Archive for November 2016

  • Empress of Uchiha Family 2

    0



    Empress of Uchiha Family
    †††
    By : Ayuni Yukinojo
    †††
    Naruto © Masashi Kishimoto
    †††
    Pair : SasuNaruto
    Warning :
    Typo, OOC, EYD berantakan, Shonen-ai,
    Judul tak sesuai dengan cerita –mungkin-

    .
    Sebulan lebih sudah berlalu sejak pernikahan itu dilangsungkan, tak ada yang banyak berubah. Sasuke tetap tidur dikamar pribadinya dengan Naruto. Terkadang dia akan tidur di kamar Sakura. Tetapi setelah lewat tengah malam, ia akan kembali ke kamar pribadinya. Terkadang Sakura akan berusaha untuk membujuk Sasuke agar tidur dengan dirinya.
    Naruto juga masih bisa menghadapi sikat menjengkelkan Sakura. Beruntung siang hari Naruto habiskan di restoran miliknya hingga Sasuke menjemputnya di sore hari. Walau Sasuke sudah menikah lagi. Pemuda Uchiha itu tetap mencintai Naruto. Kegiatan pulang pergi ke kantor selalu bersama dengan Naruto dengan meninggalkan Sakura dirumah bersama dengan Mikoto dan Fugaku.
    Sakura sangat pintar mencari muka dan berakting. Dihadapan para Uchiha wanita berambut senada dengan bunga sakura itu akan berikap lembut kepada Naruto. Tetapi, saat hanya ada dirinya dan Naruto dirumah -para pelayan tidak dihitung. Maka wanita itu akan bertingkah layaknya ratu dan bersikap sinis pada Naruto, Naruto tak masalah, selama perkataan wanita itu tidak mengacaukan keadaan damai milik kediaman Uchiha, maka Naruto tidak akan ambil tindakan.
    Pagi hari dimeja makan digemparkan dengan pengakuan Uchiha Sakura yang mengatakan bahwa dirinya tengah mengandung satu bulan. Berita itu membuat seluruh keluarga Uchiha bahagia. Akhirnya penerus Uchiha akan segera lahir. Perlakuan Mikoto kepada Sakurapun juga membaik. Seharian penuh Nyonya Besar Uchiha itu menemani dan memanjakan Sakura. Semua itu demi calon cucunya.
    Naruto tidak berkata apapun saat mendengar berita itu. Mata sapphire pemuda pirang itu hanya menatap Sakura dengan kosong walau wajahnya melukiskan senyum teduh. Ia juga tak menghiraukan Sasuke yang tampak mengelus perut Sakura dengan lembut. matanya hanya menatap kosong, sementara batinnya menenangkan emosi sarat akan kesedihan dan kekecewaan. Harusnya dirinyalah yang memberikan kabar baik itu pada keluarganya. Bukan wanita itu.
    .
    .
    Beberapa minggu ini Naruto merasakannya. Perubahan sikap Sasuke pada Sakura. Pemuda Uchiha kini lebih memanjakan Sakura. Setiap malam Sasuke selalu menemani Sakura di kamarnya dan tidak kembali setelah tengah malam berlalu. Itu membuat Naruto merasa kesepian. Apalagi setiap ia dan Sasuke hendak berangkat kerja, ia harus melihat pemandangan dimana Sasuke mengelus perut Sakura dengan senyum lembut. ia menginginkan perlakuan itu. Ia ingin tatapan lembut penuh mendamba Sasuke itu. Ia menginginkan elusan lembut yang seharusnya diberikan pada bayinya.
    Kesibukan Sasuke dalam menangani pekerjaan dan memanjakan Sakura secara tidak langsung telah membuat pemuda Uchiha itu melupakan keberadaan Naruto. Ia lupa bahwa ia biasanya akan kembali ke kamarnya dan Naruto ketika tengah malam telah berlalu. Ia lupa untuk mengecup bibir Naruto ketika berpisah didepan restoran Naruto. Ia lupa menanyakan kabar sang blonde. Dan ia tak sadar bahwa setiap ia berbicara dengan Naruto, topiknya selalu berubungan dengan calon anaknya.
    .
    Akhir-akhir ini Naruto sering sekali kelelahan. Ia juga merasa malas untuk pulang ke kediaman Uchiha. Entah kenapa ia ingin bertemu dengan Uchiha Madara, kakek Sasuke yang kini tinggal di kediaman utama Uchiha. Rasanya Naruto ingin sekali surai pirang lembutnya dielus olah tangan keriput sang kakek. Akhir-akhir ini juga Naruto merasa sangat kecanduan akan tomat. Padahal dulu dia sangat merasa jijik setiap kali melihat Sasuke memakan buah merah kesukaannya itu.
    Tanpa memberi kabar pada sang suami dan orang rumah, Naruto meminta salah satu karyawannya Konohamaru untuk mengantarkannya ke kediaman utama Uchiha. Kedatangan Naruto di kediaman Uchiha yang besar itu membuat para pelayan sibuk. Mereka tak menyangka akan kedatangan nona muda kesayangan sang Tuan Besar.
    Ketika memasuki ruang tamu Naruto di sambut dengan gelak tawa Madara dan Hashirama-kakek Naruto. Dengan tanpa ragu pemuda pirang itu menerjang punggu si kepala keuarga Uchiha. “Madara-jii~” seru Naruto keras membuat kedua kakeknya terkejut.
    “Narurin!?” Hashirama berseru senang. Ia sangat jarang bisa bertemu dengan cucu pirang kesayangannya itu. Tak menyangka kedatangannya ke kediaman utama Uchiha dapat membuatnya bertemu dengan si cucu pirang.
    “Hashirama-jii lama tak bertemu. Kenapa jii-chan bisa ada dini? Bukankah harusnya bersama Tsunade-baachan?”
    “Kakek bodoh mu itu kabur Naru-chan.” Naruto mengambil posisi duduk disamping Madara, menatap sang kakek dari keluarga Senju dengan tatapan menyipit.
    “He~ aku akan lapor pada Nenek Mito~” seru Naruto tenang sambil meletakan tangan Madara di kepalanya. Menggerakkan tangan tuan dari kepala keluarga Uchiha seperti sedang mengelus.
    “Jangan dong Narurin. Oh, Narurin sedang apa kemari?” mengalih pembicaraan, Madara menatap sahabatnya dengan tatapan jijik sementara tangannya mulai mengelus kepala Naruto dengan perlahan. “Aku ingin kepalaku dielus Madara-jiichan.”
    “Kau tidak mau aku mengelus kepalamu juga Narurin?” Hashirama pindah tempat duduk, yang awalnya bersebarangan dengan Madara dan Naruto kini duduk disebelah Naruto membuat pemuda pirang itu kini berada di tengah-tengah kekaknya.
    “Tidak. Entah kenapa aku sedang merasa sangat kesal dengan Hashirama-jii.” Jawab Naruto ketus, menyenderkan kepalanya pada bahu Madara.
    Hal itu membuat Hashirama menjadi sedih dan kecewa, duduk dipojok sofa sendrian dengan aura berat yang membuat orang-orang yang melihatnya menyernyit miris. “Cucuku memang seorang Uchiha~” ujar Madara bangga, menyombongkan diri di hadapan sahabatnya.
    Naruto hanya tersenyum lembut. walaupun terlihat sering memaki sebenarnya kedua kakeknya ini adalah sahabat karib, bila sedang berdua atau bertiga dengan Naruto, tingkah mereka ana menjadi seperti bocah. Itu membuat Naruto senang berkumpul dengan kedua kakeknya ini.
    “Ngomong-ngomong kapan Narurin terakhir kali control ke tampat Tsuna-chan? Dia menanyakanmu terus loh.” Akhirnya kepala keluarga Senju itu keluar dari dunia madesu nya. Kembali mendekati Naruto dan mencoba untuk ikut mengelus kepala Naruto. “hem~ satu tahun yang lalu.” Jawab Naruto pelan, dia terlau menikmati elusan dari Madara.
    “Berarti selama satu tahun ini kau tidak ada mengkonsumsi obat. Apa tak apa?”
    Dahi Naruto mengerut pelan. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Bangun dari posisinya yang menyender pada Madara, pemuda pirang itu menatap lantai ruangan. “Sebenarnya itu juga alasan aku datang kemari.”
    Madara dan Hashirama saling tatap penuh tanda tanya. Ada sesuatu yang ingin dibicarakan cucunya tapi pemuda itu merasa ragu untuk mengutarakannya. “Tidak apa Naru-chan. Kami akan mendengarkan dan membantu.”
    “Sudah dua bulan berlalu sejak…. .sejak Sasuke terakhir kali tidur denganku.” Bisik Naruto pelan. Wajahnya memerah dan ia tampak mengingit bibir bawahnya kerena cemas.
    “hemm. Lalu kenapa?” Tanya Hashirama tidak mengerti. Memangnya kenapa bila Naruto tidur dengan Sasuke sebulan lalu? ”Jadi selama ini Sasuke terus tidur di tempat Sakura?” Hashirama tampak kesal. Bocah ayam Uchiha itu telah berani membuat cucu kesayangannya sedih.
    “Dobe.” Seru Madara menatap sahabatnya dengan tatapan meremehkan.
    “APA MAKSUDMU TEME!?”
    “Jangan dengarkan kakek dobe mu itu Naru-chan. Aku mengerti, bagaimana bila kita hubungi Tsunade untuk memeriksamu sekaligus menyeret si bodoh itu pergi dari sini.” Madara menenangkan Naruto, mengelus kembali surai pirang jabrik tapi halus sang cucu. Kepala pirang yang mulai tampak mengantuk itu mengangguk sebelum akhirnya menyender pada dada sang kakek.
    .
    .
    Kediaman Uchiah lagi-lagi digemparkan, kali ini dengan kedatangan tiba-tiba dari mantan kepala keluarga Uchiha, Madara bersama dengan sang sahabat, Hashirama Senju. Mereka tidak datang hanya berdua. Tsunade Senju putri pertama Hashirama juga datang, sedangkan Naruto berjalan dengan menggandeng tangan Madara dengan erat. Pemuda pirang itu tampak gugup.
    Para Uchiha tepatnya Fugaku, Mikoto dan Itachi menatap heran kedatangan dua sesepuh klan itu sedangkan Sasuke menatap Naruto dengan heran. Kenapa pemuda pirang itu tampak sangat cemas dan gugup? Sementara Sakura menatap kedekatan Naruto dengan Madara dengan kesal.
    “Tou-sama. Tuben Tou-sama berkunjung tanpa memberi kabar dan kenapa Naruto bisa bersama anda?” Fugaku datang menyambut tamu dadakan itu. Menjabat tangan Tsunade dan Hashirama, memeluk sang ayah dan mencoba untuk meraih Naruto tapi pemuda pirang itu malah bersembunyi di belakang pungsung Madara.
    “Ini adalah kejutan. Karena hari ini aku sangat senang. Aku akan memiliki cucu!” seru Madara senang, sementara anggota keluarga Fugaku mengernyit heran. Bukankah kabar itu sudah lama diketahui.? “Tentu sajakan. Sakura sedang mengandung sekarang.” Fugaku menjelaskan heran.
    “Bukan. Bukan yang itu. Akhirnya cucu yang ku nanti-nanti akan segera hadir. Naruto sedang mengandungnya dua bulan lebih.” Jelas Madara dengan wajah berseri-seri, tumben sekali ayah dari Fugaku itu menunjukkan wajah bahagia secara terang-terangan. Dia mendekap tubuh Naruto erat bersama dengan terlukisnya senyum bangga.
    .
    Petir bagaikan menyambar hati Sakura. Apa maksudnya dengan Naruto tengah mengandung? Naruto itu seorang lelaki. Lelaki mana ada yang bisa mengandung!? Kebahagiaan yang Sakura dapatkan beberapa minggu ini terasa lenyap seketika. Ia kira dengan kondisinya yang sedang mengandung dia akan bisa merebut perhatian para Uchiha dan membuat Naruto tersingkir. Padahal semuanya sudah berjalan sesuai dengan rencannya. Sasuke juga sudah mulai perhatian dengannya dan mulai melupakan keberadaan Naruto. Tapi kenapa sekarang pemuda pirang itu datang dan membawa kabar yang penuh dusta itu.?
    .
    “Bisa dijelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Naru-chan bisa tiba-tiba hamil?” Itachi membuka suara. Melenyapkan kesunyian yang di akibatkan oleh kabar bahagia yang dibawa oleh para kakeknya. “Kita bicarakan di ruang tamu.” Itachi menuntun seluruh keluarga dan para tamu ke ruanga tamu yang ada di dekat ruang makan. Naruto tidak mau jauh-jauh dari Madara dan Hashirama. Tidak, sebelum masalah ini selesai dibicarakan dan dia mengetahui tanggapan dari keluarganya.
    “Sejak awal Naruto memang memiliki kelebihan. Aku,Jiraiya, Kushina, Minato, Hashirama-tousan, Madara-sama dan Mikoto sudah mengetahui ini sejak awal. Hanya saja kami tidak bisa membeberkannya. Kami hanya ingin Naruto sendiri yang memilih nantinya.” Jelas Tsunade, Mikoto yang duduk di sebelah Fugaku bangun dari duduknya. Berjalan menuju Naruto yang berdiri di belakang Madara yang duduk di single sofa.
    “Kalau memang Naruto bisa hamil. Lalu kenapa tidak dari awal pernikahan saja dia hamil?” Sakura yang duduk di antara Sasuke dan Itachi sambil menatap Naruto ragu, dia tidak berani terang-terangan menatap Naruto karena Madara membentengi pemuda pirang itu.
    “Dia setiap hari meminum obat penstabil hormone yang aku dan Orochimaru buat. Obat itu membuat hormonnya stabil dan memperkecil kemungkinan hamil. Seharusnya bila Naruto terus mengkonsumsi obat itu maka dia takkan mengandung sekarang.” Tsunade menatap Naruto tajam membuat pemuda pirang yang di hampiri Mikoto itu bersembunyi di balik tubuh sang ibu mertua.”Tapi dia telah berhenti meminum obat itu setahun yang lalu. Dan dia juga tidak datang untuk cek-up. Bisa jelaskan apa mau mu Gaki?”
    “Gomen Baa-chan.”
    “Naru-chan bisa kau jelaskan kenapa kau basi hamil.” Mikoto menuntun Naruto untuk duduk di antar dirinya dan Fugaku.
    “Jadi Naru-chan harus menceritakan proses kenapa dia bisa hamil~?” celetukan Itachi membuat wajah Naruto memerah semerah tomat dan Sasuke tersedak ludahnya sendiri. Bungsu Uchiha itu menatap kakaknya dengan sengit. ‘Kuso-aniki’.
    “Naru berhenti meminum obat kira-kira satu tahun yang lalu dan berjhenti cek-up karena takut Baa-san akan tahu bahwa naru tidak lagi meminum obat. Naru sedih melihat Tou-san dan Kaa-san sangat menginginkan cucu. Jadi Naru berhenti mengkonsumsinya.” Jelas Naruto dengan wajah yang masih merona.
    “Bila kau berhenti meminumnya sekitar satu tahun yang lalu maka jeda waktu satu tahun itu cukup untuk menghilangkan efek obat itu sepenuhnya. Kapan kau terkhirkali melakukannya bersama Sasuke?” Tsunade bertanya terang-terangan, dia dalam mode seorang dokter jadi tidak sedikitpun merasa malu ataupun risih dengan pertanyaan yang ia ajukan.
    “Se-seminggu sebelum Sasuke dan Sakura menikah.” Jawab Naruto dengan muka memerah. Sama halnya dengan Sasuke yang wajahnya yang agak merona.
    “Bila benar kau berhenti meminum obat itu satu tahun yang lalu dan kau berhubungan dengan Sasuke 2 bulan yang lalu maka umur kandunganmu sekarang ada satu bulan lebih. Tsk. Aku akan segera menghubungi Orochimaru untuk mempersiapkan kemungkinan buruk yang kau hadapi saat persalinan nanti.” Dan Tsunade meninggalkan kediaman Uchiha tanpa berpamitan dengan yang lainnya. Tampaknya wanita awet muda itu sedang terburu-buru. Mau bagaimana lagi, ini menyangkut nyawa cucu dan calon cicitnya.
    .
    Selepas kepergian Tsunade, Madara bangkit dan berjalan menuju meja makan dimana hidangan telah siap sedia. “Cucu-cucuku akan segera lahir dan dia akan menjadi penerus Uchiha!” serunya senang.
    “Kalau begitu kita tak perlu cemas masalah penerus Uchiha.” Fugaku mengikutin ayahnya menuju meja makan.
    “Naru-chan gomenne, karena kami kau harus memaksakan diri. Padahal aku dan Kushina sudah sepakat untuk tidak memaksamu.” Mikoto mengelus punggung Naruto pelan sebelum akhirnya menyusul suami dan ayah mertuanya. “Anak-anak ayo kita makan malam.”.
    “Jadi aku akan punya dua keponakan? Semoga tidak merepotkan~” ujar Itachi malas sambil berjalan menuju ruang makan. Mikoto menasehatinya agar tidak bersikap seperti itu. “Tapi siapa yang akan menjadi penerus Uchiha?” Tanya Itachi lagi saat sudah memasuki meja makan. Fugaku tak dapat menjawab. Dia sendiri masih belum memikirkan sampai disana.
    “Tentu saja anak Naruto yang akan menjadi penerus.” Jawab Madara dengan tegas, tak ingin di bantah. Perkataan Madara membuat semua orang membisu. Merasa tak enak pada Sakura. “Aku hanya menerima anak Naru-chan sebagai penerus Uchiha.”
    .
    “Naruto. Maaf.” Sasuke yang masih berada di ruang tamu bersama kedua istrinya bangkit. Berjalan mendekati Naruto dan mencium kening pemuda pirang itu. “Pasti berat bagimu. Maafkan aku.”
    “Tak apa Suke. Aku tahu hal ini cepat atau lambat pasti akan terjadi. Lagipula aku tidak ingin terus menerus melihat Tou-san dan Kaa-san bersedih karena menginginkan cucu.”
    “Tapi kan sudah ada Saskura.”
    “Memang. Tapi saat aku memutuskan hal ini, kau belum menikah dengan Sakura.”
    Naruto mengelus pelan rambut biru Sasuke. Berusaha menghilangkan rasa bersalah yang ada di hati suaminya. Suara panggilan Itachi membuat Sasuke harus meninggalkan Naruto bersama dengan Sakura.
    Ruang tamu itu kini hanya diisi keheningan. Merasa tak ada yang perlu dilakukan lagi di ruangan itu, Naruto memutuskan untuk menyusul keluarga yang lainnya ke ruang makan. Lagi pula dia sudah sangat lapar. Namun baru beberapa langkah berjalan dia berbalik dan memandang Sakura dengan meremehkan. “Dengan ini kau takkan bisa berlagak sebagai ratu di keluarga ini. Kau bisa berada di sini karena keluarga ini membutuhkan penerus. Jangan besar kepala hanya karena Sasuke beberapa hari ini lebih memperhatikanmu. Itu semua hanya demi anak yang dalam kandungamu.”
    Lalu Naruto meninggalkan Sakura sendiri di belakang. Tidak perduli akan tatapan penuh amarah dari si wanita berambut musim semi itu.
    TBC
  • Copyright © 2013 - Hyperdimension Neptunia

    My Fanfiction - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan