- Home>
- Setitik Kebahagiaan di Tanah Terbuang
Posted by : Yuuki
Selasa, 26 Agustus 2014
††††
Tak perlu tempat yang indah untuk sebuah rumah. Tak perlu
sebuah desa untuk bisa pulang. Cukup satu hal yang bisa dijadikan alasan untuk
pulang. Keberadaan dia yang perduli akan dirimu, keberadaan dia yang selalu
menantikanmu, keberadaan dia yang selalu menerimamu. Walalu tersesat dalam liku
hidup bagai neraka, asalkan sosok itu tetap menantimu maka kau akan tetap
memiliki alasan untuk pulang. Karena sebuah kebahagian hanya bisa kau dapatkan
saat ada disisinya, meski kau berada ditanah yang tak kau ketahui sekalipun.
Setitik Kebahagiaan
di Tanah Terbuang
††††
By Ayuni Yukinojo
††††
Naruto ©Masashi kishimoto
Pairing : SasuNaru
Warning : OOC, Typo, bahasa campur-campur, EYD kurang baik dll.
Hidup dalama pelarian. Seumur hidup Naruto tak pernah
membayangkan hal ini akan terjadi. Selama ini ia hanya bermimpi untuk menjadi Hokage
yang melebihi Hokage yang lainnya, juga membawa Sasuke kembali ke desa. Ia kira
setelah perang dunia shinobi ke- 4 semua hal itu akan menjadi kenyataan. Namun ternyata
perkiraannya salah.
Keberadaannya yang di anggap sebagai pahlawan perang shinobi
ke-4 bukan hanya membuat ia di hormati layaknya seorang Kage namun juga membuat
orang takut padanya layaknya takut pada Madara. Hal itu karena kebenaran
dirinya yang diketahui sebagai reinkarnasi anak kedua Rikodou sekaligus orang
yang menerima cakra dari tujuh biju termasuk biju miliknya sendiri Kyuubi.
Keberadaannya sama ditakutinya seperti Madara Uchiha. hal ini tentu membuat
beberapa orang tak setuju akan pengangkatannya sebagai Hokage. Selain karena
kekuatannya dapat membuat keseimbangan antar lima negara terganggu, orang-orang
juga takut sosok Naruto yang mengamuk kelak karena kehilangan kendali akan
kekuatan besar dalam dirinya. Padahal hal seperti itu tak mungkin terjadi.
Hal lain yang membuatnya kecewa adalah keputusan hukum mati
bagi nuke-nin kelas S Uchiha Sasuke. Rivalnya, sahabatnya, saudaranya seklaigus
orang yang ia cintai. Ia sudah memohon pada semua Kage namun tak ada yang mau
mengabulkan permohonannya. Ia mengajukan diri sebagai pengawas Sasuke yang akan
selalu memantau tindak tanduk Sasuke agar tak lagi merugikan dunia ninja namun
mereka tak juga mengabulkannya. Sasuke Uchiha tetap akan dihukum mati.
Ia sudah meminta bantuan pada teman-teman se-angkatannya
namun mereka sama tak dapat berbuat apa-apa, mereka pasrah dan angkat tangan.
Bahkan Sakura juga sudah menyerah tak berani melawan perintah gurunya, Tsunade.
Sedangkan Kakashi juga tak dapat berbuat banyak karena ia masih harus menjalani
perawatan serius di unit kesehatan akibat peperangan yang berlangsung
sebelumnya.
Mimpinya hilang. Sahabatnya pun akan menghilang. Sudah tak
ada lagi yang bisa Naruto perjuangkan. Mimpi menjadi Hokage sudah pasti takkan
pernah ia wujudkan. Membawa Sasuke ke Konoha hanya akan memabuat Sasuke
terbunuh. Ia tak bisa lagi berjuang mengejar Sasuke, teman-teman yang
sebelumnya selalu menyemangatinya sudah terlalu lelah akibat peperangan. Mereka
sudah banyak kehilangan dan dan Naruto tak mau membebani mereka lagi. Maka Naruto
memilih jalan ini. Ia meninggalkan Konoha setelah sebelumnya mengajukan surat
pengunduran diri sebagai seorang shinobi.
Menurut buku aturan perninjaan. Seorang shinobi berpangkat
Genin bebas memilih akan melanjutkan profesinya menjadi shinobi atau tidak. Dan
kini Naruto memilih untuk berhenti. Ia ingin meinggalkan Konoha, bukan sebagai
penghianat tapi sebagai seorang warga desa biasa yang ingin mengelilingi dunia.
Begitulah alasan yang ia ungkapkan pada Tsunade. Selain untuk memastikan
keseimbangan antar lima negara agar tak ada negara yang superior dan sebaliknya
maka Naruto memilih untuk tak menjadi bagian dari yang manapun.
Tsunade tentu menolak pengajuan yang diberikan Naruto namun
ia juga tak bisa mengekang Naruto lagi di Konoha. Ia sadar anak kesayangannya
itu sudah tak memiliki hal yang bisa diperjuangkan. Mimpinya dan sahabatnya
telah terancam lenyap karena ke-egoisan para petinggi Negara. Tsunade hanya
bisa menjamin posisi Naruto bukanlah sebagai seorang nike-nin dimata para
pemimpin lima negara besar. Konsekuensi lainnya biar ia yang menangguang, Naruto
sudah berkorban terlalu banyak untuk Konoha serta dunia shinobi dan kini
waktunya Tsunade untuk membalas budinya.
††††
Uchiha Sasuke tentu tau akan predikatnya sebagai nuke-nin
paling dicari di dunia shinobi ini. Ia juga tahu hukuman apa yang menantinya
jika ia bisa sampai tertangkap, tapi bukan hal itu yang beberapa hari ini
mengganggu pikirannya. Kabar mengenai Naruto yang berhenti menjadi ninja dan
meninggalkan Konoha lah yang ia pikirkan. Apa yang terjadi dengan dobe-nya yang
selalu mengejarnya itu? Dobe-nya yang selalu bermimpi untuk menjadi Hokage itu
meninggalkan profesinya sebagai ninja dan memilih menjadi rakyat biasa? Apa
dobe-nya sudah lelah mengejarnya? Atau terjadi sesuatu di Konoha yang
membuatnya harus meninggalkan desa kelahirannya itu? Satu-persatu pertanyaan
muncul dalam pikiran sang Uchiha terakhir namun tak ada satupun jawaban yang
didapatkannya. Padahal ia sebelumnya yakin bahwa Naruto akan mendapatkan posisi
Hokage menggantikan Tsunade dan ia bisa menerima hukman mati dengan lapang dada
asalkan sang blode yang mencabut nyawanya. Tapi kini semua berjalan tak sesuai
dengan perkirannya.
Kini ia hanya bisa bertahan hidup dan tak tertangkap oleh
ninja-ninja yang mengejarnya walau ia memiliki keyakinan bahwa tak akan ada
satupun ninja yang bisa mengalahkannya dan menangkapnya selain sang sahabat
yang selalu ia rindukan.
.
Sudah cukup lama Sasuke berjalan menyusuri hutan sendirian.
Anggota tim Taka yang ia kumpulkan sudah memilih jalan hidupnya masing-masing.
Suigetsu yang memutuskan untuk kembali berburu Tujuh Pedang Shinobi Gatana, Jugo
yang memutuskan untuk tinggal disebuah desa asri non shinobi yang tenang dan
nyaman serta Karin yang memutuskan berada di Konoha untuk belajar tehnik medis
pada sang Sannin legenda Tsunade. Kini Sasuke hanya sendian, berkelana dari
satu tempat ke tempat lainnya menghindari kontak dengan para shinobi. Bukannya
takut, ia hanya tak mau membat sahabatnya kecewa karena telah membunuh
orang-orang yang sebelumnya telah berusaha ia selamatkan saat perang.
.
Sudah berhari-hari Sasuke menyusuri sebuah hutan di bekas
wilayah Uzugakure ini. Hutan yang sangat lebat tanpa ada manusia yang
menghuninya namun banyak binatang yang hidup damai disini tak tersentuh
kerusakan akibat peperangan. Sebenarnya Sasuke tak perduli dimana dirinya kini
berada hanya saja begitu tahu bahwa kakinya menginjak wilayah Uzugakure tempat
klan sahabatnya dulu berdiri memebuat Sasuke ingin menyusuri tempat ini. Tertarik
untuk meilhat seperti apa keadaan Uzugakure setelah penyerangan aliansi
Kiri-Iwa-Kumo sebelumnya.
Sasuke sudah melihat keadaan bekas ibu kota sebelumnya.
Begitu kacau dan penuh reruntuhan yang diperkirakan akibat ledakan bom. Merasa
takkan menemukan apapun diwilayah ibu kota Sasuke lalu memutuskan menjelajahi
wilayah hutannya hingga kini ia tak tahu ada dimana dalam arti lainnya ia
tersesat. Jujur bagi Sasuke hutan milik wilayah Uzugakure ini terlalu lebat dan
rapat, walau suasana disini begitu menenangkan tapi tetap saja tempat ini
sangat gelap bila matahari terbenam.
††††
Matahari sudah terbenam dan Sasuke tak juga berhenti
berjalan, ia sungguh tak merasa kelelahan. Hutan ini memberikan segala yang ia
butuhkan, air yang jernih dari anak sungai di sekitar Uzugakure, buah-buahan
layak makan yang melimpah dan hewan buruan yang banyak. Ia merasa nyaman berada
di hutan ini tapi ia belum tentu ingin menetap di hutan tanpa penghuni ini,
setidaknya ia membutuhkan sebuah rumah untuk tempat bernaung jika memutuskan
akan tinggal di tempat ini. Lucu rasanya membayangkan seorang Uchiha yang
memilih tinggal di tengah hutan sendirian padahal dulunya ia punya mimpi untuk membangun
klannya lagi.
Langkah Sasuke terhenti saat didepannya terlihat sebuah
cahaya temaram dari sebuah rumah yang dikelilingi dengan banyak tanaman pangan
dan buah-buahan. Rumah sederhana namun kuat yang dibangun dari beberapa batang
pohon yang ditebang disekitarnya.
Ragu Sasuke mulai mendekati rumah itu. walalu terlihat
sederana namun kehangatan terpancar dari ruman itu membuat Sasuke tak pernah ingin
pergi jauh dari bangunan mungil ditengah hutan yang lebat ini.
Tok… tok… tok…
Ketukan pelan ia berikan pada pintu kayu yang di buat
sedemikian rupa dengan ukiran melingkar khas lambang Uzumaki dipinggirnya. Sasuke
yakin orang yang tinggal di dalamnya pasti salah satu warga Uzugakure yang
selamat dari penyerangan.
Tak berselang berapa lama pintu itu terbuka dengan perlahan
menimbulkan deritan yang tak terlalu kencang. Dari dalam rumah itu terlihat
seorang pemuda bersurai pirang jabrik dan panjang dibagian belakang hingga
dipinggang sedangkan matanya berwarna biru sapphire indah dan kulit tan
kecoklatannya tengah berdiri dihadapan Sasuke denga mata yang membulat terkejut, yukata sederhana
berwarna orange dengan lambang Uzumaki bergaris merah menghias disetiap sisinya
membuat sosok itu sangat terlihat cantik dimata Sasuke.“Na-Naruto?”
“Te-teme!?”
.
Siapapun pasti akan terkejut jika bertemu dengan orang yang
dirindukan namun tak ingin dijumpai. Hal itulah yang dirasakan oleh Naruto
sekarang. Duduk berahadapan dengan Sasuke diruang tamu dalam rumah kecil yang dibuatnya,
benar-benar canggung. Ingin rasanya Naruto berteriak histeris memcahkan keheningan
ini namun ia tak berani melakukannya.
“Kau- sedang apa disini?” sebuah pertanyaan akhirnya
meluncur dari mulut Naruto, berusaha melenyapkan kesunyian yang ada di
sekitanya.
“Hn.” Namun jawaban yang didapatnya berbeda dengan yang ia
harapkan, ini membuatnya frustasi.
“Arggghhhh! TEME! Jangan jawab aku dengan bahasa tak jelas
dan absurd-mu itu! Jawab pertanyaanku dengan benar!” akhirnya teriakan frustasi
itu meluncur juga dari mulut Naruto, Sasuke yang mendengar terikana kencang itu
cukup terkejut tapi berhasil disembunyikan oleh ekspresi stoic-nya. “Berisik
Dobe.” Ujarnya menggaruk lubang telinga kirinya dengan kelingkin dengan
ekspresi acuh membuat wajah Naruto memerah karena kesal.
“Harusnya aku yang bertanya kenapa kau disini dobe. Kenapa
kau menolak posisi Hokage dan berhenti mejadi ninja?” pertanyaan bernada malas
yang Sasuke ucapkan berhasil membuat Naruto membisu. Duduk diam dengan kepala
menunduk sedangkan tangannya memeras kain yukata yang menutupi pahanya.
Sasuke yang tak mendapatkan jawaban memandang Naruto penuh
tanda tanya hingga matanya membulat saat melihat tubuh Naruto bergetar. Dengan
sedikit canggung Sasuke menyentuh pundak Naruto membuat si pirang terkejut
namun tak menghindar. Perlahan kepala pirang itu menengadah memperlihatkan mata
sapphire yang mendung. “Ada apa?” tanaya Sasuke berusaha agak lembut mandekati Naruto
dan duduk disampinganya. “Katakanlah.” Lanjutnya lagi.
“…” tak satupun kata yang dikeluarka oleh Naruto, ia hanya
terdiam dengan air mata yang masih menetes, tanpa sadar telah menyender pada
pundak Sasuke yang ada sangat dekat disampingnya. “Katakanlah Naru. Jangan kau
tahan.” Ucap Sasuke. Tangan putihnya yang besar mengelus rambut jabrik nan
halus Naruto menenangkan, menunggu jawaban yang akan diucapkan oleh sahabat
pirangnya.
Ia sadar sikapnya ini sangat berbeda dengan sikap yang
selama ini ia tunjukkan. Tapi ini sudah berlangsung sanagt lama dan manusia
pasti berubah seiring berjalannya waktu. Mungkin Sasuke bukanlah orang yang
romantic dan pandai merayu tapi setidaknya ia telah belajar untuk mengerti
bagaimana keadaan Naruto dan tidak lagi bersikap sedingin dulu. Itu karena ia
tak ingin sahabatnya ini akan meninggalkannya seperti orang-orang yang dulu
mengaku sebagai temannya namun tak bisa menerima sikap buruknya. Naruto
satu-satunya yang tetap menerima Sasuke sebagai teman, sebagai sahabat bahkan
sebagai saudara. Tak ada satupun orang yang menerima Sasuke dengan tulus
sepertihalnya Naruto. Oleh karena itu ia sekarang akan belajar untuk berubah,
belajar untuk bersikap sedikit lembut pada sahabat pirangnya ini. Yah, walau
hanya sedikit setidaknya ia telah mencoba untuk berubah.
“Pa-para tetua tidak setuju aku menjadi Hokage.” Jawab Naruto
lirih, tubuhnya sudah tak lagi bergetar dan isakan kecil hannya samar-saar
terdengar. Tampaknya ia sudah mulai tenang dan mau bercerita, itu sangatlah
melegakan bagi Sasuke. “Mereka bilang, mereka tak mau nantinya membahayakan Konoha
saat aku nantinya kehinlangan kendali atas kekuatanku. Para Daimyo dan Kage
yang lain juga tak bisa menerima. Mereka bilang jika aku menjadi Hokage dengan
kekuatanku yang sebesar ini, mereka takut nantinya keseimbangan Lima Negara Elemental
akan hilang.”lanjut Naruto lagi, kini ia sudah tak lagi bersandar pada pundak Sasuke,
sementara si surai raven tengan menyerahkan segelas air yang ia ambil dari meja
didepannya.
“Lalu kenapa kau meninggalkan Konoha?” tanya Sasuke lagi,
kini menyerahkan gelas yang diambilnya kepada Naruto. Ia menunggu dengan sabar
saat Naruto meminum air yang diberikannya sambil mengubah posisi duduknya
sedikit lebih rileks.
“Ka-kau sudah tahu hukuman apa yang akan kau terima jika
tertangkap?” tanya Naruto menatap Sasuke dengan pandangan sendunya yang dibalas
dengan anggukan singkat oleh si raven. “Aku meninggalkan Konoha karena aku
merasa suatu saat nanti pasti aku akan diberikan misi untuk menangkap mu. Kau
tahu aku tak pernah ingin kau mati. Oleh karena itu aku memilih untuk
meninggalkan Konoha, aku takkan mengejarmu lagi. Lebih baik kau ada di luar Konoha
daripada ku bawa ke Konoha tapi pada akhirnya kau akan dihukum mati.” Kata Naruto,
tangannya terkepal erat sampai buku-buku jarinya memutih. Melihat hal itu
Sasuke perlahan berusaha melepas kepalan tangan Naruto dengan perlahan takut
menyakiti sahatnya itu.
“Karena itu aku datang ke hutan Uzugakure ini. Tempat ini
lebat dan penuh dengan binatang, tempat ini sangat menyesatkan bagi orang yang
tak pernah datang ketempat ini. Dengan berada disini aku bisa menghindari
kontak dengan Lima Negara Elemental. Aku tak perlu takut diberikan misi
mendadak untuk menangkapmu walau aku sudah menyerahkan surat pengunduran diri
pada Tsuade baa-chan.” Katanya lagi dengan senyuman lembut namun terlihat sendu
dimata onix Sasuke. Sementara Sasuke yang mendengar rentetan penjelasan dari Naruto
hanya terdiam, sahabatnya ini sudah berkorban sangat banya untuk dirinya dan ia
belum pernah memberikan balasan apapun padanya.
“Kau berkorban terlalu banyak untukku dobe. Tak seharusnya
kau berbuat seperti ini.” Ujar Sasuke, tangannya yang awalnya hendak melepas
genggaman erat Naruto kini malah sebalinya menggenggam tangan berkulit tan itu
dengan lembut. Setumpuk rasa penyesaln dan bersalah bercekol dihatinya.
“Mana mungkin aku membiarkan sahabat sekaligus saudaraku
mati tanpa bisa kutolong.” Ucap Naruto dengan kepalanya yang menunduk membuat Sasuke
tak dapat melihat ekspresi wajahnya. ‘Terlebih lagi kau sangatlah berharga
bagiku.’ Ucapan lirih berupa bisikan itu samar-samar terdengar oleh telinga Sasuke
membuat sang reven terkejut. Dengan senyum yang tanpa sadar terlukis diwajahnya
Sasuke mengangkat wajah Naruto membuat sang Namikaze-Uzumaki terakhir dapat
melihat senyum lembut yang sebelumnya tak pernah ada di wajah stoic si bungsu Uchiha.
“Terimakasih.” Lirih Sasuke dan sebuah ciuman tanpa adanya
hasrat untuk medominasi tercipta. Awalnya Naruto cukup terkejut dengan mata
sapphire-nya yang membulat. Namun saat melihat pancaran mata Sasuke yang tampak
begitu lembut Naruto menyerah dan memilih untuk membalas ciuman hangat itu.
††††
Malam itu Sasuke memutuskan untuk meginap dirumah Naruto, ia
tak menanyakan hal-hal mengenari kenapa Naruto berhenti menjadi ninja dan
meninggalkan Konoha. Tak ada gunanya mengungkit-ngungkit hal yang sudah
terlewat. Kini mereka berdua tengat terbaring di ranjang sempit Naruto setelah
sebelumnya menghabiskan makan malam dan mandi yang dilakukan di sungai yang
tepat berada dibelakang rumah.
“Sasuke. Setelah ini kau mau kemana?” tanya Naruto saat ia
tak bisa memejamkan matanya karena masih memikirkan kejadian hari ini dimana
dia bertemu dengan sang sahabat. Ia menatap Sasuke yang tidur disampingnya
dengan posisi terlentang sedangkan ia sendiri tengah meringkuk menghadap si
raven.
“Aku tak tahu. Awalnya aku memutuskan untuk menetap di hutan
ini namun aku belum memiliki tempat yang layak untuk dijadikan tempat tinggal.”
Ujar Sasuke menatap Naruto lembut, menatap lurus pada permata sappire indah
yang selalu memikatnya.
“Maksudmu sebuah rumah? Kalau mau, kau bisa tinggal disini.”
Ucap Naruto tanpa sadar dengan tangannya yang menggenggam erat selimut yang
menghangatkan mereka. “Bu-bukan berarti aku ingin kau tinggal disini.” Ujar Naruto
kemudian dengan wajahnya yang memerah membuat Sasuke yang menyadarinya
tersenyum lembut dan mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap si pirang.
Dengan perlahan ia benggam tangan si pirang yang masih memegang erat
selimutnya. “Aku tak memiliki rumah. Jadi tak masalah jika aku tinggal disini
denganmu kan.” Ucapnya kemudian dengan senyum diwajahnya yang membuat wajah Naruto
semakin memerah.
“Ya-yah, itu terserah mu Teme.” Ucap Naruto menutup seluruh
kepalnya dengan selibut. Tampaknya ia sangat malu, atau malah merasa senang?
“Dasar Dobe.” Ucap Sasuke lalu dengan nekat memeluk kepal Naruto
yang tertutup selimut membuat Naruto tersentak namun tak melawan. Keheningan
menyelimitu mereka dan hanya deru nafas Naruto yang terdengar cukup keras namun
tenang. ‘tampaknya ia sudah tertidur’
batin Sasuke sembari membuka selimut yang menutupi kepala Naruto. Sebuah senyum
lagi-lagi terlihat di wajah si raven saat melihat Naruto telah tertidur dengan
nyenyaknya menunjukkan ekspresi damai nan polos yang sudah lama tak dilihat
oleh Sasuke. “Terimakasih dobe. Kali ini aku yang akan selalu ada disampingmu.”
Ujar Sasuke kemudian mengecup bibir lembut yang sedikit terbuka itu. Setelah
memastikan posisi Naruto nyaman dalam dekapannya, barulah Sasuke perlahan-lahan
tertidur menyususl sang piarng menuju buai dunia mimpi.
† † FIN † †

romantiss.,,
BalasHapusharapanku buat canon naruto itu seperti ini,.,
Hapustapi apa daya,. Om Masashi tak mengabulkan,.
2020 aku baru baca ff ini, romantis sekalihhh
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBisakah, ada kelanjutannya??...
BalasHapusPenget tau, tentang mereka berdua??..
awowkwkwk baru ketemu cuy😍👌🏼
BalasHapus