling menuruni sifat datar klan Uchiha adalah Sarada. Gadis itu sangat pendiam dan irit kata. Naruto sendiri kadang dibuat kesal dengan trademark Uchiha yang selalu bergumana 'Hn' untuk menjawab percakapan. Rasanya Naruto ingin menjitak kepala Sasuke setiap Sarada menggumamkan kata menyebalkan itu.

    Semenatar Menma adalah pemuda yang ramah tapi hanya kepada orang-orang yang ia percayai saja. Menma akan bersikap sangat formal kepada orang asing atau orang yang menurutnya tidak ia percaya. Sementara ketika bersama keluarga dan sahabatnya ia akan mengoceh tanpa henti seperti Naruto. Ia akan beradu argumen dengan Kyuubi dan Itachi jika membahas masalah perusahaan. Ia akan menjadi sangat jahil jika sudah bersekutu dengan Kyuubi untuk mengerjai paman kriputnya dan ia akan menjadi sangat lembut dan tenang jika sedang bersama dengan ibu dan bibi Kurama-nya.

    Jika Sarada mencerminkan sosok putri bangsawan yang anggun, tenang dan cerdas maka Menma adalah seorang petualang. Pemuda itu memiliki jiwa kebebasan yang tinggi, ia tidak ingin di kekang oleh peraturan-peraturan keluarga Uchiha yang kaku -tapi bukan berarti dia melawan- Ia senang mengunjungi tempat-tempat baru, mengetahui hal-hal baru dan menemui orang-orang baru. Sifatnya itu membuat Naruto takut putra semata wayangnya suatu saat akan pergi jauh tanpa bisa ia gapai.

    "Menma, jika kau ingin berpetualang maka pergilah, tapi kau harus ingat mengabari Ibu kemana kau akan pergi dan apapun yang terjadi jangan pernah lupa bahwa ibu dan ayah selalu menunggu kepulanganmu serta jangan pernah melakukan tindakan yang akan merusak masadepanmu." itu adalah pesan Naruto dulu saat Menma berusia spuluh tahun. Anak itu pernah menghilang selama tiga hari membuat Naruto panik. Naruto tidak makan dan tidak tidur selama tiga hari dan Sasuke yang saat itu sedang rapat diluar kota harus membatalkan rapatnya. Dihari keempat saat Menma pulang, Ia dihadiahi tamparan di pipi oleh Sarada dan Naruto yang menangis dan pingsan dalam pelukan Menma.

    Hobi Menma yang senang berpetualang itu membuat Uchiha yang dulunya mendukungnya menjadi kehilangan kepercayaan dan beralih menudukung Sarada. Namun bagi Menma itu bukan masalah, saat ini ia sedang ingin bersenang-senang dan berpetualang. Urusan perusahaan masih bisa ia pikirkan nanti saat ia sudah dewasa. Ia masih ingin berpetualang dan mempelajari hal-hal baru.

    Mengetahui putranya senang berpetualang Sasuke memutuskan untuk memberikan pelatihan khusus yang akan membantu Menma melindungi dirinya. Ia meminta Obito melatih Menma dalam bisang beladiri dan ia memastikan Menma tetap mempelajari tentang dunia bisnis.
    .
    .
    "Danzo! Kenapa sampai sekarang pemuda jalang itu belum juga mati? Aku ingin pemuda itu lenyap dari hadapanku!" Haruno Mebuki, wanita itu memsuki ruang kerja Danzo di kediaman Shimura dengan tergesa-gesa. Ia sudah bersabar dengan sangat lama hanya untuk meihat kematian pemuda pirang yang telah merebut suami putrinya, Ia juga sangat kesal ketika putrinya sendiri tidak mendukung rencananya.

    Danzo memandang wanita didepannya itu dengan tajam. Wanita itu datang seenaknya ke kediamannya dan berprilaku layaknya boss pada dirinya. "Tutup mulutmu Mebuki! Gara-gara rencana rendahanmu itu aku gagal menjadi Hokage! Kenapa dulu kau harus memerintahkan Torune untuk mendorong pemuda itu? Gara-gara rencana murahanmu itu namaku menjadi tercemar dan kehilangan kepercayaan dari masyarakat!"

    Tidak terima di bentak, Mebuki belik melawan Danzo. "Itu karena kau sangat lambat dalam bertindak! Sampai sekarang pemuda itu masih hidup dengan bahagia sementara putriku harus diasingkan!"

    "Salahmu sendiri yang tidak bisa mengendalikan anak dan suamimu! Dulu aku sudah bilang bahwa Kinzashi buka lelaki yang bisa kau manfaatkan. Tapi kau masih saja menikahi lelaki itu. Sekarang kau malah datang memohon-mohon padaku untuk menolong putrimu. Harusnya dulu kau menikah denganku! Bukan dengan lelaki bodoh itu!"

    "Oh! Jadi sekarang kau ingin membalaskan sakit hatimu dengan menyulitkan keinginanku!? Setelah semua yang ku berikan untuk membantumu dalam kampanye sekarang kau membuangku! Kau sama saja dengan Kinzashi. Hanya menginginkan tubuhku!" Mebuki tidak bisa terima. Setelah berjuta-juta uang yang ia keluarkan untuk mensponsori Danzo dalam pemilihan Hokage, kini setelah lelaki itu kalah ia malah dilupakan begitu saja. Yang benar saja!

    "Tutup mulutmu Mebuki! Apa kau tahu! Semua rencana yang telah ku susun dengan rapi menjadi berantakan karena ketidak sabaranmu! Jangan kira aku tidak tahu, kau memerintah Torune dengan bayaran kau meu tidur dengannya kan!? Dan sekarang kau bilang aku hanya menginginkan tubuhmu? Apa kau tidak sadar kalau prilakumu lebih jalang dari pemuda Namikze itu?" Danzo sudah sangat bersabar dalam mengahadapi wanita didepannya ini. Dulu dia memang mencintai wanita ini, saat tahu wanita ini sudah menikah, dia sudah menyerah. Tapi sekarang wanita ini datang kehadapannya dengan memohon-mohon dan menjanjikan hal yang sangat ia inginkan. Lelaki mana yang tidak menolak?

    "Jadi, Mebuki. Kau telah membuat putra kepercayaanku mendekam di penjara dan kau sudah seenaknya memerintahku. Kurasa ini waktunya kau membayar hal itu semua." Danzo menatap wanita di hadapannya dengan tajam. Jelas sekali wanita itu terlihat ketakutan dan Danzo senang membuat orang-orang takut kepadanya. Dengan segera lelaki itu menyeret Mebuki memasuki ruang peristirahatan yang ada disamping ruang kerjanya. Walau tak dapat menikahi wanita ini. Bukan berarti dia tidak bisa menikmati wanita ini kan? "Kau tenang saja. Aku masih punya dendam dengan Minato. Jadi untuk sekarang kau puaskan aku dan aku akan menghancurkan Namikaze itu."

    TBC
  • Hari-hari Yang Damai

    0


    Kata orang, membesarkan seorang anak tidaklah mudah. Apalagi dua anak sekaligus dengan tambahan salah satunya adalah anak madumu.
    Naruto selalu berusaha untuk menyayangi kedua anaknya dengan seimbang. Menyayangi dan mencintai Menma putra kesayangannya juga mencintai dan menyayangi Sarada seperti anaknya sendiri.
    Awalnya tidaklah mudah. Dibulan-bulan pertama Naruto kesulitan mengatur waktunya untuk Menma, Sarada dan Sasuke. Belum lagi Mebuki yang terus memaksa merebut Sarada. Tapi setelah enam bulan berlalu, ia mulai terbiasa. Sasuke dan Naruto meletakkan kedua anaknya dikamar yang sama. Tepat berada di samping kamar mereka.
    Dipagi hari Mikoto akan membantu Naruto memandikan kedua bayi Uchiha itu dan mendandani mereka. Naruto akan menyuapi Menma bubur sementara Sarada di suapi Sasuke. Terkadang mereka bergantin melakukannya.
    Menginjaj usia satu tahun Sarada mulai berlajar berbicara. Kata pertama yang ia ucapkan adalam 'mamam'. Entah ia memanggil sang ibu -Naruto- atau sedang lapar. Semenatar Menma lebih banyak berkembang di bidang motoriknya. taruh saja dia dilantai beberapa detik. Maka bayi bermata indah itu akan merangkah kesegala arah dengan lincahnya. Sementara kemampuan berbicara Menma hanay sampai gumaman lucu yang menggemaskan. Setidaknya ia tahu bagaimana menarik perhatian ibunya. Cukup serukan 'bebeb' maka sang ibu akan memandangnya dengan cepat. Salahkan Sasuke yang masih senang memanggil Naruto Dobe di hadapan putra semata wayangnya.
    Ketika Sarada mulai belajar merangkak dengan cepat, Menma sudah mulai belajar berdiri dengan kedua kakinya, walau masih menggunakan pegangan. Mata biru anak itu selalu menatap kaki siapapun yang lewat di hadapannya. penasaran dengan rahasia berjalan dengan dua kaki.
    Saat Menma sudah berhasil berdiri dan mencoba melangkah, ia akan jatuh terduduk dengan popok dan bokongnya yang empuk. Beberapa kali ia akan terus mencoba untuk bangkit dan melangkah lalu jatuh lagi sampai akhirnya ia menyerah dan merengut kesal dengan imutnya. Naruto sangat senang mengabadikan momen itu dan mengirimkannya kepada Sasuke yang sedang di kantor.
    "Mamam appa" ucap Sarada biasanya saat ia sedang lapar. Bayi kecil itu akan menarik-narik ujung celana Naruto dan mengutarakan keinginnnya. Atau saat tidak ada siapapun selain Menma di dekatnya, maka Sarada akan merangkak mencari orang terdekat yang bisa di tagihi makanan.
    Lain Sarada, lain Menma. Bayi lelaki Uchiha itu sangat pilih-pilih makanan sama seperti ibunya. Dia sangat suka tomat dan stroberi, sementara Sarada malah menghindari tomat. Awalnya itu tidak masalah, namun saat Sarada di diagnosa menderita mata minus sedari kecil, Naruto mulai mencari berbagaimacam cara untuk membuat Sarada mau mengkonsumsi tomat.
    Saat Menma pertama kali memanggil Sasuke dengan bibir mungilnya yang sering di cium Mikoto, Sasuke berasa ingin segera pulang dan melupakan rapat penting dengan Direktur Akatsuki yang sedang ia lakukan. Saat itu Naruto mengirimkan video Menma dan Sarada yang sedang di suapi oleh Mikoto, oioi gembul dan bibir mungil Menma belepotan bubur bagitu pula dengan Sarada.
    "Menma, Ayo bicara sama Dady~" suara Naruto terdengar, kamerah di zoom-in ke wajah Menma yang belepotan. "Ayo panggil Dady~"
    "..da..da..daddad..." celoteh Menma dengan hujan lokal.
    "Daddy~" seru Sarada juga tak mau kalah.
    "Benar Sarada, 'Dady'. Menma ayo panggil dady lagi..."
    "Daddad... mamam daddad..."
    "Sebentar lagi pasti Menma bisa memanggil ayahnya dengan baik Naru. Dia hanya perlu latihan. " Mikoto masih anteng menyuapi kedua cucunya.
    "yah, Padahal aku ingin memperlihatkan Menma yang memanggil Sasuke dengan Dady."
    "Cuke!"
    "He?"
    "Cuke! Mamam cuke!" seru Menma sambil berusaha meraih mangkuk bubur yang di bawa Mikoto.
    Naruto hanya bisa tertawa pelan mendengar penggilan putranya kepada Sasuke. Baik anak dan ibu tak ada bedanya memanggil sang ayah.
    .
    Ada kalanya kediaman Uchiha yang tenang akan menjadi sangar ramai dan dipenuhi teriakan, hal itu biasanya terjadi saat duo biang ribut keluarga Namikaze -Kyuubi dan Kurama- sedang berkunjung dan Itachi sedang libur dari kantor. Ketiga orang itu akan saling menjahili dan saling menggoda layaknya anak TK. Sementara Fugaku hanya bisa menguruh diri di ruang kerja yang kedap suara. Apalagi jika diperparah dengan kedatangan Hashirama yang akan langsung bedebat dengan Madara mengenai hal-hal yang tidak penting.
    Mikoto, selaku nyonya pemilik rumah yang baik hanya menonton dari kejauhan dan menanggapi sesekali. Sementara Sasuke dan Naruto memastikan kedua putra-putrinya tidak menulari sifat gila kakak dan kakeknya.
    "Ibu apa sebaiknya kita hentikan mereka?" bisik Naruto pada Mikoto saat melihat perdebatan Itachi dan duo Namikaze semakin panas.
    "Tak apa. Ini akan jadi sangat menarik." Ujar Mikoto sambil melambaikan tangannya, menolak.
    "Ibu benar Naru. Kapan lagi kita lihat Itachi-nii terpojokkan oleh duo devil Namikaze?" Timpal Sasuke di sela kegiatan membaca koran nya.
    "Hei jangan panggil kakakku devil, Teme!"
    "Tapi kakakmu sering memanggil Itachi-nii 'keriput'."
    "itu memang kenyataannya anak ayam." seru Kyuubi tiba-tiba saat mendengar perbincangan SasuNaru. "Itachi memang punya keriput di wajahnya. Makanya kita memanggilnya 'Keriput'. Benarkan Kurama-chan?"
    "Untuk kali ini aku setuju denganmu Kyuuni. Kadang aku heran. Pelet apa yang di pakai Keriput ini sehingga aku mau berpacaran dengannya." Timpal Kurama tak kalah sadis.
    "Kurama-chan kau jahat sekali. AKu tidak keriput. Ini tanda lahir!"
    "Anak kecil juga tahu bahwa yang ada di wajahmu itu keriput." ejek Kyuubi lagi. "Benarkan Menma?" Kyuubi memndang keponakan lelakinya dengan tertarik.
    "ung... put.. itaput..." gumama Menma sambil memandang Kyuubi polos. Benar-benar terlihat imut di mata si sulung Namikaze. "Astaga! Naru! Anakmu benar-benar menggemaskan." dengan cepat Menma kini sudah ada di pangkuan Kyuubi dan di peluk dengan erat.
    "Rasanya seperti melihat kau kecil lagi, Naru-chan. Sayang rambutnya hitam. Boleh aku cat pirang tidak?" Seru Kurama tak kalah hebohnya.
    Kedua sulung Namikaze tampak dengan semangat mencium-cium tubuh gembul Menma melupakan Itachi yang kini terduduk lesehan pasrah di dekat Sarada. "Ibu, ini bukan keriput kan ya!? Ini bukan keriput!" rajuk Itachi sambil mencoba memangku Sarada.
    Mikoto memicingkan mata, memandang kedua garis di wajah putra sulungnya. Jujur ia tidak tahu harus berkata apa. "Itachi maaf. Tapi seingat ibu. Kau tidak lahir dan tumbuh dengan kedua garis itu. Kedua garis itu muncul saat kau memasuki usia 17an."
    "HA! kau dengar itu Itachi! Itu jelas-jelas keriput!" seru Kyuubi semangat yang dia setujui oleh Kurama dan gumaman 'put..itaput..' dari Menma.
    Itachi rasanya mau mewek. Kedua Namikaze itu tidak pernah berhenti memanggilnya Keriput dan sialnya dua garis sialan menyeruapai keriput ini tidak mau hilang juga walau ia sudah menggunakan berbagai macam lotion."cup cup cup... Put jii anan anis" gumam Sarada pelan mengelus tangan Sarada seolah-olah menghibur, memandang wajah pamannya dengan wajah polos.
    "Sarada, jangan kau juga...." Ahh, sekarang Itachi rasanya benar-benar mau menangis sementara duo sulung Namikaze terbahak tertawa pus Menma yang terus berseru 'put itaput' sambil bertepuk tangan. Entah dia tahu artinya apa tidak.
    TBC
  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan