Archive for Mei 2015
Kingitsune 4
0
Bagi Sasuke tak ada yang lebih berarti
dari membalaskan dendam akan kematian seluruh klannya. Ia takkan memperdulikan
apapun yang terjadi di sekitarnya, dan siapa yang ada di sekitarnya. Namun tak
selamanya anak Uchiah itu akan bersilap seperti itu. Seperti saat ini, ia
tengah menatap sosok pirang di kejauhan sana yang tengah menyendiri di pinggir
danau dekat distrik Uchiha. Ia kenal anak itu. Bagaimanapun itachi pernah
mengajak anak itu datang kerumahnya dulu dan ibu serta ayahnya sangat
menyayangi anak itu. ‘dia anak yang baik. Kau sangat beruntung bila bisa
berteman dengannya.’ Itu yang ibunya katakan ketika menanyakan kenapa anak itu diijinkan
sering main ke kediamannya. ‘dia anak yang sangat manis, saking manisnya
sampai-sampai aku harus melindunginya dari orang-orang jahat. Ku harap
kaupun bisa melakukannya Sasuke.’ Dan
itu adalah jawan dari kakaknya ketika ia bertanya kenapa itachi selalu berada
di samping anak itu.
Waktu itu Sasuke sangat membenci anak
pirang itu. Keberadaannya merebut perhatian kakak dan orang tuanya, orang-orang
di klan Uchiha juga tampak sangat menyayanginya. Oleh karena itu dulu dia
selalu bersikap dingin dan membantu Menma mengerjai anak itu walau ia tak tahu
apa hubungan anak pirang itu dengan sahabatnya.
Tapi tepat tiga hari setelah pembantaian
keluarganya ia melihat kenyataan dari anak itu. Orang-orang yang awalnya hanya
diam ketika melihat anak itu kini mulai mencaci maki dan melemparkan
barang-barang padanya mulau dari batu, tomat busuk hingga ke kunai ataupun
shuriken. Tak jarang ia mendengar isu mengenai kutukan rubah berekor sembilan
yang melekat pada anak itu. ‘anak itu pembawa sial. Siapapun yang ada di dekatnya
pasti akan mati. Itu kata salah satu warga yang tak sengaja ia dengar.
Saat itu Sasuke berpikir bahwa anak itulah
yang menyebabkan kesialan terjadi pada klannya. Pasti anak itu yang menghasut
itachi untuk membantai klannya. Dan saat itu pula Sasuke mulai membenci Naruto.
Kingitsune
†††
By
: Ayuni Yukinojo
†††
Naruto
© Masashi Kishimoto
†††
Pair
: ?/Naruto
Warning
:
Typo,
OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,
Pagi hari di desa Konoha yang damai,
burung-burung berkicau menyuarakan semangar pagi ayam-ayam berkokok
membangunkan para warga. Disebuah apartemen sederhana di kawasan pemukiman
warga sipil tampak sesosok pemuda bersurai pirang tengah bergelung dalam
selimut hangatnya yang tebal, seekor rubah orange besar turut bergelug di
bagian kaki tempat tidur menghangatkan kaki yang tak tertutup selimut itu. Jam
weker di samping tempat tidur berbunyi membuat rubah orange besar di kaki
tempat tidur mengernyit. Dengan gerakan yang malas rubah itu bangun dan
menyuap, ia menggosok kepalanya yang gatal dengan kaki depan kirinya. Merasa
bahawa kesadarannya sudah pulih kembali rubah itu lalu dengan perlahan berjalan
menuju bocah pirang yang masih tertidur itu. Dengan kaki depannya rubah itu
menepuk-nepuk kepala si anak dengan pelan.
“Uuhh~ 5 menit lagi nii-chan~” gumam anak itu dan menutupi seluruh kepalanya
dengan selimut. Merasa kesal rubah itu turun dari tempat tidur, rahangnya
menggit ujung selimut dan menyentakkannya dengan kuat membuat selimut itu
tertarik dan sosok yang tergulung di dalamnnya terjatuh ke lantai. “ Ukh. I-tai~” pemuda pirang itu menggosok-gosok
dahinya yang memarah karena terbentur lantai.
‘BANGUN GAKI. KAU ADA LATIHAN HARI INI KAN.’ Rubah orange itu menepuk-nepuk surai pirang Naruto
dengan pelan sesekali mengusapnya hendak menghilangkan rasa sakit.
“Pasti sensei itu telat nii-chan. Nii-chan
ingat cerita ‘Tachi-nii
tentang seniornya yang sering telat itu kan.” Menguap pelan Naruto mulai
bangkit dan meletakkan selimutnya kembali ke tempat tidur. Dengan langkah
gontai ia berjalan menuju arah kamar mandi sedangkan rubah orange itu telah lenyap keberadaannya.
.
“Naruto bodoh itu kenapa belum datang
juga!” gadis bermata emerald itu tampak sedang sangat kesal hari ini. Ia sudah
berada di lapangan sejak pukul setengah lima pagi dan ini sudah pukul sembilan
pagi. Sensei yang membuat janji belum juga datang ditambah dengan teman
bodohnya yang sangat ia benci juga ikut telat. Kalau saja ia tak jaga image
karena keberadaan dua pemuda tampan didekatnya pasti sekarang dia sudah
berteriak-teriak marah.
Tak selang bebetapa lama dari kejauhan
tampak seorang pemuda pirang dengan jumsuit orangenya berjalan dengan pelan
menuju arah Sakura. Ia terlihat sangat santai dengan kedua tangan yang terlipat
dibelakang kepala, pandangannya tertuju ke arah pepohonan di sekitarnya.
“Naruto bodoh! Kau kemana saja hah! Kau
tak tahu ini jam berapa hah?” dengan tangan terkepal gadis itu menunjuk Naruto
yang baru saja tiba dihadapannya. Naruto sampai harus menutup telinga karena
teriakan kencang yang ia terima tepat didepan wajahnya. Sementara dua teman
setimnya hanya acuh tak perduli.
BOOFF BOOFF BOOFF
Kepusal asap tebal muncul tepat dibelakang
Naruto, seluruh perhatian tim itu terarap ada ojek asap yang mulai memudar.
“Maaf aku terlambat tadi aku tersesat di jalan yang bernama kehidupan.” Sosok
dibelakang Naruto memulai salamnya dengan mata yang masih terarah pada buku
orange di tangannya.
“BOHONG!!!” lagi-lagi gadis bersurai bunga
Sakura itu berteriak didepan Naruto dengan tangan yang kini menunjuk wajah si
guru tidak sopan.
“Maa~ maa~ karena semua sudah berkumpul.
Ayo kita mulai ujiannya.” Kakashi mengeluarkan tiga buah lonceng dari kantong
senjatanya. Menyodorkan ketiga lonceng itu kehadapan murid-muridnya. “Siapapun
yang behasil merebut lonceng ini sebelum jam makan siang maka dia lulus ujian.” Kata Kakashi
menarik kembali tangannya dan menggantungkan ketiga lonceng itu pada
pinggangnya.
“Lo-loncengnya ada tiga, sedangkan kami
berempat. Apa yang akan terjadi pada yang tidak mendapatkan lonceng?” cicit Sakura,
bagaimanapun dia sadar bahwa kemampuannya itu bisa dibilang tidak ada bedanya
dengan Naruto.
“Loncengnya memang ada tiga. Jadi kalian
harus berlomba mendapatkannya. Yang tidak berhasil mendapatkan lonceng akan
gagal dan ku kembalikan ke akademi.” Mata sebelah Kakashi memandang anak
didiknya dengan tajam membuat Sakura yang ada didepannya menjadi tegang.
“Manamungkin kau berani mengembalikan kami
ke akademi. Itu akan membuatmu berada dalam masalah.” Menma menjawab dengan
santai, kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya.
“Tentu saja aku bisa. Aku memiliki hak
untuk menentukan siapa saja yang pantas menjadi genin yang harus ku bimbing.
Sekarang juga kita mulia. Bersiap!” Kakashi memberikan aba-aba sambil
meletakkan sebuah jam weker di atas sebuah tiang kayu di dekat sana.
“Tu-tunggu Sensei!” tahan Sakura, jujur ia
belum siap bila harus bertarung sekarang.
“MULAI!” dan semua anak-anak itu
menghilang dalam kecepatan tinggi, bersembunyi, kecuali Naruto yang kini dengan
kecepatan lumayan kencangnya menerjang Kakashi dengan sebuah kunai yang
mengarah langsung pada lehernya.
Tangan kanan Naruto yang memegang kunai
berhasil ditahan Kakashi dengan mudah, dengan segera tangan kiri Naruto
melancarkan pukulan kearah perut Kakashi namun dengan gerakan lincah Kakashi
menahan tangan kiri Naruto dengan tangannya yang masih menahan tangan kanan Naruto.
Tak menyerah dan merasa dirinya tertangkap Naruto menendang perut Kakashi dan
memberikan dorongan pada kedua tangannya membuat Kakashi terdorong kebelakang
dan Naruto berhasil melepaskan diri dari cengkraman Kakashi.
Dengan cepat Naruto berlari dan mengambil
tempat sembunyi yang setrategis dengan menekan serendah mungkin aura
keberadaannya. Dari bawah pohon yang rindang Naruto dapat melihat Kakasih yang
masih berdiri dengan tenang sambil membaca buku orange favoritnya.
.
Sasuke saat ini tengah bersembunyi di atas
dahan pohon yang rindang, di sampignya ada sosok Sakura yang sedang berusaha
mengatur nafasnya yang tampak terputus-putus dengan keringat yang menetes di dahinya. Sasuke hanya mendengus pelan
tak perduli akan keadaan Sakura. Sedari tadi dia melihat bagaimana Naruto yang
dengan gegabahnya menyerang Kakashi tanpa persiapan walau akhirnya ia berhasil
lolos dan menyembunyikan dirinya. ‘Dobe’ batin Sasuke, dengan segera ia pindah
posisi persembunyian saat melihat Kakashi menatap kearah tempat
persembunyiannya. Dia ketahuian.
Kini ia tengah bersembunyi di antara semak
didekat persembunyian Naruto, entah kenapa ia mersa penasaran akan kemampuan Naruto yang jarang
diperlihatkan. Dari kejauhan ia bisa mendengar teriakan histeris Sakura yang
melengking ‘Bodoh’. Yang menjadi pertanyaannya adalah kemana perginya Menma? Sebelumnya ia masih bisa
merasakan bereadaan Menma di pepohonan dekat sungai tapi sekarang keberadaannya
lenyap tak terasa.
.
Menma sedang kesal. Sangat kesal. Diatara
semua jounin pembimbing kenapa harus orang-orangan sawah itu yang menjadi
gurunya. Apa ayahnya tak tahu bahwa sejak pertemuan pertama mereka Menma sudah
membenci lelaki itu. Saat itu Menma sedang mengerjai Naruto dengan bantuan para
warga, saat sedang asik-asiknya melihat kembaran yang dibencinya itu tersiksa,
orang-orangan sawah itu malah muncul dan menghentikan kesenangnnya dan
pandangan mata malas yang diberikan lelaki itu selalu berhasil membuat Menma
naik darah merasa diremehkan. Lalu sekarang orang-orangan sawah itu ingin
mengetes kemampuannya? Yang benar saja. Mana mau dia jadi bahan mainan lelaki
tak punya semangat masa depan itu.
Saat ini Menma tengah bersembunyi di dalam
sungai, dengan menggunakan cakra anginnya ia berhasil membuat gelembung udara yang melindungi sistem
pernafasannya. Ia dapat merasakan keberadaan Sasuke, Sakura dan si
orang-orangan sawah dengan jelas, tapi diaman Naruto berada?
Selama ini dia penasaran, bagaimana
mungkin anak yang tak pernah menjalani pelatihan dari seorang ninja bisa
menyembunyikan keberadaannya setipis itu? Mungkin kenyataan bahwa dia tak
memiliki cakra itu membuat dia menjadi sulit ditemukan. Heh. Anak seperti itu
mana mungkin bisa bertahan menjadi ninja, pasti di misi pertama saja dia sudah
mati.
Merasa bosan Menma akhirnya memutuskan
untuk muncul kepermukaan, tapi yang ditemukannya di permukaan sana bukanlah
senseinya yang tengah membaca buku melainkan kembarannya yang tampak tengah
memancing ikan dengan umpan seekor cacing, didekat kembarannya itu ia melihat
sebuah ember yang sudah berisi tiga ikan tangkapan yang lumayan besar.
Kedua mata beriris identik itu saling
lirik selama beberapa detik hingga akhirnya Naruto memutuskan kontak karena
umpannya termakan ikan dan Menma memutuskan untuk pergi mencari si guru mesum. Naruto
kembali melempar kailnya dengan tenang tak memperdulikan acara tatap mata
sebelumnya, ia memperhatikan kailnya yang bergoyang terbawa arus sungai yang
tenang dan seekor ikan yang mulai mendekati umpannya. Dari kejuahan kembali
terdengar teriakan histeris Sakura yang mebuat ikan yang awalnya akan memakan
umpan Naruto kabur. “Bodoh.” Umpat Naruto saat ikan itu bukan hanya kabur tapi
juga berhasil mencuri umpan di kailnya.
Kembali ke Menma yang saat ini berdiri di
depan Sasuke yang badan tertanam di bawah tanah, di sampingnya Sakura
tergeletak tak sadarkan diri dengan posisi yang tak elit. “Manikmati
pemandangan didepanmu Uchiha?” sindir Menma mengingat posisi terlentang Sakura
dengan kaki mengangkang tepat di depan wajah Sasuke.
“Berisik Namikaze. Bisa kau keluarkan aku
dari sini!” dengan wajah kesal dan sedikit rona merah di pipi Sasuke
meminta-memerintah- kepada Menma
yang hanya mendengus dan terkekeh. “Kapan lagi kau bisa menikmati posisi yang
sebagus ini pantat ayam.” Goda Menma sambil membantu mengeluarkan tubuh Sasuke
dari dalam tanah.
Uchiha bungsu itu hanya mendengus dan
menyikut Menma saat seluruh tubuhnya sudah terbebas namun berhasil dihindari.
“Sensei gila itu benar-benar kuat. Dia berhasil menjebakku dengan tipuan dan
membenamkan tubuhku.” Dengan kedua tangannya Sasuke membersihkan debu-debu yang
menempel pada tubuhnya gerutuannya yang didengar oleh Menma membuat sang
Namikaze terkekeh. “Bilang saja kalau kau berhasil di bodohi.” Satu deathglare meluncur
mulus kepada Menma namun tak dihiraukan oleh si korban. “Lakukan sesuatu dan
selesaikan ujian menyebalkan ini.” Bocah Namikaze itu berjalan mendahulaui Sasuke
tak memperdulikan Sakura yang masih tak sadarkan diri. Di belakangnya Sasuke mengikutin dengan acuh, masih
sibuk mengumpat di dalam kepalanya.
.
“Wahh~ tangkapanmu banyak juga Naruto.”
Suara malas terdengar dari sebelah kiri Naruto. Bocah pirang itu sadar bahwa
sedari tadi guru aneh itu selalu memperhatikannya.
“Iya banyak. Lumayan untukku makan hingga
besok siang.” Dengan wajah polos Naruto tetap memancing tak memperdulikan
kerutan yang muncul di dahi si guru.
“Kau tahu hari ini kau sedang dalam ujian
kan?” tiba-tiba hawa di sekita Naruto muali dingin. Dengan kikuk dia mengangguk
menjawab pertanyaan Kakashi. “Lalu kenapa kau malah memancing disini hah!?”
satu jitakan meluncur mengenai kapal Naruto. Bocah itu meringis mengusap
kepalanya yang agak benjol.
“Aku memancing untuk bekal makanku hari
ini dan besok. Aku kan tidak
seperti sensei yang sudah bekerja dan mendapat gaji. Aku juga tak seperti anak
lain yang bisa meminta kepada orang tuanya.” Dengan bibir yang di majukan dan
pipi yang mengembung Naruto menggerutu, matanya tampak agak basah menahan sakit
dari jitakan yang ia dapat.
“Kalau begitu ujianlah yang benar. Kalau
kau lulus kau bisa menjadi ninja dan mendapatkan uang dari misi, kau juga bisa
mengabdi pada desa Konoha ini.” Suara Kakashi melembut, sadar akan posisi tak
menguntungkan yang dimiliki Naruto.
“Kalau menerima uang misi aku sih mau
saja, tapi kalau mengabdi pada Konoha? Buat apa. Konoha tak memerlukan anak
seperti ku bukan?.” Dengan perlahan Naruto menancapkan kailnya di atara celah
bebatuan sungai, ia berjalan menjauhi si guru yang memperhatikannya penuh
tanya.
Tepat beberapa meter dari Kakashi Naruto melempar empat kunai ketitik kepala dan kaki dari si guru yang
dengan cepat dihindari, tak hanya sampai disitu. Dibalik jumsuit orange yang Naruto
kenakan ia mengeluarkan sebuah pedang sepanjang satu meter bergagang hitam
dengan ukiran Sakura di sarung nya. Sebuah gantungan berlambang Uzumaki dan dua
lonceng emas bersuara nyaring menghiasi bagian ujung gagang pedang. ‘Aku tak tahu kalau dia bisa menggunakan
pedang’
Dengan tangan kanan yang memegang pedang
dan yang kiri yang membawa kunai Naruto menerjang Kakashi, pertama-tama ia
mengarahkan kunai di tangan kirinya pada kepala Kakashi dan berhasil di tahan
dengan menggenggam tangan kiri Naruto, setelah jarak mereka cukup dekat Naruto
mengarahkan tebasan pedangnya pada bagian perut Kakashi dan berhasil menggores
pakaian jounin yang ia kenakan.
Lelaki bersurai abu-abu itu mengambil
jarak satu meter dari posisi Naruto. Matanya menatap posisi tubuh Naruto yang
kini sedang memasang kuda-kuda dasar taijutsu. “Kau ternyata bisa kenjutsu ya Naruto.
Siapa yang mengajarkanmu?”
“Sensei tentu tahu bahwa tak ada satupun
orang di Konoha ini yang mau melatih monster sepertiku kan Kakashi-sensei?”
pedang di tangan kanannya Naruto ayunkan dengan pelan membelah udara menggesek
permukaan menghasikan debu. Ekspresi wajahnya tenang namun matanya tampak
kosong. Dari kejauhan tampak Menma dan Sasuke yang tengah menonton dengan wajah
flat mereka. “Bersyukur sebelum dia pergi, ‘dia’ sempat mengajariku bagaimana
cara mempertahankan diri saat di serang dan bagaimana cara menyerang balik.”
Dengan satu lompatan Naruto menerjang Kakashi, pedangnya ia ayunkan dengan
kencang membelah udara. Kakashi berhasil melompat mundur tapi sebuah kunai
dilempar Naruto dan mengenai tepat dileher.
BOOFF
Kepulan asap tiba-tiba muncul dengan
sepotong kayu tertancap kunai jatuh ketanah. Naruto mendecih singkat, mata
birunya yang menajam dan
kosong mengeksplorasi seluruh area lapangan, ia dapat melihat Menma dan Sasuke yang sedang menontonnya di
bawah rindang pohon dengan wajah datar mereka juga Sakura yang sedang menatapnya dengan raut
horror. “Kalau boleh tahu ‘dia’ siapa yang kau maksud Naruto-kun?” di atas
sungai tampak Kakashi yang tengah berdiri santai dengan tangan kanan memegang
buku orangenya dan tangan kiri masuk ke kantong celana.
“Anda tahu pun tak ada gunanya Sensei.” Naruto
mengambil sebuah kunai lagi di dalam kantong senjatanya. Kali ini ia mengambil
kunai yang sisi tajamnya lebih panjang dari yang sebelumnya.
“Yah. Kau benar. Berhubung kalian sudah
berkupul akan ku ajarkan tehnik yang dibutuhkan oleh seorang ninja. Pertama,
Taijutsu.” Dengan lompatan kencang Kakahi menejang Naruto, menahan
kepala dan tangan kanannya yang memegang pedang. Posisi Naruto saat ini sangat
tidak menguntungkan, tangan kanannya yang membawa pedang sangat sulit di
gerakkan dan ia juga tak bisa melihat posisi Kakashi yang berada di
belakangnya. Namun ada satu keputusan nekat yang ia ambil. Dengan tanpa
sepengetahuan Kakashi, Naruto memutar badannya kearah kanan dan menusukkan
kunainya ke pinggang kanan sang guru. Berkat pengalamannya di dunia ninja
selama bertahun-tahun Kakashi berhasil menghindar dengan mudah kembali ke atas sungai.
“Kedua. Ninjustu.” Dengan cepat kedua
tangan Kakashi membentuk segel justsu yang lumayan panjang. “Suiton : Suiryuudan no Jutsu ” tepat
setelah pelafalan jutsu itu air di bawah kaki Kakashi bergejolak dan membentuk
wujud naga air lalu menerjang Naruto.
Sedari awal Kakashi membentuk segel Naruto sudah punya firasat buruk mengenai jutsu
apa yang akan digunakan sang guru. Yang menjadi perhatiannya adalah aliran
sungai yang tenang namun perlahan mulai bergejolak lama kelamaan. Tepat saat
sang guru menyerukan jurusnya Naruto melompat menuju pohon tinggi terdekat. Sedikit
terlambat memang tapi setidaknya ia bisa terselamatkan dari terjangan air
mengerikan itu.
Dari atas sana ia dapat melihat air yang
mulai surut dan tanah di bawahnya menjadi becek serta beberapa pohon yang tak
terlalu kuat menahan terjangan air tumbang. “ASTAGA!” dengan segera Naruto
turun dari pohon dan berjalan menuju arah sungai. “IKAN-IKAN KU!” seru Naruto,
ia terlihat sangat frustasi dengan kedua tangan yang mengacak-acak kepalanya
kesal. “Awas saja Sensei mesum itu! Akan ku balas perbuatannya kepada nasib
ikan-ikan ku.”
“Tenang saja Naruto. Nasib ikan mu aman.”
Suara sang sensei kembali terdengar dari pepohonan di belakang Naruto. Naruto
dapat melihat sang sensei sedang berjongkok di atas dahan pohon, di tangan
kirinya tergantung ember ikan hasil pancingan Naruto. Matanya tampak
memperlihatkan senyum ramah tapi Naruto tak terpengaruh sedikitpun. Sebuah
kunai meluncur menuju arah sang sensei membuat lelaki itu refleks menghindar ke
arah dalam pepohonan dan menjatuhkan ember Naruto. “MAKANANKU! AWAS KAU TEME!”
teriak Naruto sambil berlari menuju ember dan ikannya yang berserakan di tanah.
Sementara sosok pelaku pelemparan kini tengah melakukan serangan kepada sang
sensei bersama Menma.
Dua pemuda bersurai raven itu saling
bekerja sama, dengan kecepatan mereka masing-masing mereka berhasil menggiring Kakashi
menuju area terbuka tempat Naruto berada. “Katon
: Goukakyu no Jutsu” “Fuuton : Kame
Kaze” dua ninjutsu level B itu bersatu menerjang arah Kakashi-sensei berada. Dedaunan dan rumput-rumput yang dilewatinya
terbakar dengan seketika. “Dotton : Fukyuu
no Hashira” sebuah tembok besar terbentuk tepat didepan Kakashi menghalangi serangan dari justu Sasuke
dan Menma. Kakashi mengambil nafas lega, dua muridnya ini memang tak bisa
diremehkan. Namun belum sampai dia merilekskan badannya sebuah pedang terhunus
tepat di punggungnya dan sebuah kunai melesat kencang memutus tali yang
mengikat tiga lonceng di pinggang Kakashi. Tak hanya sampai di sana, setelah
ketiga lonceng itu terjatuh dan menghasilkan suara yang nyaring Sasuke muncul
dari arah samping kiri dengan melancarkan sebuah tendang yang dengan segera di
hindari Kakashi dengan melompat ke kanan. Saat ia hendak mengambil lonceng yang
terjatuh itu sebuah suriken melesat hampir melukai tangannya. “Jangan lengah
pemalas.” Suara Menma terdengar dari arah belakang Sasuke, di tangannya telah
bersiaga dua suriken lainnya.
Mengambil celah yang ada dengan pedang
sepanjang satu meternya, Naruto menebas tanah tempat ketiga lonceng itu
tergeletak membuat ketiga lonceng itu terangkat ke udara dan dengan sekali ayunan
Naruto membelah lonceng itu. Ketiga orang yang menyaksikan itu terkejut dan
heran. Mereka terdiam memandang lonceng yang terbelah itu jatuh ke tanah. “Apa
maksudmu ini Naruto?” suara Sasuke memecahkan keheningan pertama kali, ia
memandang Naruto dengan benci namun sosok pirang itu tak perduli dan dengan
santai menyarungkan pedangnya kembali membuat lonceng yang ada di gagang pedangnya berbunyi
dengan merdu.
“Suara lonceng itu tak indah, membuat
suara lonceng emas milikku terganggu.” Bersamaan dengan itu dering jam weker yang telah di
setting sang sensei bersunyi, pertanda waktu untuk ujian telah selesai. Tak
jauh dari sana tampak Sakura yang tengah berlari mendekat dengan kepalan tangan
yang siap di arahkan kepada Naruto. “Dan lagi buat apa aku harus besusah payah
merebut lonceng bodoh seperti itu? Tanpa merebutnya pun aku sedah memiliki
lonceng ku sendiri.” Naruto berjalan meninggalkan tempat keempat orang itu
berada, ia berjalan menuju arah ember yang sudah ia selamatkan. “Sensei, kalau
kau ingin mengajarkan bagaimana harus bekerja sama dalam tim maka jangan
libatkan aku. Orang sepertiku takkan bisa bekerja sama dengan siapapun.
Benarkan Namikaze-bochama?” dengan tangan kiri membawa ember dan tangan kanan
memikut pedang di bahu Naruto meninggilkan tim nya begitu saja.
TBC
By : Yuuki
